Anda di halaman 1dari 14

A.

Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode


penimbangan?

B. Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan


metode penimbangan.

C. Hipotesis

Ha : adanya pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode


penimbangan.

Ho : tidak ada pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode


penimbangan.

D. Kajian Pustaka
Tumbuhan tidak akan bisa melakukan fotosintesis jika tidak ada air dan
cahaya matahari. Fotosintesis sendiri adalah suatu proses biokimia pembentukan
zat makanan (zat anorganik menjadi zat organik) pada tumbuhan dengan
memanfaatkan cahaya matahari. Air dan zat hara dari tanah serta hasil fotosintesis
akan diangkut melalui pembuluh pengangkut xylem dan floem. Pengangkutan ini
disebut dengan translokasi. Air dari dalam tanah masuk ke akar hingga sampai ke
pembuluh xylem melalui proses osmosis. Dari xylem akar, air dan zat hara
kemudian diangkut ke batang dan daun karena aliran massa yang di pengaruhi
oleh proses transpirasi.
Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap melalui jaringan
tumbuhan yang bersentuhan dengan atmosfer luar. Transpirasi ini dilakukan oleh
tumbuhan melalui stomata, kutikula, dan lentisel. Namun utamanya adalah
transpirasi yang melalui stomata daun. Hal ini terjadi karena stomata perlu
memasukkan CO2 yang digunakan dalam proses fotosintesis. Karbon dapat masuk
ke dalam jaringan tumbuhan jika air yang ada di ruang-ruang antar sel keluar dari
tubuh tumbuhan. Stomata dikelilingi oleh sel penjaga yang bertugas dalam
mengatur keluar masuknya udara melalui mekanisme membuka menutupnya
stomata (Purba, 2011).
Transpiasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk
mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis. Lebih dari 20% air
yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air (Siregar, 2003).
Menurut (Yuliani, 2019) transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel
mesofil ke rongga antar sel yang ada pada daun. Penguapan air ke rongga antar sel
akan terus berlangsung sampai rongga antar sel jenuh dengan uap air. Sel-sel yang
menguapkan airnya ke rongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air
sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang
berasal dari xylem tulang daun, yang selanjutnya akan menerima dari batang dan
batang menerima dari akar dan seterusnya. Apabila stomata membuka uap air dari
rongga antar sel akan keluar ke atmosfir.
Stomata akan membuka jika tekanan turgor sel penutup tinggi dan akan
menutup jika jika tekanan turgor rendah. Mekanisme membuka menutupnya
stomata dapat dijelaskan dengan 4 teori, yaitu teori fotosintesis, teori klasik
(Sayre), teori klasik (Levit), dan pemompaan ion K+.
1) Teori Fotosintesis
Sel penutup stomata mengandung klorofil yang akan mengalami fotosintesis
jika terkena cahaya matahari. Hal ini menghasilkan gula yang akan larut dan
menyebabkan PA sel penutup menurun sehingga turgornya meningkat, karena
air dari sel tetangga akan masuk ke sel penutup dan stomata akan terbuka.

Sel penutup mengandung klorofil Gula larut dalam cairan sel penutup

PA sel penutup menurun

PO sel penutup menurun

Stomata membuka Turgor sel penutup meningkat


2) Teori Klasik (Sayre)
- Siang hari
Terjadi fotosintesis pada sel pentup membuat kadar CO2 menjadi turun karena
terinduksi menjadi (CH2O)n atau karbohidrat yang melalui reaksi CO 2 + H2O
karbohidrat. Karena reaksi reduksi jumlah ion H+ berkurang sehingga
membuat pH dalam sel menjadi basa yang dapat meningkatkan aktifitas enzim
fosforilase untuk mengubah amilum/pati menjadi glukosa 1-fosfat.

Pati Glukosa 1- fosfat Glukosa

Glukosa membuat PO dan PA sel penutup turun sehingga air dari sel tetangga
masuk dan membuat tekanan turgor menjadi tinggi sehingga stomata terbuka.
- Malam hari
Tidak terjadi fotosintesis berakibat CO2 di dalam sel bereaksi dengan air
dan menghasilkan asam karbonat.

CO2 + H2O H2CO2 H+ + HCO3-

Hal ini meningkatkan aktivitas enzim fosforilase untuk mengubah glukosa


menjadi glukosa 1-fosfat dan diubah kembali menjadi pat. Hal ini
membuat PA dan PO sel penutup tinggi, air akan keluar menuju sel
tetangga dan turgor sel penutup rendah sehingga stomata akan menutup.
3) Teori Klasik (Levit)
Keadaan pH sel penutup menjadi asam karena penimbunan asam organik. Di
siang hari banyak asam organik dirombak melali fotosintesis sehingga pH sel
bersifat basa. Pada malam hari pH sel penutup menurun membuat suasana
bersifat asam karea kadar CO2 tinggi, dengan bantuan enzim karboksilase sel
penutup membentuk organik.
4) Pemompaan ion K+
Ion K+ masuk ke sel penjaga melalui transpor aktif. Dinding sel penjaga
mengalami penebalan yang tidak merata dan memilik mikrofibril slulosa yan
melingkar. Ini menyebabkan sel penutup melekuk ke dalam saat tekanan
turgor meningkat dan membuat stomata terbuka. Saat ion K+ dipompa keluar
air juga ikut keluar sari sel penutup secara osmosis membuat tekanan turgor
menurun dan stomata tertutup.
Transpirasi berperan dalam turgiditas sel. Sel tumbuhan akan berfungsi
optimal pada turgiditas tertentu. Ketika turgiditas sel menjadi lebih tinggi atau
rendah dari normalnya, sel tersebut akan menuru fungsinya. Beberapa contoh
kasus turgiditas sel yang terlalu tinggi menyebabkan sel-selnya menjadi pecah.
Transpirasi juga merupakan suatu proses pendinginan daun (Miftah, 2014).
Adapun manfaat transpirasi menurut (Rizky. 2011) adalah meningkatkan daya
isap daun pada penyerapan air, mengurangi jumlah air dalam tumbuhan jika
terjadi penyerapan yang berlebih, pengangkutan asimilat, pengaturan bukaan
stomata, mempercepat pengangkutan dan penyerapan unsur hara melalui
pembuluh xilem.
Pada dasarnya terjadinya transpirasi ditentukan dari sebagian besar celah
antara dua sel penutup stomata, sehingga proses-proses yang menyebabkan
membuka dan menutupnya stomata juga menentukan besarnya transpirasi.
Menurut (Lestari,2006) proses transpirasi yang terjadi pada tumbuhan dapat
dipengaruhi oleh faktor dari lingkungan. Faktor-faktor tersebut sangat
berpengaruh terhadap laju transpirasi pada tumbuhan. Faktor lingkungan tersebut
antara lain :
a) Cahaya
Cahaya sangat diperlukan dalam proses fotosintesis yang terjadi di daun dan
berpengaruh pada membuka menutupnya stomata dengan mekanisme tertentu.
Semakin banyak tumbuhan terpapar cahaya maka laju transpirasi akan
semakin cepat Cahaya juga meningkatkan transpirasi dengan menghangatkan
daun. Jika tanaman diletakkan di tempat gelap maka tidak terjadi proses
fotosintesis membuat celah stomata menyempit atau bahkan menutup
sehingga tidak banyak air yang keluar dari tubuh tanaman, secara otomatis
kecepatan transpirasi rendah bahkan tidak berlangsung
b) Suhu
Tumbuhan dapat bertranspirasi lebih cepat saat berada pada kondisi
lingkungan dengan suhu yang lebih tinggi. Ini karena air menguap lebih cepat
pada suhu yang lebih tinggi, dalam hal ini juga dapat meningkatkan
kelembaban udara dalam ruang udara dibanding dengan udara yang ada di
luar.
c) Kelembaban
Laju transpirasi juga dipengaruhi oleh kelembaban nisbi dari udara sekitar
tumbuhan. Laju difusi setiap substansi menurun karena perbedaan kosentrasi
substansi dalam kedua daerah tersbut menurun dan sebaliknya. Karena itu
difusi air dari ruang udara pada daun yang berisikan uap ke luar secara
perlahan jika udara sekitarnya cukup lembab. Jika udara sekitarnya kering
maka difusi berlangsung lebih cepat.
d) Angin
Jika tidak ada angin, udara disekitar daun yang sedang bertranspirasi semakin
lembab sehingga menurunkan laju transpirasi. Namun jika ada hembusan
angin udara lembab itu akan tergantikan dengan udara segar yang lebih kering.
e) Air tanah
Tumbuhan tidak dapat terus bertranspirasi dengan cepat jika kelembaban yang
hilang tidak digantikan dengan air segar dari tanah. Jika penyerapan air oleh
akar tidak bisa mengimbangi laju transpirasi , maka turgor akan menurun dan
stomatat akan menutup. Hal inilah yang dapat menurunkan laju transpirasi.
Selain faktor lingkungan diatas menurut (Salisbury, 1992) laju transpirasi
juga dapat dipengaruhi faktor internal dari tumbuhan seperti jumlah dan ukuran
stomata, jumlah daun, luas daun, penggulungan daun, dan tekanan akar.
Proses ranspirasi ini penting bagi tumbuhan karena transpirasi sangat
berperan dalam hal membantu meningkatkan laju pengangkutan air dan mineral,
mengatur suhu tubuh dengan cara melepas kelebihan panas dari dalam tubuhnya,
dan mangatur turgor optimum di dalam sel (Sasmitamihardja, 1997).

E. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : kondisi terang, kondisi gelap
2. Variabel kontrol : - jenis tanaman pacar air (Impatien balsemia)
- tinggi tanaman
- jumlah daun
- waktu perlakuan
- volume air dalam tabung erlenmeyer
3. Variabel respon : perubahan berat tanaman, kecepatan transpirasi
F. Definisi Operasional Variabel
Kondisi lingkungan terang yang dipilih adalah dengan meletakkan tabung
erlenmeyer beserta tanaman pacar air di sekitar bohlam lampu dengan daya 100
watt, intensitas cahayanya sebesar 1740 cd/m2, kelembaban 75 % dan dengan
suhu 370. Sedangkan pada kondisi lingkungan gelap yang dipilih adalah dengan
meletakkan tabung erlenmeyer ke dalam almari inkubator yang intensitas
cahayanya 0 cd/m2, kelembaban 89%, dan dengan suhu 290. Tanaman pacar air
yang memiliki nama ilmiah Impatien balsemia ini digunakan untuk praktikum
dengan ketentuan memiliki kesamaan jenis yang dapat dilihat dari wana
bunganya, jika tanaman yang digunkan berbunga ungu maka tanaman satunya
juga harus berbunga ungu. Agar proses yang terjadi juga sama. Tinggi tanaman
yang digunakan untuk praktikum adalah 20 cm diukur dari pucuk tanaman sampai
kebawah dan dipotong miring. Jumlah daun dikontrol dengan jumlah yang sama,
jika 10 daun maka kedua tanaman juga menyisakan 10 daun. Untuk daun yang
lainnya bisa dipetik. Waktu yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah 90 menit
atau 1,5 jam, dimana setiap 30 menit dilakukan penimbangan. jadi ada 3 kali
penimbangan yang di lakukan setiap 30 menit. Volume air yang dimasukkan ke
dalam tabung erlenmeyer adalah 150 ml.
Pada setiap 30 menit sekali akan dilakukan penimbangan yang akan
menunjukkan apakah terjadi perubahan berat sebagai akibat dari percobaan yang
dilakukan. Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh tanaman dalam bentuk uap
air yang melalui stomata. Kecepatan trasnpirasi yang merupakan respon dari
praktikum ini dicari tahu agar dapat mengetahui perbedaan kecepatan transpirasi
pada tanaman saat berada di tempat yang terpapar cahaya dan di tempat yang
tidak terpapar cahaya.

G. Alat dan Bahan


Alat
1) Erlenmeyer 250 ml : 2 buah
2) Sumbat erlenmeyer dengan lubang ditengah : 2 buah
3) Timbangan : 1 buah
4) Termometer : 1 buah
5) Higrometer : 1 buah
6) Lux meter : 1 buah
7) Bohlam lampu 100 watt : 2 buah
8) Pisau tajam/silet : 1 buah
9) Penggaris : 1 buah
Bahan
1) Air
2) Vaselin
3) Tanaman pacar air (Impatien balsemia) panjang 20 cm
4) Kertas grafik/millimeter

H. Rancangan Percobaan

Tanaman pacar air (Impatien


balsemia)

- diukur panjangnya 20 cm
- dipotong ujung batangnya secara miring
- dimasukkan di tabung erlenmeyer yang sudah ada gabus
dan dilubangi dan diisi air 150 ml

Tanaman pacar air yang sudah diisi air


150 ml di tabung erlenmeyer

dikontrol daun tanaman pacar air pada masing – masing tabung


erlenmeyer sejumlah 10 daun

dipetik daun yang sudah layu/rusak dan bagian – bagian tanaman


selain daun

diolesi vaselin pada tiap bagian yang telah dipetik / dibuang dari
tanaman

pada celah gabus diolesi vaselin agar tidak ada udara yang
Tanaman pacar air (Impatien balsemia) yang sudah
keluar/masuk
diolesi vaselin

Ditimbang berat kedua erlenmeyer


Tabung 1 ditaruh di tempat terang, tabung 2 ditaruh di tempat gelap
Ditimbang dan diukur panjang tanaman setiap 30 menit dengan
pengulangan 3 kali
Dipetik semua daun dan digambar di kertas milimeter

I. Langkah Kerja

1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan

2. Menyediakan 2 buah erlenmeyer, isilah dengan air volume 150 ml.

3. Memotong miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air dalam air, dan
segera masukkan potongan tanman tersebut pada tabung erlemenyer melalui
lubang pada sumbat bagian bawahnta terendam air. Buanglah bunga, kuncup,
daun yang rusak dan olesi dengan vaselin. Demikian pula olesi celah-celah yang
ada dengan vaselin (misalnya sekitar sumbat penutup).

4. Menimbang kedua erlenmeyer tersebut lengkap dengan tanaman dan air yang
ada di dalamnya dan cacat.

5. Meletakkan erlenmeyer 1 didalam ruangan dan erlenmeyer 2 pada tempat jarak


20 cm dari lampu pijar 100 watt. Ukur kondisi lingkungan kedua tempat tersebut

meliputi suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban.

6. Setiap 30 menit menimbang erlenmeyer beserta perlengkapannya dan catat.

7. Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.

8. Setelah penimbangan terakhir, mengambil daun-daun pada tanamn tersebut,


kemudian ukurlah luas total daun tersebut dengan kertas milimeter/grafik, caranya
sebagai berikut :

 Membuat pola masing-masing pada kertas grafik


 Menghitung luas daun dengan ketentuan : apabila kurang dari ½ kotak
dianggap nol, dan bila lebih dari ½ dianggap 1.

J. Rancangan Tabel Pengamatan


Tabel 1. Kondisi Lingkungan

No Kondisi Lingkungan Tempat


. Terang Gelap
1. Suhu (C0) 37 29
2. Kelembaban (%) 75 89
3. Intensitas Cahaya (cd/m2) 1740 0
Tabel 2. Pengaruh Cahaya Terhadap Penambahan Berat

Rata – rata
30’ 30’’ 30’’’
Selisih Berat
Berat
Perbedaan Berat Berat Berat
Awal
Lingkungan Akhi Akhi Akhi
(gr) Selisih Selisih Selisih
r r r
(W1) (W2) (W3)
Botal A
260,5 260,3 0,2 260,2 0,1 260,1 0,1 0,13
(Gelap)
Botol B
253,5 253,2 0,3 252,7 0,5 252,6 0,1 0,3
(Terabg)

Tabel 3. Luas Daun Tanaman Pacar Air

Kondisi Lingkungan Daun ke- Luas Daun (cm)


1. 21
2. 19
3. 19
4. 19
5. 21
Terang
6. 19
7. 19
8. 16
9. 12
10. 20
Rata-rata 18,5
Kondisi Lingkungan Daun Luas Daun (cm)
ke-
1. 21
2. 14
3. 20
4. 28
5. 23
Gelap
6. 20
7. 21
8. 18
9. 14
10. 15
Rata-rata 19,4

Gambar 1. Diagram Kecepatan Transpirasi


0

Kecepatan Tranpirasi (g/menit/cm) 0

0
Kecepatan Transisi (Terang) Kecepatan Transisi (Gelap)
Kondisi Lingkungan

K. Rencana Analisis Data


- Tabel
Pada tabel 1 kondisi lingkungan yang digunakan adalah suhu, kelembaban,
dan intensitas cahaya serta pada tempat gelap dan terang. Suhu ditempat gelap 29 o
C dan terang sebesar 37o C, kelembaban di tempat gelap 89% dan di tempat terang
75%, serta intensitas cahaya di tempat gelap 0 cd/m 2 dan di tempat terang sebesar
1740 cd/m2 .
Pada kondisi terang dengan intensitas cahaya sebesar 1740 cd/m2 memiliki
berat awal 253,5 gr kemudian berubah menjadi 253,2 gr setelah perlakuan 30
menit pertama selisih 0,3 gr dari berat awal, 252,7 gr di 30 menit kedua selisih 0.5
gr dari sebelumnya dan, 252,6 gr di 30 menit ketiga selisih 0,1 gr dari berat
sebelumnya. Selisih rata-ratanya menjadi 0,3 dan kecepatan transpirasi yang di
dapat sebesar 0.0005 g/menit/cm2 . Pada kondisi gelap dengan itensitas cahaya 0
cd/m2 memiliki berat awal 260,5 gr kemudian berubah menjadi 260,3 gr setelah
perlakuan 30 pertama selisih 0,2 gr dari berat awal. 260,2 gr di 30 menit kedua
selisih 0,1 gr dari sebelumnya dan, 260,1 gr di 30 menit ketiga selisih 0,1 gr dari
berat sebelumnya., rata-rata selisih 0,13 dan kecepatan transpirasi yang didapat
sebesar 0,00022 g/menit/cm2. Hasil ini sesuai dengan dasar teori yang dijelaskan
oleh (Lestari,2006) bahwa cahaya salah satu faktor yang berpengaruh dalam
kecepatan transpirasi.
Tabel 3 luas daun tanaman pacar air, daun dikontrol dengan jumlah yang
sama yaitu 10 daun. Pada kondisi terang hasil rata-rata luas daun adalah 18,5 cm2
dan untuk rata-rata daun pada kondisi gelap adalah 19,4 cm2.
Perhitungan laju transpirasi menggunakan rumus sebagai beikut :

Kecepatan transpirasi = rata-rata selisih : waktu : rata-rata luas daun

dalam kondisi terang laju transpirasi tanaman pacar air sebesar 0,0005
g/menit/cm2 sedangkan laju transpirasi tanaman pacar air pada tempat gelap lebih
rendah yakni sebesar 0,00022 g/menit/cm2.
- Gambar
Pada gambar 1 merupakan diagram dari hasil kecepatan transisi pada
tanaman pacar air di tempat gelap dan terang. Ditunjukkan melalui diagram
batang bahwa tempat terang menghasilkan kecepatan tranpirasi sebesar 0,0005
g/menit/cm2 sedangkan pada tempat gelap menghasilkan kecepatan tranpirasi
0,00022 g/menit/cm2.

L. Hasil Analisis Data


- Pembahasan
Berdasarkan hasil data yang didapat , diketahui bahwa besarnya intensitas
cahaya (suhu) sangat berpengaruh terhadap laju transpirasi pada tanaman pacar air
(Impatien balsemia). Pada tanaman pacar air yang diperlakukan pada tempat
terang dengan intensitas cahaya sebesar 1740 cd/m2 memiliki kecepatan
transpirasi lebih tinggi yakni 0,0005 g/menit/cm 2, dibandingkan dengan tanaman
pacar air di tempat gelap yang berintensitas cahaya 0 cd/m2 dan kecepatan
transpirasinya sebesar 0,00022 g/menit/cm2. Intensitas cahaya mempengaruhi
kecepatan transpirasi karena mekanisme membuka menutupnya stomata yaitu
lubang pada daun digunakan sebagai tempat keluarnya uap air pada proses
transpirasi. Umumnya stomata tumbuhan membuka pada siang hari dan menutup
pada malam hari. Berdasarkan teori footosintesis, sel penutup pada stomata
mengandung klorofil yang akan berfotosintesis jika terpapar cahaya sehingga
menghasilkan glukosa. Glukosa inilah yang akan membuat PA dan PO di dalam
sel penutup menurun yang akan menimbulkan tekanan turgor pada sel penutup
naik dan sel-sel penutup membesar, sehingga terbukalah stomata. Terbukanya
stomata inilah yang membuat air di dalam tubuh tanaman akan terus keluar dalam
bentuk uap air yang secara pasti akan mempercepat transpirasi pada tanaman.
Begitupun sebaliknya, jika tanaman diletakkan di tempat gelap maka tidak terjadi
proses fotosintesis membuat celah stomata menyempit atau bahkan menutup
sehingga tidak banyak air yang keluar dari tubuh tanaman, secara otomatis
kecepatan transpirasi rendah bahkan tidak akan berlangsung.
Hal ini sesuai dengan dasar teori yang dikemukaan oleh (Lestari,2006)
bahwa cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan
transpirasi. Semakin besar intensitas cahaya, semakin tinggi laju transpirasi.
Semakin rendah intensitas cahaya, semakin rendah kecepatan transpirasi. Selain
itu suhu dan kelembaban juga berpengaruh pada kecepatan transpirasi. Semakin
tinggi suhu lingkungan, semakin tinggi kecepatan transpirasi. Semakin rendah
kelembaban lingkungan, semakin tinggi kecepatan transpirasi. Gerakan uap air ke
udara dalam daun akan menurunkan kecepatan bersih air yang hilang, sehingga
transpirasi akan menurun seiring dengan meningkatnya kelembaban dan begitu
juga sebaliknya. Jumlah dan luas permukaan daun juga berpengaruh, semakin luas
permukaan daun maka transpirasi berlangsung lebih cepat menurut (Salisbury,
1992). Akan tetapi pada percobaan kali ini, meskipun luas daun tanaman pacar air
pada tempat terang lebih kecil yaitu 18,5 cm daripada luas daun pada tempat gelap
yaitu 19,4 cm , kecepatan transisinya tetap lebih cepat pada tempat terang. Hal ini
disebabkan karena pada pemilihan tanaman pacar air yang tidak sama, hanya
tinggi pohonnya saja yang diukur agar sama tetapi daunnya tidak. Selain itu
pengolesan vaselin pada bagian tanaman yang luka bisa menjadi salah satu faktor
karena fungsi dioleskannya vaselin sendiri adalah sebagai lapisan agar tidak
terjadi kebocoran pada bagian itu dan berfungsi sebagai lapisan yang
memperlambat transpirasi, karena semakin tebalnya permukaan maka uap air akan
sulit keluar.
Transpirasi berperan penting dalam menjaga stabilitas suhu tumbuhan,
transpirasi juga sangat penting dalam penyerapan unsur hara. Ion mineral yang
ada di dalam tanah akan ikut bergerak bersama dengan air sehingga secara aliran
masa akan mendekati akar tanaman dan mudah diserap. Selain itu air dan unsur
hara yang telah berada di dalam jaringan xilem akar akan bergerak ke batang dan
daun mengikuti aliran air yang ditarik oleh transpirasi. Pada praktikum ini bagian
akar tumbuhan tidak digunakan karena hanya diambil bagian batang dan daun
dengan tinggi dan jumlah daun yang sama. Tujuannya untuk melihat
perbandingan kecepatan transpirasi. Jika jumlah daun tidak sama kemungkinan
ada tumbuhan yang bertranspirasi lebih cepat. Selain itu, seperti yang
disampaikan (Miftah. 2014) transpirasi berperan dalam turgiditas sel dan menurut
(Rizky, 2011) meningkatkan daya isap daun pada penyerapan air dan mengatur
bukaan stomata.

M. Kesimpulan
- Berdasarkan praktikum yang dilakukan membuktikan bahwa pengaruh
lingkungan dan cahaya sangat mempengaruhi kecepatan transpirasi pada
tumbuhan.
- Pada tanaman yang terpapar cahaya menunjukkan kecepatan transpirasi yang
tinggi, sedangkan pada tanaman yang berada di tempat gelap atau tidak terpapar
cahaya sama sekali menunjukkan kecepatan transpirasi yang lebih rendah.
- Pada kondisi lingkungan yang terang kecepatan transpirasi sebesar 0,0005
g/menit/cm2 dan pada kondisi lingkungan gelap sebesar 0,00022 g/menit/cm2.

N. Daftar Pustaka
Lestari, Endang. 2006. Hubungan antara Kerapatan Stomata dengan
Ketahanan Kekeringan pada Somaklon padi Gajahmungku, Towuti, dan IR 64.
Biodiversitas ISSN: 1412-033x. Volume 7, No.1. halaman 44.
Miftah, Arief. 2014. Transpirasi dan Fungsinya Bagi Tumbuhan. Jurnal
(online). https://www.anakagronomy.com/2014/03/transpirasi-dan-fungsinya-
bagi-tumbuhan.html (diakses Rabu, 19 Februari 2020).
Purba. 2011. Kebutuhan dan Cara Pemberian Air Irgasi Untuk Tanaman
Padi Sawah. Jurnal Sains dan Teknologi 3 : 146
Rachmawati, Fida., dkk. 2007. Biologi Umum. Surabaya : Unesa
University Press.
Rizky. 2011. Pengukuran Laju Transpirasi Dengan Menggunakan Metode
Penimbangan Langsung. Jurnal (Online).
https:id.scribd.com/doc/87995346/Laporan-Praktikum-Fisiologi-Tumbuhan-
Transpirasi. (diakses Rabu, 19 Februari 2020).
Salisbury, F.B dan Ross, C.W. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid III.
Bandung : ITB.
Sasmitamihardja, Drajat, dkk. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Bandung :
Depdikbud.
Siregar, Arbayah. 2003. Anatomi Tumbuhan. Bandung : ITB.
Yuliani,dkk. 2019. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya :
FMIPA UNESA.

Anda mungkin juga menyukai