Syok Sepsik
Syok Sepsik
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Sepsis adalah kondisi dimana tubuh telah terkena infeksi dan infeksi
tersebut telah menyebar luas. Syok adalah istilah umum yang dipergunakan
untuk menggambarkan sirkulasi atau perfusi yang tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme didalam jaringan. Syok sepsis adalah syok
yang terjadi pada sepsis yang diakibatkan oleh serangkaian peristiwa
hemodinamik dan metabolik yang disebabkan oleh mikroorganisme yang
masuk dan sistem pertahanan tubuh yang menurun. Syok sepsis yaitu
masuknya beberapa organisme ke dalam aliran darah dan mempunyai potensi
untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin. Hasilnya adalah keadaan
ketidak adekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan.
Sepsis adalah adanya SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome)
yang disebabkan oleh proses infeksi yang dibuktikan dengan pemeriksaan
kultur darah ataupun dengan pemeriksaan prokalsitonin. SIRS adalah respon
inflamasi sistemik terhadap suatu kondisi klinis yang ditandai oleh 2 atau
lebih gejala berikut ini:
1. Suhu >38oC atau <36oC
2. Denyut Nadi >90 kali per menit
3. Respirasi >20 kali per menit
4. PaCO2 <32 mmHg
5. WBC Count >12.000 cells/mm3, <4.000 cells/mm3 atau >10% band cells
Dikatakan SEPSIS Berat bila terdapat hipotensi yang berat atau tanda
sistemik hipoperfusi; asidosis laktat, oligouria, perubahan status mental
(Sepsis disebabkan oleh mikroorganisme yang bervariasi, meliputi bakteri
aerobik, anareobik, gram positif, gram negatif, jamur, dan virus (Linda
D.U, 2010).
B. TANDA DAN GEJALA
Gejala klinis sepsis biasanya tidak spesifik, biasanya didahului oleh tanda
tanda sepsis non spesifik, meliputi demam, menggigil, dan gejala konstitutif
seperti lelah, malaise, gelisah, atau kebingungan. Terminologi dalam sepsis
menurut American College of Chest Physicians/ Society of Critical Care
Medicine Consensus Conference Committee.
1. Infeksi: Fenomena microbial yang ditandai dengan munculnya respon
inflamasi terhadap munculnya / invasi mikroorganisme ke dalam jaringan
tubuh yang steril.
2. Bakteriemia: Munculnya atau terdapatnya bakteri di dalam darah.
3. SIRS (Systemic Inflamatory Response Syndrome): Respon inflamasi secara
sistemik yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam kondisi klinis yang
berat. Respon tersebut dimanifestasikan oleh 2 atau lebih dari gejala khas
berikut ini: Suhu badan> 380C atau < 360C, Heart Rate > 90x/menit, RR
>20 x/menit atau PaCO2 < 32 mmHg, WBC > 12.000/mm3 atau <
4.000/mm3 atau 10% bentuk immature
4. Severe Sepsis: Keadaan sepsis dimana disertai dengan disfungsi organ,
hipoperfusi atau hipotensi. Hipoperfusi atau gangguan perfusi mungkin
juga disertai dengan asidosis laktat, oliguria, atau penurunan status mentas
secara mendadak.
5. Syok sepsis: Sepsis yang menyebabkan kondisi syok, dengan hipotensi
walaupun telah dilakukan resusitasi cairan. Sehubungan terjadinya
hipoperfusi juga bisa menyebabkan asidosis laktat, oliguria atau penurunan
status mental secara mendadak. Pasien yang mendapatkan inotropik atau
vasopresor mungkin tidak tampak hipotensi walaupun masih terjadi
gangguan perfusi.
6. Sepsis Induce Hipotension: Kondisi dimana tekanan darah sistolik < 90
mmHg atau terjadi penurunan sistolik > 40mmHg dari sebelumnya tanpa
adanya penyebab hipotensi yang jelas.
7. MODS (Multy Organ Dysfunction Syndroma): Munculnya penurunan
fungsi organ atau gangguan fungsi organ dan homeostasis tidak dapat
dijaga tanpa adanya intervensi.
8. Kardiovaskuler
Terjadi vasodilatasi pembuluh darah tepi, intravaskuler hipovolemia,
penurunan kontraksi miocard,akibatnya terjadi gangguan ferfusi jaringan.
Gangguan ferfusi ditunjukkan adanya peningkaytan asam laktat dalam
darah. Peningkatan permiabilitas, kerusakan dinding kapiler, hipotensi
yang memacu kegagalan multi organ.
9. Paru-paru
Terjadi syndrom kegagalanpernafasan akut (ARDS) disertai kelelahan
kontraksi otot pernafasan ,kerusakan pertukaran gas – hipoksia.
10. Ginjal
Akibat hipotensi dan ferfusi ginjal abnormal maka akan terjadi kerusakan
epitel yang menyebabkan gagal ginjal akut.
11. Otak
Stadium awal biasanya masih sadar,selanjutnya dapat terjadi kekaburan
mental,delirium,kesadaran menurun sampai terjadi koma.
12. Gastrointestinal
Terjadi ulcus (strees ulcer) dan perdarahan. Respon Hemostatik
Terganggunya komponen darah ,aktifasi sistemik koagulasi dan aktifasi
dini hambatan fibrinolisis . menyebabkan koagulasi intra vaskuler yang
menyeluruh (DIC ). DIC sangat mendukung terjadinya MODS (Multi
Organ Dysfungtion Syndrome) kemudian terjadi MOF (Multi Organ
Failury).
C. PATOFOSIOLOGI
Sebelum terjadinya syok sepsis biasanya didahului oleh adanya suatu
infeksi sepsis. Infeksi sepsis bisa bisebabkan oleh bakteri gram positif dan
gram negatif. Pada bakteri gram negatif yang berperan adalah lipopolisakarida
(LPS). Suatu protein di dalam plasma, dikenal dengan LBP
(Lipopolysacharide binding protein) yang disintesis oleh hepatosit, diketahui
berperan penting dalam metabolisme LPS. LPS masuk ke dalam sirkulasi,
sebagian akan diikat oleh faktor inhibitor dalam serum seperti lipoprotein,
kilomikron sehingga LPS akan dimetabolisme. Sebagian LPS akan berikatan
dengan LBP sehingga mempercepat ikatan dengan CD14.1,2 Kompleks
CD14-LPS menyebabkan transduksi sinyal intraseluler melalui nuklear factor
kappaB (NFkB), tyrosin kinase (TK), protein kinase C (PKC), suatu faktor
transkripsi yang menyebabkan diproduksinya RNA sitokin oleh sel.
Kompleks LPS-CD14 terlarut juga akan menyebabkan aktivasi intrasel
melalui Toll Like Receptor-2 (TLR2).
Sedangkan pada bakteri gram positif, komponen dinding sel bakteri berupa
Lipoteichoic acid (LTA) dan peptidoglikan (PG) merupakan induktor sitokin.
Bakteri gram positif menyebabkan sepsis melalui 2 mekanisme: eksotoksin
sebagai super antigen dan komponen dinding sel yang menstimulasi imun.
Super antigen berikatan dengan molekul MHC kelas II dari antigen presenting
cells dan Vβ-chains dari reseptor sel T, kemudian akan mengaktivasi sel T
dalam jumlah besar untuk memproduksi sitokin proinflamasi yang berlebih.
Sepsis merupakan proses infeksi dan inflamasi yang kompleks dimulai
dengan rangsangan endo atau eksotoksin terhadap sistem imunologi, sehingga
terjadi aktivasi makrofag, sekresi berbagai sitokin dan mediator, aktivasi
komplemen dan netrofil, sehingga terjadi disfungsi dan kerusakan endotel,
aktivasi sistem koagulasi dan trombosit yang menyebabkan gangguan perfusi
ke berbagai jaringan dan disfungsi/ kegagalan organ multiple. Penyebaran
infeksi bakteri gram negatif yang berat potensial memberikan sindrom klinik
yang dinamakan syok sepsis. Dalam syok sepsis terjadi 2 fase yang berbeda
yaitu:
Fase pertama disebut sebagai fase “hangat” atau hiperdinamik ditandai oleh
tingginya curah jantung dan fase dilatasi. Pasien menjadi sangat panas atau
hipertermi dengan kulit hangat kemerahan. Frekuensi jantung dan pernafasan
meningkat. Pengeluaran urin dapat meningkat atau tetap dalam kadar normal.
Status gastroinstestinal mungkin terganggu seperti mual, muntah, atau diare.
Fase lanjut disebut sebagai fase “dingin” atu hipodinamik, yang ditandai
oleh curah jantung yang rendah dengan vasokontriksi yang mencerminkan
upaya tubuh untuk mengkompensasi hipovolemia yang disebabkan oleh
kehilangan volume intravsakular melalui kapiler. Pada fase ini tekanan darah
pasien turun, dan kulit dingin dan serta pucat. Suhu tubuh mungkin normal
atau dibawah normal. Frekuensi jantung dan pernafasan tetap cepat. Pasien
tidak lagi membentuk urin dan dapat terjadi kegagalan organ multipel.
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisa
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress,
sikap dan tingkah laku klien.
Tanda-tanda Vital:
a. Tekanan Darah
Nilai normalnya bergantung: umur dan jenis kelamin
Nilai rata-rata sistolik: 110-140 mmHg
Nilai rata-rata diastolik: 80-90 mmHg
b. Nadi Frekuensi, Regularitas, Isi (volume), Batuk
Perabaan arteri (keadaan dinding arteri)
c. Pernapasan
Frekuensi: apakah bradipnea, atau takhipnea, Keteraturan, Amplitudo
d. Suhu Badan
Metabolisme menurun, suhu menurun
6. Pemeriksaan fisik:
a. Kepala
b. Mata: konjungtiva anemis, ikterik atau tidak
c. Mulut: apakah ada tanda infeksi, warna, kelembapan
d. Telinga: kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
e. Muka: ekspresi, pucat, bentuk
f. Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
g. Dada: gerakan dada, de formitas.
h. Abdomen: ada ascites atau tidak, pembesaran hati, dan limpa
i. Ekstremitas: lengan-tanga n: reflex, warna dan tekstur kulit, edema,
clubbing, bandingakan arteri radialis kiri dan kanan.
Pemeriksaan khusus:
a. Inspeksi : Mid Sternal line, Mid clavikular line, Anterior aksilar line. Para
sternal line.
b. Palpasi Jantung Pulsasi ventrikel kiri, pulasasi ventrikel kanan, getar
jantung.
c. Auskulatsi Bj I dan II, Bj Tambahan.
C. Diagnosa
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernafasan
2. Penurunan curah jantung b/d pre load dan afterload, kontraktilitas jantung
3. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d
4. Hipertermi berhubungan dengan sepsis
D. Intervensi
Daftar Pustaka
Hudak & Galo, 2010 Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, edisi VI, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Marilynn E. Doenges, 2010, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Nicola Cooper, Kirsty Forrest, and Paul Cramp. 2011. Essential Guide to Acute Care
Second Edition. Australia: Blackwell Publishing.