Sarah Nafisah
11160360000014
Sarah.nafisah16@mhs.uinjkt.ac.id
Abstrak
1. Pendahuluan
Dalam perjalanan hadis pada masa Nabi, hadis merupakan tradisi “lisan”
sehingga jika ada sesuatu yang mengganjal maka bisa ditanyakan langsung
kepada Nabi selaku sumbernya. Berbeda dengan pasca Nabi wafat, hadis
sudah menjadi bentuk “tertulis” yang beku dan kaku. Menghindari
kekakuan sebuah hadis perlu adanya usaha untuk memahami suatu hadis
secara lebih transparan. Pemahaman hadits Nabi adalah persoalan yang
penting karena berangkat dari realitas hadist sebagai sumber kedua ajaran
Islam setelah Al-Qur’an. Perkembangan pemikiran hadits tidak semarak
yang terjadi dalam pemikiran terhadap Al-Qur’an sehingga timbul
permasalahan tentang keotentikan hadits. Meskipun upaya pemahaman
hadits Nabi terus menerus dilakukan oleh ahli dibidangnya, tampaknya
masih banyak hal yang perlu dikaji sehingga banyak perbedaan dalam
pemahaman hadis. Salah satu tokoh dari pemahaman hadis ialah
Muhammad al-Ghazali, beliau mempunyai karakteristik sendiri untuk
memahami hadis, agar hadis tersebut relevan jika diaplikasikan dalam
realitas yang berkembang pada zaman ini. Dan hadis yang akan dianalisis
menggunakan metode al-Ghazali adalah hadis dengan substansial jilbab.
2. Pembahasan
1
Bustamin, Salam, M. Isa H.A, Metodologi Kritik Hadis, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 99-100
2
Badri Khaeruman, Otentitas Hadis: Studi Kritis atas Kajian Hadis Kontemporer,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 264-265
3
http://coretanatifah.blogspot.com/2016/12/pemikiran-hadits-kontemporer-
perspektif.html?m=1 dikutip pada tanggal 2/10/2019 puluk 19:43
4
Bustamin, Salam, M. Isa H.A, Metodologi Kritik Hadis, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 100
B. Karya-karya al-Ghazali
a. Bidang Tafsir
Al-Mah{awirul Khamsah lil Qur’anil Kari>m
Naz{rat fi> al-Qur’an
Kaifa Maudhu’I li Suwar al-Qur’an al-Karim
Nahwa Tafsir Maudhu’I Suwaril Qur’anul Karim
b. Bidang Hadis
Al-Sunnatun Nabawiyah baina Ahli Fiqhi wa Ahlil H{adis\
Fiqh al-Sirah
Min Khunuzis Sunnah
Kaifa Nata’amal ma’a al-Sunnah
c. Bidang Aqidah dan Tasawuf
Aqidah al-Muslim
Al-Janibul athifi minal Islam
Fannudz Z|ikri wad Du’a ‘Inda khatimil Ba’tsil Anbiya
Raka-izul Iman bainal Aqli wal Qalb
Khuluqul Muslimin
d. Bidang Da’wah
‘ilalun wa Adwiyah
Al-Da’watul Islamiyah Tastaqlibu Qarnahal Khamis Asyar
Fi> Maukibid Da’wah
Hamumu Da’iyah
Jihadu al-Da’wah baina ‘Ajzid Dakhil wa Kaidil Khari>j
Ma’allah
e. Bidang Pemikiran
Al-Ghazwul Fikri Yamtaddu fi> Faraghina
Al-Islam al-Muftara ‘Alaihi bainasy Syuyu’iyin war
Ra’simaliyin
Al-Islam fi Wajhiz Zahfil Ahmar
Al-Islam wal Istibdadus Siyasi
Haqiqatul Qaumiyatil ‘Arabiyah wa Usthuratil Ba’tsil ‘Arabi
Huququl Insan Baina Ta’alimil Islam wa I’lanil Umamil
Muttahidah
Al-Ta’ashub wat Tasamuh bainal Masihiyah wal Islam dll.5
5
Jamiludin, Kritik Terhadap Pemahaman Muhammad al-Ghazali Tentang Hadis
Kepemimpinan Perempuan, (Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2018), hal. 17-
C. Pengertian Jilbab
Jilbab berasal dari akar kata Jalaba yang berarti menghimpun dan
membawa. Jilbab pada masa Nabi ialah pakaian luar yang menutupi segenap
anggota badan dari kepala hingga kaki perempuan dewasa. Secara bahasa,
jilbab sama dengan kata Qamis atau baju kurung yang bermakna baju yang
menutupi seluruh tubuh. Ia juga sama dengan Khimar atau tudung kepala
yang dapat dimaknai dengan apa yang dipakai di atas baju seperti selimut
dan kain yang menutupi seluruh tubuh perempuan. Kata jilbab juga di serap
ke dalam bahasa Indonesia, yang berarti baju kurung yang longgar, di
lengkapi dengan kerudung yang menutupi kepala, sebagian muka dan dada.6
18
6
Nur Tsabita Halim, Pemahaman Hidzbut Tahrir Terhadap Jilbab dalam QS al-
Ahzab:59 (Makassar: Skripsi UIN Alauddin, 2017), hal. 12
7
Nur Tsabita Halim, Pemahaman Hidzbut Tahrir Terhadap Jilbab dalam QS al-
Ahzab:59 (Makassar: Skripsi UIN Alauddin, 2017), hal. 13
8
Nur Masrihatun Anisah, Studi Komparasi Pemahaman Syaikh Muhammad al-
Ghazali dan Muhammad bin Shalih al-Usaimin Terhadap Hadis-Hadis tentang Jilbab
(Semarang: Skripsi UIN Walisongo, 2018), hal. 44
Ia mengecam keras terhadap orang yang memahami dan mengamalkan
secara tekstual hadits yang shahih sanadnya namun matannya bertentangan
dengan Al-Qur’an. Keyakinan ini berasal dari kedudukan hadits sebagai
sumber otoritatif setelah Al-Qur’an dan tidak semua hadits dipahami secara
benar oleh periwayatnya.9 Al-Quran menurut al Ghazali adalah sumber
pertama dan utama. Sementara hadis sumber kedua. Penerapan kritik hadis
dengan pengujian al-Quran diarahkan secara konsisten oleh al ghazali. Oleh
karena itu banyak hadits yang di anggap shahih yang terdapat dalam kitab
Bukhari dan Muslim itu di anggap dhoif oleh al-Ghazali. Dalam hal-hal
yang muamalah dan kemashlahatan, al-Ghazali lenbih memilih hadits yang
sanadnya dhaif, bila kandungan matannyasesuai dengan prinsip ajaran al-
Quran. Daripada hadis yang sanadnya shahih tapi kandungan matannya
tidak sesuai dengan al-Quran.10
Contoh:
Contoh:
https://muslim.or.id/9411-kata-jil-jilbab-bukan-kewajiban-namun-pilihan-1.html
12
َين َع ْن أ ُِّم َع ِطيَّة ِ ِ ِ ِ َ و َح َّدثَنَا َع ْمرو النَّاقِ ُد َح َّدثَنَا ِعيسى بْن يُونُس َح َّدثَنَا ِه َش ٌام َع ْن َح ْف
َ صةَ بْنت سري َ ُ َ ٌ
ِ َضحى الْعواتِق واحْل يَّض وذَو ِ يِف ِ ِ ُ قَالَت أَمرنَا رس
ات َ َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم أَ ْن خُنْ ِر َج ُه َّن الْفطْ ِر َواأْل َ ول اللَّه ُ َ ََ ْ
ول اللَّ ِه إِ ْح َدانَا اَل ِِ
َ ت يَا َر ُس
ُ ني ُقْل ُ َّاخْلُ ُدو ِر فَأ ََّما احْلُي
َ ض َفَي ْعتَ ِزلْ َن الصَّاَل ةَ َويَ ْش َه ْد َن اخْلَْيَر َو َد ْع َوةَ الْ ُم ْسلم
ُخُت َها ِم ْن ِج ْلبَاهِبَا ِ
ْ اب قَ َال لُت ْلبِ ْس َها أ
ِ
ٌ َيَ ُكو ُن هَلَا ج ْلب
Dan telah menceritakan kepada kami Amru An Naqid telah
menceritakan kepada kami Isa bin Yunus telah menceritakan kepada kami
Hisyam dari Hafshah binti Sirin dari Ummu Athiyyah ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kepada kami agar
mengajak serta keluar melakukan shalat idul fithri dan idul Adlha para
gadis, wanita haid dan wanita yang sedang dipingit. Adapun mereka yang
sedang haidl tidak ikut shalat, namun turut menyaksikan kebaikan dan
menyambut seruan kaum muslimin. Saya bertanya kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, "Wahai Rasulullah, di antara kami ada yang
tidak memiliki baju." Beliau menjawab: "Hendaknya saudaranya yang
memiliki jilbab memakaikannya." (HR Muslim)16
Contoh:
ِ ِيد عن سع
يد بْ ِن بَ ِش ٍري ِ
ْ ب اأْل َنْطَاكِ ُّي َو ُم َؤ َّم ُل بْ ُن الْ َف
َ ْ َ ُ ض ِل احْلََّرايِن ُّ قَااَل َح َّدثَنَا الْ َول ٍ وب بْن َك ْع
ُ ُ َح َّدثَنَا َي ْع ُق
َّ ك َع ْن َعائِ َشةَ َر ِضي اللَّهُ َعْن َها أ ٍ َعن َقتَ َادةَ َعن خالِ ٍد قَ َال يع ُقوب ابن ُدري
َ َن أَمْسَاءَ بِْن
ْ َت أَيِب بَ ْك ٍر َد َخل
ت َ ْ َ ُ ْ ُ َْ َ ْ ْ
Abi Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abi Dawud (Riyadh:
15
Dalam masyarakat Arab pra-Islam, jilbab bukanlah hal yang baru bagi
mereka. Biasanya, anak-anak wanita yang sudah mulai menginjak usia
dewasa, mengenakan jilbab sebagai tanda bahwa mereka minta segera
dinikahkan. Di samping itu bagi mereka, jilbab merupakan ciri khas yang
membedakan antara wanita merdeka dan para budak atau hamba sahaya.
Mereka menganggapnya sebagai tradisi yang harus dilakukan. Dan ketika
Islam datang, ia mensahkan tradisi tersebut.19
Contoh:
18
Abi Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abi Dawud (Riyadh:
Maktabah al-Ma’arif) hal. 734
19
https://pendidikan-hukum.blogspot.com/2010/10/jilbab-dalam-lintasan-sejarah-
islam_26.html?m=1 di kutip pada tanggal 3/10/2019 pukul 6:35
20
https://www.google.com/amp/s/wahyunishifaturrahmah.wordpress.com/2010/02/
16/sikap-pemikir-kontemporer-tentang-hadis-dan-implementasinya-studi-komparatif-
atas-pemikiran-yusuf-al-qardhawi-dan-muhammad-al-ghazali/amp/ dikutip pada
tanggal 3/10/2019 pukul 6:54
يد بْ ِن بَ ِش ٍري ِ ِيد عن سع ِ
ْ ب اأْل َنْطَاكِ ُّي َو ُم َؤ َّم ُل بْ ُن الْ َف
َ ْ َ ُ ض ِل احْلََّرايِن ُّ قَااَل َح َّد َثنَا الْ َول ٍ وب بْن َك ْع
ُ ُ َح َّد َثنَا َي ْع ُق
َّ ك َع ْن َعائِ َشةَ َر ِضي اللَّهُ َعْن َها أ ٍ َعن َقتَ َاد َة َعن خالِ ٍد قَ َال يع ُقوب ابن ُدري
ْ َت أَيِب بَ ْك ٍر َد َخل
ت َ َن أَمْسَاءَ بِْن َ ْ َ ُ ْ ُ َْ َ ْ ْ
صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه ِ ُ اق فَأ َْعرض عْنها رس
َ ول اللَّه ُ َ َ َ َ َ ٌ َاب ِرق
ِ ِ
ٌ َصلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َو َعلَْي َها ثي
ِ ِ
َ َعلَى َر ُسول اللَّه
َ صلُ ْح أَ ْن يَُرى ِمْن َها إِاَّل َه َذا َو َه َذا َوأ
َش َار إِىَل ْ َيض مَلْ ت
ِ
َ ت الْ َمح ْ ََو َسلَّ َم َوقَ َال يَا أَمْسَاءُ إِ َّن الْ َم ْرأََة إِ َذا َبلَغ
َو ْج ِه ِه َو َكفَّْي ِه
3. Kesimpulan
Abi Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abi Dawud (Riyadh:
21
Dan Hasil dari analisis hadis tentang jilbab diatas ialah telah terbukti
bahwa jilbab sudah ada di zaman pra-Islam lalu di sahkan ketika ajaran
Islam sudah meluas dan di gunakan lagi saat ini untuk mengembalikan masa
lalu.
4. Daftar Pustaka
http://coretanatifah.blogspot.com/2016/12/pemikiran-hadits-kontemporer-
perspektif.html?m=1
https://muslim.or.id/9411-kata-jil-jilbab-bukan-kewajiban-namun-pilihan-
1.html
https://pendidikan-hukum.blogspot.com/2010/10/jilbab-dalam-lintasan-
sejarah-islam_26.html?m=1
https://www.google.com/amp/s/wahyunishifaturrahmah.wordpress.com/201
0/02/16/sikap-pemikir-kontemporer-tentang-hadis-dan-
implementasinya-studi-komparatif-atas-pemikiran-yusuf-al-qardhawi-
dan-muhammad-al-ghazali/amp/
Sulaiman bin al- Asy’ats al-Sajastani, Abi Dawud. Sunan Abi Dawud.
Riyadh: Maktabah al-Ma’arif.
www.erlangga.co.id