Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AS-SUNNAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Ushul Fiqh

Yang Dibimbing oleh

Muhammad Naafiul Akbar, M.

Oleh:

Yazid Muzakky (217010111)

Abdul Ikhsan (21 7010111)

Sayyidatun Ni’mah (21701011139)

Nuril Fatimatus (21701011138)

Izza Mafatih (21701011113)

Diana Harisma (21701011140)

Nur Annisa Jauharah (217010111)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MARET
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya,
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca untuk ke depannya, sehingga pembaca dapat
mengambil manfaat dan menerapkannya dalam keadaan yang sebenarnya. Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini agar
menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................
1.3 Tujuan .........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi As-Sunnah ......................................................................

2.2 Kehujjahan As-Sunnah ................................................................

2.3 Perbedaan Al-Quran dan As-sunnah ............................................

2.4 Posisi As-sunnah Terhadap Al-Quran .........................................

2.5 Pembagian As-Sunnah Berdasarkan Sanadnya ...........................

2.6 Penerapan Hadist Ahad oleh Para Ulama’ ...................................

2.7 Sunnah yang Bukan Tasyrik ........................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan .....................................................................................

3.2 Penutup ........................................................................................

3.3 Daftar Rujukan .............................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sunnah sering disamakan dengan hadits, artinya semua perkataan,


perbuatan, dan taqrir yang disandarkan pada nabi Muhammad yang
menyetujui perbuatan yang dilakaukan oleh para sahabat, misalnya Khalid bin
Walid yang memakan hewan biawak, Rosululloh membiarkannya maka hal itu
dikesani bahwa nabi tidak mengharamkannya.

Sunnah merupakan sumber hukum kedua setelah al-quran. Dalam kajian


usul fiqih, as-sunnah merupakan metode untuk menjelaskan al-quran, oleh
karena itu fungsi as-sunnah adalah penjelas, penafsir, penguat, penambah, dan
pengkhusus berbagai hukum yang terdapat dalam al-quran yang masih global
atau multitafsir dan adapula yang masih mubham.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa definisi dari As-sunnah?
2) Bagaimana kehujjahan As-sunnah?
3) Apa perbedaan antara As-sunnah dengan Al-quran?
4) Dimanakah posisi as-sunnah terhadap al-quran?
5) Apa saja pembagian as-sunnah berdasarkan sanatnya?
6) Bagaimana penerapan hadist ahad oleh para ulama’ ?
7) Apa yang dimaksud sunnah tasyri’ dan ghoiru tasyri’iya?
1.3 Tujuan
1) Mengetahui definisi dari As-sunnah
2) Mengetahui kehujjahan as-sunnah
3) Agar kita bisa membedakan antara as-sunnah dan al-quran
4) Mengetahui posisis as-sunnah terhadap al-quran
5) Mrngetahui pembagian as-sunnah berdasarkan sanatmya
6) Supaya kita mengetahui penerapan hadist ahad
7) Memahami maksud sunnah tasyri’iyah dan ghoiru tasyri’
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi As-sunnah

Kata sunnah secara bahasa berarti “perilaku seseorang tertentu, baik perilaku
yang baik atau perilaku yang buruk”
As-sunnah menurut istilah syar’i adalah perkataan, perbuatan, dan taqrir
(persetujuan) yang berasal dari Rosulullah.
As-sunnah merupakan sumber hukum islam kedua setelah al-quran, sebagai
penjelas dan memperinci ayat al-quran yang mujmal. Hal ini sesuai dengan firman
Allah SWT :

َ ‫ك ْال ِكت‬
ْ ‫َاب ِإاَّل لِتُبَيِّنَ لَهُ ُم الَّ ِذي‬
َ‫اختَلَفُوا فِي ِه ۙ َوهُدًى َو َرحْ َمةً لِقَوْ ٍم ي ُْؤ ِمنُون‬ َ ‫َو َما أَ ْن َز ْلنَا َعلَ ْي‬
“ Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan
agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan
itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”

Dari definisi tersebut, sunnah dibedakan menjadi tiga macam :


a. Sunnah qouliyyah
b. Sunnag fi’liyyah
c. Sunnah taqririyah

2.2 Kehujjahan As-Sunnah


Seluruh kaum muslimin telah sepakat bahwa sunnah sebagai hujjah dan
sumber syariat undang-undang serta pedoman hidup umat yang harus diikuti.
Dalil yang menetapkan bahwa sunnah sebagai hujjah dan sumber hukum islam
yan g kedua setelah al-quran adalah sebagai berikut :
َ‫ُول ۖ فَإ ِ ْن تَ َولَّوْ ا فَإ ِ َّن هَّللا َ اَل يُ ِحبُّ ْال َكافِ ِرين‬
َ ‫قُلْ أَ ِطيعُوا هَّللا َ َوال َّرس‬
Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".
2.3 Perbedaan Sunnah dan Al-Quran
1. Al-quran mukjizat Rasul sedangkan hadis bukan mukjizat sekalipun hadis
2. Al-quran seluruhnya diriwayatkan secara mutawatir, sedangkan hadis tidak
banyak diriwayatkan secara mutawatir. Mayoritas hadis diriwayatkan
secara ahad
3. Kebenaran ayat-ayat Al-quran bersifat qathi al warud (pasti atau mutlak
kebenarannya). Sedangkan hadis kebanyakan bersifat zhanni al-wurud
(relatif kebenarannya).
4. Proses penyampaian Al-Quran melalui wahyu yang tegas, sedangkan hadis
melalui wahyu atau ilham atau mimpi dalam tidur
5. Membaca Al-Quran dinilai sebagai ibadah, setiap satu huruf pahalanya
kebaikan, sedangkan membaca hadis sekalipun hadis qudsi tidak dinilai
ibadah

2.4 Posisi As-sunnah terhadap Al-quran


Posisi/ fungsi sunnah terhadap al-quran adalah sebagai bayan (penjelasan)
tabyin (menjelaskan ayat-ayat hukum dalam al-quran) seperti firman Allah :
َ‫اس َما نُ ِز َل إِلَي ِه م َولَ َعلَّهُم يَتَفَ َّكرُون‬ َ ‫َوأَن زَل نَا إِلَي‬
ِ َّ‫ك ال ِذ ك َر لِتُبَي ِنَ لِلن‬
a. Menguatkan hukum yang ada dalam al-quran, seperti sunnah tentang
kewajiban sholat, zakat, puasa, dan larangan syirik
b. Menjelaskan hukum yang ada dalam al-quran, seperti sunnah yang
menjelaskan tentang gerakan sholat, haji, dl.
c. Membuat hukum syariat yang tidak ada dalam al-quran tapi sesuai dengan
maksud syara’, seperti diwajibkan zakat fitrah, disunnahkan aqiqoh, dsb.

2.5 Pembagian Sunnah Berdasarkan Sanatnya


Sunnah dari segi sedikit banyaknya orang yang meriwayatkan dari Rosulullah
dibagi menjadi tiga bagian yaitu, mutawatir, masyhur, dan ahad
a. Sunnah mutawatir adalah segala sesuatu dari Rosulullah yang
diriwayatkan oleh sekian banyak sahabat yang menurut kebiasaan mustahil
bersepakat untuk berdusta, kemudian dari sahabat-sahabat itu diriwayatkan
pula oleh para tabi’in dan orang berikutnya dengan jumlah yang seimbang,
contoh hadist mutawatir:
‫اتقواالحديث عني أالماعلمتم مني فمن كذب علي متعمدافليتبوأمقعده من االنار‬
b. Sunah masyhur adalah segala sesuatu dari Rasulullah yang diriwayatkan
oleh seorang sahabat atau dua orang atau lebih yang t‫ه‬dak sampai pada
derajat mutawatir, kemudian dari sahabat tersebut diriwayatkan oleh
sekian banyak tabi’in yang mencapai derajat mutawatir, seperti hadist
berikut:
‫ان هللا ال يقبض العلماءحتى اذالم يبقى عالم اتخذ االناس رؤساءجهاالفسئلوافافتوابغيرعلم‬
‫فضلواواضلوا‬
c. Sunnah ahad adalah segala sesuatu dari Rosulullah yang diriwayatkan oleh
seorang sahabat, dua orang atau lebih yang tidak sampai derajat mutawatir
yang kemudian dari sahabat tersebut diriwayatkan oleh tabi’in, dua orang
atau lebih dan seterusnya diriwayatkan oleh perowi-perowi dalam keadaan
yang sama (tidak mutawatir)

2.6 Penerapan Hadist Ahad Dikalangan Para Ulama’


Hadist ahad merupakan kebalikan dari hadist mutawatir dan derajatnya
dibawah hadist mutawatir. Hadist ahad terbagi menjadi tiga yaitu shahih,
hasan, dhoif.
a. Hadist shohih ialah hadist yan diriwayatkan oleh perowi yang adil,
sempurna ketelitiannya, sanatnya bersambung sampai kepada Rosulullah,
tidak mempunyai cacat, dan tidak berlawanan dengan periwayatan orang
yang lebih terpercaya, diantaranya yang termasuk hadist shohih yaitu kitab
shohih bukhori muslim. Dan menurut kesepakatan para ulama’ hadist
shohih bisa dijadikan sebagai hujjah dalam bidang hukum.
b. Hadist hasan adalah hadist yang diriwayatkan oleh perowi yang adil tetapi
kurang ketelitiannya, sanatnya bersambung sampai ke Rosulullah, tidak
mempunyai cacat, dan tidak berlawanan dengan periwayatan orang yang
lebih sempurna (kemasyhuran rowinya dibawah kemasyhuran rowi hadist
shahih. Dan para ulama’ bersepakat bahwa hadist hasan bisa dijadikan
hujjah dalam bidang hukum sebagaimana hadist shohih.
c. Hadist dho’if ialah hadist yang todak memenuhi syarat-syarat hadist
shohih dan hadist hasan. Hadist dho’if ini banyak macamnya seperti hadist
mynqothi’, Hadist dho’if tidak bisa dijadikan hujjah dalam bidang hukum
sebagaimana hadist shohih dan hasan. Ulama-ulama hadits telah sepakat
bahwa kita tidak boleh mengamalkan hadits dhaif dalam bidang
hukum/menentukan hukum sesuatu. Tetapi mereka memperbolehkan
mengamalkan/membuat hujjah hadist dho’if dalam bidang
- Fadha ‘ilul A’mal (Keutamaan-Keutamaan Amal)
- At-Targhiib (Memotivasi)
- At-Tarhiib (Menakuti)

2.7 Sunnah Ghoiru Tasyri’iyah dan sunnah Tasyri’


A. Sunnah Ghoiru Tasyri’iyah
Sunnah yang tidak harus untuk diikuti dan hukumnya tidak mengikat,
dan sunnah ini ada tiga macam yaitu;
1. Ucapan dan perbuatan Nabi yang ditimbul dari kehidupan keseharian Nabi
dalam pergaulan seperti: makan, tidur, kunjungan, cara berpakaian dan
ucapan serta perbuatan nabi sebagai seorang manusia biasa.
2. Ucapan dan perbuatan Nabi yang timbul dari pengalaman pribadi,
kebiasaan dalam pergaulan, seperti;urusan pertanian dan kesehatan Nabi.
3. Ucapan dan perbuatan Nabi yang timbul dari tindakan pribadi dalam
keadaan dan lingkungan yang tertentu, seperti: penempatan pasukan,
pengaturan barisan,dan penentuan tempat dalam peperangan.
Semua yang dinukil dari Nabi dalam bentuk tiga bentuk tersebut tidak
mempunyai daya hukum yang mengandung untuk tuntutan dan larangan.
B. Sunnah Tasyri’
Sunnah yang berdaya hukum untuk diikuti , sunnah dalam bentuk ini ada
tiga macam yaitu :
1. Ucapan dan perbuatan yang muncul dari Nabi dalam bentuk penyampaian
Risalah dan penjelasan terhadap Al-Quran, seperti: menjelaskan apa-apa
yang ada dalam Al-Quran yang masih bersifat belum jelas, menjelaskan
ibadat, halal dan haram, akidah dan akhlak.
2. Ucapan dan perbuatan yang muncul dari Nabi dalam kedudukannya
sebagai imam dan pemimpin umat islam , dan tindakan yang lainnya
dalam bentuk sifatnya sebagai pemimpin.
3. Ucapan dan perbutannya yang muncul dalam kedudukannya sebagai
hakim dan Qadhi yang menyelesaikan persengketaan umat islam.
Sunah berdaya hukum tersebut secara garis besarnya mengandung
beberapa bidang antara lain Akidah, Akhlak, dan hukum-hukum Amaliyah.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. As-Sunnah adalah segala sesuatu yang diriwayatkan oleh Nabi SAW, baik
secara perkataan, perbuatan, dan penetapannya.
2. Macam-macam assunnah ada tiga, yaitu sunnah qaulyyah, sunnah fi’lyyah,
dan sunnah taqqriryah.
3. Sunnah yang ditinjau dari segi banyaknya perowi yang meriwayatkan terbagi
menjadi 3, yaitu: mutawatir, masyhur, ahad.
4.   Hubungan assunnah dengan Al-Qur’an yaitu Menguatkan hukum suatu
peristiwa yang letah di tetapkan hukumnya di dalam alqur’an,dan
Memberikn keterangan (bayan) ayat-ayat alqur’an

3.2 Penutup

Demikianlah makalah yang kami buat ini. Dengan mengucapkan rasa


syukur kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayat, serta
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami
menyadari penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
“sempurna”. Untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan
demi perbaikan penyusunan makalah yang lebih baik lagi. Semoga uraian-uraian
yang kami sampaikan dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca. Amin.
DAFTAR RUJUKAN

Praja,Juhaya S.2015.Ilmu Ushul Fiqih.Bandung: PT Pustaka setia.


Hasbiyallah.2014.Fiqh dan ushul fiqih.Bandung: PT remaja rosdakarya.
Kitab sulam juz 2 karangan abdul hamid hakim.

Anda mungkin juga menyukai