Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian


Pontianak – pertambangan emas yang terletak di Kecamatan Boyan
Tanjung, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat merupakan
pertambangan rakyat yang sudah ada sejak tahun 2000 – sekarang. Kegiatan
pertambangan ini sudah banyak membantu pertumbuhan ekonomi
masyarakat sekitar dengan mengurangi angka pengangguran serta
memberikan pendapatan yang layak setiap bulannya.
Wilayah Pertambangan Rakyat di Kecamatan Boyan Tanjung ini
sangat luas yaitu dari sepanjang aliran Sungai Batang Bunut berbatasan
dengan Kecamatan Bunut Hulu dan Kecamatan Bunut Hilir yang berjarak
sekitar 12.7 kilometer. Pertambangan rakyat ini dapat dijumpai di pinggiran
Sungai Batang Bunut yang dapat dilihat dengan jelas apabila ditemui rakit
atau lanting sebagai media untuk menyimpan mesin dan barang – barang
lainnya. Tahapan penambangannya mulai dari memasukan selang induk
kedalam sungai sehingga dengan kekuatan mesin sedot dapat mengangkat
lapisan tanah seperti lumpur dan pasir keatas permukaan.
Pertambangan rakyat di Kecamatan Boyan Tanjung ini akan terus
meluas selama masih memungkinkan untuk dilakukan operasi penambangan
dengan memperhitungkan pendapatan dan pengeluaran dalam hitungan
minggu. Mereka akan terus menambang selama ada tanah yang bisa
dilakukan penambangan dan sudah mendapat izin dari tuan atau pemilik
tanah dengan kesepakatan yang telah ditentukan.

2.1.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian


Kecamatan Boyan Tanjung adalah suatu wilayah yang terdapat di
kabupaten Kapuas Hulu, ibu kota dari kabupaten ini adalah Putussibau dan
dapat ditempuh melalui tiga jalur transportasi yaitu jalur jalan darat, sungai
kapus dan udara. Melalui jalur transportasi jalan darat dapat ditempuh
sejauh 814 km, sungai Kapuas 846 km dan jalur udara dapat ditempuh
dengan pesawat berbadan kecil dari Pontianak melaui Bandar Udara
Pangsuma dengan waktu tempuh sekitar 70 – 90 menit.
Luas wilayah Kabupaaten Kapuas Hulu sekitar 29.842 km2 atau
2.942.200 Ha dengan letak geografis 111,40o – 111,10o Bujur Timur dan
antara 0,50o Lintang Utara - 1,40o Lintang Selatan, dengan jumlah
penduduk menurut hasil Sensus Penduduk tahun 2010 total 222.160 jiwa.
Secara administrasi batas wilaah Kabupaten Kapuas Hulu adalah sebagai
berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Sarawak (Malaysia Timur).
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sintang.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sintang.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur dan
Provinsi Kalimantan Tengah.
Dengan tercantumnya batas wilayah Kabupaten Kapuas Hulu diatas
maka luas wilayah Kabupaten Kapuas Hulu setara dengan 20,33% dari luas
Provinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan yang mencapai angka
146.807 km2.
Gambar 2.1 Peta Kesampaian Wilayah Usulan WPR Kecamatan Boyan Tanjung
Sumber Petatematikindo Tahun 2014 Gambar 2.2 Peta Administrasi Kabupaten Kapuas Hulu
2.1.2 Kondisi Geologi
Kecamatan Boyan Tanjung, Kabupaten Kapuas Hulu terdapat dalam
Peta Geologi Regional Lembar Putussibau skala 1 : 250.000 yang
merupakan daerah perbukitan. Struktur geologi di Kabupaten Kapuas Hulu
umumnya berupa kekar – kekar, sesar dan perlipatan. Kekar – kekar ini
pada umumnya banyak dijumpai di batu pasir dan batu lempung tufaan serta
sebagian tufa. Sesar normal dan geser mempunyai arah umum Barat Laut –
Tenggara dan Timur Laut – Barat Daya. Arah bidang kekar sangat
bervariasi N270oE, N180oE, N130oE, N80oE, N170oE dan N280oE seperti
yang dijumpai pada batupasir di Sungai Boyan / Sungai Batang Bunut
(Bambang Pardiarto, K, 2015).
Bentang alam di Kecamatan Boyan Tanjung terdiri dari morfologi
perbukitan terjal dan morfologi perbukitan bergelombang. Litologi di daerah
penelitian terdiri dari tiga satuan batuan yaitu Satuan Batu Pasir Grewake,
Satuan Batu Lempung Serpih dan Satuan Batu Pasir Arkose yang mana
batuan ini merupakan bagian dari Kelompok Selangkai berumur Kapur.
Sumber P3G Tahun 1993 Gambar 2.3 Peta Geologi Regional
2.1.3 Topografi dan Geomorfologi
Topografi wilayah Kabupaten Kapuas Hulu sangat bervariasi terlihat
dari sistem dataran alluvial, daerah perbukitan hingga pegunungan.
Terdapat lahan datar dengan luas 798.240 hektar dengan kemiringan 0%
sampai 2% dan umumnya terletak di dataran rawa dekat aliran Sungai
Kapuas sedangkan lahan yang terbesar terdapat di sekitar kaki perbukitan
Kecamatan Selimbau, Kecamatan Badau, Kecamatan Batang Lupar,
Kecamatan Embaloh bagian Selatan, dan Kecamatan Empanang bagian
Utara mempunyai kemiringan 2% sampai 15%. Sedangkan daerah kaki
pegunungan Muller dan Pegunungan Kapuas Hulu serta di lembah Sungai
Embaloh, Manday, Sibau dan lain – lain merupakan daerah yang
sisanyamempunyai kemiringan 15% sampai 40%
Morfologi Kabupaten Kapuas Hulu dibagi menjadi dua satuan
morfologi yaitu morfologi perbukitan terjal dan morfologi perbukitan
bergelombang. Morfologi perbukitan terjal menempati sekitar 40% pada
daerah bagian utara dan timur laut. Morfologi dapat dilihat dengan ciri – ciri
kondisi lereng dengan kemiringan lebih besar dari 50o dan pada dasarnya
morfologi ini tersusun oleh batuan yang sangat keras. Kemudian ada satuan
morfologi perbukitan bergelombang dengan menempati hampir 60% daerah
penyelidikan pada bagian barat dan selatan. Ciri – ciri morfologi ini adalah
keadaan lereng dengan kemiringan kurang dari 50% dan pada dasarnya
morfologi ini tersusun dari morfologi batuan sedimen dan batuan gunung
api yang sedikit lapuk (Bambang Pardiarto, K, 2015)
Gambar 2.4 Peta Topografi
2.1.4 Jenis Tanah
Ada beberapa jenis tanah yang terdapat pada Kabupaten Kapuas Hulu
berdasarkan Lembaga Penelitian Tanah Bogor terhadap Peta Tanah
Eksplorasi Provinsi Kalimantan Barat berskala 1 : 1.000.000 yaitu:

a. Organosol, Grey dan Humus


Tanah organosol adaalah tanah yang terbentuk dari pelapukan
bahan organik atau pencampuran bahan mineral dan bahan organik
dengan tebal paling sedikit 50 cm dan mengandung bahan organik
sekitar 30% (bila liat) dan 20% batu pasir. Sedangkan untuk tingkat
kepadatan (bulk density) lebih kecil dari 0.6 dan pada dasarnya bersifat
jenuh air dan bila kering mudah terbakar.
Pada dataran rendah seperti rawa sekitaran sungai Kapuas tanah
gambut berasosiasi dengan tanah gley, humus dan alluvial hidromorf.
Pada dasarnya jenis tanah di dataran rendah seperti ini sangat
diperngaruhi oleh pasang surut air. Pada beberapa daerah jenis tanah
yang dipengaruhi oleh pasang surut ini dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian pasang surut dengan ketebalan kurang dari satu meter. Ada
jenis gambut yang berpotensi tinggi sebagai lahan pertanian dimana
terdapat unsur hara dan mineral didalamnya yaitu tanah gambut eutrop.
Namun sebaliknya jenis tanah yang miskin akan unsur hara dan mineral
dan sangat tidak cocok sebagai lahan pertanian yaitu oligotroph. Jenis
tanah gambut sangat dominan dan memiliki area seluas 552.000 hektar
atar setara dengan 18.5 dari luas Kabupaten Kapuaas Hulu.

b. Tanah Podsolik Merah Kuning (PMK)


Tanah jenis Podsolik Merah Kuning atau biasa disingkat PMK
merupakan tanah yang memiliki perkembangan profil dengan batas
horizon yang jelas, berwarna merah dan kuning hingga kedalaman dua
meter (Indrihastuti, 2004). Tanah jenis ini terdapat pada Kabupaaten
Kapuas Hulu dengan luas sekita 396.000 hektar atau setara dengan
13.27% dari luas total Kabupaten Kapuas Hulu.
c. Tanah Litosol
Jenis tanah ini memiliki perkembangan profil yang sangat rendah
dengan ketebalan profil kurang dari 50 cm. Pada wilayah Kapuas Hulu
tanah ini berasosiasi dengan tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) di
patahan besar di Pegunungan Kapuas Hulu dan Pegunungan Muller.
Jenis tanah ini memiliki luas total 2.036.200 hektar atau setara dengan
62.23% dari luas Kabupaten Kapuas Hulu.

2.1.5 Tata Guna Lahan


Penggunakan lahan di Kabupaten Kapuas Hulu sangat didominasi
oleh daerah pegunungan yang tidak dapat digunakan sebagai lahan pertanian
maupun peternakan atau non-budidaya dengan luas sekitar 2.065.607 hektar
atau setara dengan 69,22% dari luas keseluruhan Kabupaten Kapuas Hulu.
Ada beberapa wilayah yang cocok untuk digunakan sebagai lahan budidaya
yaitu di dataran rendah atau daerah rawa dengan luas 672.967 hektar atau
setara dengan 22,55% dibudidayakan oleh penduduk setempat secara tidak
menetap contohnya perladangan, semak, padang ilalang dan lain – lain.
Namun ada penggunaan lahan menetap seperti untuk wilayah permukiman,
perkebunan, sawah, peternakan ikan dan lain sebagainya dengan luas
wilayah sekitar 245.626 hektar atau sekitar 8,23% dari luas Kabupaten
Kapuas Hulu.
Hal ini membukitan bahwa wilayah yang paling luas adalah daerah
pegunungan yang tidak dapat digunakan sebagai tempat untuk lahan
pertanian maupun peternakan atau non-budidaya dan dapat dilihat dari pola
kegitan masyarakat Kapuas Hulu masih didominasi dengan kegiatan
pertanian di dataran rendah atau rawa dan tidak menetap atau berpindah –
pindah serta terdapat wilayah yang kecil dibandingkan area pegunungan
untuk wilayah permukiman masyarakat dengan total sekitar 245.626 hektar
sebagai tempat permukiman, persawahan, perkebunan dan peternakan.
2.2 Tahapan Penambangan
Kegiatan pertambangan emas di Kecamatan Boyan Tanjung
Kabupaten Kapuas Hulu merupakan kegiatan pertambangan rakyat yang
pada saat ini sedang dilakukan usukan WPR (Wilayah Pertambangan
Rakyat) oleh pemerintah daerah Kabupaten Kapuas Hulu. Tahapan
penambangan emas di Kecamatan Boyan Tanjung meliputi :

a. Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan dilakukan bertujuan untuk menyiapkan area
pertambangan yang akan dilakukan operasi penambangan. Pembersihan
lahan dilakukan dengan pembersihan tanaman, pengangkatan tanah
pucuk dan tanah penutup sampai lokasi tersebut siap untuk dilakukan
kegiatan penambangan.

b. Penyedotan
Penyedotan adalah kegiatan setelah dilakukuan pembersohan lahan
guna untuk mendapat mineral yang diinginkan berupa emas dengan luas
wilayah yang telah ditentukan.

c. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk memisahkan mineral pengotor dengan
menggunakan air bersih sehingga akan didapat emas sesuai yang
diinginkan dan kegiatan ini dilkukan berulang kali hingga benar – benar
mendapat emas yang bersih.

d. Reklamasi
Reklamasi adalah kegiatan pemulihan kembali lahan bekas tambang
guna untuk mengembalikan lahan sesuai tata guna lahan sebelum
dilakukan penambangan agar dapat berfungsi sesuai peruntukuannya.

2.3 Reklamasi
Reklamasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki
kegunaan lahan atau menata kembali lahan yang terganggu akibat adanya
aktivitas pertambangan emas agar lahan tersebut dapat berfungsi dan
digunakan kembali seperti semula sesuai peruntukannya (Abdul Rauf, D. G,
2018).
Merurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
07 Tahun 2014 tentang kriteria keberhasian suatu kegiatan reklamsi meliputi
standar keberhasian panatagunaan lahan, penebaran tanah pucuk (top soil),
pengendalian erosi dan pengolahan air, revegetasi dan penanggulangan air
asam tambang.

2.3.1 Dasar Hukum Reklamasi


Berikut beberapa landasan hukum dari penelitian perencanaan
reklamasi adalah :

a. Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 07 Tahun


2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang Pada Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
b. Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 26 Tahun
2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara.
c. Undang – undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara

2.3.2 Bentuk – Bentuk Reklamasi


a. Reklamasi dengan perbaikan bentuk lahan perlu dilakukan apabila :
1) Jika terdapat relief, lobang, bongkahan batu dan sebagainya pada lantai
penambangan.
2) Diperlukan pengambalian tanah penutup atau overburden.

b. Reklamasi dengan perbaikan kesuburan tanah dapat dilakukan apabila :


1) Lahan bekas tambang yang sudah dilakukan penimbunan dapat
dilakukan sebagai lahan pertanian untuk masyarakat setampat.
2) Akibat terjadinya pengaliran air maka dapat menyebabkan
terganggunya sistem penirisan lahan bekas tambang.
3) Lapisan tanah pucuk tererosi dan hilangnya kemampuan tanah
menyerap air.

c. Reklamasi dengan revegetasi


Reklamasi dengan cara revegetasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Revegetasi sementara, adalah lahan bekas tambang dengan tingkat
kesuburan dan belum jelas maka dilakukan revegetasi bersifat
semantara.
2) Revegetasi sesuai peruntukan, adalah lahan bekas tambang yang sudah
jelas peruntukannya dan memiliki tanah yang relative suber sehingga
dapat dijadikan sebagai lahan pertanian, perkebunan, kawasan hutan
dan sebagainya.

d. Reklamasi pada peruntukan tertentu


Reklamasi untuk peruntukan tertentu dapat dilakukan apabila lahan
bekas tambang berada pada lokasi yang sudah jelaas peruntukannya
oleh pemerintah berdasarkan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)
seperti kawasan hutan, permukiman, perkebunan, pertanian dan
sebagainya (Aldrin Febriansyah, 2017).

2.3.3 Prinsip Reklamasi


Adapun prinsip dari kegiatan reklamasi adalah sebagai berikut :
a. Reklamasi merupakan kesatuan yang utuh dari kegiatan pertambangan,
suatu kegiatan reklamasi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
pertambangan karena satiap adanya perubahan yang mengakibatkan
kerusakan lingkungan maka harus adapula upaya untuk mengatasi dan
memperbaiki kondisi lahan seperti semula sebelum dilakukan kegiatan
penambangan agar dapat berfungsi sesuai peruntukannya.
b. Kegiatan reklamasi harus dapat dilaksanakan sedini mungkin, mulai
dari tahapan perencanaan reklamasi, pelaksanaan dan pemeliharaan
serta tidak harus menunggu kegiatan penambangan selesai dilakukan
(Sarita Oktorina, 2017).

2.4 Revegetasi
Menurut keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Tahun 1999
revegetasi merupakan suatu usaha atau kegiatan penanaman kembali
tumbuhan yang telah mati akibat kegiatan pertambangan di area bekas
tambang. Lahan bekas tambang meninggalkan jejak terhadap kerusakan
lingkungan sekitar maka perlu adanya kegitan untuk memulihkan kembali
fungsi lahan yang telaah rusak dengan menanam kembali tumbuhan –
tumbuhan lokal yang dapat bernilai guna ekonomis bagi masyarakat serta
sesuai dengan kriteria lahan bekas tambang.
Revegetasi dapat dilakukan dengan beberapa tahap kegiatan yaitu
mulai dari kegiatan penyusunan rancangan teknis penanaman, persediaan
lapangan yang akan ditanam, persemaian atau pengadaan bibit, pelaksanaan
penanaman hingga perawatan tanaman yang sudah tumbuh pada lokasi
bekaas tambang (Rr Diah, N.S., dkk, 2017).

2.4.1 Kriteria Pemilihan Tanaman Revegetasi


Pada umumnya pemilihan tanaman untuk revegetasi tambang harus
disesuaikan dengan vegetasi daerah sekitar agar dapat mencapai tujuan daari
reklamasi yaitu untuk memperbaiki kondisi lingkungan menjadi seperti
semua agar dapat berfungsi sesuai peruntuknya. Berikut beberapa kriteria
tanaman untuk revegetasi :

a. Tanaman penutup tanah


Tanaman penutup tanah yaitu tanaman yang terdapat banyak
keunggulan sehingga dapat menjadi urutan pertama dalam pemilihan
tanaman untuk revegetasi tambang. Tanaman penutup tanah memiliki
keunggulan sebagai berikut :
1) Dapat menahan laju air limpasan
2) Dapat menahan deras air hujan
3) Dapat menambah bahan organik yang bermanfaat untuk memperbaiki
sifat biologi, fisik, dan kimia tanah
4) Dapat bermanfaat dalam pengendalian erosi tanah
5) Dapat menghambat pertumbuhan gulma
6) Dapat mempercepat pelapukan
Tanaman penutup tanah adalah jenis tanaman yang dapat melindungi
tanah dari bahaya erosi maupun bahaya lainnya. Tanaman jenis ini
dapat diktakan sebagai tanaman yang tangguh dan dapat meminimalisir
resiko yang ditimbulkan oleh alam.
Pemilihan tanaman untuk revegetasi tambang juga harus
memperhatikan kondisi iklim wilayah yang akan dilakukan revegetasi.
Waktu yang tepat untuk mulai menanam tanaman penutup tanah adalah
pada saat mulai masuk musim penghujan serta setelah ditanam harus
rutin melakukan pemupukan dan perawatan.

b. Tanaman yang cepat tumbuh


Tanaman yang cepat tumbuh dapat ditanam sesegera mungkin
setelah tanaaman penutup tanah ditanam. Jenis tanaman ini sangat baik
untuk melindungi tanaman lainnya karena sifatnya yang cepat tumbuh.
Tanaman cepat tumbuh memiliki fungsi sebagai berikut :
1) Dapat melindungi tanaman lain
2) Mengurangi tingkat kematian tanaman
3) Mengurangi intensitas suhu dan cahaya
4) Dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas udara
5) Dapat menjaga kelembapan tanah
6) Dapat menambah kesuburan tanah
Tanaman cepat tumbuh ini dapat menciptakan iklim yang sesuai
dengan kondisi ekosistem hutan pada wilayah tersebut. Beberapa
keunggulan dari tanaman cepat tumbuh adalah :
1) Daun tidak mudah gugur pada musim tertentu
2) Dapat tumbuh dengan cepat
3) Dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur
4) Tidak mengganggu pertumbuhan tumbuhan lain
5) Tahan angin

c. Tanaman lokal
Tanaman lokal sangai baik untuk menjadi pilihan dalam tanaman
yang layak untuk revegetasi. Jenis tanamaan lokas sangat mudah
dijumpai dan tumbuh karena sudah menjadi tumbuhan yang tidak asing
di daerah yang akan dilakukan revegetasi dan bibit kecil dari tanaman
ini pun dapat mudah dicari di hutan sekitar area pertambanga.
Dalam melaksanakan tanaman lokal maka penting untuk kerjasama
dengan masyarakat lokas untuk mendapatkan tanaman lokal yang sesuai
kriteria dalam kegiatan revegetasi lahaan bekas tambang. Revegetasi
dengan tanaman lokal dapat lebih baik dan berguna jika tanaman lokal
yang dipilih dapat bernilai ekonomis untuk masyarakat sekitar sehingga
lahan bekas tambang dapat berfungsi sesuai peruntukannya dan bernilai
ekonomis (Antares Multi Energi, 2019).

2.4.2 Tahapan Revegetasi Tambang


a. Persiapaan lahan
Revegetasi tambang tidak dapat dilakukan begitu saja tanpa adanya
tahap persiapan terutama persiapan lahan. Dalam tahap persiapan lahan
maka yang akan dipersiapkan adalah tanah pada lahan yang akan
dilakukan revegetasi, dalam hal ini yang sangat menjadi perhatian untuk
keberhasilan revegetasi tambang adalah keberadaan tanah pucuk (top
soil) dan kepadatan tanah (bulk density).
Tanah pucuk merupakan bagian paling penting dalam pelaksanaan
reklamasi lahan bekas tambang, jika dalam melakukan revegetasi
memiliki tanah pucuk dengan ketebalan yang baik maka akan
mempermudah tanaman untuk tumbuh dengan baik dan subur
(Misbahul, M., dan Rr Diah, N. S. 2017)

b. Pelaksanaan penanaman
Setelah persiapan lahan maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan
penanaman. Pada dasarnya pelaksanaan penanaman sangat dianjurkan
pada saat mulai memasuki musim penghujan karena taanaman akaan
tumbuh dengan baik jika kondisi tanah lembap (Antares Multi Energi,
2019).

c. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman revegetasi bertujuan untuk menjaga semua
jenis tanaman revegetasi agar dapat bertumbuh dengan subur dan sehat
sesuai dengan yang diinginkan. Dengan adanya pemeliharaan maka
dapat mengurangi dampak kerusakan atau kematin pada tanaaman
akibat bahaya erosi, hama atau penyakit bahkan dari manusia yang
dapat merusak tanaman revegetasi lahan bekas tambang (Sarita
Oktorina, 2017).
1) Pemupukan
Dalam pemeliharaan tanaman maka perlu dilakukan pemupukan agar
dapat meningkatkan kesuburan tanah ataau menambah unsur hara
dalam tanah. Jumlah pupuk akan ditentukan dengan total jumlah pohon
yang di tanam.
2) Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang mati atau
tumbuh tidak normal sesuai ketentuan yang diinginkan. Proses
penyulaman perlu dilakukan untuk tidak mengurangi jumlah tanaman
yang sudah ditentukan pada saat perencanaan revegetasi lahan bekas
tambang. Kegiatan penyulaman lebih baik dilakukan pada pagi haari
pada saat kondisi suhu dingin dan cucaca tidak panas atau pada saat
menjelang hujan (Fauzan Azim, dkk. 2019).
3) Penyiangan
Pada dasarnya semua jenis tanaman yang kita tanam perlu dikaukan
penyiangan. Penyiangan dilakukan untuk menghindari tanaman
revegetasi dari tanaman pengganggu seperti akar, gulma dan lain lain
yang tumbuh disekeliling tanaman revegetasi.

2.4.3 Persentase Hidup dan Kesehatan Tanaman


a. Persentase hidup tanaman
Persentase hidup tanaman dilakukaan untuk dapat mendata
perbaindingan jumlah tanaman yang hidup dan jumlah tanaman yang
mati.
Persentase hidup taanaman dihitung jumlah tanaman yang hidup
pada plot lahan revegetasi dengan jumlah tanaman yang mati pada
lahaan revegetasi dengan rumus (Permenhut 2009):

∑hi
T=
∑∋¿ ×100% ¿

Dimana :
T = persen tumbuh tanaman (%)
hi = jumlah tanaman yang hidup pada plot ke – i
Ni = jumlah tanaman yang ditanam pada plot ke – i

b. Persentase kesehatan tanaman


Pada persentase kesehtan tanaman adalah untuk mengetahui
persentas jumlah tanaman yang sehat dan tidak sehat dan dihitung
dengan jumlah tanaman yang sehat pada plot lahan revegetasi dengan
jumlah tanaman yang hidup pada laahan revegetasi dengan rumus
sebagai berikut (Permenhut 2009) :
∑ ri
K= ×100%
∑hi

Dimana :
K = persen sehat tanaman
ri = jumlah tanaman yang sehat pada plot ke – i
hi = jumlah tanaman yang hidup pada plot ke – i

2.5 Pengendalian Erosi dan Sedimentasi


Pengendalian erosi adalah suatu hal yang harus dilakukan selama
kegiatan penambangan dan setelah penambangan selesai. Erosi dapat
menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah, terjadinya endapan lumpur
dan sedimentasi di alur sungai, maka dalam menangani masalah ini perlu
dilakukan upaya dalam pengendalian laju erosi dan sedimentasi (Fauzan
Azim, dkk. 2019)

2.5.1 Erosi
Erosi merupakan suatu peristiwa berpindahnya tanah dari suatu tempat ke
tempat lain yang terjadi oleh media alam seperti air dan angin. Di Indonesia
dengan wilayah beriklim tropika basah erosi biasanya terjadi disebabkan
oleh air, sedangkan untuk daerah yang beriklim kering penyebab utama
erosi adalah angin (Arsyad, 2006 dalam Asriadi, A., dan Hendrick, P.,
2019). Erosi tidak dapat dihindari dari setiap proses kegiatan reklamasi,
namun erosi dapat dihambat dengan berbagai cara contohnya vegetasi dan
lain sebagainya.

a. Mekanisme terjadinya erosi


Menurut Schwab (1999), mekanisme terjadinya erosi dibagi menjadi
tiga, yaitu :
1) Detachment merupakan proses penghancuran tanah dari bongkahan
atau agregat tanah yang kasar menjadi partikel – partikel tanah.

2) Transportation merupakan transportasi atau pengangkutan partikel


tanah dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui limpasan air hujan
atau run 0ff.

3) Sedimentation merupakan sedimen / pengendapan tanah yang tererosi,


sedangkan tanah yang tererosi akan terendapkan pada bagian bawah
sungai atau cekungan – cekungan. Cekungan – cekungan yang
tergeruskan dan membawa top soil dapat menjadi lahan pertanian yang
subur.

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi erosi


Ada banyak faktor yang mempengaruhi erosi, berikut faktor utama
yang mempengaruhi erosi (Asriadi, A., dan Hendrick, P., 2019) :
1) Iklim
Iklim berpengaruh langsung terhdapat terjadinya erosi melalui tenaga
kinetis air hujan, faktor air hujan yang mempengaruhi terjadinyaa erosi
yaitu intensitas hujan dan diameter butiran air hujan.
2) Sifat tanah / karakteristik tanah
Faktor sifat tanah adalah yang menentukan erodibilitas dan ilfiltrasi
tanah seperti tekstur tanah, unsur organik, struktur tanah dan
permeabilitas tanah.
3) Topografi
Topografi atau kemiringan adalah faktor yang menentukan kecepatan
limpasan air yang dapat menyebabkan terjadinya erosi.

4) Vegetasi
Faktor vegetasi dapat memperlambat atau menghambat terjadinya erosi
pada tanah, melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan,
menurunkan kecepatan dan volume air larian, menahan partikel –
partikel tanah dengan sistem perakaran dan dapat menyerap air.

2.5.2 Sedimentasi
Sedimentasi adalah pengendapat yang terjadi akibt adanya proses erosi.
Sedimentasi dapat didefinisikan sebagai pengangkutan, melayangnya atau
mengendapnya material fragmentasi oleh air. Sedimentasi memberikan
banyak dampak terhadap sungai, saluran air, waduk dan pintu – pintu air
disepanjang sungai (Soemarto, 1995).

a. Proses pengangkutan sedimen


Sedimen di dalam sungai merupakan produk dari pelapukan batuan
induk yaitu partikel – partikel tanah. Begitu sedimen memasuki badan
sungai maka pada saat itu juga berlangsung proses pengangkutan
sedimen. Kecepatan pengangkutan dan ukuran butiran sedimen
dipengaruhi oleh aliran sungai. Partikel sedimen yang ukuran kecil dan
halus dapat diangkut oleh aliran air dalam bentuk terlarut (wash load).
Pasir halus dapat bergerak dengan cara melayang atau berada di tengah
dan mengikuti arus (suspended load), sedangkan partikel yang lebeh
besar seperti pasir kasar cenderung bergerak dengan cara melompat
(saltation load) dan untuk partikel yang lebeh besar lagi misalnya
kerikil (graval) dapat bergerak dengan cara merayap atau
menggelinding didasar sungai (bed load) seperti pada Gambar 2.5.
Sumber: Asdak Tahun 1995 Gambar 2.5
Macam – macam pengangkuatan sedimen

Tabel 1. Klasifikasi ukuran butiraan sedimen

Jenis Sedimen Ukuran Partikel (mm)


Liat <0,0039
Debu 0,0039-0,0625
Pasir 0,0625-2,0
Pasir Besar 2,0-64,0

Sumber: Dunne dan Leopold (1978) dalam Asdak (2004)

b. Hasil sedimen
Besarnya hasil sedimen tergantung pada total erosi yang terjadi pada
suatu DAS (Daerah Aliran Sungai) atau sub DAS dan tergantung pada
angkutan partikel – partikel tanah yang tererosi pada waktu terjadinya
hujan. Hasil sedimen juga tergantung pada besarnya laju sedimen yang
mengalir melalui seatu titik pengamatan dalam suatu DAS atau sub
DAS.
Besarnya hasil sedimen tergantung karakteristik fisik suatu DAS
atau sub DAS dan dinyatakan sebagai volume atau berat atau berat
sedimen dalam satuan luas daerah satuan tangkapan air dalam hitungan
satuan waktu. Cara lain yang dapat digunakan untuk memperkirakan
besarnya hasil sedimen dari suatu daerah tangkapan air adalah dengan
menggunakan perhitungan Nisbah Pelepasan Sedimen (Sediment
Delivery Ratio) atau biasa disingat dengan SDR (Asriadi, A., dan
Hendrick, P., 2019).
Sumber : Asdak tahun 1995 Gambar 2.6
Besarnya angka SDR brdasarkan luas DAS

2.5.3 Upaya Pengendalian Erosi dan Sedimentasi


Terdapat upaya – upaya yang bias dilakukan untuk mengendalikan
tingkay erosi dan sedimentasi dalam suatu area bekas tambang.

a. Upaya pengendalian erosi


Beberapa tindakan praktis yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan suatu erosi antara lain :
1) Pengaturan penggunaan lahan
2) Usaha – usaha pertanian seperti pengolahan tanah berdasarkan kontur,
memperkuat ujung alur sungai erosi atau polongan (gully), cocok tanam
pias (strip cropping), penutupan alur erosi, pembuatan sumur
penampung air.

b. Upaya pengendalian sedimentasi


Dalam pengendalian sedimen ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk memperkecil kemungkin terjadinya sedimentasi antara
lain :
1) Pengendalian aliran sungai (river training)
2) Perencanaan bangunan inlet untuk penyadapan air kesaluran yang benar
3) Dapat menentukan lokasi pembuatan bendungan yang tepat
4) Membangun pengendali sedimen dibagian hulu (check dum)
5) Membuatan alur pintas air
6) Perencanan outlet waduk yang baik
7) Perencanaan banguan yang baik (structures)
(Sumber: Soemarto, 1995)
2.6 Hasil PenelitianTerdahulu Yang Relevan
No Judul / tahun / Tujuan Metode Hasil
penulis
1 Rencana Membuat rencana Metode penelitian Penataan lahan dilakukan
Reklamasi Pada reklamasi pada yaitu dengan untuk menyiapkan lahan
Lahan Bekas lahan bekas penataan lahan, menjadi lahan siap tanam
Tambang Pasir tambang pasir dan pengendalian erosi dengan pembuatan teras
Dan Batu Di Desa batu di desa dan sedimenasi, kebun dengan tanamannya
Nglumut, nglumut, revegetasi dan yaitu tanaman salak,
Kecamatan kecamatan pemeliharaan pengendalian erosi dan
Srumbung, srumbung, sedimentasi dilakukan
Kabupaten kabupaten dengan pembuatan teras,
Magelang, magelang, pembuatan saluran terbuka
Provinsi Jawa provinsi jawa dan penanaman cover crops.
Tengah / 2018 / tengah Dari hasil perhitungan
Abdul Rauf dan dilakukan dimensi saluran
Achmad Reza terbuka berbentuk trapesium
Kurniawan dengan lebar atas 0,33 m,
lebar bawah 0,16 m,
kedalaman 0,14 m dan
kemiringan sisi 60o .
Penurunan Tingkat Bahaya
Erosi (TBE) dari 17.197,37
ton/Ha/tahun (kelas V,
sangat berat) menjadi 41,58
ton/Ha/tahun (Kelas II,
ringan).
2 Strategi Reklamasi Mengembalikan Metode penelitian Secara teknis usaha
Lahan Pasca manfat hutan yang dilakukan yaitu reklamasi lahan tambang
Tambang / 2016 / ssesuai dengan Perintisan terdiri dari recontouring/
Hifran fungsinya. (Pioneering), regrading/resloping lubang
Pemahaman Pembabatan bekas tambang dan
kondisi ekologi (Clearing), pembuatan saluran-saluran
sangat penting Pengupasan tanah drainase untuk memperoleh
dalam reklamasi penutup (Stripping), bentuk wilayah dengan
bekas tambang, dan Pembuatan kemiringan stabil, top soil
karena reklamasi bench spreading agar memenuhi
bekas tambang syarat sebagai media
diharapkan pertumbuhan tanaman, untuk
menghasilkan memperbaiki tanah sebagai
kondisi ekologis media tanam, revegetasi
tapak sama dengan tanaman cepat
dengan kondisi tumbuh, tanaman asli lokal
hutan alam dan tanaman kehutanan
sebelumnya introduksi. Perlu juga
direncanakan pengembangan
tanaman pangan, tanaman
perkebunan dan atau
tanaman hutan industri, jika
perencanaan penggunaan
lahan memungkinkan untuk
itu
3 Eksplorasi Umum Kegiatan Eksplorasi yang Pembentukan mineralisasi
Emas Dan Mineral eksplorasi rinci dilakukan dengan emas di daerah penyelidikan
Ikutannya Di diperlukan di cara pengamatan diperkirakan termasuk dalam
Kecamatan Boyan daerah hulu geologi lingkungan temperatur
Tanjung Sungai Bangik konvensional rendah dengan indikator
Kabupaten Kapuas dan hulu Sungai disertai pengambilan korelasi Au dengan unsur
Hulu Provinsi Keliyat terutama conto tanah interval As, Sb positif. Anomali
Kalimantan Barat / Sungai Biu untuk 50 meter pada unsur Au baik di DAS
2015 / Bambang menemukan horizon B dengan Bangik maupun DAS Keliyat
Pardiarto dan singkapan urat metoda ridge and menempati daerah Satuan
Kisman kuasa sebagai spur , conto batuan Batuan TufaTufa Breksi.
tempat kedudukan dengan chip
cebakan emas sampling, conto
primer yang konsentrat mineral
berasosiasi berat dengan
dengan logam pendulangan dan
dasar. conto endapan
sungai aktif dengan
saringan berukuran
-80 mesh.
4 Studi Pemilihan Membuat studi Jenis data yang Dari hasil penelitian
Tanaman tentang Pemilihan digunakan penulis pengaruh pemilihan
Revegetasi Untuk Tanaman dalam penelitian ini tumbuhan revegetasi
Keberhasilan Revegetasi Untuk adalah data primer terhadap keberhasilan
Reklamasi Lahan Keberhasilan dengan melakukan reklamasi lahan bekas
Bekas Tambang / Reklamasi Lahan pengamatan dan tambang didapatkan
2017 / Rr Diah Bekas Tambang observasi, sedangkan kesimpulan sebagai berikut:
Nugraheni data sekunder yaitu 1. Pemilihan tanaman
Setyowati, data yang diperoleh sangatlah berpengaruh
Nahawanda dari jurnal, buku terhadap keberhasilan
Ahsanu Amala, dokumentasi, dan reklamasi. 2. Kriteria
Nila Nur Ursyiatur referensi lain yang pemilihan jenis tanaman
berkaitan dengan untuk lahan bekas tambang
studi pemilihan meliputi: jenis lokal pioner,
tanaman revegetasi cepat tumbuh tetapi tidak
untuk keberhasilan memerlukan hara yang
reklamasi lahan banyak, menghasilkan
bekas tambang. serasah yang banyak dan
Data-data yang mudah terdekomposisi,
sudah diperoleh sistem perakaran yang baik
kemudian dianalisis dan mampu bersimbiosis
dengan metode dengan mikroba tertentu,
analisis deskriptif merangsang datangnya
vector epmbawa biji, mudah
dan murah dalam
perbanyakan, penanaman
dan pemeliharaanya. 3.
Keberhasilan revegetasi
bergantung pada beberapa
hal seperti: persiapan
penanaman, pemeliharaan
tanaman serta pemantauan
tanaman.
5 Kebijakan Membuat Metode yang Pemerintah menetapkan
Reklamasi Dan kebijakan digunakan adalah kebijakan bagi setiap
Revegetasi Lahan mengenai studi literature pemegang IUP dan IUPK
Bekas Tambang kegiatan dengan untuk menempatkan jaminan
(Studi Kasus reklamasi dan menggunakan data reklamasi dan jaminan
Tambang Batubara revegetasi pasca sekunder dengan pascatambang. Jaminan
Indonesia) / 2017 / tambang melakukan studi diperlukan sebagai wujud
Sarita Oktorina pustaka. Analisis kesungguhan setiap
yang digunakan pemegang IUP dan IUPK
adalah analisis untuk memulihkan lahan
kualitatif yaitu bekas tambang dan lahan
dalam bentuk diluar bekas tambang sesuai
deskriptif dengan peruntukkan yang disepakati
menyajikan para pemangku kepentingan
gambaran data dalam rangka pembangunan
melalui studi pustaka berkelanjutan, Reklamasi
tersebut, serta dinilai berhasil apabila telah
menguraikan dan memenuhi kriteria
menginterpretasikan keberhasilan reklamasi yang
data tersebut. ditetapkan. Dalam hal ini
untuk kegiatan revegetasi
perlu memperhatikan antara
jenis tanaman yang dipilih
dan syarat tumbuh tanaman
dengan kondisi lahan, agar
kriteria keberhasilan
reklamasi dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai