Anda di halaman 1dari 15

PEMISAHAN

RASEMAT
Atryana Ainun Cordia – 10718003
Amalia Akhsani – 10718012
Tantri Yohana Tamba – 10718017
Tasya Bakta Munna – 10718035
Atik Pereztia Litanjuasari – 10718063
Fajria Salma – 10718091
TUJUAN PRAKTIKUM

01 Menentukan jumlah rendemen rasemat ibuprofen


02 Menentukan besar rotasi optik dan rotasi
spesifik enantiomer ibuprofen
PRINSIP DASAR
● Ibuprofen adalah obat yang tergolong ke dalam NSAIDs (Non-Steroid Anti-Inflammmatory
druge) memiliki efek terapeutik mengatasi rasa sakit akibat atritis.
● Ibuprofen merupakan rasemat dengan dua enantiomer. Hanya S-Ibuprofen saja yang memiliki
efek terapeutik, karema hanya enantiomer S yang cocok dengan reseptor antiinflamasi. Selain
itu enantiomer R-Ibuprofen memiliki efek teratogenik yang dapat menyebabkan cacat pada
bayi.
● Oleh sebab itu ibuprofen harus melalui pemisahan rasemat. Untuk memisahkan kedua
enantiomer tersebut, Ibuprofen direaksikan dengan basa kinin (kiral) sehingga membentuk
garam diastereomer. Garam diastrereomer ini bisa dipisahkan karena memiliki sifat kelarutan
yang berbeda. Garam diastereomer tersebut dilarutkan dalam etanol 70%.
● Etanol 70% ini hanya akan melarutkan salah satu dari diastereomer sehingga diastereomer
dapat dipisahkan.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Preparasi Basa Kinin Bebas

Disiapkan 50 ml NaOH 1 M
Corong dikocok hingga Dikocok dengan
dan 0,5 g kinin HCl dalam
terbentuk suspensi 2 x 25 ml etil asetat
corong pemisah

Disaring dengan kertas


Dengan rotary evaporator, Lapisan organik
saring, ditambahkan 2 g
etil asetat akan dihilangkan, (lapisan etil asetat) dituang
sodium sulfat anhidrat ke
lalu diambil basa kininnya ke dalam gelas kimia
kertas saring
PROSEDUR PERCOBAAN
2. Pembentukan Garam Diastereomer dari Ibuprofen-Kinin

Basa kinin diletakkan di Ditambahkan 0,86 g Campuran diaduk dengan


dalam erlenmeyer 250 ml ibuprofen pengaduk magnetik

Ditambahkan etanol/metanol tetes demi tetes


Diinkubasi pada suhu ruang
hingga seluruh residu terlarut sempurna
selama 10 menit
(digunakan etanol sesedikit mungkin).
PROSEDUR PERCOBAAN
3. Kristalisasi Garam Diastereomer

Mulut erlenmeyer ditutup


Filtrat disaring dengan filter
dan diletakkan di kulkas (5oC)
bunchner, dikeringkan
selama 2-4 jam

Diulangi hingga Filtrat disimpan


tidak ada endapan kembali di kulkas
PROSEDUR PERCOBAAN
4. Isolasi Enantiomer Ibuprofen

Kristal yang diperoleh Campuran dimasukkan ke Lapisan organik


dilarutkan dalam 30 ml metil corong pemisah 100 ml, dikumpulkan, dicuci 2x
klorida (CH3Cl) diekstrak dengan 2x25 ml dengan 20 ml akuades

Rekristalisasi residu pada


Fase organik diuapkan Dimasukkan ke kertas
Produk ditimbang dan campuran etanol-air
(evaporasi) agar dapat saring yang berlapis
hasilnya dihitung equivolume dan dicatat
residu kering Na2SO4 anhidrat
volume yang digunakan
PROSEDUR PERCOBAAN
5. Karakterisasi Enantiomer Ibuprofen

Dari kristal yang telah dibuat, Kristal diletakkan dalam


tiga dari empat bagian labu ukur 10 ml, dilarutkan
ditimbang secara akurat dengan etanol secara kuantitatif

Dihitung rotasi spesifik Ditentukan rotasi optik dari larutan


PERHITUNGAN
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑎 𝑘𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠
• Mol basa kinin =
MASSA
𝑀𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑎 𝑘𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠
24,1147 𝑔𝑟
=
IBUPROFEN 324,4 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
= 0,0743 mol

Massa basa kinin bebas 24,1147 gr


• Mol basa kinin ekuimolar mol ibuprofen
(berdasarkan hasil
percobaan)
Massa ibuprofen = mol ibuprofen x Mr ibuprofen
= 0,0743 mol x 206,29 gr/mol
Mr basa kinin bebas 324,4 gr/mol
= 15,335 gr
Mr Ibuprofen 206,29 gr/mol
PERHITUNGAN
Untuk larutan, rotasi optik dapat dihitung dengan persamaan:
ROTASI
SPESIFIK Keterangan:

  = sudut rotasi optik yang teramati


= l = panjang larutan yang dilalui cahaya dalam dm
𝑙 .𝑐
c = kadar larutan dinyatakan sebagai gr/ml

𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘 𝑒𝑛𝑎𝑛𝑡𝑖𝑜𝑚𝑒𝑟 𝑚𝑢𝑟𝑛𝑖


Kemurnian optik = x 100%
𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑠𝑒𝑚𝑎𝑡
PEMBAHASAN
• Rasemat adalah campuran suatu enantiomer yang perbandingan molnya 1:1. Enantiomer direaksikan dengan senyawa asam
atau basa kiral agar membentuk garam diastereomer. Garam diastereomer dipisahkan berdasarkan perbedaan sifat fisiknya
dengan cara kristalisasi fraksinasi. Untuk mendapatkan enantiomer murni, garam diastereomer yang terbentuk diuraikan
dengan asam atau basa kuat dan diikuti dengan ekstraksi pelarut organik.

• Ibuprofen adalah senyawa organik asam yang digunakan sebagai NSAID (non-steroidal anti-inflammatory drug)
yang terdiri dari enantiomer R dan S. Rasemat ibuprofen dipisahkan dengan cara mereaksikan dengan senyawa
basa kiral, misalnya senyawa alkaloid, dan membentuk garam diastereomer. Basa kinin bebas merupakan senyawa
kiral alkaloid yang dapat digunakan untuk memisahkan rasemat. Namun, yang tersedia di laboratorium adalah
kinin HCl, kinin sulfat atau kinin etil karbonat. Oleh karena itu, harus diubah menjadi bentuk basa bebasnya melalui
netralisasi dengan larutan NaOH diikuti ekstraksi dengan pelarut organik non polar.

• Ibuprofen yang ada di pasaran merupakan campuran pasangan isomer optik yang merupakan
bayangan cermin satu sama lain. Kedua isomer ibuprofen adalah R-(-)-ibuprofen dan (S)-(+)-
ibuprofen. Hanya bentuk (S)-(+)-ibuprofen yang aktif secara farmakologi memberikan efek anti
inflamasi, sedangkan R-(-)-ibuprofen tidak. Maka, pemisahan campuran rasemat ini diperlukan.
PEMBAHASAN
Preparasi Basa Kinin
Pembentukan garam dilakukan dengan mereaksikan ibuprofen dengan basa kiral yang murni secara enantiomer, yaitu basa
kinin bebas. Tetapi, kinin yang tersedia di laboratorium adalah garam kinin. Sehingga garam kinin ini perlu diubah menjadi
basa kinin bebas. Garam kinin yang tersedia pada percobaan ini adalam kinin sulfat.
Yang dilakukan adalah mereaksikan garam kinin 0,5 gram dengan 50 ml NaOH 1 M di corong pisah. Reaksi
yang terjadi antara kinin sulfat dan NaOH adalah:

Kinin sulfat + NaOH → Na2SO4 + alkaloid kinin + H2O


Dalam reaksi ini NaOH merupakan basa kuat yang berfungsi untuk mengisolasi ion SO42- yang terikat pada basa kinin. Garam
kinin dan NaOH dikocok hingga membentuk suspensi. Dari reaksi ini terbentuk alkaloid kinin, sebagai basa yang larut dalam pelarut
organik. Sehingga untuk memisahkan alkaloid kinin atau basa kinin bebas dalam suspensi ini, dilakukan ekstraksi dengan pelarut
organik etil asetat. Etil asetat digunakan karena basa kinin mudah larut dalam etil asetat dan pelarut ini tidak bercampur
dengan air. Ekstraksi dilakukan dua kali agar basa kinin didapatkan secara maksimal. Lapisan organiknya dikumpulkan di beaker glass
dan disaring dengan kertas saring yang ditambahkan Na2SO4 bebas air agar jika masih ada air didalam lapisan organik dapat diikat
oleh Na2SO4. Natrium sulfat bebas air digunakan karena merupakan drying agent yang dapat menarik air.
PEMBAHASAN
Tahap selanjutnya, filtrat kemudian di lanjutkan ke rotary evaporator. Rotary evaporator adalah instrumen yang menurunkan
tekanan sehingga pelarut dapat menguap lebih cepat dibawah titik didihnya. Hasil yang didapatkan dari proses rotary
evaporator adalah padatan senyawa terlarut, dalam hal ini basa kinin bebas. Basa kinin bebas yang telah didapatkan ditimbang
agar diketahui beratnya dan mengetahui berapakah berat ibuprofen yang akan ditambahkan agar equimolar dengan basa kinin
bebas.

Pembentukan Garam Diastereomer dari Ibuprofen-Kinin


Tahap selanjutnya, basa kinin bebas direaksikan dengan ibuprofen secara equimolar. Basa kinin dan ibuprofen ditempatkan
ke dalam labuh erlenmeyer 250 ml. Kemudian diaduk dengan bantuan pengaduk magnetik agar proses pengadukan
berjalan dengan cepat. Saat pengadukan berlangsung, ke dalam erlenmeyer ditambahkan etanol absolut sedikit demi
sedikit. Etanol yang diberikan sesedikit mungkin, jika terlalu banyak larutan akan tidak jenuh dan proses kristalisasi tidak
berjalan dengan baik. Apabila residu susah untuk dilarutkan, pelarutan bisa dibantu dengan pemanasan dengan suhu 50°C.
Suhu 50°C digunakan agar etanol tidak menguap (titik didih etanol 78°C). Setelah larut kemudian di inkubasi di suhu
ruang selama 10 menit untuk memberi waktu pembentukan garam diastereomernya.

Dalam percobaan ini kelompok kami hanya menjalani tahap sampai kristalisasi garam diastereomer. Tahap selanjutnya tidak
dapat dilanjutkan karena kristal garam yang didapatkan sangat sedikit. Hal ini bisa disebabkan karena pada tahap kristalisasi,
pendinginan tidak dilakukan dengan tepat. Di percobaan ini larutan dibiarkan seharian di es. Seharusnya es terus diperbarui atau
dimasukkan dalam kulkas agar kondisinya tetap dingin. Selain itu, etanol yang digunakan sebagai pelarut terlalu banyak sehingga
larutan tidak jenuh. Oleh karena itu, banyak garam yang terlarut di etanol dan kristal yang didapatkan sedikit.
PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini praktikan hanya menjalani tahap sampai kristalisasi garam diastereomer. Tahap
selanjutnya tidak dapat dilanjutkan karena kristal garam yang didapatkan sangat sedikit.

Hal ini bisa disebabkan karena:


• Pada tahap kristalisasi, pendinginan tidak dilakukan dengan tepat. Di percobaan ini larutan dibiarkan seharian di es.
Seharusnya es terus diperbarui atau dimasukkan dalam kulkas agar kondisinya tetap dingin.
• Kesalahan praktikan dalam menambahkan etanol yang sebagai pelarut terlalu banyak sehingga larutan tidak jenuh.
Oleh karena itu, banyak garam yang terlarut di etanol dan kristal yang didapatkan sedikit.
KESIMPULAN

• Jumlah rendemen rasemat ibuprofen sebesar 15,335 gr

• Besar rotasi optik dan rotasi spesifik tidak dapat ditentukan

Anda mungkin juga menyukai