Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL KEGIATAN

PELATIHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KEJADIAN DIARE
DI WILAYAH KERJA UPT. KESMAS SUKAWATI 1

OLEH :

1. Kadek Meisa Ruspita Dewi ( P07120216045)


2. Ni Luh Inten Yuliana Dewi ( P07120216046)
3. Luh Eka Desriana Putri ( P07120216047)
4. Indah Cantika Wahadi ( P07120216048)

KELAS 3B SEMESTER V D-IV KEPERAWATA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018
PROPOSAL KEGIATAN
PELATIHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN DIARE
DI WILAYAH KERJA UPT. KESMAS SUKAWATI 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan dilaporkan
terdapat hampir 1,7 milyar kasussetiap tahunnya. Penyakit ini sering menyebabkan
kematian pada anak usia di bawah lima tahun(balita).Dalam satu tahun sekitar 760.000
anak usia balitameninggal karena penyakit ini (World Health Organization (WHO), 2013).
Didapatkan 99% dari seluruh kematian pada anak balita terjadi di negara berkembang.
Sekitar ¾ dari kematian anak terjadi di dua wilayah WHO, yaitu Afrika dan Asia
Tenggara. Kematian balita lebih sering terjadi di daerah pedesaan, kelompok ekonomi dan
pendidikan rendah. Sebanyak ¾ kematian anak umumnya disebabkan penyakit yang dapat
dicegah, seperti kondisi neonatal, pneumonia, diare, malaria,danmeasles (WHO, 2013).
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti
Indonesia karena memiliki insidensidan mortalitas yang tinggi.Diperkirakan 20-50
kejadian diare per 100 penduduk setiap tahunnya. Kematian terutama disebabkan karena
penderita mengalami dehidrasi berat. 70-80% penderita adalah mereka yang berusia balit.
Menurutdata Departemen Kesehatan, diaremerupakan penyakit kedua Di Indonesia yang
dapat menyebabkan kematiananak usiabalita setelah radang paru atau pneumonia
(Paramitha, Soprima, & Haryanto, 2010).Dari penemuan kasus diaredi fasilitas
masyarakat pada tahun 2011 terdapat 35,5% kasus diare yang ditanganidi Indonesia. Di
Jawa Tengah ditemukan kasus diare sebanyak 1.337.427, dan yang ditangani 225.332
kasus atau sekitar 16,8% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Kejadian diare di kota Surakarta pada tahun 2007 cukup tinggi yaitu sebanyak 7,06%
dari total jumlah penduduk (Departemen KesehatanRI, 2009).12Penularan diare
dapatdengan cara fekal-oral, yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh
enteropatogen, kontak tangan langsung dengan penderita, barang-barang yang telah
tercemar tinja penderita atau secara tidak langsung melalui lalat. Cara penularan ini
dikenal dengan istilah 4F, yaitufinger, flies, fluid, field(Subagyo & Santoso, 2012).
Adapun faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen diantaranya
adalah tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya
sarana kebersihan, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higienis, serta cara penyapihan yang tidak baik
(Subagyo & Santoso, 2012).Kejadian diare dapat dicegah dengan memperhatikan air
minum yang aman dan sanitasi yang higienis (WHO, 2013).
Seperti jumlah kunjungan dengan keluhan diare di UPT. Kesmas Sukawati 1,
Gianyar, Bali pada tahun 2016 sebanyak 926 pasien, sedangkan pada bulan januari –
September 2018 sebanyak 651 pasien yang berkunjung. Data tersebut menunjukkan
bahwa di daerah ini masih banyak masyarakat yang menderita diare dan perlu
mendapatkan perhatian khusus serta penanganan yang tepat dalam menangani kasus diare
di wilayah kerja UPT. KESMAS SUKAWATI 1. Masyarakat di wilayah ini kemungkinan
masih memiliki kebiasaan yang tidak baik bagi kesehatan seperti tidak menjaga
kebersihan diri dan kebersihan lingkungannya, tidak mencuci tangan dengan baik dan
tepat, dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan
sehingga kasus diare pada daerah ini dari tahun ke tahun masih tinggi.
Dari uraian di atas, kami menyimpulkan bahwa kebiasaan gaya hidup masyarakat
yang tidak baik dapat menjadi faktor penyebab masyarakat mengalami diare. Selain itu,
faktor pengetahuan, kesadaran, minat dan partisipasi masyarakat yang kurang menjadi
faktor pendukung terjadinya diare. Sehingga penting untuk dilaksanakannya penyuluhan
mengenai penanganan dan pencegahan kasus diare tersebut agar dapat menurunkan angka
kejadian kasus diare di wilayah kerja UPT. KESMAS SUKAWATI I.

B. Tujuan Umum
Proposal ini bertujuan untuk mengatasi kasus diare serta meningkatkan pengetahuan
masyarakat di wilayah kerja UPT.Kesmas Sukawati 1 mengenai pentingnya menjaga
kesehatan dan kesehatan lingkungan demi kesejahteraan bersama.
C. Tujuan Khusus
1. Untuk menggali pengetahuan masyarakat terhadap definisi diare
2. Untuk menggali faktor penyebab terjadinya diare pada pasien.
3. Untuk menggali tanda gejala diare yang dialami pasien.
4. Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya diare
5. Untuk mengetahui cara penanganan atau pengobatan diare yang tepat.
6. Untuk memberi informasi kepada masyarakat mengenai Prilaku Hidup Bersih dan
Sehat
7. Untuk mengetahui teknik akupresur pada penderita diare

D. Nama Kegiatan
Pelatihan prilaku hidup bersih dan sehat yang berhubungan dengan kasus diare di wilayah
kerja UPT. Sukawati 1.

E. Tema Kegiatan
Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Kerja
UPT. Kesmas Sukawati 1.

F. Landasan Kegiatan
Adapun landasan kegiatan diadakannya pelatihan penanganan kasus diare di wilayah kerja
UPT. Kesmas Sukawati 1 (Lampiran 1).

G. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu                         : Pukul 07.30 – selesai
Hari,Tanggal               : Jumat, 2 September 2018
Tempat                        : Ruang rapat UPT. Kesmas Sukawati 1

H. Sasaran Kegiatan
Masyarakat atau kader di wilayah kerja UPT. Kesmas Sukawati 1

I. Susunan Panitia
Panitia terdiri dari seluruh mahasiswa kelas 3B jurusan D-IV Keperawatan Politeknik
Kesehatan Denpasar (Lampiran 2).
J. Susunan Acara
Adapun susunan acara pada kegiatan pelatihan ini yaitu sebagai berikut (Lampiran 3).

K. Rancangan Anggaran Biaya


Anggaran biaya yang digunakan di dapatkan dari uang kas kelas 3B dan dari beberapa
donator serta sponsor. Adapun anggaran biaya yang akan digunakan dalam kegiatan ini
yaitu sebagai berikut (Lampiran 4).

L. Penutup
Demikianlah proposal ini kami ajukan untuk dapat dipertimbangkan demi
terealisasinya kegiatan ini. Atas dukungan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Ketua Panitia
Mengetahui Sukawati,
Pelatihan Life Skills
Ketua Panitia Clinical Instructure/CI

INDAH CANTIKA WAHADI I MADE SUARTAMA, A.Md. Kep.

NIM. P07120216048 NIP. 196909251991031008

Clinical Teacher (CT)

Ns. KETUT SUDIANTARA, A.Per.Pen.,S.Kep.,M.Kes


NIP. 196808031989031003
Lampiran 1

BAB II
LANDASAN KEGIATAN

Materi Tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat dan Diare

A. Teori Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


1. Pengertian PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang dilakukan
atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri
di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat
(Maryunani A, 2013).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan informasi
dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui
pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan
masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali
dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masing-masing, agar dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan
menigkatkan kesehatan (Maryunani A, 2013).
Menurut Atikah & Eni (2012), beberapa indikator yang digunakan sebagai dasar
dalam pelaksanaan pola hidup bersih dan sehat diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Ibu hamil memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan paling sedikit 4 kali selama
masa kehamilan.
b. Ibu hamil agar memeriksakan diri dan meminta pertolongan persalinan kepada
bidan/tenaga kesehatan.
c. Ibu memberikan ASI saja kepada bayinya selama 4 bulan pertama kelahiran
d. Semua bayi harus diimunisasi lengkap sebelum usia 1 tahun.
e. Semua bayi dan balita harus ditimbang berat badannya sejak lahir sampai usia 5
tahun diposyandu dan sarana kesehatan
f. Setiap orang agar makan makanan yang mengandung unsur zat tenaga, pembangun,
zat pengatur sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
g. Semua orang menggunakan garam beryodium untuk keperluan makan sehari-hari
h. Ibu hamil agar minum tablet tambah darah atau tablet zat besi selama masa
kehamilan
i. Semua orang agar membuang air besar atau tinja di jamban atau WC
j. Semua orang agar mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan waktu
akan makan
k. Semua orang agar menggunakan air bersih dan untuk minum agar dimasak terlebih
dahulu.
l. Setiap rumah, halaman dan pekarangan agar selalu bersih, bebas dari sampah dan
bebas dari sarang nyamuk
m. Setiap orang agar menggosok gigi paling sedikitnya 2 kali sehari, yaitu sesudah
makan dan sebelum tidur
n. Semua orang agar tidak merokok, terutama bila berdekatan dengan ibu hamil, bayi
dan di tempat umum
o. Semua orang agar menyadari bahaya HIV/AIDS dan berperilaku positif untuk
terhindar dari HIV/ AIDS namun tidak mengucilkan penderita
p. Semua orang agar berolahraga secara teratur
q. Semua orang agar menjadi peserta Dana Sehat (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat).

2. Etiologi PHBS
Hal-hal yang mempengaruhi PHBS sebagian terletak di dalam diri individu itu
sendiri, yang disebut faktor intern, dan sebagian terletak di luar dirinya yang disebut
faktor ekstern (faktor lingkungan).
1. Faktor Internal
a. Keturunan
Seseorang berperilaku tertentu karena memang sudah demikianlah
diturunkan dari orangtuanya. Sifat-sifat yang dimilikinya adalah sifat-sifat yang
diperoleh dari orang tua atau neneknya dan lain sebagainya.

b. Motif
Manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif tertentu.
Motif atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya kebutuhan, yang
oleh Maslow dikelompokkan menjadi kebutuhan biologis, kebutuhan sosial,
dan kebutuhan rohani.
2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor-faktor yang ada di luar diri individu bersangkutan. Faktor-faktor
ini mempengaruhi individu sehingga di dalam diri individu timbul unsur-unsur dan
dorongan untuk berbuat sesuatu.
a. Unsur-unsur perilaku bagi individu, meliputi pengertian atau pengetahuan
tentang apa yang akan dilakukannya, keyakinan atau kepercayaan tentang
manfaat dan kebenaran dari apa yang dilakukannya, sarana yang diperlukan
untuk melakukannya, serta dorongan atau motivasi untuk berbuat yang
dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakannya.
b. Unsur-unsur perilaku bagi individu sebagai anggota kelompok, meliputi
pengertian atau pengetahuan tentang apa yang akan dilakukannya, keyakinan
atau kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa yang dilakukannya,
sarana yang diperlukan untuk melakukannya, dorongan atau motivasi untuk
berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakannya, serta norma atau
dukungan kelompok bahwa apa yang akan dilakukan itu benar atau bisa
diterima oleh kelompoknya.
3. Pohon Masalah PHBS

Cakupan PHBS

Metode Manusia Sarana Dana Lingkungan

Pemberdayaan Advokasi ke lintas Form pendataan


atau Penyuluhan sektoral PHBS yang kurang

Kurangnya
penyuluhan dari Tidak adanya dana
petugas Puskesmas untuk membuat septik
PHBS tank

Jamban sehat yang


tidak memenuhi syarat

Perilaku warga yang


masih merokok di
dalam rumah

4. Indikator PHBS
Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga
yaitu pasangan usia subur, ibu hamil dan menyusui, anak dan remaja, usia lanjut
dan pengasuh anak. Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan
atau permasalahan kesehatan. Indikator PHBS rumah tangga yang digunakan
yaitu mengacu kepada standar pelayanan minimal bidang kesehatan ada sepuluh
indikator, yaitu :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan
tenaga para medis lainnya). Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah
terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
2. Memberi bayi ASI ekslusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja
tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain. ASI adalah
makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai
untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik.
ASI pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (colostrums), sangat
baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.
3. Menimbang bayi dan balita
Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya
setiap bulan. Penimbangan bayi dan balita dilakukan mulai umur 1 bulan
sampai 5 tahun di posyandu. Dengan demikian dapat diketahui apakah balita
tumbuh sehat atau tidak dan mengetahui kelengkapan imunisasi serta bayi
yang dicurigai menderita gizi buruk.
4. Menggunakan air bersih
Air adalah kebutuhan dasar yang diperlukan sehari-hari untuk minum,
memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur
dan sebagainya agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit.
Rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih adalah rumah tangga
yang sehari-harinya memakai air minum yang meliputi air dalam kemasan,
ledeng, pompa, sumur terlindung, serta mata air terlindung yang berjarak
minimal 10 meter dari tempat penampungan kotor air limbah.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Manfaat mencuci tangan dengan sabun adalah membunuh kuman penyakit
yang ada di tangan, mencegah penularan penyakit diare, kolera, disentri, tifus,
cacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut, flu burung atau
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) serta tangan mejadi bersih dan
bebas dari kuman.
6. Menggunakan jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher
angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
pembuangan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jamban cemplung
digunakan untuk daerah yang sulit air, sedangkan jamban leher angsa
digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah padat penduduk.
7. Memberantas jentik di rumah
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan
jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan jentik berkala
adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-
tempat penampungan air) yang ada dalam rumah seperti bak mandi atau WC,
vas bunga, tatakan kulkas dan lain-lain. Hal yang dilakukan agar rumah bebas
jentik adalah melakukan 3 M plus (menguras, menutup, mengubur plus
menghindari gigitan nyamuk).
8. Makan buah dan sayur setiap hari
Makan sayur dan buah sangat penting karena sayur dan buah mengandung
vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh
serta mengandung serat yang tinggi. Konsumsi sayur dan buah yang tidak
merusak kandungan gizinya adalah dengan memakannya dalam keadaan
mentah atau dikukus. Merebus dengan air akan melarutkan beberapa vitamin
dan mineral dalam sayur dan buah tersebut. Pemanasan tinggi akan
menguraikan beberapa vitamin seperti vitamin C.
9. Melakukan aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan
kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat
dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan antara lain
kegiatan sehari-hari yaitu berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian,mencuci
mobil dan turun tangga. Selain itu kegiatan olahraga seperti push up, lari
ringan, bermain bola, berenang, senam, fitness, dapat juga dilakukan sebagai
aktifitas fisik.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Tidak merokok adalah penduduk 10 tahun keatas yang tidak merokok selama
1 bulan terakhir. Perokok terdiri atas perokok aktif dan perokok pasif. Bahaya
perokok aktif dan perokok pasif adalah dapat menyebabkan kerontokan
rambut, gangguan pada mata seperti katarak, kehilangan pendengaran lebih
awal disbanding bukan perokok, menyebabkan penyakit paru-paru kronis,
merusak gigi, stroke, kanker kulit, kemandulan, impotensi, kanker rahim dan
keguguran.

5. Klasifikasi PHBS
Dari sepuluh indikator PHBS maka akan didapatkan empat klasifikasi rumah
tangga yang menjalankan PHBS. Menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahun
2007 klasifikasi tersebut sebagai berikut 6,7,8 :
1. Klasifikasi I (warna merah) : jika melakukan 1 sampai dengan 3 dari 10 indikator
PHBS dalam tatanan rumah tangga.
2. Klasifikasi II (warna kuning): jika melakukan 4 sampai dengan 5 dari 10 indikator
PHBS dalam tatanan rumah tangga.
3. Klasifikasi III (warna hijau) : jika melakukan 6 sampai dengan 7 dari 10 indikator
PHBS dalam tatanan rumah tangga.
4. Klasifikasi IV (warna biru) : Klasifikasi III + ikut dana sehat
Klasifikasi penilaian PHBS menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahun
2008 mengalami perubahan, dimana jika salah satu indikator PHBS tidak terpenuhi,
maka tatanan tersebut dinyatakan tidak menjalankan PHBS.

6. Pemeriksaan diagnostic/penunjang
Pemeriksaan diagnostic yang bisa dilakukan di dalam PHBS ini yaitu,
pemeriksaan kesehatan secara rutin baik pemeriksaan tekanan darah, kolesterol, asam
urat, gula darah, cek lab (darah lengkap).

7. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada PHBS yaitu :
1. Promotif
Promotif yang dimaksud disini yaitu pemberian informasi atau pendidikan kesehatan
kepada keluarga atau masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan
sehat yang di mulai dari tatanan rumah tangga.
2. Preventif
3. Preventif adalah pencegahan. Dimana preventif disini yaitu pencegahan risiko
terserang atau terhindar dari berbagai jenis penyakit dengan menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat.

8. Komplikasi
Bagi orang yang tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat akan berisiko
terserang penyakit. Jika perilaku hidup bersih dan sehat ini tidak diterapkan maka akan
berdampak pada timbulnya komplikasi penyakit lain. Komplikasi PHBS dapat
menyebabkan :
1. Diare karena tidak menerapkan cuci tangan yang bersih.
2. Stroke, hipertensi, jantung yang disebabkan karena merokok.
3. Kematian yang disebabkan karena pada saat persalinan tidak ditolong oleh tenaga
kesehatan.

B. Teori Mencuci Tangan Menggunakan Air Dan Sabun


1. Pengertian Mencuci Tangan
Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis
melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa
dan air.
Mencuci tangan adalah menggosok air dengan sabun secara bersama-sama
seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas dibawah
aliran air (Larsan, 1995).

2. Manfaat Mencuci Tangan


Mencuci tangan merupakan satu tehnik yang paling mendasar untuk menghindari
masuknya kuman kedalam tubuh. Dimana tindakan ini dilakukan dengan manfaat:
1. Supaya tangan bersih
2. Membasmi tangan dari kuman dan mikroorganisme
3. Mencegah penularan penyakit.
Menurut Hidayat (2005) mencuci tangan bertujuan untuk:
1. Mencegah terjadinya infeksi melalui tangan.
2. Membantu menghilangkan mikroorganisme yang ada di kulit atau tangan.
3. Waktu yang Diharuskan untuk Mencuci Tangan
Bagi setiap orang, mencuci tangan adalah satu tindakan yang takkan lepas
kapanpun. Karena merupakan proteksi diri terhadap lingkungan luar. Waktu yang
tepat untuk melakukan cuci tangan:
1. Sebelum dan sesudah makan
Untuk menghindari masuknya kuman kedalam tubuh saat kita makan
2. Setelah buang air besar
Besar kemungkinan tinja masih tertempel di tangan, sehingga diharuskan untuk
mencuci tangan
3. Setelah bermain
Kebiasaan anak kecil adalah bermain ditempat yang kotor seperti tanah, dan lain-
lain. Dimana kita tahu bahwa banyak sekali kuman didalam tanah, jadi selesai
bermain harus mencuci tangan supaya kuman dari tanah hilang dan tidak
menempel ditangan.
4. Sebelum dan sesudah beraktivitas.
Bagi adik-adik mencuci tangan ini juga bisa dilakukan sebelum dan sesudah
belajar, sebelum dan sesudah bangun tidur dan sesudah melakukan kegiatan yang
lain.
5. Setelah batuk, bersin atau membersihkan hidung, kuman dan kotoran yang
mungkin keluar dapat kembali masuk akibat dari tangan yang tidak bersih.
6. Setelah memegang benda-benda kotor, berdebu dan berkarat.
7. Setelah memegang keyboard computer ataupun handphone.
4. Akibat Tidak Mencuci Tangan
1. Demam Typoid
Penyebab penyakit ini adalah Bakteri Salmonella Typhi A, B atau C. Kuman
ini hidup di air kotor, makanan yang tercemar dan lingkungan kotor lainnya.
Penyakit ini menginfeksi pada usus halus dan terkadang pada aliran darah, selain
ini dapat juga menyebabkan Gastroenteritis (keracunan makanan) dan Septikemia
(keracunan darah / Blood Poisoning)
2. Diare.
Sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun
dapat menurunkan angka penderita diare hingga separuhnya. Tingkat kefektifan
mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare adalah
44%.
3. ISPA.
Bukti-bukti telah ditemukan bahwa dengan mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan, buang air besar, buang air kecil dapat mengurangi tingkat infeksi
hingga 25 %. Penelitian di Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan dengan
sabun mengurangi infeksi saluran pernapasan yang berkaitan dengan pnemonia
(radang paru-paru) pada anak-anak balita hingga lebih dari 50 %.
4. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit.
Penelitian membuktikan bahwa penggunaan sabun dalam mencuci tangan
mengurangi kejadian penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan
khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis.
5. Hepatitis A
Penularan terjadi ketika seseorang yang terinfeksi virus ini tidak mencuci
tangan dengan benar setelah menggunakan kamar mandi kemudian ia mengolah
makanan yang dikonsumsi oleh orang lain.

5. Macam-macam Cara Mencuci Tangan:


1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Alat dan bahan:
1. Sabun
2. Air yang mengalir
3. Handuk kecil
Prosedur kerja:
1. Basahi tangan dengan air, lalu beri sabun
2. Bersihkan tangan dengan menggunakan teknik cuci tangan 7 langkah
3. Bilas dengan air yang mengalir dan keringkan dengan handuk kecil.
2. Mencuci tangan dengan cairan (hand sanitizer)
Saat dalam kondisi yang tidak memungkinkan menggunakan air, misalnya
dalam perjalanan di mobil lalu ingin makan sesuatu. Bisa menggunakan hand
sanitizer. Namun apabila tangan benar-benar dalam keadaan kotor, baik oleh
tanah, darah, ataupun lainnya, maka penggunaan air dan sabun untuk mencuci
tangan lebih disarankan
Alat dan bahan: hand sanitizer
Prosedur kerja: Beri hand sanitizer pada tangan, lalu usapkan.
3. Mencuci tangan dengan tissue basah.
Tisu ini dianjurkan untuk digunakan dalam membersihkan tangan dan
peralatan dapur lainnya sebelum masak agar mencegah kontaminasi bakteri
silang antara tangan, bahan masakan, dan peralatan dapur sehingga tidak
menyebar.
C. Teori Diare
1. Definisi Diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
(biasanya 3x atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI,2011).
Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair
(mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria
penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari tiga
kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut daire. Begitu juga apabila buang air besar
dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan diare.
Pengertian Diare didefinisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung dan
usus halus yang ditandai dengan diare, muntah-muntah yang berakibat kehilangan
cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit (Betz, 2009).
Hidayat (2008) menyebutkan diare adalah buang air besar pada bayi atau anak
Iebih dan 3 kali sehari, disertai konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dan satu minggu. Diare merupakan suatu keadaan
pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang
terjadi berupa peningkatan volume cairan, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir
darah.
Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi
feses selama dan frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan diare bila feses lebih
berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar
berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes,2009). Definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa diare adalah bertambahnya frekuensi defekasi lebih dan 3 kali
perhari pada bayi dan lebih dari 6 kali perhari pada anak, yang disertai dengan
perubahan konsistensi tinja menjadi encer.

2. Tanda dan Gejala


1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai
wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora
komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam. (Kusmaul).

3. Penyebab Diare
Mekanisme diare (Juffrie, 2011) Secara umum diare disebabkan dua hal yaitu
gangguan pada proses absorpsi atau sekresi. Terdapat beberapa pembagian diare :
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan
a. Absorpsi
b. Gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.
Kejadian diare secara umum terjadi dari satu atau beberapa mekanisme yang
saling tumpang tindih. Menurut mekanisme diare maka dikenal: diare akibat
gangguan absorpsi yaitu volume cairan yang berada di kolon lebih besar
daripada kapasitas absorpsi. Disini diare dapat terjadi akibat kelainan di usus
halus, mengakibatkan absorpsi menurun atau sekresi yang bertambah. Apabila
fungsi usus halus normal, diare dapat terjadi akibat absorpsi di kolon menurun
atau sekresi di kolon meningkat. Diare juga dapat dikaitkan dengan gangguan
motilitas, inflamasi dan imunologi.
Komplikasi kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami
komplikasi, tetapi sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi,
kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan. Komplikasi paling penting
walaupun jarang diantaranya yaitu: hipernatremia, hiponatremia, demam,
edema/overhidrasi, asidosis, hipokalemia, ileus paralitikus, kejang, intoleransi
laktosa, malabsorpsi glukosa, muntah, gagal ginjal.
Tabel 2.1 Penyebab Diare Akut dan Kronik pada Bayi, Anak-anak dan Remaja
(Sodikin, 2011).

Jenis Diare Bayi Anak-anak Remaja

Akut Gastroenteritis Gastroenteritis Gastroenteritis

Infeksi sistemik Keracunan makanan Keracunan makanan

Akibat pemakaian Infeksi sistemik Akibat pemakaian

antibiotik Akibat pemakaian antibiotik

antibiotik

Kronik Pascainfeksi Pascainfeksi Penyakit radang usus

Defisiensi Defisiensi Intoleransi aktivitas


disakaridase disakaridase
Giardiasis
sekunder sekunder
Penyalahgunaan
Intoleransi protein Sindrom iritabilitas
laksatif (anoreksia
Susu colon
nervosa)
Sindrom iritabilitas Penyakit seliakus
colon
Intoleransi laktosa
Fibrosis kistik
Giardiasis Giardiasis

Penyakit seliakus

Sindrom usus

pendek

Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan diare


pada anak dan balita. Infeksi Rotavirus biasanya terdapat pada anak-anak umur 6
bulan-2 tahun (Suharyono, 2008). Infeksi Rotavirus menyebabkan sebagian besar
perawatan rumah sakit karena diare berat pada anak-anak kecil dan merupakan
infeksi nosokomial yang signifikan oleh mikroorganisme patogen. Salmonella,

Shigella dan Campylobacter merupakan bakteri patogen yang paling sering


diisolasi. Mikroorganisme Giardia lamblia dan Cryptosporidium merupakan
parasit yang paling sering menimbulkan diare infeksius akut (Wong dkk., 2009).
Selain Rotavirus, telah ditemukan juga virus baru yaitu Norwalk virus. Virus ini
lebih banyak kasus pada orang dewasa dibandingkan anak-anak (Suharyono,
2008). Kebanyakan mikroorganisme penyebab diare disebarluaskankan lewat
jalur fekal-oral melalui makanan, air yang terkontaminasi atau ditularkan antar
manusia dengan kontak yang erat (Wong dkk., 2009).

4. Cara Penularan dan Faktor Resiko


Menurut Bambang dan Nurtjahjo (2011) cara penularan diare pada umumnya
melalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh
enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang
yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui 4F =
finger, files, fluid, field).
Juffrie dan Mulyani (2011) Faktor resiko yang dapat meningkatan penularan
enteropatogen antara lain: tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan
pertama kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air
oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi
yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higenis dan cara
penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut beberapa faktor pada penderita
dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain gizi buruk,
imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus,
menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik.

1. Faktor umur
Sebagian besar episiode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan
makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan
kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang
mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia
atau binatang pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen
merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang
berulang, yang membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak
yang lebih besar dan pada orang dewasa.
2. Infeksi asimtomatik

Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini
meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. Pada
infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja
penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang
dengan infeksi asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak
enteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak
menjaga kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Escheria coli dapat menyebabkan bakteremia dan infeksi sistemik pada


neonatus. Meskipun Escheria coli sering ditemukan pada lingkungan ibu dan bayi,
belum pernah dilaporkan bahwa ASI sebagai sumber infeksi Escheria coli (Alan
& Mulya, 2013).

3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Didaerah
sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan
diare karena virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin.
Didaerah tropik (termasuk indonesia), diare yang disebabkan oleh retrovirus dapat
terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau,
sedangkan diare karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.

5. Tanda-Tanda Dehidrasi
Tabel 2.2 Skor Maurice King (Juffrie & Mulyani, 2011).

Catatan :

1. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut "dicubit" selama 30-60 detik
kemudian dilepas.
Jika kulit kembali normal dalam waktu :

a. 2-5 detik : turgor agak kurang (dehidrasi ringan)


b. 5-10 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
c. >10 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
2. Berdasarkan skor yang ditemukan pada penderita, dapat ditentukan derajat
dehidrasinya :
a. Skor 0-2 : dehidrasi ringan
b. Skor 3-6 : dehidrasi sedang
c. Skor >7 : dehidrasi berat

Berdasarkan MTBS (manajemen terpadu balita sakit)

1. Dehidrasi berat
a. Gelisah rewel/muntah
b. Mata cekung
c. Haus, minum dengan lahap
d. Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut :

a. Lateragis atau tidak sadar


b. Mata cekung
c. Tidak bisa minum atau malas minu
d. Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
2. Dehidrasi Ringan/Sedang
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda sebagai berikut :

3. Tanpa dehidrasi
Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau
ringan/sedang.

6. Penanganan Pertama Balita Diare di Rumah


Sesuai rekomendasi WHO/UNICEF dan IDAI, sejak tahun 2008 Departemen
Kesehatan Republik Indonesia memperbaharui tatalaksana diare yang dikenal dengan
istilah lima langkah tuntaskan diare (Lintas diare) sebagai salah satu strategi
pengendalian penyakit diare di Indonesia. Lintas diare meliputi pemberian oralit, zinc
selama 10 hari, pemberian ASI dan makanan sesuai umur, antibiotika selektif dan
nasihat bagi penggunaan zinc untuk penderita diare dapat mengurangi lama dan
keparahan diare, mengurangi frekuensi dan volume buang air besar, serta mencegah
kekambuhan kejadian diare sampai 3 bulan berikutnya. Berdasarkan laporan Susenas
(2007), sebanyak 58,9% keluarga membawa balita sakitnya untuk rawat jalan, sebagian
besarnya dibawa ke puskesmas (45%) dan 31,7 % dibawa ke praktek tenaga kesehatan.
Berdasarkan studi awal yang dilakukan oleh Pouzn (point of use water disinfection zinc
treatment) project yang dilaksanakan oleh Nielsen (2009) di Bandung, dalam perilaku
mendapatkan saran kesehatan atau care seeking behavior maka ibu yang anaknya diare
akan mencari nasehat dari tetangga (69%), dari bidan (31%), puskesmas (16%),
posyandu (6%) dan dokter (6%).
Saat ini WHO menganjurkan empat hal utama yang efektif dalam menangani
anak-anak yang menderita diare akut, yaitu:
1. Penggantian cairan (rehidrasi), cairan diberikan secara oral untuk mencegah dehidrasi
dan mengatasi dehidrasi yang sudah terjadi.
2. Pemberian makanan terutama ASI, selama diare dan pada masa penyembuhan
diteruskan.
3. Tidak menggunakan obat anti diare
Antibiotika hanya diberikan pada kasus kolera dan disentri yang disebabkan oleh
shingella, sedangkan metrodinazole diberikan pada kasus giardiasis dan amebiasis.
4. Petunjuk yang efektif bagi ibu serta pengasuh tentang :
a. Bagaimana merawat anak yang sakit di rumah, terutama tentang bagaimana
membuat oralit dan cara memberikannya.
b. Tanda-tanda yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk membawa anak kembali
berobat dan mendapat pengawasan medik yang lebih baik.
c. Metoda yang efektif untuk mencegah kejadian diare.
Algoritme pengobatan diare (Sudrajat, 2010).

1. Rencana pengobatan A (pencegahan dehidrasi)


Diare tanpa dehidrasi, bila terdapat dua tanda atau lebih, yaitu :keadaan umum
baik, sadar, mata tidak cekung, minum biasa, tidak haus, cubitan kulit perut/turgor
kembali segera. Untuk diare tanpa dehidrasi menerangkan 5 langkah terapi diare di
rumah :
a. Beri cairan lebih banyak dari biasanya
1) Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
2) Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai
tambahan
3) Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan
oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air
matang, dsb)
4) Beri Oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan
dilanjutkan sedikit demi sedikit.
a) Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak.
b) Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak.
5) Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) di rumah bila:
a) Telah diobati dengan rencana terapi B atau C.
b) Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk
6) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit
b. Beri obat zinc
Beri zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat
diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang
atau ASI.
1) Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
2) Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari.
c. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
1) Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak
sehat.
2) Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan.
3) Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau.
4) Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-
4jam).
5) Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan
selama 2 minggu
d. Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi, misal: disenteri dan kolera.
e. Nasihati ibu/pengasuh
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila:
1) Berak cair lebih sering
2) Muntah berulang
3) Sangat haus
4) Makan dan minum sangat sedikit
5) Timbul demam
6) Berak berdarah
7) Tidak membaik dalam 3 hari

2. Rencana pengobatan B
Diare dehidrasi ringan/sedang bila terdapat dua tanda atau lebih: Gelisah, rewel,
mata cekung, ingin minum terus, ada rasa haus, cubitan kulit perut/turgor kembali
lambat. Untuk terapi diare dehidrasi ringan/sedang jumlah oralit yang diberikan
dalam tiga jam pertama sarana kesehatan.
a. Oralit yang diberikan = 75 ml x berat badan anak:
1) Bila BB tidak diketahui berikan oralit
Tabel 2.3 pemberian oralit (juffrie & Mulyani, 2011).

Umur Sampai 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun

Berat Badan <6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg

Jumlah Cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400

2) Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah.


3) Bujuk ibu untuk meneruskan ASI.
4) Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air
masak selama masa ini.
5) Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan
oralit.
6) Beri obat zinc selama 10 hari berturut-turut.

b. Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit, yaitu:
1) Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan.
2) Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas.
3) Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah.
4) Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air
masak atau ASI. Beri oralit sesuai rencana terapi A bila pembengkakan telah
hilang.
c. Setelah 3-4 Jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian,
pilih rencana terapi A, B atau C untuk melanjutkan terapi:
1) Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana terapi A. Bila dehidrasi telah hilang,
anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur.
2) Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi rencana terapiB
3) Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah.
4) Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan rencana terapi C
d. Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B
1) Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam Terapi 3 jam di rumah.
2) Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan di rumah
3) Jelaskan 5 langkah rencana terapi A untuk mengobati anak di rumah

3. Rencana pengobatan C (pengobatan dehidrasi berat)


Rencana pengobatan C digunakan terutama untuk penderita dehidrasi berat,
maksud rencana pengobatan ini adalah memberikan sejumlah cairan yang banyak
dengan cepat untuk mengganti cairan yang hilang yang mengakibatkan dehidrasi
berat.
Cara pemberian biasanya dengan cairan intravena, cairan yang dianjurkan adalah
ringer laktat karena cairan ini memberikan natrium dan laktat yang cukup
dimetabolisme menjadi bikarbonat untuk mengatasi asidosis, cairan lain yang dapat
diterima adalah normal salin setengah. Cairan lain yang dapat diberikan untuk
penderita dehidrasi berat adalah dengan rehidrasi oral dengan pipa nasogastrik. Cara
ini dapat dipakai hanya sebagai tindakan derajat yaitu bilamana pemberian secara
intravena tidak dapat dilakukan. Cairan yang dibutuhkan dalam rehidrasi oral pipa
nasogastrik adalah larutan oralit. Setelah tanda-tanda dehidrasi penderita membaik,
cairan harus diberikan menurut rencana terapi B dan bila dehidrasi telah hilang,
cairan dapat diberikan menurut rencana pengobatan A.

Tindakan pencegahan diare adalah hal yang baik dari pada pengobatan, adapun
cara pencegahan diare menurut (Suririnah, 2006) sebagai berikut:

a. Meneruskan pemberian ASI


b. Memperhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk pemberian makanan
pendamping ASI setelah bayi berusia 4 bulan.
c. Menjaga kebersihan tangan, menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh
anggota keluarga, cuci tangan sebelum atau menyediakan makanan untuk si kecil.
d. Menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang dimakan, juga kebersihan
perabot makan atau minuman si kecil.

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
8. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.

9. Pencegahanan Diare
Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006) adalah
sebagai berikut:
a) Pemberian ASI
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi
dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap
diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung
4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu
botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri
penyebab diare (Depkes RI, 2006).

Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan
resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan
cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya
menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya
gizi buruk (Depkes RI, 2006).

b) Pemberian Makanan Pendamping ASI


Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa
yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI
dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain
yang menyebabkan kematian (Depkes RI, 2006).

Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan


pendamping ASI yang lebih baik yaitu :
1. Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi
masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan
sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih
sering (4 kali sehari) setelah anak berumur 1 tahun, memberikan semua
makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan
pemberian ASI bila mungkin.

2. Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian


untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang–
kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta
menyuapi anak dengan sendok yang bersih.

3. Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa makanan


pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum diberikan
kepada anak. (Depkes RI, 2006).

c) Menggunakan air bersih yang cukup


Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-
oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau
benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan
yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2006).

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih


mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat
yang tidak mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006).
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai
dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes RI, 2006).

Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:

1. Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.


2. Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat
lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan
serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan
air hujan dari sumber.
3. Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan
gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.
4. Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan. (Depkes RI, 2006).

d) Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).

e) Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap
penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban,
dan keluarga harus buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
1. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga.
2. Bersihkan jamban secara teratur.
3. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air
besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan
tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari
buang air besar tanpa alas kaki. (Depkes RI, 2006).

f) Membuang Tinja Bayi yang Benar


Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal
ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak
dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal
yang harus diperhatikan:
1. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau
kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.

2. Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih dan
mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau
anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau
daun besar dan buang ke dalam kakus.

3. Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya.
(Depkes RI, 2006).

g) Pemberian Imunisasi Campak


Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak
juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera
setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006).

Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9


bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang
sedang menderita campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari
penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus
mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah
penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan
tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio
(Depkes RI, 2006).

Pencegahan terhadap diare atau pencarian terhadap pengobatan diare pada


balita termasuk dalam perilaku kesehatan. Adapun perilaku kesehatan menurut
Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan
dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana
sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan (health
seeking behavior)
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan


Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya.

Untuk menilai baik atau tidaknya perilaku kesehatan seseorang, dapat


dinilai dari domain-domain perilaku. Domain-domain tersebut adalah
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dalam penelitian ini domain sikap tidak dinilai,
karena merupakan perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup
merupakan persepsi seseorang terhadap suatu stimulus, yang mana persepsi ini
tidak dapat diamati secara jelas. Sementara tindakan termasuk perilaku terbuka,
yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Hal ini dapat secara jelas diamati oleh orang lain (Notoadmodjo, 2003).

10. Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian Diare.
Menurut Bambang dan Nurtjahjo (2011) cara penularan diare pada umumnya melalui
cara fekal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen,
atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja
penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui 4F = finger, files, fluid, field).
Juffrie dan Mulyani (2011) Faktor resiko yang dapat meningkatan penularan
enteropatogen antara lain: tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama
kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja,
kurangnya sarana kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk,
penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higenis dan cara penyapihan yang tidak
baik. Selain hal-hal tersebut beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan
kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya
keasaman lambung, menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu
terakhir dan faktor genetik.

11. Teknik Penanganan Diare Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
A. Langkah-langkah dalam mencuci tangan
Cuci tangan 7 langkah yaitu:
1. Kedua telapak tangan saling digosok.
2. Letakan telapak tangan kanan diatas tangan kiri lalu gosokkan sela-sela jari tersebut dan
sebaliknya.

3. Posisi telapak tangan kanan dan kiri saling menempel, jari-jari saling terkait.

4. Letakan punggung jari kanan pada telapak tangan kiri, posisi saling mengunci dan
sebaliknya.
5. Gosok memutar ibu jari kanan dengan telapak kiri dan sebaliknya.

6. Jari-jari tangan kanan menguncup, gosok memutar diatas telapak tangan kiri dan
sebaliknya.
7. Gosok memutar pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya.

12. Teknik Penanganan Pertama Diare dengan Obat Tradisional yaitu Daun Jambu
 Cara Mengolah Daun Jambu Biji Untuk Diare
Sebenarnya untuk mengolah daun jambu biji tidak sulit, dengan mengkonsumsinya
daun jambu biji muda secara langsung itu pun sudah cukup. Namun alangkah
baiknya daun jambu biji ini diolah untuk mendapatkan khasiat yang maksmial.
Berikut adalah diantarnya:
1) Menumbuk
a. Siapkan 6 lembar daun jambu biji dan 1 cangkir air matang.
b. Tumbuk daun jambu biji hingga halus dan masukkan ke dalam 1 cangkir air
matang.
c. Peras air tersebut dan minum 2 kali sehari.
2) Merebus
a. Siapkan 3 lembar daun jambu biji dan 3 gelas air.
b. Rebus 3 lembar daun jambu biji dalam 3 gelas air hingga tersisa satu gelas.
c. Saring dan minum air rebusan tersebut.
3) Memakannya
a. Ambil daun jambu biji muda, cuci bersih.
b. Beri sedikit garam pada daun, lipat.
c. Kunyah, telan airnya lalu buang ampasnya.
4) Menyeduh
a. Rebus daun jambu biji dengan air mendidih.
b. Seduh air rebusan jambu biji dengan teh, minum 2 kali sehari.

13) Cara pembuatan oralit untuk balita yang memiliki penyakit diare
Takaran dan Waktu Pemberian Oralit

1. Tuangkan air putih ke dalam gelas.


2. Masukan setengah sendok teh garam dan dua sendok teh gula.
3. Aduk hingga merata lalu minum secara perlahan.\

Untuk memberikan efek yang maksimal, Anda harus memberikan oralit sesuai
dengan takaran yang dianjurkan bagi setiap kelompok usia penderita diare.
Pemberian oralit yang pertama dilakukan pada satu jam pertama setelah diare
muncul. Berikut adalah daftar takarannya:

a. Usia di bawah 1 tahun: 300 ml dalam 1,5 gelas.


b. Usia 1 -4 tahun: 600 ml dalam 3 gelas.
c. Usia 5 – 12 tahun: 1,2 liter dalam 6 gelas.
d. Usia di atas 12 tahun (dewasa): 2,4 liter dalam 12 gelas.
Setelah pemberian pertama tersebut, pemberian oralit yang selanjutnya adalah
setiap selesai buang air besar. Berikut daftar takarannya:

a. Usia di bawah 1 tahun: 100 ml dalam setengah gelas.


b. Usia 1 -4 tahun: 200 ml dalam 1 gelas.
c. Usia 5 – 12 tahun: 300 ml dalam 1,5 gelas.
d. Usia di atas 12 tahun (dewasa): 400 ml dalam 5 gelas.

Cara pembuatan larutan air gula yaitu:

½ sendok teh gula dan seujung garam di larutkan dengan 1 gelas air.

14) Teknik Penanganan Diare dengan Metode Akupresur


Titik Refleksi Diare di telapak Kaki dan Tangan

Diare adalah penyakit yang sangat berhubungan erat dengan saluran


pencernaan, dari mulai lambung, usus 12 jari sampai usus besar yang kemudian
sampai ke anus yang merupakan lubang pembuangan kotoran dari sisa
metabolisme.
Oleh sebab itu titik refleksi untuk menngobati diare yang akan saya share
disini juga terfokus pada organ-organ yang berhubungan dengan saluran
pencernaan yang bisa anda pelajari pada gambar dibawah ini.
Titik Refleksi Diare di Tangan dan kaki
Keterangan Gambar Refleksi:
a. Nomor 1 merupakan titik refleksi lambung yang berada di telapak kaki kanan
dan kiri
b. Nomor 2 adalah titik refleksi Usus 12 jari di telapk kai kanan dan kiri
c. Nomor 3 Merupakan titik refleksi usus besar melintang
d. Nomor 4 adalah titik refleksi usus besar menurun
e. Nomor 5 adalah titik refleksi katup ileo-sekal (akhir usus kecil) di telapak kaki
sebelah kanan
f. Nomor 6 merupakan titik refleksi rektum yang hanya ada di telapak kaki kiri
saja
g. nomor 7 adalah titik refleksi anus yang ada di telapak kaki sebelah kiri
h. Nomor 8 adalah titik refleksi lambung yang berada di telapak tangan kanan dan
kiri
i. Nomor 9 merupakan titik refleksi usus besar yang berada di telapak tangan
kanan dan kiri
Cara melakukan pijat refleksi diare
Setelah anda pelajari setiap titik refleksi diatas, sekarang anda bisa melakukan
pemijatan sendiri pada telapak kaki dengan menggunakan jari tangan atau dengan
bantuan kayu yang sudah dibuat runcing di ujungnya sebagai media pemijatan.
lakukan pemijatan pada titik refleksi diare diatas selama minimal 2 menit untuk
setiap titiknya.
Lakukan terapi pemijatan tahap awal selama 3 kali sehari sampai diare yang
anda derita sembuh total. Setelah selesai melakukan terapi, jangan lupa untuk
banyak minum air putih setidaknya 500 ml untuk orang dewasa.

DAFTAR PUSTAKA

Anik Maryunani, 2013, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Jakarta : Trans Info Media

Atikah dan E. Rahmawati.2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta: Nuha
Medika

Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan 2007. Departemen Kesehtan RI.

Depkes RI.2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Edisi 2011 Halaman
2-11.Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Hidayat, A. Aziz Alimul.2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba


Hidayat, A. Aziz Alimul.2008. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika

Kementrian Kesehatan RI. Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan Medika
2011;2:1–37. Diakses pada 30 Oktober 2018 Available at
www.depkes.go.id/download.php?file.../buletin/buletin-diare.pdf

Mc. Kenzie, J.F., Neiger, B.L., & Smeltzer, J.L. 2005. Planning implementing and
evaluation health promotion programs. San Fransisco, CA : Pearson
Education.

Mukono.2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya

Paramitha, G.W., Soprima, M., dan Haryanto, B., 2010. Perilaku Ibu Pengguna Botol
Susu Dengan Kejadian Diare pada Balita. Jakarta Timur : Departemen
Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. 2011. (Online),
(http://www.perdhaki.org/content/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat ,diakses
pada tanggal 30 Oktober 2018)

Pusat Promosi Kesehatan. 2012. Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). (Online),
(http://www.promosikesehatan.com/?act=program&id=12,diakses pada
tanggal 30 Oktober 2018)

Price, Sylvia A. Dkk.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit


Edisi 6 Volume 1. EGC, Jakarta

Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddarth Edisi 8 Volume 2. EGC, Jakarta.

Soemirat, Juli.2004. Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta : Gajah Mada University


Pres
Sumijatun, et al.2005. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC

Subagyo B., Santoso N.B., 2012. Diare Akut Pada Anak.Surakarta: uns press pp.2-33
Sylvia, A.P., 1995. Patofisiologi jilid 2. Jakarta, EGC

WHO. Diarrhoealdisease [Internet]. 2013. Diakses pada 30 Oktober 2018


Available at http://www.who.int/topics/diarrhoea/en/

Lampiran 2

SUSUNAN PANITIA

PELATIHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KEJADIAN DIARE
DI WILAYAH KERJA UPT. KESMAS SUKAWATI 1

I. Pelindung : Putu Risma Aria Pradnyadewi


II. Penasehat : Ni Kd JA Dwivanissha

III. Pengarah : Ni Putu Indah Prastika Dewi


IV.Pembina :
I Gusti Agung Indira Prasadha
Ni Putu Natiya Giyanti
Putu Ratih Kartika Dewi Aprillianti
Ni Putu Desi Diartami

Ketua Panitia : Indah Cantika Wahadi

Wakil Ketua : Luh Eka Desriana Putri

Sekretaris I :Ni Luh Gede Inten Yuliana Dewi

Sekretaris II : Fendy A Pratama

Bendahara I : Kadek Meisa Ruspita Dewi

Bendahara II : Ni Putu Ayu Sucita Dewi

Sie Acara
Koor : Ni Putu Rika Umi Krismonita
Anggota : 1. Mila Cahyani Heryanto

2. Ari Julianita Dewi

3. Ni Wayan Suratmini

4. Rizqia Reza Umami

Sie Perlengkapan

Koor : Putu Candra Pradnyasari


Anggota : 1. Komang Yunita PP

2. Kt Elfirasani

3. Ni Luh Listya Dewi

Sie Konsumsi

Koor : Dewa Ayu Putri Weda Dewanti

Anggota : 1. Ni Komang Ayu Candra Monika

2. Kadek Fajar W

3. Ni Putu Nita Ayu Sandra

Sie Humas

Koor : I Komang Sutha Jaya

Anggota : 1. Kadek Fajar W

2. I Gusti Bagus Komang Alit Wardana

3. Gede Andre Krisnandha Swara

Sie Dokumentasi

Koor : Kadek Dwiki Putra Udiana

Anggota : 1. I Gusti Ayu Ari Purnamawati

2. Ni Putu Sri Wiadnyani

Sie Rohani

Koor : IGA Gd Indira Prasadha

Anggota : 1. I Dewa Ayu Dwi Apriani


2. Ni Wayan Suratmini

Sie Penggalian Dana

Koor : I Dewa Ayu Githa P

Anggota : 1. I Gd Agus Narayana

2. Putu Ayu Sutarini Dewi

Lampiran 3

SUSUNAN ACARA
PELATIHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN DIARE
DI WILAYAH KERJA UPT. KESMAS SUKAWATI 1

PUKUL KEGIATAN
07.30 – 08.10 Registrasi peserta pelatihan sekaligus pembagian snack
08.10 – 08.25 Pembukaan
08.25 – 08.45 Doa
08.45 – 09.00 Sambutan-sambutan
1) Ketua Panitia
2) Pembina Kegiatan
3) Kepala Puskesmas Sukawati 1 (sekaligus membuka
acara)
SESI I
09.00 – 10.30 Indah Cantika Wahadi dan Luh Eka Desriana Putri
(Narasumber 1)
Perkenalan Mengenai Diare dan Pengenalan Prilaku Hidup
Bersih dan Sehat

10.30 – 10.45 Ice breaking

10.45 – 11.20 Kadek Meisa Ruspita Dewi dan Ni Luh Gede Inten Yuliana D
(Narasumber 2)
Pengenalan Tehnik Akupresur pada Kasus Diare dan
Demonstrasi dan Pertolongan Pertama Diare Pada Balita

11.20 - 12.00 Tanya jawab


12.00 – 13.00 Makan siang
Hiburan :
1. Akustik dari band lokal
2. Stand Up Comedy
3. Joged
13.00 – 13.15 Penutupan
Lampiran 4

RANCANGAN ANGGARAN BIAYA

PELATIHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KEJADIAN DIARE
DI WILAYAH KERJA UPT. KESMAS SUKAWATI 1

No Uraian Jumlah Harga Satuan Jumlah Harga


1 Konsumsi Peserta 70 Orang Rp. 7000,00 Rp. 490.000,00
2 Konsumsi Narasumber 4 Orang Rp. 15.000,00 Rp. 60.000,00
3 Konsumsi Undangan 10 Orang Rp. 15.000,00 Rp. 150.000,00
4 Banten 5 Buah Rp. 20.000,00 Rp. 100.000,00
5 Dekorasi 1 set Rp. 200.000,00 Rp. 200.000,00
6 Sertifikat dan Souvenir 4 Buah Rp. 25.000,00 Rp. 100.000,00
Narasumber
7 Sertifikat Panitia 53 Buah Rp. 5.000,00 Rp. 265.000,00
8 Peralatan Demonstrasi - - Rp. 300.000,00
TOTAL RP. 1.665.000,00

BAB III
KENDALA DAN SOLUSI

3.1 Kendala
Kendala yang kami dapatkan yaitu kurangnya pengetahuan mengenai bagaimana
penyebab dari Diare dan cara penanganan pertama pada Diare, kesadaran dari masyarakat
yang sangat kurang , minat dan partisipasi masyarakat dalam menjaga gaya hidup dan
kebiasaan hidup bersih dan sehat yang mereka terapkan, sehingga masyarakat tidak
terlalu memperhatikan kebiasaan hidup bersih dan sehat seperti cuci tangan dan
menggunakan jamban yang sehat dan tepat.
3.2 Solusi
Solusi yang bisa kita sarankan yaitu dengan cara memberikan informasi atau health
education kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan baik dalam diri
maupun luar lingkungan serta gaya hidup yang sehat guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Tidak hanya health education yang bisa kita berikan kepada
masyarakat, tapi kita juga bisa memberikan perhatian serta contoh kepada masyarakat
seperti bagaimana cara membuat larutan gula garam , penanganan pertama pada Diare
serta menjaga kesehatan dan gaya hidup yang bersih dan sehat. Kita juga bisa
memberikan informasi kepada masyarakat bahwa kurangnya menjaga perilaku hidup
bersih dan sehat bisa menyebabkan berbagai penyakit serta komplikasi yang akan
ditimbulkan salah satunya yaitu Diare . Sehingga masyarakat mampu menyadari dan
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dengan demikian derajat kesehatan
masyarakat di wilayah kerja UPT. Kesmas Sukawati 1 menjadi meningkat.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Diare adalah buang air besar yang lembek atau cair bahkan berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) dan
berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare adalah suatu kondisi ketika gerak peristaltik usus lebih cepat dari biasanya
sehingga pengeluaran buang air besar (BAB) lebih encer dan frekuensinya lebih banyak.
Terkadang, diare bukanlah suatu penyakit yang berbahaya. Namun, diare adalah kondisi
yang menimbulkan dampak serius jika mengakibatkan dehidrasi yang pada akhirnya
menyebabkan syok hipovolemik (dropnya tubuh karena kekurangan cairan).
Penyakit diare disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi bakteri yang juga
bisa menyebabkan keracunan makanan (campylobacter, clostridum difficile, escherichia
coli, salmonella, dan shigella) Radang usus buntu. Alergi makanan juga bisa
menjadi penyebab diare. (Depkes RI, 2009)
Di wilayah kerja UPT. Kesmas Sukawati 1 masih banyak masyarakat yang menderita
Diare, hal tersebut terbukti dengan hasil kunjungan masyarakat ke puskesmas yaitu pada
tahun 2016 sebanyak 926 pasien, sedangkan pada bulan januari – September 2018
sebanyak 651 pasien Diare yang berkunjung. Data tersebut menunjukkan bahwa di
daerah ini masih banyak masyarakat yang menderita Diare dan perlu mendapatkan
perhatian khusus serta penanganan yang tepat dalam menangani kasus Diare di wilayah
kerja UPT. Kesmas Sukawati 1.

4.2 Saran
Dengan adanya proposal ini semoga dapat membantu dalam mengatasi permasalahan
Diare di wilayah kerja UPT. Kesmas Sukawati 1, sehingga derajat kesehatan masyarakat
di wilayah kerja UPT. Kesmas Sukawati 1 meningkat dan masyarakatnya sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai