TINJAUAN PUSTAKA
a. Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan dilakukan bertujuan untuk menyiapkan area
pertambangan yang akan dilakukan operasi penambangan. Pembersihan
lahan dilakukan dengan pembersihan tanaman, pengangkatan tanah
pucuk dan tanah penutup sampai lokasi tersebut siap untuk dilakukan
kegiatan penambangan.
b. Penyedotan
Penyedotan adalah kegiatan setelah dilakukuan pembersohan lahan
guna untuk mendapat mineral yang diinginkan berupa emas dengan luas
wilayah yang telah ditentukan.
c. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk memisahkan mineral pengotor dengan
menggunakan air bersih sehingga akan didapat emas sesuai yang
diinginkan dan kegiatan ini dilkukan berulang kali hingga benar – benar
mendapat emas yang bersih.
d. Reklamasi
Reklamasi adalah kegiatan pemulihan kembali lahan bekas tambang
guna untuk mengembalikan lahan sesuai tata guna lahan sebelum
dilakukan penambangan agar dapat berfungsi sesuai peruntukuannya.
2.3 Reklamasi
Reklamasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki
kegunaan lahan atau menata kembali lahan yang terganggu akibat adanya
aktivitas pertambangan emas agar lahan tersebut dapat berfungsi dan
digunakan kembali seperti semula sesuai peruntukannya (Abdul Rauf, D. G,
2018).
Merurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
07 Tahun 2014 tentang kriteria keberhasian suatu kegiatan reklamsi meliputi
standar keberhasian panatagunaan lahan, penebaran tanah pucuk (top soil),
pengendalian erosi dan pengolahan air, revegetasi dan penanggulangan air
asam tambang.
2.4 Revegetasi
Menurut keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Tahun 1999
revegetasi merupakan suatu usaha atau kegiatan penanaman kembali
tumbuhan yang telah mati akibat kegiatan pertambangan di area bekas
tambang. Lahan bekas tambang meninggalkan jejak terhadap kerusakan
lingkungan sekitar maka perlu adanya kegitan untuk memulihkan kembali
fungsi lahan yang telaah rusak dengan menanam kembali tumbuhan –
tumbuhan lokal yang dapat bernilai guna ekonomis bagi masyarakat serta
sesuai dengan kriteria lahan bekas tambang.
Revegetasi dapat dilakukan dengan beberapa tahap kegiatan yaitu
mulai dari kegiatan penyusunan rancangan teknis penanaman, persediaan
lapangan yang akan ditanam, persemaian atau pengadaan bibit, pelaksanaan
penanaman hingga perawatan tanaman yang sudah tumbuh pada lokasi
bekaas tambang (Rr Diah, N.S., dkk, 2017).
c. Tanaman lokal
Tanaman lokal sangai baik untuk menjadi pilihan dalam tanaman
yang layak untuk revegetasi. Jenis tanamaan lokas sangat mudah
dijumpai dan tumbuh karena sudah menjadi tumbuhan yang tidak asing
di daerah yang akan dilakukan revegetasi dan bibit kecil dari tanaman
ini pun dapat mudah dicari di hutan sekitar area pertambanga.
Dalam melaksanakan tanaman lokal maka penting untuk kerjasama
dengan masyarakat lokas untuk mendapatkan tanaman lokal yang sesuai
kriteria dalam kegiatan revegetasi lahaan bekas tambang. Revegetasi
dengan tanaman lokal dapat lebih baik dan berguna jika tanaman lokal
yang dipilih dapat bernilai ekonomis untuk masyarakat sekitar sehingga
lahan bekas tambang dapat berfungsi sesuai peruntukannya dan bernilai
ekonomis (Antares Multi Energi, 2019).
b. Pelaksanaan penanaman
Setelah persiapan lahan maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan
penanaman. Pada dasarnya pelaksanaan penanaman sangat dianjurkan
pada saat mulai memasuki musim penghujan karena taanaman akaan
tumbuh dengan baik jika kondisi tanah lembap (Antares Multi Energi,
2019).
c. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman revegetasi bertujuan untuk menjaga semua
jenis tanaman revegetasi agar dapat bertumbuh dengan subur dan sehat
sesuai dengan yang diinginkan. Dengan adanya pemeliharaan maka
dapat mengurangi dampak kerusakan atau kematin pada tanaaman
akibat bahaya erosi, hama atau penyakit bahkan dari manusia yang
dapat merusak tanaman revegetasi lahan bekas tambang (Sarita
Oktorina, 2017).
1) Pemupukan
Dalam pemeliharaan tanaman maka perlu dilakukan pemupukan agar
dapat meningkatkan kesuburan tanah ataau menambah unsur hara
dalam tanah. Jumlah pupuk akan ditentukan dengan total jumlah pohon
yang di tanam.
2) Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang mati atau
tumbuh tidak normal sesuai ketentuan yang diinginkan. Proses
penyulaman perlu dilakukan untuk tidak mengurangi jumlah tanaman
yang sudah ditentukan pada saat perencanaan revegetasi lahan bekas
tambang. Kegiatan penyulaman lebih baik dilakukan pada pagi haari
pada saat kondisi suhu dingin dan cucaca tidak panas atau pada saat
menjelang hujan (Fauzan Azim, dkk. 2019).
3) Penyiangan
Pada dasarnya semua jenis tanaman yang kita tanam perlu dikaukan
penyiangan. Penyiangan dilakukan untuk menghindari tanaman
revegetasi dari tanaman pengganggu seperti akar, gulma dan lain lain
yang tumbuh disekeliling tanaman revegetasi.
∑hi
T=
∑∋¿ ×100% ¿
Dimana :
T = persen tumbuh tanaman (%)
hi = jumlah tanaman yang hidup pada plot ke – i
Ni = jumlah tanaman yang ditanam pada plot ke – i
Dimana :
K = persen sehat tanaman
ri = jumlah tanaman yang sehat pada plot ke – i
hi = jumlah tanaman yang hidup pada plot ke – i
2.5.1 Erosi
Erosi merupakan suatu peristiwa berpindahnya tanah dari suatu tempat ke
tempat lain yang terjadi oleh media alam seperti air dan angin. Di Indonesia
dengan wilayah beriklim tropika basah erosi biasanya terjadi disebabkan
oleh air, sedangkan untuk daerah yang beriklim kering penyebab utama
erosi adalah angin (Arsyad, 2006 dalam Asriadi, A., dan Hendrick, P.,
2019). Erosi tidak dapat dihindari dari setiap proses kegiatan reklamasi,
namun erosi dapat dihambat dengan berbagai cara contohnya vegetasi dan
lain sebagainya.
4) Vegetasi
Faktor vegetasi dapat memperlambat atau menghambat terjadinya erosi
pada tanah, melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan,
menurunkan kecepatan dan volume air larian, menahan partikel –
partikel tanah dengan sistem perakaran dan dapat menyerap air.
2.5.2 Sedimentasi
Sedimentasi adalah pengendapat yang terjadi akibt adanya proses erosi.
Sedimentasi dapat didefinisikan sebagai pengangkutan, melayangnya atau
mengendapnya material fragmentasi oleh air. Sedimentasi memberikan
banyak dampak terhadap sungai, saluran air, waduk dan pintu – pintu air
disepanjang sungai (Soemarto, 1995).
b. Hasil sedimen
Besarnya hasil sedimen tergantung pada total erosi yang terjadi pada
suatu DAS (Daerah Aliran Sungai) atau sub DAS dan tergantung pada
angkutan partikel – partikel tanah yang tererosi pada waktu terjadinya
hujan. Hasil sedimen juga tergantung pada besarnya laju sedimen yang
mengalir melalui seatu titik pengamatan dalam suatu DAS atau sub
DAS.
Besarnya hasil sedimen tergantung karakteristik fisik suatu DAS
atau sub DAS dan dinyatakan sebagai volume atau berat atau berat
sedimen dalam satuan luas daerah satuan tangkapan air dalam hitungan
satuan waktu. Cara lain yang dapat digunakan untuk memperkirakan
besarnya hasil sedimen dari suatu daerah tangkapan air adalah dengan
menggunakan perhitungan Nisbah Pelepasan Sedimen (Sediment
Delivery Ratio) atau biasa disingat dengan SDR (Asriadi, A., dan
Hendrick, P., 2019).
Sumber : Asdak tahun 1995 Gambar 2.6
Besarnya angka SDR brdasarkan luas DAS