R8-Pemisahan Rasemat
R8-Pemisahan Rasemat
RASEMAT
Atryana Ainun Cordia – 10718003
Amalia Akhsani – 10718012
Tantri Yohana Tamba – 10718017
Tasya Bakta Munna – 10718035
Atik Pereztia Litanjuasari – 10718063
Fajria Salma – 10718091
TUJUAN PRAKTIKUM
Disiapkan 50 ml NaOH 1 M
Corong dikocok hingga Dikocok dengan
dan 0,5 g kinin HCl dalam
terbentuk suspensi 2 x 25 ml etil asetat
corong pemisah
• Ibuprofen adalah senyawa organik asam yang digunakan sebagai NSAID (non-steroidal anti-inflammatory drug)
yang terdiri dari enantiomer R dan S. Rasemat ibuprofen dipisahkan dengan cara mereaksikan dengan senyawa
basa kiral, misalnya senyawa alkaloid, dan membentuk garam diastereomer. Basa kinin bebas merupakan senyawa
kiral alkaloid yang dapat digunakan untuk memisahkan rasemat. Namun, yang tersedia di laboratorium adalah
kinin HCl, kinin sulfat atau kinin etil karbonat. Oleh karena itu, harus diubah menjadi bentuk basa bebasnya melalui
netralisasi dengan larutan NaOH diikuti ekstraksi dengan pelarut organik non polar.
• Ibuprofen yang ada di pasaran merupakan campuran pasangan isomer optik yang merupakan
bayangan cermin satu sama lain. Kedua isomer ibuprofen adalah R-(-)-ibuprofen dan (S)-(+)-
ibuprofen. Hanya bentuk (S)-(+)-ibuprofen yang aktif secara farmakologi memberikan efek anti
inflamasi, sedangkan R-(-)-ibuprofen tidak. Maka, pemisahan campuran rasemat ini diperlukan.
PEMBAHASAN
Preparasi Basa Kinin
Pembentukan garam dilakukan dengan mereaksikan ibuprofen dengan basa kiral yang murni secara enantiomer, yaitu basa
kinin bebas. Tetapi, kinin yang tersedia di laboratorium adalah garam kinin. Sehingga garam kinin ini perlu diubah menjadi
basa kinin bebas. Garam kinin yang tersedia pada percobaan ini adalam kinin sulfat.
Yang dilakukan adalah mereaksikan garam kinin 0,5 gram dengan 50 ml NaOH 1 M di corong pisah. Reaksi
yang terjadi antara kinin sulfat dan NaOH adalah:
Dalam percobaan ini kelompok kami hanya menjalani tahap sampai kristalisasi garam diastereomer. Tahap selanjutnya tidak
dapat dilanjutkan karena kristal garam yang didapatkan sangat sedikit. Hal ini bisa disebabkan karena pada tahap kristalisasi,
pendinginan tidak dilakukan dengan tepat. Di percobaan ini larutan dibiarkan seharian di es. Seharusnya es terus diperbarui atau
dimasukkan dalam kulkas agar kondisinya tetap dingin. Selain itu, etanol yang digunakan sebagai pelarut terlalu banyak sehingga
larutan tidak jenuh. Oleh karena itu, banyak garam yang terlarut di etanol dan kristal yang didapatkan sedikit.
PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini praktikan hanya menjalani tahap sampai kristalisasi garam diastereomer. Tahap
selanjutnya tidak dapat dilanjutkan karena kristal garam yang didapatkan sangat sedikit.