Anda di halaman 1dari 11

Analisis Hadis Jilbab Metode Pemahaman Hadis al-Ghazali

Sarah Nafisah

11160360000014

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA , Jl.Ir. H. Juanda


No.95,Cempaka Putih, Kec. Ciputat, Kota tangerang Selatan, Banten 15412,
Indonesia

Sarah.nafisah16@mhs.uinjkt.ac.id

Abstrak

Jilbab merupakan kewajiban untuk menutup aurat wanita, pembahsan


jilbab juga sudah ada dalam sumber ajaran Islam salah satunya sumber
yang kedua ialah Hadis. Hanya saja di dalam hadis, tentang pemakaian
jilbab tidak ada penetapan yang pasti sehingga membuat banyak
perdebatan dan al-Ghazali juga merupakan salah satu ulama yang
mendepatkan maslah itu memlalui metode pemahamannya. Yang mana
beliau meneliti hadis jilbab melalui al-Qur’an, dengan Hadis lainnya, fakta
historis dan kebenaran ilmiah.

Kata kunci: Jilbab, Hadis, Ghazali

1. Pendahuluan

Dalam perjalanan hadis pada masa Nabi, hadis merupakan tradisi “lisan”
sehingga jika ada sesuatu yang mengganjal maka bisa ditanyakan langsung
kepada Nabi selaku sumbernya. Berbeda dengan pasca Nabi wafat, hadis
sudah menjadi bentuk “tertulis” yang beku dan kaku. Menghindari
kekakuan sebuah hadis perlu adanya usaha untuk memahami suatu hadis
secara lebih transparan. Pemahaman hadits Nabi adalah persoalan yang
penting karena berangkat dari realitas hadist sebagai sumber kedua ajaran
Islam setelah Al-Qur’an. Perkembangan pemikiran hadits tidak semarak
yang terjadi dalam pemikiran terhadap Al-Qur’an sehingga timbul
permasalahan tentang keotentikan hadits. Meskipun upaya pemahaman
hadits Nabi terus menerus dilakukan oleh ahli dibidangnya, tampaknya
masih banyak hal yang perlu dikaji sehingga banyak perbedaan dalam
pemahaman hadis. Salah satu tokoh dari pemahaman hadis ialah
Muhammad al-Ghazali, beliau mempunyai karakteristik sendiri untuk
memahami hadis, agar hadis tersebut relevan jika diaplikasikan dalam
realitas yang berkembang pada zaman ini. Dan hadis yang akan dianalisis
menggunakan metode al-Ghazali adalah hadis dengan substansial jilbab.
2. Pembahasan

Untuk mendahuli pemaparan pada pembahsan ini, perlu kiranya untuk


menilik kembali biografi singkat al-Ghazali . Asasnya sebuah metode akan
dipahami ketika melihat latar belakang pencetus metode tersebut.

A. Biografi Muhammad al-Ghazali

Muhammad Al-Ghazali lahir pada 1917 M di al-Bahirah, Mesir. Daerah


ini dikenal banyak di lahirkan tokoh-tokoh islam terkemuka pada zamannya,
seperti Muhammad Abduh, Mahmud Syaltut, Hasan al-Banna dan
Muhammad al-Madani.

Muhammad al-Ghazali sudah menghafal al-Qur’an 30 Juz pada usia 10


tahun. Pendidikan dasar dan menengahnya, ia tempuh di Sekolah Agama.
Pada tahun 1937, ia melanjutkan pendidikannya pada jurusan Dakwah
fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar, Mesir dan lulus pada tahun 1941
M. kemudian melanjutkan ke Fakultas Bahasa Arab di Universitas yang
sama dan selesai pada tahun 1943. Selama kuliah, ia direkrut oleh Imam
Hasan al-Banna hingga menjadi salah seorang tokoh Ikhwanul Muslimin. Ia
aktif melakukan jihad di medan dakwah islamiyah melalui berbagai forum
seminar, pendidikan, pembinaan, khutbah, ceramah dan tulisan.1

Al-Ghazali juga seorang ulama Islam yang sangat peduli terhadap


persoalan-persoalan umat islam kontemporer, terutama yang berhubungan
dengan dakwah dan pemikiran. Sampai wafatnya, selain menulis di berbagai
majalah dan surat kabar bahasa Arab, beliau juga menulis 48 judul buku
yang telah di terbitkan dan di terjemahkan ke dalam berbagai bahasa Asing,
termasuk ke dalam bahasa Indonesia.2 Karena tujuan utama dari
pemikirannya adalah berusaha membumikan ajaran Islam dalam kehidupan
modern secara lebih realistis sehingga konsep Islam sebagai rahmatan
lil’alamin dapt terwujud secara nyata tanpa tersekat oleh ruang dan waktu.3

Muhammad al-Ghazali wafat dalam usia 80 tahun pada hari Sabtu,


tanggal 9 Syawal 1416 H/ 6 Maret 1996 ketika ia berada di Saudi Arabia
untuk menghadiri seminar tentang Islam dan Barat. Wafatnya begitu tiba-
tiba, diduga karena serangan jantung.4

1
Bustamin, Salam, M. Isa H.A, Metodologi Kritik Hadis, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 99-100
2
Badri Khaeruman, Otentitas Hadis: Studi Kritis atas Kajian Hadis Kontemporer,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 264-265
3
http://coretanatifah.blogspot.com/2016/12/pemikiran-hadits-kontemporer-
perspektif.html?m=1 dikutip pada tanggal 2/10/2019 puluk 19:43
4
Bustamin, Salam, M. Isa H.A, Metodologi Kritik Hadis, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 100
B. Karya-karya al-Ghazali

Sebagai ulama yang produktif, beliau banyak mencurahkan


pemikirannya terhadap tulisannya, yang kira-kira tercatat ke dalam beberapa
bidang. Diantaranya karya-karya beliau ialah:

a. Bidang Tafsir
 Al-Mah{awirul Khamsah lil Qur’anil Kari>m
 Naz{rat fi> al-Qur’an
 Kaifa Maudhu’I li Suwar al-Qur’an al-Karim
 Nahwa Tafsir Maudhu’I Suwaril Qur’anul Karim
b. Bidang Hadis
 Al-Sunnatun Nabawiyah baina Ahli Fiqhi wa Ahlil H{adis\
 Fiqh al-Sirah
 Min Khunuzis Sunnah
 Kaifa Nata’amal ma’a al-Sunnah
c. Bidang Aqidah dan Tasawuf
 Aqidah al-Muslim
 Al-Janibul athifi minal Islam
 Fannudz Z|ikri wad Du’a ‘Inda khatimil Ba’tsil Anbiya
 Raka-izul Iman bainal Aqli wal Qalb
 Khuluqul Muslimin
d. Bidang Da’wah
 ‘ilalun wa Adwiyah
 Al-Da’watul Islamiyah Tastaqlibu Qarnahal Khamis Asyar
 Fi> Maukibid Da’wah
 Hamumu Da’iyah
 Jihadu al-Da’wah baina ‘Ajzid Dakhil wa Kaidil Khari>j
 Ma’allah
e. Bidang Pemikiran
 Al-Ghazwul Fikri Yamtaddu fi> Faraghina
 Al-Islam al-Muftara ‘Alaihi bainasy Syuyu’iyin war
Ra’simaliyin
 Al-Islam fi Wajhiz Zahfil Ahmar
 Al-Islam wal Istibdadus Siyasi
 Haqiqatul Qaumiyatil ‘Arabiyah wa Usthuratil Ba’tsil ‘Arabi
 Huququl Insan Baina Ta’alimil Islam wa I’lanil Umamil
Muttahidah
 Al-Ta’ashub wat Tasamuh bainal Masihiyah wal Islam dll.5

5
Jamiludin, Kritik Terhadap Pemahaman Muhammad al-Ghazali Tentang Hadis
Kepemimpinan Perempuan, (Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2018), hal. 17-
C. Pengertian Jilbab

Jilbab berasal dari akar kata Jalaba yang berarti menghimpun dan
membawa. Jilbab pada masa Nabi ialah pakaian luar yang menutupi segenap
anggota badan dari kepala hingga kaki perempuan dewasa. Secara bahasa,
jilbab sama dengan kata Qamis atau baju kurung yang bermakna baju yang
menutupi seluruh tubuh. Ia juga sama dengan Khimar atau tudung kepala
yang dapat dimaknai dengan apa yang dipakai di atas baju seperti selimut
dan kain yang menutupi seluruh tubuh perempuan. Kata jilbab juga di serap
ke dalam bahasa Indonesia, yang berarti baju kurung yang longgar, di
lengkapi dengan kerudung yang menutupi kepala, sebagian muka dan dada.6

Adapun menurut Ibnu Manzur dalam Lisan al-‘Arab menjelaskan bahwa


jilbab berarti selendang, atau pakaian lebar yang dipakai perempuan untuk
menutupi kepala, dada dan bagian belakang tubuhnya.

sedangkan Ibnu Sirrrin berkata menutup wajah dan kepalanya, serta


hanya memperlihatkan mata kirinya. Pendapat ini senada dengan Abu Bakar
al-Jazairi yang memaknai jilbab dengan hanya penampakkan satu mata di
gunakan untuk melihat jalan ketika seorang perempuan keluar rumah untuk
suatu keperluan.7

Menurut Nur Masrihatun Anisa dalam skripsinya mengatakan bahwa al-


Ghazali berkata sebagian menganggap perempuan harus menutup wajahnya
sehingga tidak terlihat bagian sedikitpun dari anggota tubuhnya.
Menurutnya, anggapan ini jelas-jelas salah hal tersebut ini membuktikan
setelah membaca ke kitab 12 hadis di dalam buku hadis yang paling shahih
yang ke semuanya mengisyaratkan bahwa kaum perempuan pada saat itu
membuka seluruh wajahnya dan kedua telapak tangannya di hadapan Nabi
SAW. Beliau tidak pernah menyuruh kepada seorang pun dari mereka agar
menutupi bagian dari wajahnya.8

D. Metode Pemahaman Hadis al-Ghazali dan contohnya


1) Pengujian dengan al-Qur’an

18
6
Nur Tsabita Halim, Pemahaman Hidzbut Tahrir Terhadap Jilbab dalam QS al-
Ahzab:59 (Makassar: Skripsi UIN Alauddin, 2017), hal. 12
7
Nur Tsabita Halim, Pemahaman Hidzbut Tahrir Terhadap Jilbab dalam QS al-
Ahzab:59 (Makassar: Skripsi UIN Alauddin, 2017), hal. 13
8
Nur Masrihatun Anisah, Studi Komparasi Pemahaman Syaikh Muhammad al-
Ghazali dan Muhammad bin Shalih al-Usaimin Terhadap Hadis-Hadis tentang Jilbab
(Semarang: Skripsi UIN Walisongo, 2018), hal. 44
Ia mengecam keras terhadap orang yang memahami dan mengamalkan
secara tekstual hadits yang shahih sanadnya namun matannya bertentangan
dengan Al-Qur’an. Keyakinan ini berasal dari kedudukan hadits sebagai
sumber otoritatif setelah Al-Qur’an dan tidak semua hadits dipahami secara
benar oleh periwayatnya.9 Al-Quran menurut al Ghazali adalah sumber
pertama dan utama. Sementara hadis sumber kedua. Penerapan kritik hadis
dengan pengujian al-Quran diarahkan secara konsisten oleh al ghazali. Oleh
karena itu banyak hadits yang di anggap shahih yang terdapat dalam kitab
Bukhari dan Muslim itu di anggap dhoif oleh al-Ghazali. Dalam hal-hal
yang muamalah dan kemashlahatan, al-Ghazali lenbih memilih hadits yang
sanadnya dhaif, bila kandungan matannyasesuai dengan prinsip ajaran al-
Quran. Daripada hadis yang sanadnya shahih tapi kandungan matannya
tidak sesuai dengan al-Quran.10

Contoh:

‫يد بْ ِن بَ ِش ٍري‬ ِ ِ‫يد عن سع‬ ِ


ْ ‫ب اأْل َنْطَاكِ ُّي َو ُم َؤ َّم ُل بْ ُن الْ َف‬
َ ْ َ ُ ‫ض ِل احْلََّرايِن ُّ قَااَل َح َّدثَنَا الْ َول‬ ٍ ‫وب بْن َك ْع‬
ُ ُ ‫َح َّدثَنَا َي ْع ُق‬
َّ ‫ك َع ْن َعائِ َشةَ َر ِضي اللَّهُ َعْن َها أ‬ ٍ ‫َعن َقتَ َادةَ َعن خالِ ٍد قَ َال يع ُقوب ابن ُدري‬
ْ َ‫ت أَيِب بَ ْك ٍر َد َخل‬
‫ت‬ َ ‫َن أَمْسَاءَ بِْن‬ َ ْ َ ُ ْ ُ َْ َ ْ ْ
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ ِ ُ ‫اق فَأ َْعرض عْنها رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ َ َ ٌ َ‫اب ِرق‬
ِ ِ
ٌ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َو َعلَْي َها ثي‬
ِ ِ
َ ‫َعلَى َر ُسول اللَّه‬
َ ‫صلُ ْح أَ ْن يَُرى ِمْن َها إِاَّل َه َذا َو َه َذا َوأ‬
‫َش َار إِىَل‬ ْ َ‫يض مَلْ ت‬
ِ
َ ‫ت الْ َمح‬ ْ َ‫َو َسلَّ َم َوقَ َال يَا أَمْسَاءُ إِ َّن الْ َم ْرأَةَ إِذَا َبلَغ‬
‫َو ْج ِه ِه َو َكفَّْي ِه‬

ٍ ‫قَ َال أَبو َداود ه َذا مرسل خالِ ُد بن ُدري‬


‫ك مَلْ يُ ْد ِر ْك َعائِ َشةَ َر ِض َي اللَّهُ َعْن َها‬ ْ َ ُ ْ َ ٌ َ ُْ َ ُ ُ
Telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Ka'b Al Anthaki dan
Muammal Ibnul Fadhl Al Harrani keduanya berkata; telah menceritakan
kepada kami Al Walid dari Sa'id bin Basyir dari Qatadah dari Khalid
berkata; Ya'qub bin Duraik berkata dari 'Aisyah radliallahu 'anha, bahwa
Asma binti Abu Bakr masuk menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dengan mengenakan kain yang tipis, maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam pun berpaling darinya. Beliau bersabda: "Wahai Asma`,
sesungguhnya seorang wanita jika telah baligh tidak boleh terlihat darinya
kecuali ini dan ini -beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya-."
Abu Dawud berkata, "Ini hadits mursal. Khalid bin Duraik belum pernah
bertemu dengan 'Aisyah radliallahu 'anha." (HR Abu Dawud)11
Suryadi, Metode Pemahaman Hadis Nabi, (Telaah Atas Pemikiran Muhammad
9

al-Ghazali dan Yusuf Al-Qardhawi (Yogyakarta: Desertasi UIN Sunan Kalijaga,


2004), hal. 6
10
Arif Nuh Safri, Progresifitas Pemikiran Hadis Muhammad al-Ghazali, An-Nur
Jurnal Studi Islam, Vil IX No. 1, (Yogyakarta: Juni 2017), hal. 11
11
Abi Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abi Dawud (Riyadh:
Maktabah al-Ma’arif) hal. 734
Para ulama sepakat berijma bahwa jilbab itu wajib. Yang mereka
perselisihkan ialah dalam masalah penutupan wajah dan kedua telapak
tangan.12

Al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 59

Hasil dari identifikasi terhadap hadis yang di riwayatkan oleh imam


Muslim setelah diintegrasikan dengan ayat al-Qur’an di atas. Menurut saya
spesifik di antara keduanya. Karena keduanya merupakan tidak saling
bertentangan seperti yang di maksud oleh Muhammad al-Ghazali.

2) Pengujian dengan Hadis

Muhammad al-Ghazali menyampaikan, dalam kasus apapun yang


berdasarkan agama tidak boleh hanya mengambil satu hadis, sedangkan
hadis lainnya tidak di perhatikan. Tetapi, antara satu hadis dengan hadis
yang lainnya harus di hubungkan.13 kemudian hadis-hadis yang tersambung
dikomparasikan dengan apa yang ditunjukkan oleh al-Quran.14

Contoh:

‫يد بْ ِن بَ ِش ٍري‬ ِ ِ‫يد عن سع‬ ِ


ْ ‫ب اأْل َنْطَاكِ ُّي َو ُم َؤ َّم ُل بْ ُن الْ َف‬
َ ْ َ ُ ‫ض ِل احْلََّرايِن ُّ قَااَل َح َّدثَنَا الْ َول‬ ٍ ‫وب بْن َك ْع‬
ُ ُ ‫َح َّدثَنَا َي ْع ُق‬
َّ ‫ك َع ْن َعائِ َشةَ َر ِضي اللَّهُ َعْن َها أ‬ ٍ ‫َعن َقتَ َادةَ َعن خالِ ٍد قَ َال يع ُقوب ابن ُدري‬
ْ َ‫ت أَيِب بَ ْك ٍر َد َخل‬
‫ت‬ َ ‫َن أَمْسَاءَ بِْن‬ َ ْ َ ُ ْ ُ َْ َ ْ ْ
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ ِ ُ ‫اق فَأ َْعرض عْنها رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ َ َ ٌ َ‫اب ِرق‬
ِ ِ
ٌ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َو َعلَْي َها ثي‬
ِ ِ
َ ‫َعلَى َر ُسول اللَّه‬
َ ‫صلُ ْح أَ ْن يَُرى ِمْن َها إِاَّل َه َذا َو َه َذا َوأ‬
‫َش َار إِىَل‬ ْ َ‫يض مَلْ ت‬
ِ
َ ‫ت الْ َمح‬ ْ َ‫َو َسلَّ َم َوقَ َال يَا أَمْسَاءُ إِ َّن الْ َم ْرأَةَ إِذَا َبلَغ‬
‫َو ْج ِه ِه َو َكفَّْي ِه‬

ٍ ‫قَ َال أَبو َداود ه َذا مرسل خالِ ُد بن ُدري‬


‫ك مَلْ يُ ْد ِر ْك َعائِ َشةَ َر ِض َي اللَّهُ َعْن َها‬ ْ َ ُ ْ َ ٌ َ ُْ َ ُ ُ
Telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Ka'b Al Anthaki dan
Muammal Ibnul Fadhl Al Harrani keduanya berkata; telah menceritakan
kepada kami Al Walid dari Sa'id bin Basyir dari Qatadah dari Khalid
berkata; Ya'qub bin Duraik berkata dari 'Aisyah radliallahu 'anha, bahwa
Asma binti Abu Bakr masuk menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dengan mengenakan kain yang tipis, maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam pun berpaling darinya. Beliau bersabda: "Wahai Asma`,
sesungguhnya seorang wanita jika telah baligh tidak boleh terlihat darinya

https://muslim.or.id/9411-kata-jil-jilbab-bukan-kewajiban-namun-pilihan-1.html
12

dikutip pada tanggal 2/10/2019 pukul 21:23


13
Jamiludin, Kritik Terhadap Pemahaman Muhammad al-Ghazali Tentang Hadis
Kepemimpinan Perempuan (Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2018), hal. 28
14
Arif Nuh Safri, Progresifitas Pemikiran Hadis Muhammad al-Ghazali, An-Nur
Jurnal Studi Islam, Vil IX No. 1, (Yogyakarta: Juni 2017), hal. 12
kecuali ini dan ini -beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya-."
Abu Dawud berkata, "Ini hadits mursal. Khalid bin Duraik belum pernah
bertemu dengan 'Aisyah radliallahu 'anha." (HR Abu Dawud)15

َ‫ين َع ْن أ ُِّم َع ِطيَّة‬ ِ ِ ِ ِ َ ‫و َح َّدثَنَا َع ْمرو النَّاقِ ُد َح َّدثَنَا ِعيسى بْن يُونُس َح َّدثَنَا ِه َش ٌام َع ْن َح ْف‬
َ ‫صةَ بْنت سري‬ َ ُ َ ٌ
ِ ‫َضحى الْعواتِق واحْل يَّض وذَو‬ ِ ‫يِف‬ ِ ِ ُ ‫قَالَت أَمرنَا رس‬
‫ات‬ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم أَ ْن خُنْ ِر َج ُه َّن الْفطْ ِر َواأْل‬ َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ ََ ْ
‫ول اللَّ ِه إِ ْح َدانَا اَل‬ ِِ
َ ‫ت يَا َر ُس‬
ُ ‫ني ُقْل‬ ُ َّ‫اخْلُ ُدو ِر فَأ ََّما احْلُي‬
َ ‫ض َفَي ْعتَ ِزلْ َن الصَّاَل ةَ َويَ ْش َه ْد َن اخْلَْيَر َو َد ْع َوةَ الْ ُم ْسلم‬
‫ُخُت َها ِم ْن ِج ْلبَاهِبَا‬ ِ
ْ ‫اب قَ َال لُت ْلبِ ْس َها أ‬
ِ
ٌ َ‫يَ ُكو ُن هَلَا ج ْلب‬
Dan telah menceritakan kepada kami Amru An Naqid telah
menceritakan kepada kami Isa bin Yunus telah menceritakan kepada kami
Hisyam dari Hafshah binti Sirin dari Ummu Athiyyah ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kepada kami agar
mengajak serta keluar melakukan shalat idul fithri dan idul Adlha para
gadis, wanita haid dan wanita yang sedang dipingit. Adapun mereka yang
sedang haidl tidak ikut shalat, namun turut menyaksikan kebaikan dan
menyambut seruan kaum muslimin. Saya bertanya kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, "Wahai Rasulullah, di antara kami ada yang
tidak memiliki baju." Beliau menjawab: "Hendaknya saudaranya yang
memiliki jilbab memakaikannya." (HR Muslim)16

Pengujian antara hadis dengan hadis di atas sangat berkolerasi di


antaranya karena keduanya menunjukkan bahwa perempuan harus menutup
auratnya.

3) Pengujian dengan fakta historis

Hadits dan sejarah memiliki hubungan sinergis yang saling menguatkan


satu sama lain. Adanya kecocokan antara hadits dengan fakta sejarah akan
menjadikan hadits memiliki sandaran validitas yang kokoh, sebaliknya
apabila terjadi penyimpangan antar keduanya, salah satu diantara keduanya
akan diragukan kebenarannya.17

Contoh:

ِ ِ‫يد عن سع‬
‫يد بْ ِن بَ ِش ٍري‬ ِ
ْ ‫ب اأْل َنْطَاكِ ُّي َو ُم َؤ َّم ُل بْ ُن الْ َف‬
َ ْ َ ُ ‫ض ِل احْلََّرايِن ُّ قَااَل َح َّدثَنَا الْ َول‬ ٍ ‫وب بْن َك ْع‬
ُ ُ ‫َح َّدثَنَا َي ْع ُق‬
َّ ‫ك َع ْن َعائِ َشةَ َر ِضي اللَّهُ َعْن َها أ‬ ٍ ‫َعن َقتَ َادةَ َعن خالِ ٍد قَ َال يع ُقوب ابن ُدري‬
َ ‫َن أَمْسَاءَ بِْن‬
ْ َ‫ت أَيِب بَ ْك ٍر َد َخل‬
‫ت‬ َ ْ َ ُ ْ ُ َْ َ ْ ْ
Abi Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abi Dawud (Riyadh:
15

Maktabah al-Ma’arif) hal. 734


16
Abi Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim
(Maktabah al-Tsaqafah, 2009), hal. 211
17
Chichi ‘Aisyatud Da’watiz Zahroh, Metode Kontemporer Memahami Hadis
Nabi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014), hal. 6
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ ِ ُ ‫اق فَأ َْعرض عْنها رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ َ َ ٌ َ‫اب ِرق‬
ِ ِ
ٌ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َو َعلَْي َها ثي‬
ِ ِ
َ ‫َعلَى َر ُسول اللَّه‬
َ ‫صلُ ْح أَ ْن يَُرى ِمْن َها إِاَّل َه َذا َو َه َذا َوأ‬
‫َش َار إِىَل‬ ْ َ‫يض مَلْ ت‬
ِ
َ ‫ت الْ َمح‬ ْ َ‫َو َسلَّ َم َوقَ َال يَا أَمْسَاءُ إِ َّن الْ َم ْرأََة إِ َذا َبلَغ‬
‫َو ْج ِه ِه َو َكفَّْي ِه‬

ٍ ‫قَ َال أَبو َداود ه َذا مرسل خالِ ُد بن ُدري‬


‫ك مَلْ يُ ْد ِر ْك َعائِ َشةَ َر ِض َي اللَّهُ َعْن َها‬ ْ َ ُ ْ َ ٌ َ ُْ َ ُ ُ
Telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Ka'b Al Anthaki dan
Muammal Ibnul Fadhl Al Harrani keduanya berkata; telah menceritakan
kepada kami Al Walid dari Sa'id bin Basyir dari Qatadah dari Khalid
berkata; Ya'qub bin Duraik berkata dari 'Aisyah radliallahu 'anha, bahwa
Asma binti Abu Bakr masuk menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dengan mengenakan kain yang tipis, maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam pun berpaling darinya. Beliau bersabda: "Wahai Asma`,
sesungguhnya seorang wanita jika telah baligh tidak boleh terlihat darinya
kecuali ini dan ini -beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya-."
Abu Dawud berkata, "Ini hadits mursal. Khalid bin Duraik belum pernah
bertemu dengan 'Aisyah radliallahu 'anha." (HR Abu Dawud)18

Dalam masyarakat Arab pra-Islam, jilbab bukanlah hal yang baru bagi
mereka. Biasanya, anak-anak wanita yang sudah mulai menginjak usia
dewasa, mengenakan jilbab sebagai tanda bahwa mereka minta segera
dinikahkan. Di samping itu bagi mereka, jilbab merupakan ciri khas yang
membedakan antara wanita merdeka dan para budak atau hamba sahaya.
Mereka menganggapnya sebagai tradisi yang harus dilakukan. Dan ketika
Islam datang, ia mensahkan tradisi tersebut.19

4) Pengujian dengan kebenaran ilmiah

Menurut al-Ghazali dalam artikel Wahyuni Shifaturrahmah, mengatakan


bahwa bagaimanapun shahihnya sanad hadis, jika matan informasinya
bertentangan dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia, maka hadis tersebut
tidak layak di pakai.20 Dapat diartikan bahwa setiap kandungan matan hadis
tidak boleh bertentangan dengan penemuan ilmiah atau ilmu pengetahuan.
Karena hal tersebut merupakan rasa keadilan dengan hak asasi manusia.

Contoh:
18
Abi Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abi Dawud (Riyadh:
Maktabah al-Ma’arif) hal. 734
19
https://pendidikan-hukum.blogspot.com/2010/10/jilbab-dalam-lintasan-sejarah-
islam_26.html?m=1 di kutip pada tanggal 3/10/2019 pukul 6:35
20
https://www.google.com/amp/s/wahyunishifaturrahmah.wordpress.com/2010/02/
16/sikap-pemikir-kontemporer-tentang-hadis-dan-implementasinya-studi-komparatif-
atas-pemikiran-yusuf-al-qardhawi-dan-muhammad-al-ghazali/amp/ dikutip pada
tanggal 3/10/2019 pukul 6:54
‫يد بْ ِن بَ ِش ٍري‬ ِ ِ‫يد عن سع‬ ِ
ْ ‫ب اأْل َنْطَاكِ ُّي َو ُم َؤ َّم ُل بْ ُن الْ َف‬
َ ْ َ ُ ‫ض ِل احْلََّرايِن ُّ قَااَل َح َّد َثنَا الْ َول‬ ٍ ‫وب بْن َك ْع‬
ُ ُ ‫َح َّد َثنَا َي ْع ُق‬
َّ ‫ك َع ْن َعائِ َشةَ َر ِضي اللَّهُ َعْن َها أ‬ ٍ ‫َعن َقتَ َاد َة َعن خالِ ٍد قَ َال يع ُقوب ابن ُدري‬
ْ َ‫ت أَيِب بَ ْك ٍر َد َخل‬
‫ت‬ َ ‫َن أَمْسَاءَ بِْن‬ َ ْ َ ُ ْ ُ َْ َ ْ ْ
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ ِ ُ ‫اق فَأ َْعرض عْنها رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ َ َ ٌ َ‫اب ِرق‬
ِ ِ
ٌ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َو َعلَْي َها ثي‬
ِ ِ
َ ‫َعلَى َر ُسول اللَّه‬
َ ‫صلُ ْح أَ ْن يَُرى ِمْن َها إِاَّل َه َذا َو َه َذا َوأ‬
‫َش َار إِىَل‬ ْ َ‫يض مَلْ ت‬
ِ
َ ‫ت الْ َمح‬ ْ َ‫َو َسلَّ َم َوقَ َال يَا أَمْسَاءُ إِ َّن الْ َم ْرأََة إِ َذا َبلَغ‬
‫َو ْج ِه ِه َو َكفَّْي ِه‬

ٍ ‫قَ َال أَبو َداود ه َذا مرسل خالِ ُد بن ُدري‬


‫ك مَلْ يُ ْد ِر ْك َعائِ َشةَ َر ِض َي اللَّهُ َعْن َها‬ ْ َ ُ ْ َ ٌ َ ُْ َ ُ ُ
Telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Ka'b Al Anthaki dan
Muammal Ibnul Fadhl Al Harrani keduanya berkata; telah menceritakan
kepada kami Al Walid dari Sa'id bin Basyir dari Qatadah dari Khalid
berkata; Ya'qub bin Duraik berkata dari 'Aisyah radliallahu 'anha, bahwa
Asma binti Abu Bakr masuk menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dengan mengenakan kain yang tipis, maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam pun berpaling darinya. Beliau bersabda: "Wahai Asma`,
sesungguhnya seorang wanita jika telah baligh tidak boleh terlihat darinya
kecuali ini dan ini -beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya-."
Abu Dawud berkata, "Ini hadits mursal. Khalid bin Duraik belum pernah
bertemu dengan 'Aisyah radliallahu 'anha." (HR Abu Dawud)21

Dengan mengenakan jilbab tidak hanya sebagai penutup aurat yang


dapat menjegah dari segala kemaksiatan hanya saja ada dampak positif dari
kesehatan tubuh kita yaitu sebagai berikut:

 Mencegah dari penyakit yang ditimbulkan oleh radiasi sinar


ultraviolet matahari. Yang bisa mengakibatkan kulit keriput
hingga kanker kulit
 Melindungi dari udara dingin yang mana bisa saja terkena flu,
demam, ngilu dan gemetaran pada tubuh
 Mencegah terjadinya kontaminasi dan penyebaran virus maupun
infeksi yang di sebabkan oleh kepala atau rambut22

3. Kesimpulan

Muhammad al-Ghazali lahir pada tahun 1917 M di Bahirah, Mesir. Dan


Muhammad al-Ghazali wafat dalam usia 80 tahun pada hari Sabtu, tanggal 9
Syawal 1416 H/ 6 Maret 1996 ketika ia berada di Saudi Arabia.

Abi Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abi Dawud (Riyadh:
21

Maktabah al-Ma’arif) hal. 734


22
www.erlangga.co.id dikutip pada tanggal 3/10/2019 pukul 7:10
Adapun karya-karyanya di berbagai bidang yang melatar belakangi
corak dan pemikirannya ialah: a). bidang Tafsir, b). bidang Hadis, c). bidang
Aqidah dan Tasawuf, d). bidang Da’wah, e). bidang pemikiran

Penggunaan jilbab dalam gambaran al-Ghazali bahwa kaum perempuan


pada saat itu ( masa Nabi) membuka seluruh wajahnya dan kedua telapak
tangannya di hadapan Nabi SAW. Beliau tidak pernah menyuruh kepada
seorang pun dari mereka agar menutupi bagian dari wajahnya dan itupun di
telisik dari beberapa metode pemahaman hadis beliau yang terbagi ke
beberapa metode. Berikut metode pemahaman hadis yang dipaparkan oleh
Muhammad al-Ghazali: a). pengujian dengan al-Qur’an b). pengujuian
dengan Hadis, c). pengujian dengan fakta Historis, d). pengujian dengan
kebenaran ilmiah.

Dan Hasil dari analisis hadis tentang jilbab diatas ialah telah terbukti
bahwa jilbab sudah ada di zaman pra-Islam lalu di sahkan ketika ajaran
Islam sudah meluas dan di gunakan lagi saat ini untuk mengembalikan masa
lalu.

4. Daftar Pustaka

‘Aisyahud Da’watiz Zahroh, Chichi. Metode Kontemporer Memahami


Hadis Nabi. 2014. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Bustamin. Salam. Isa H.A, M. Metodologi Kritik Hadis. 2004. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

http://coretanatifah.blogspot.com/2016/12/pemikiran-hadits-kontemporer-
perspektif.html?m=1

https://muslim.or.id/9411-kata-jil-jilbab-bukan-kewajiban-namun-pilihan-
1.html

https://pendidikan-hukum.blogspot.com/2010/10/jilbab-dalam-lintasan-
sejarah-islam_26.html?m=1

https://www.google.com/amp/s/wahyunishifaturrahmah.wordpress.com/201
0/02/16/sikap-pemikir-kontemporer-tentang-hadis-dan-
implementasinya-studi-komparatif-atas-pemikiran-yusuf-al-qardhawi-
dan-muhammad-al-ghazali/amp/

Jamiludin. Kritik Terhadap Pemahaman Muhammad al-Ghazali Tentang


Hadis Kepemimpinan Perempuan. 2018. Jakarta: Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah.
Khaeruman, Badri. Otentitas Hadis: Studi Kritis atas Kajian Hadis
Kontemporer. 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Masrihatun Anisah, Nur. Studi Komparasi Pemahaman Syaikh


Muhammad al-Ghazali dan Muhammad bin Shalih al-Usaimin
Terhadap Hadis-Hadis tentang Jilbab. 2018. Semarang: Skripsi UIN
Walisongo.

Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi, Abi Husain. Shahih Muslim.


2009. Maktabah al-Tsaqafah.

Nuh Safri, Arif. Progresifitas Pemikiran Hadis Muhammad al-Ghazali.


2017. Yogyakarta: An-Nur Jurnal Studi Islam

Sulaiman bin al- Asy’ats al-Sajastani, Abi Dawud. Sunan Abi Dawud.
Riyadh: Maktabah al-Ma’arif.

Suryadi. Metode Pemahaman Hadis Nabi. (Telaah Atas Pemikiran


Muhammad al-Ghazali dan Yusuf Al-Qardhawi. 2004. Yogyakarta:
Desertasi UIN Sunan Kalijaga.

Tsabita Halim, Nur. Pemahaman Hidzbut Tahrir Terhadap Jilbab dalam


QS al-Ahzab:59. 2017. Makassar: Skripsi UIN Alauddin.

www.erlangga.co.id

Anda mungkin juga menyukai