Anda di halaman 1dari 18

SPESIFIKASI TEKNIS

A. SYARAT – SYARAT TEKNIS UMUM

PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN

Program : PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


Kegiatan : REHABILITASISEDANG/BERAT RUANG KELAS SEKOLAH
Pekerjaan : REHAB BERAT RUANG KELAS BESERTA PERABOTNYA TK PEMBINA PAYAKUMBUH BARAT
Sarana Pekerjaan : Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, P2S harus menyediakan:
a. Tenaga kerja/Tenaga Teknis yang cukup memadai dengan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
b. Alat–alat Bantu pelaksanaan ,alat-alat pengangkut yang dipergunakan untuk
pelaksanaan pekerjaan.
c. Bahan–bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan yang
akan dilaksanakan tepat pada waktunya.
Cara pelaksanaan :
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan ketentuan – ketentuan dalam Rencana Kerja dan
Syarat – syarat ( RKS ),Gambar Rencana,Berita Acara Penjelasan serta mengikuti petunjuk teknis proyek.

PASAL 2
PERALATAN YANG DIBUTUHKAN

Adapun Peralatan Utama Minimal yang dibutuhkan dalam Pekerjaan ini adalah
1. Alat Bantu Tukang
PASAL 3
WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

Waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 120 (seratus Dua Puluh) hari kalender

PASAL 4
PERSYARATAN BAHAN

1. Papan Plank Proyek


Papan Nama Kegiatan sepanjang tidak ditentukan lain papan nama proyek harus dibuat sesuai dengan peraturan
pemerintah daerah setempat, dengan ukuran 0.6x1.2 m yang mencantumkan antara lain nama proyek, nama pekerjaan,
biaya pelaksanaan, waktu pelaksanaan, nama P2S dan lain-lain. Plank proyek terbuat dari bahan cetak spanduk Flexi
Korea dengan bingkai dan tiang kayu yang digunakan kayu klas II

2. Semen (PCC)
 Kualitas, semen portland yang digunakan adalah yang disetujui Direksi dan telahmemenuhi syarat
Standar Indonesia (N.I.8) atau memenuhi standar mutu dan cara Uji Semen Portland (SII-0013-81).
Semen yang digunakan hasil produk (Semen Padang) dan tidak boleh memakai semen (PCC)
yang sudah mengeras (Sweping) khusus untuk mengerjakan beton konstruksi harus memakai mutu
yang sejenis dan memenuhi syarat teknis.
 Banyaknya semen yang dipergunakan disesuaikan dengan jumlah takaran yang diperlukan pada
setiap jenis pekerjaan. Pelaksana harus mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran semen dari
gudang penyimpanan yang digunakan untuk tiap jenis pekerjaan pada hari itu.
 Penyimpanan semen harus ditempatkan dalam gudang yang terlindung dari cuaca dan bebas
dari kelembaban udara, mempunyai lantai penyimpanan maksimal 30 cm diatas tanah.
Penumpukan dalam zak semen tidak boleh lebih dari 2 m tingginya

Spesifikasi
teknis
3. Agregat Halus (Pasir)
 Pasir untuk pasangan batu dan beton harus bebas dari gumpalan tanah liat, bahan- bahan organik,
asam, garam, alkali dan bahan-bahan lainnya yang merupakan substansi perusak. Jumlah prosentase
dan segala substansi yang merugikan adalah tanah berbutir halusberatnya tidak boleh lebih dari 5%,
menurut pemeriksaan laboratorium, atau memenuhi SII-0052-80 tentang “Mutu dan Cara Uji Agregat
Beton”.
 Gradasi pasir untuk campuran beton disesuaikan dengan syarat-syarat pada PBI- 1971 atau
standar “Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal”.

4. Agregat Kasar (Kerikil, Batu Pecah/Belah)


 Agregat harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah pecah, tipis,
mengandung alkali dan bahan-bahan organis lainnya sesuai SII-0052-80 tentang Mutu dan Cara Uji
Agregat Beton.
 Bagian yang aus tidak melebihi 50% berat agregat sesuai dengan pengujian mesin Los
Angeles (Abrams Test).
 Bagian agregat yang pipih dan lonjong tidak melebihi 5% berat agregat, dan permukaan agregat
harus kasar, massif, solid dan tidak berpori.
 Ukuran butir antara 20 mm sampai dengan 25 mm dengan susunan gradasi dan
persyaratannya sesuai dengan PBI-1971 atau menurut standar “Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal”.
5. Baja tulangan
 Baja tulangan yang dipakai adalah minimal harus sesuai dengan PBI 1971, bermerk SNI
dan produksi Krakatau Steel dengan mutu sebagai berikut :

Diameter Jenis Barang Mutu Tau (To, 2)


8, 10, 12, mm Polos 24 2.400 Kg/cm2
16, 19 mm Ulir 2.400 Kg/cm2
39
Keterangan :
Tau : tegangan leleh karakteristik
To. 2 : tegangan karakteristik yang memberikan tegangan tetap 0.20 %

 Kawat beton untuk pengikat beton harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimal 1 (satu)
mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak menempuh seng.
 Besi dan kawat beton seperti dimaksud diatas harus bebas dari kotoran-kotoran, karat, minyak,
cat, kulit giling serta bahan lain yang mengurangi daya lekat terhadap beton. Sambungan dan panjang
kawat besi beton harus sesuai dengan PBI 1971 dan buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton
Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983

6. Air
Air yang dipakai untuk campuran beton, spesi/mortel, plesteran dan pasangan lainnya harus bebas dari
lumpur, minyak asam, bahan organik, garam dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak
konstruksi. Air got tidak boleh dipakai, sebaiknya dipakai air dari sumur, PAM atau disesuaikan dengan standar
yang berlaku pada PBI-1971

7. Kayu
Pekerjaan ini meliputi penyediaan secara lengkap tenaga, alat-alat, dan bahan-bahan, serta pembuatan dan
pemasangan pekerjaan kayu arsitektural yang terdiri dari:
 Pekerjaan kayu kasar adalah pekerjaan kayu yang tidak di haluskan /diketam terlebih dahulu seperti pekerjaan Kuda
– kuda kayu dan gording kayu serta rangka plafon dari kayu
 Pekerjaan kayu halus adalah pekerjaan kayu yang dihaluskan/diketam telebih dahulu seperti pekerjaan kusen dan
daun pintu/jendela serta ventilasi jelusi juga termasuk pekerjaan papan lisplank
Spesifikasi
teknis
 Untuk pekerjaan Kayu Kasar atau halus mengunakan kayu kelas II minimal Marsawa
 Pekerjaan Kayu Kasar lainya yaitu pemasangan papan Bowplank dan pembuatan Begisting Beton menggunakan
kayu kelas III minimal Merantih
 Penopang/penyangga begisting dari kayu bulat dengan diameter 8 s/d 10 cm
 Persyaratan Bahan Kayu
 Semua kayu yang dipakai harus tua, benar-benar kering, lurus, tanpa cacat mata kayu, putih kayu, dan
tidak pecah dan retak.
 Kayu untuk jenis yang ditentukan harus berkualitas baik, kelas awet, dan kelas kuat
sesuai dengan PKKI dan jenis pekerjaan seperti tersebut dalam daftar. Kayu harus bebas getah, celah,
mata kayu besar yang lepas atau mati, susut pinggirannya, dan cacat yang parah.
 Sebelum pelaksanaan, material yang akan digunakan harus sesuai dengan contoh yang disetujui
konsultan fasilitator. Contoh bahan harus diserahkan kepada fasilitator lapangan untuk disetujui terlebih
dahulu sebelum pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan. Semua kayu, kayu lapis dan papan harus terjamin
kualitas dan kadar air yang disyaratkan.
 Konstruksi kayu terlindung dari hujan, rangka-rangka dan bilah-bilah kadar airnya 18-20% Kayu untuk
penyelesaian interior kadar airnya 18%.
 Lembaran kayu tripleks/Multiplek Spesifikasinya adalah :
 semua tripleks mempunyai permukaan yang rata, bebas dari goresan, retak, dan noda;
 tripleks harus memiliki kekuatan rekat yang tahan terhadap air dan cuaca, venir muka dan
belakang berkualitas sama, dari mutu IBB standar SII-0404, dan berasal dari merek dagang yang dikenal
baik;
 kayu lapis yang digunakan harus memiliki ketebalan sesuai dengan petunjuk gambar kerja dan
digunakan di tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam gambar kerja;
 semua alat pengencang seperti paku sekrup, baut angkur, dan lainnya harus dari baja lapis
galvanis/antikarat dalam ukuran sesuai dengan petunjuk gambar kerja atau kebutuhan standar yang
berlaku;
 semua lem dan perekat harus dari jenis kedap air, sepertiproduk neoprene based/synthetic resin
based.

8. Dinding Partisi
 Rangka Baja Ringan 75.75. GNET
 Pelapis dinding dari gypsum tebal 9 mm Jayaboard
 Finising Dinding dari Wallpaper Korea lebar 100 cm /50 cm

9. Bahan Pintu Geser


a. Pekerjaan Daun Pintu Geser
 Rangka kayu papan Panil ukuran 2,5 cm x 8 cm
 Pelapis dari multiplek tebal 9 mm
 Finising dari HPL merek Tako motif Jati
b. Alat Penggantung dan Pengunci
Pengatung intu dari rel yang di lengkapi roda
Pengunci dengan merek Solid/Dekson

10. Bahan Pengantung dan Pengunci


Bahan Pengantung dan pengunci untuk daun pintu kayu dan daun jendela adah tebuat dari Kuningan atau stainlister
dengan merek umum dipasaran seperti Ferza, Paloma,Solid

11. Pekerjaan Plafon


Material yang digunakkan
 Rangka dari hollow Galvanized ukuran 1.8 x 3.2 tebal 0,25 MM
Spesifikasi
teknis
 Penutup Plafon dari Plafon PVC merk DAK
 List profil dan penyambung plafon dari merek yang sama dengan palfon yang dipakai

12. Kaca dan Cermin


 Kaca dan cermin yang dipakai adalah buatan dalam negeri (Asahimas) dengan ketebalan 5 mm. Bahan
kaca harus utuh dan jernih, tidak boleh bergelombang, berbintik-bintik atau cacat lainnya

13. Cat

 Cat Air Catylac


 Cat Dasar Air Catylac
 Cat Minyak Platon
 Plamir Dinding RJ London
 Dempul RJ London
 Amplas Ecolin
 Oil Pertamina
 Lem Kayu Prima

14. Instalasi Listrik


 Instalasi Titik Lampu NYA 1 x 2,5mm SNI
 Saklar Panasonic
 Stop Kontak Panasonic
 MCB 6A Legrand
 Box Panel PVC Legrand
 Downlight LED Panel Segi - Kotak Inbow Wat t Sesuai RAB

17. Pelapis Dinding dan lantai


 Keramik untuk pelapis yang dipakai merek Ikad/Indogress/Platinum/Asia Tile/ Mulia dalam negeri
berukuran 40 x 40 bermotif dan anti slip untuk luar ruangan

PASAL 5
PENGATURAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Dalam melaksanakan kegiatan/ pekerjaan,kecuali bila ditentukan lain dalam rencana Rencana Kerja dan Syarat –
syarat ( RKS ) ini,berlaku dan mengikat ketentuan – ketentuan di bawah ini termasuk segala perubahan dan
tambahannya :
- PERPRES 16 tahun 2018 dengan lampiran – lampiran
- Permen PUPR No 7 Tahun 2019 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi
- SE PUPR No 66 Tahun 2015 Tentang Biaya Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
- Permen PUPR No. 12 Tahun 2016 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan
Umum
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 ( PBI 71 )
- Peraturan Kontruksi Baja yang berlaku di Indonesia
- Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Listrik ( PUIL ) 1979 dan PLN setempat
- Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jadwal / Instansi Pemerintah setempat yang
bersangkutan dengan permasalahan Bangunan.
2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam pasal 1 tersebut diatas berlaku dan mengikat.
3. Gambar Bestek yang dibuat oleh Konsultan Perencana dan telah disyahkan oleh pemberi tugas dan Pengelola
Teknis Proyek.
Spesifikasi
teknis
4. Kelengkapan Bestek :
a. Rencana Kerja dan Syarat – syarat (RKS). b.
Berita Acara Penjelasan ( Aanwijzing ).
c. Surat Penawaran beserta lampiran – lampiranya.
d. Jadwal Pelaksanaan ( Time Schedulle ) yang telah disetujui oleh Pemberi tugas dan sesuai dengan MOU.

PASAL 6
PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS

1. P2S dan Konsultan Fasilitator diharuskan meneliti rencana gambar bestek dan rencana kerja dan syarat–syarat (RKS),
termasuk penambahan/pengurangan atau perubahan yang tercantum dalam berita acara Aanwijzing.
2. Bila terdapat perselisihan antara bestek dengan rencana kerja dan syarat – syarat (RKS), maka yang
mengikat adalah rencana kerja dan syarat – syarat ini.
3. Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana gambar bestek yang lain, maka
diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya lebih besar.
4. Bila perbedaan – perbedaan tersebut diatas menimbulkan keragu-raguan, sehingga akan menimbulkan kesalahan –
kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera dikonsultasikan kepada Konsultan Fasilitator atau Konsultan
Perencana dan keputusan – keputusannya harus dilaksanakan.

PASAL 7
PERSIAPAN DILAPANGAN

1. P2S harus membuat Direksi Keet/Kantor lapangan dan menyediakan ruangan untuk Rapat Lapangan
2. P2S harus membuat bangsal kerja dan gudang penyimpanan barang – barang yang dapat dikunci dan tempatnya diatur
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aktifitas lapangan.

PASAL 8
JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE)

1. Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka P2S wajib membuat jadwal pelaksanaan (time schedule) yang membuat
uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal
penggunaan bahan bangunan dan tenaga kerja.
2. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci, Pelaksanan P2S :
 Harus membuat rencana kerja harian, mingguan, bulanan yang diketahui/disetujui oleh Konsultan
Fasilitator Lapangan dan direksi teknis
 Harus membuat gambar kerja (shop drawing), untuk pegangan/pedoman bagi kepala tukang yang harus
diketahui/disetujui oleh Konsultan Fasilitator Lapangan dan Direksi Teknis.
 Harus membuat daftar yang memuat pemasukan bahan bangunan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan bangunan
.
3. Rencana Kerja (time schedule) diatas harus mendapat persetujuan konsultan fasilitator dan Direksi Teknis.
4. Rencana Kerja (time schedule) harus selesai dibuat P2S paling lambat 7 hari setelah pekerjaan dimulai
5. P2S harus memberikan salinan Time Schedule kepada konsultan fasilitator, pemberi tugas dan 1 (satu) lembar
dipasang dibangsal kerja dan dan ditempel di kantor lapangan.
6. Konsultan fasilitator akan menilaiprestasi pekerjaan P2S berdasarkan Time Schedule yang ada dan P2S harus membuat
grafik prestasi/kemajuan pekerjaan realisasi setiap minggu.

PASAL 9
PEKERJAAN TAMBAH KURANG

1. Pekerjaan tambah/kurang (contract change order) diberitahukan dan diajukan dengan tertulis oleh P2S kepada
konsultan fasilitator dan direksi teknis.
Spesifikasi
teknis
2. Pekerjaan tambah/kurang (contract change order) setelah disetujui bersama dengan konsultan fasilitator dan
direksi teknis dan pemberi tugas baru disyahkan dan dibuatkan kontrak addendum/cco.
3. Buku harian merupakan perintah tertulis dari konsultan fasilitator dan pemberi kerja dan harus dilaksanakan oleh P2S
4. Untuk pekerjaan tambah tidak dijadikan alasan penyebab keterlambatan penyerahan pekerjaan, tetapi bisa sebagai
pertimbangan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambah tersebut.

PASAL 10
SYARAT – SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN

1. Semua bahan–bahan/material bangunan yang akan digunakan dan didatangkan harus memenuhi syarat –
syarat yang ditentukan dan spesifikasi teknis dan persetujuan fasilitator dan direksi teknis.
2. P2S mengajukan form persetujuan pemakaian material dan bahan bersama sampel dari material dan bahan tersebut
kepada fasilitator dan direksi teknis.
3. Konsultan Fasilitator berwenang menanyakan asal bahan dan P2S wajib memberitahukan.
4. Semua bahan bangunan yang akan dipergunakan harus diperiksa oleh konsultan fasilitator dan direksi teknis
untuk mendapatkan persetujuan.
5. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh P2S dilapangan pekerjaan,tetapi ditolak pemakaiannya oleh konsultan
fasilitator,harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan selambat–lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam terhitung
dari jam penolakan.
6. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan oleh P2S,tetapi ditolak pemakainya oleh
konsultan fasilitator, pekerjaan tersebut harus dibongkar selambat – lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam terhitung
dari jam penolakan.
7. Apabila konsultan fasilitator merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut,konsultan fasilitator berhak mengirim bahan –
bahan ke Balai Penelitian Bahan – Bahan (Laboratorium) yang terdekat untuk diteliti. Biaya penelitian menjadi
tanggungan P2S apapun hasil penelitian bahan tersebut.

PASAL 11
PEMERIKSAAN PEKERJAAN

1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan telah selesai,akan tetapi belum diperiksa oleh
konsultan fasilitator,P2Sdiwajibkan meminta persetujuan kepada konsultan fasilitator. Apabila konsultan fasilitator telah
menyetujui bagian pekerjaan tersebut,P2S dapat meneruskan pekerjaan tersebut
2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2x24 jam tidak dipenuhi konsultan fasilitator, P2S dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh konsultan fasilitator.Hal ini kecuali bila
konsultan fasilitator minta perpanjang waktu.
3. Bila P2S melanggar ayat 1 pasal ini konsultan fasilitator berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan
sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggung jawab
P2S.

B. SYARAT – SYARAT TEKNIS KHUSUS

PASAL 1
PEKERJAAN PENDAHULUAN

1. Lingkup Pekerjaan Pendahuluan meliputi :


 Pas Plank Proyek
 Penyiapan Kelengkapan SMK 3
 Pekerjaaan Pembongkaran yang ditunjuk oleh gambar
 Plakat Nama DAK

Spesifikasi
teknis
2. Metoda Pelaksanaan
Pekerjaan Pendahuluan adalah suatu pekerjaan awal yang merupakan suatu kesatuan pekerjaan yang tidak terpisahkan
dari pekerjaan utama yang diatur dalam Rencana Kerja dan Syarat – syarat (RKS ) dan Surat Perjanjian / Kontrak yang
meliputi :
1. Pengambilan Foto Dokumentasi, Foto Dokumentasi harus dilakukan pada waktu :
- Pekerjaan (0%, 25%, 50%, 75%, 100%)
- Setiap jenis/item pekerjaan (proses dan finish)
- Setiap Pengajuan Pembayaran Termijn.
- Setelah masa pemeliharaan berakhir.
- Foto harus berwarna ukuran postcard sebanyak masing – masing 3 ( tiga ) lembar disusun dalam album
dan diberi keterangan.
2. Sebelum rekanan P2S mengadakan persiapan di lokasi sebelumnya harus memenuhi prosedur tentang tata
cara perijinan / berkenaan untuk memulai dengan persiapan-persiapan pembangunan kepada Pemerintah daerah
setempat yang bersangkutan terutama tentang dimana harus membangun bangunan sementara.
3. Pada saat mengadakan persiapan dan pengukuran Direksi fasilitator lapangan harus sudah memulai
aktif untuk mengadakan fasilitator sesuai dengan tugasnya.
4. Untuk menghindari keraguan konstruksi, maka sebelumnya tiap-tiap bagian pekerjaan dilaksanakan, harus
mendapatkan ijin tertulis dari Fasilitator Direksi Lapangan untuk dapat meneruskan bagian dari pekerjaan tersebut
secara berkala.
5. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai P2S harus mempersiapkan keperluan- keperluan lapangan
diantaranya pembuatan gudang pemyimpanan bahan material dan alat-alat kerja / gudang bahan dan gudang
kerja.
6. Melakukan pekerjaan bongkaran sesuai yang ditunjuk pada gambar dan volume yang tedapat pada rab

3. Identifikasi Bahaya
 Terluka akibat pembongkaran

PASAL2
PEKERJAAN BETON BERTULANG

1. Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud dengan pekerjaan beton adalah semua yang dinyatakan dalam gambar rencana sebagai beton,
seperti balok, kolom, sloof, kolom / balok praktis dan lain-lainnya.

2. Campuran beton dan Pengadukan beton


a. Mutu Beton yang digunakan :
 Beton K-100 untuk Stamp Beton lantai kerja dan yang dijelaskan pada gambar dan RAB
 Beton K-175 pada Kolom Praktis dan yang ditunjukkan pada gambar dan RAB
b. Beton Karakteristik (K-175, K-225 dan K-250) yang digunakan harus mempunyai Job Mix Formula
(JMF) yang dikeluarkan dari laboratorium beton yang sah.
c. Adukan Beton K-175 dilakukan secara manual menggunakan Molen dengan mengacu kepada JMF
yang dikeluarkan dari laboratorium beton dan sudah diserahkan ke fasilitator dan direksi teknis. d.
Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus selalu diawasi
e. Apabila adukan beton tidak memenuhi syarat minimal seperti terlalu encer kerena kesalahan
pemberian jumlah air pencampur, sudah mengeras sebagian, atau tercampur dengan bahan-bahan asing maka
adukan ini tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari tempat pelaksanaan
f. Pelaksanaan Pengecoran bisa dilaksanakan setelah pengambilan Tes Slump memenuhi syarat dan dilakukan
pengambilan sampel kubus/silinder untuk uji kuat tekan. Jumlah sampel kubus/silinder disetujui fasilitator dan
direksi teknis.
g. Pelaksanaan Uji Kuat Tekan harus disaksikan oleh fasilitator dan direksi teknis pada umur beton yang
disepakati oleh fasilitator dan direksi teknis.
h. Sampel kubus/silinder harus mewakili masing-masing pekerjaan : Sloof, Kolom, Balok.
Spesifikasi
teknis
3. Cetakan dan acuan
a. Cetakan dan acuan harus kokoh dan cukup rapat sehingga tidak terjadi kebocoran- kebocoran pada adukan
yang dituangkan kedalam cetakan.
b. Cetakan harus diberi ikatan-ikatan secukupnya, sehingga dapat terjamin kedudukan dan bentuk yang
kuat serta tetap.
c. Cetakan harus dibuat dari bahan yang baik dan tidak mudah meresap air, dipasang sedemikian rupa sehingga
pada waktu pembongkaran cetakan tidak terjadi kerusakan pada betonPengecoran dan pemadatan
d. Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang kerikil, adukan beton harus
dipadatkan selama pengecoran. Pemadatan dapat dilakukan dengan menumbuk-numbuk atau dengan
memukul-mukul cetakan atau dengan alat pemadat mekanis/ penggetar (vibrator).
e. Pemadatan yang menggunakan pemadat mekanis/ penggetar/ vibrator, harus mengikuti ketentuan-
ketentuan yang tercantum dalam PBI 1971.

4. Penutup beton
Tebal penutup beton minimum sesuai dengan penggunaan mengikuti gambar rencana.

5. Kekentalan beton
a. Kekentalan atau konsistensi adukan adalah hasil beton yang harus disesuaikan dengan cara
transport, pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan tulangan.
b. Jumlah semen minimum dan nilai faktor air semen maksimal harus memperhatikan syarat-syarat dan
ketentuan dari peraturan Beton Bertulang Indonesia.
c. Untuk mencegah penggunaan adukan yang terlalu kental atau terlalu encer maka campuran beton harus
memperhatikan nilai-nilai Slump yang tercantum dalam PBI- 1971.
6. Pasangan beton
a. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempat.
b. Untuk ketepatan tebal penutup beton tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat
dari beton dengan mutu yang sama dengan mutu yang akan dicor.

7. Perawatan beton
Untuk mencegah pengeringan beton yang terlalu cepat, paling sedikit beton selama 2 minggu harus disiram terus
menerus

8. Pembongkaran cetakan beton


a. Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan yang cukup untuk mampu memikul berat dan
beban yang tertumpu padanya.
b. Pada bagian konstruksi dimana akibat pembongkaran cetakan akan bekerja beban yang lebih tinggi
dari pada beban rencana dan akan terjadi keadaan yang lebih berbahaya dari keadaan yang
diperhitungkan, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung.
c. Pembongkaran cetakan harus atas persetujuan fasilitator dan direksi teknis.

9. Metoda Pelaksanaan
a. Semua pekerjaan beton harus mengikuti persyaratan ketentuan yang tercantum pada:
 Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung (SNI 2847-2013)
 Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempauntuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
( SNI 1726 : 2012)
 PUBB NI-3 tahun 1970, NI-8 tahun 1964.
 PBI NI-2 tahun 1971 terutama mengenai : Syarat – syarat bahan untuk semua pekerjaan beton
(PBI) 1971, NI-2, Bagian II bab 3 Pasal 3.1 sampai dengan Pasal 3.9).
 Syarat – syarat pelaksanaan pekerjaan beton (PBI 1971, NI-2)
 Syarat – syarat pekerjaan tulangan NI-2 (PBI-1991), Bagian IV bab 8 seluruh pasal).
Spesifikasi
teknis
b. Seluruh pekerjaan konstruksi (sloof, kolom/balok beton bertulang) menggunakan mutu beton mutu K-
175 dan slump (12 ± 2) cm
c. Sebelum melakukan pekerjaan beton P2S harus menyerahkan Job Mix Formula (JMF) sesuai karakteristik
beton yang digunakan kepada direksi/fasilitator.
d. Penakaran semen dan agregat (halus dan kasar), harus dengan kotak-kotak takaran yang sama
volumenya, sesuai dengan hasil perhitungan Mix design. Banyaknya air untuk campuran beton
ditentukan sedemikian rupa, sehingga mudah dikerjakan sesuai penggunaanya dan akan menghasilkan
kepadatan beton yang tepat, kekedapan serta kekuatan yang dikehendaki.
e. Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar cetakan, serta
harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian-bagian konstruksi.
f. Ukuran diameter besi yang digunakan untuk masing-masing pembesian dalam struktur beton agar
disesuaikan dengan gambar kerja dan tidak berkarat. Dan untuk ukuran harus yang sesungguhnya dalam arti
tidak banci. Dalam pekerjaan ini jenis besi beton yang digunakan adalah KS (krakatau
steel) atau besi tulangan yang berstandart SNI.
g. Dan dalam pengikatan terhadap tulangan digunakan kawat bendrat yang baik/tidak karat, serta
pengikatan agar berputar(ikatan ganda) / tidak satu sisi besi tulangan diperiksa juga kekecangan dari
pengikatan tersebut terutama pada sambungan- sambungan atau overlap besi.
h. Semua Pekerjaan Beton harus diaduk rata dengan alat pencampur beton (concrete mixer / molen )
dan untuk memadatkan campuran beton mengunakan alat pengetar.
i. Untuk mendapatkan ukuran dan bentuk beton yang sesuai dengan rencana maka bekesting / cetakan beton
harus kuat dan expose beton tidak terjadi keropos di hasil jadi beton.
j. Untuk kendali mutu beton maka di adakan test Kuat Tekan beton yang dimana beton tidak struktur
atau struktur harus di test kuat tekan beton atau diadakan test sample beton dengan silinderukuran diameter
15 cm dan panjang 30 cm atau kubus dengan ukuran 15x15cm, untuk kuat tekan mengacu pada permintaan
struktur sesuai dengan RKS dan analisa biaya. Dengan Hasil test yang ada maka hasil laporan test untuk
persyaratan pemgambilan termijn dan sebagai alat ukur kualitas beton tersebut. Jumlah sampel diambil 3
sampel untuk masing-masing item pekerjaan beton atau atas persetujuan fasilitator dan direksi teknis.
k. Semua semen yang dipergunakan harus dari jenis I menurut peraturan Semen Portland Indonesia-
1972 NI.8 atau C-150 type atau British Standard BS. 12. Semen harus sampai di tempat pekerjaan dalam
kondisi baik, masih dalam kantongnya asli dari pabrik. Merk PC dianjurkan produksi dalam negeri dalam hal ini
semen yang digunakan adalah semen Padang type PCC.
l. Sebelum pengecoran dimulai harus dipastikan bahwa bekisting betul-betul telah kuat dan kaku, besi tulangan
telah berada pada posisi yang benar sesuai dengan gambar kerja, serta beton deking telah mencukupi sesuai
kebutuhan.
m. Kayu bekisting digunakan kayu Bekisting papan tebal 2 cm dengan tulang-tulang kayu dengan
ukuran minimal 4/6 cm yang cukup jumlah dan cukup kuat menahan beban beton yang akan dicor.
n. Beton harus dicorkan sedekat-dekatnya ke tujuan. Untuk pengecoran suatu unit atau bagian
pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti, dan tidak boleh terputus tanpa persetujuan dari Direksi / Fasilitator.
o. Pengecoran harus diselesaikan sebelum adukan mulai mengental yang dalam keadaan normal
biasanya dalam waktu 30 menit. Tidak diijinkan mengecor pada waktu hujan turun, kecuali jika P2S mengambil
tindakan yang bisa mencegah kerusakan beton dan telah disetujui oleh Direksi/Fasilitator.
p. Adukan beton harus dipadatkan secara seksama, dengan menggunakan alat penggetar.
Penggetaran harus dimulai pada saat adukan dituangkan dan dilanjutkan sampai adukan berikutnya. q.
Pembongkaran cetakan harus dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti petunjuk Direksi/Fasilitator.
Beton yang masih muda tidak diizinkan untuk dibebani. Segera setelah cetakan dibongkar,
permukaan beton diperiksa. Jika terdapat kemungkinan yang cacat, harus segera diperbaiki, diplester dengan
campuran sedemikian rupa hingga sesuai dengan warna, tekstur dan rupanya dengan permukaan beton yang
berdekatan. Hal ini perlu diperhatikan, terutama untuk beton exposed.
r. Umumnya, diperlukan waktu minimum 2 hari sebelum cetakan dibuka untuk dinding-dinding yang tidak
bermuatan dan cetakan-cetakan disamping lainnnya, tujuh hari untuk dinding-dinding pemikul, dan 21 hari
untuk balok-balok dan plat atap.
s. Bahan-bahan bekas yang sudah tidak dipergunakan lagi harus dikumpulkan dan disingkirkan keluar
lapangan agar tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
t. Seluruh pekerjaan pembuatan dan pembongkaran bekisting ini harus sesuai dengan PB1 – 1971.
Spesifikasi
teknis
10. Identifikasi Bahaya
a. Jatuh/terpleset saat melakukan pengerjaan b.
Terhirup debu semen pada pengadukan
c. Tangan luka / lecet saat pengerjaan.

PASAL 3
PEKERJAAN DINDING

1. Ruang Lingkup Pekerjaan


a. Ruang Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pasangan dinding ½ bata Spesi 1:2 dan 1:4 menggunakan bata
merah.

2. Metoda Pelaksanaan Pekerjaan Pasangan Bata 1:2 dan 1:4


a. Seluruh pasangan dinding batu bata dibuat dengan adukan/spesi 1 PC : 4 Ps. Kecuali untuk pasangan
kedap air seperti dinding Kamar mandi, pasangan bata 30 cm diatas pondasi, pasangan saluran keliling,
selasar keliling dan pasangan bata untuk septictank menggunakan pasangan bata 1PC : 2 Ps.
b. Pasangan batu bata harus dilaksanakan lapis demi lapis, dengan tebal adukan tiap lapis tetap rata. Harus
disediakan alat bantu agar dapat melakukan pengontrolan setiap saat sehubungan dengan kelurusan dari
pasangan batu bata tersebut.
c. Untuk memudahkan melekatkan plesteran, maka siar-siar dari pasangan batu bata harus dikorek lebih
kurang 0,5 cm serta sambungan bata dirapikan.
d. Batu bata sebelum dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu sampai gelembung udara hilang
dan tidak dibenarkan memasang batu bata yang patah.
e. khusus untuk pasangan bata diatas kozen, dipasang bata Rolagh atau bata tegak untuk mencegah
keretakan antara sambungan dinding dan kozen.
f. P2S wajib membuatangkur dindingataustek-stek dinding yang dikaitkan ke kolom dengan panjang 40 cm
tiap enam lapis bata, dengan diameter besi minimum 10 mm.

4. Identifikasi Bahaya
a. Jatuh/terpleset saat melakukan pekerjaan plesteran dan acian
b. Terhirup debu semen pada pengadukan
c. Tangan luka / lecet saat pengadukan.

.
PASAL 4
PEKERJAAN KUSEN

1. Lingkup Pekerjaan
 Pekerjaan Adalalah pekerjaan memasang Kusen Kayu

A. Metoda Pelaksanaan Pekerjaan Kusen Kayu


 Kayu yang digunakan untuk kosen adalah kayu klas II. Harus diperhatikan semua sambungan siku/sudut untuk rangka
kayu dan penguat lainnya yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan memperhatikan/menjaga kerapihan
terutama untuk bidang-bidang tampak tidak boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.
 Semua kayu tampak harus diserut halus, rata, lurus dan siku-siku satu sama lain, sisi-sisinya dan dilapangan sudah
dalam keadaan siap untuk penyetelan/pemasangan.
 Semua ukuran yang tertera pada gambar adalah ukuran jadi (sudah diketam halus dan siap difinish).
 Sistem sambungan yang di pakai adalah sistem lubang, purus dan pasak, tidak diperkenankan ada paku yang yang
nampak.
 Sambungan harus benar-benar rapat, bidang horizontal dan vertikal harus siku.
 Permukaan kayu yang terlihat bekas pemakuan harus diberi dempul atau sejenisnya yang disetujui Direksi.
 Untuk bahan perekat yang dipakai adalah lem kuning dan lem putih.

Spesifikasi
teknis
 Untuk bahan perekat tersebut Pelaksana mengajukan terlebih dahulu contoh baik kualitas maupun jenisnya kepada
Direksi/Pengawas, untuk mendapatkan persetujuan.
 Pemasangan kusen pintu dan kusen jendela pada dinding bata dipakai besi angkur dikiri kanan kusen sebanyak yang
tertera pada gambar rencana
 Permukaan kayu yang menempel pada tembok/beton terlebih dahulu diberi lapisan meni kayu 2 lapis.
 Setelah dipasang, Pelaksana wajib memberikan perhitungan terhadap benturan-benturan benda lain dan kerusakan-
kerusakan akibat kelalaian pekerjaan, semua kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab Pelaksana.

12. Identifikasi Bahaya


a. Jatuh/terpleset saat melakukan pengerjaan
b. Terhirup debu semen pada pengadukan
c. Tangan luka / lecet saat pengerjaan.

PASAL 5
PEKERJAAN DINDING PARTISI

1. Lingkup Pekerjaan.
a) Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan Dinding Partisi, rangka, penutup dan pelapis dinding serta pemasangannya pada
tempat-tempat sesuai dengan gambar rencana dan jarak penempatan bahan. Peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk
keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik.
2. Bahan.
a. Bahan yang dipakai untuk Rangka Dindingn adalah baja ringan canal ukuran 75. 75 merek GNET dengan
modul Rangka 120 x 80 dilengkapi perkuat dan Acesorier Lainya
b. Penutup Diding menggunakan menggunakan Bahan Gypsumboard dengan ketebalan 9 MM (Merek Minimal
Jayaboard )
c. Penutup dari wallpaper lebara 100 cm/50 cm Korea

3. Metode Pelaksanaan.
3.3. Rangka Plafon.
1) Pemasangan rangka pada pertemuan lantai dan dinding bata disambung dengan fixer,jika dibutukan boleh ditingkatkan
dengan sabungan Dinobolt
2) Pemasangan rangka dengan modul rangka 60 x 80 cm.dengan penyambungan antara rangka serat rangka dengan
plafon mengunakan paku rivet/paku skrup
3) Untuk rangka dibuat tegak lurus secara vertikal, tidak bergelombang,

3.4. Pekerjaan Penutup Plafon.


1) Bahan penutup didning digunakan gypsumbord tebal 9 mm dengan pasangan datar terhadap rangak Bentuk dan pola
pemasangan sesuai dengan gambar rencana.
2) Unit-unit Penutup Gypsum direkatkan pada rangka langit-langit dengan menggunakan skrup pada setiap jarak 25 cm dan
paku tersebut harus skrup sedemikian rupa, sehingga tertanam baik dari permungkaan langit-langit.
3) Setiap sambungan potongan di lapisi dengan kain Kemudian didempul menggunakan dempul gypsum kemudian diamplas
sampai didapat kedataran yang di standarkan
4) Gypsum yang dipasang adalah yang diseleksi dengan baik, bentuk dan ukuran masing-masing unit harus sama, baik
tegak lurus sudutnya tidak ada bagian yang melengkung, atau cacat-cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan dari
Direksi.
5) Setelah gypsum terpasang, seluruh bidang dinding harus rata, waterpass, tidak ada bagian yang bergelombang, dinding
harus berbentuk garis lurus yang sama tebal dan berpotongan saling tegak lurus.
6) Pelapis dari dinding gypsum di finising dengan Wallpaper, dipasang dimulai dari atas kemudian kebawah, setiap
sambungan antara wapaper harus rapi dan sambungan tidak kelihatan.

4. Identifikasi Bahaya
 Jatuh/terpleset saat melakukan pekerjaan
 Tangan luka / lecet saat Pengerjaan.

b. Jatuhya pekerja dari atas atap


Spesifikasi
teknis
PASAL 6
PEKERJAAN PENUTUP DINDING
1. Ruang Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan Plesteran + Acian
b. Pekerjaan Acian Beton

2. Metoda Pelaksanaan Plesteran dan Acian Beton


a. Plesteran dinding dengan adukan 1 PC : 2 Ps dilaksanakan pada semua pasangan batu bata dengan spesi 1 PC : 2 Ps, dan
plesteran dinding dengan adukan 1 PC : 4 Ps dilaksanakan pada semua dinding batu bata dengan spesi 1 PC : 4 Ps.
b. Untuk pekerjaan plesteran tidak dibenarkan memakai bahan kapur.
c. Untuk afwerking/acian beton digunakan adukan/spesi 1 Pc : 2 Ps, sebelumnya permukaan beton harus dikasarkan dan
dilebur dengan air semen terlebih dahulu agar plesteran betul-betul melekat pada bidang beton yang diplester.
d. Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan campuran yang homogen, acian dapat
dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari (kering benar).
e. Sebelum diplester dilaksanakan semua pipa-pipa listrik, pipa leding dan pipa lainnya yang melalui dinding tembok harus
telah dipasang terlebih dahulu serta dinding harus disiram dengan air secara merata.
f. Plesteran akhir halus, lurus dan sama rata baik vertikal maupun horizontal.
g. Bidang-bidang plesteran yang menunjukan hasil kurang, tidak memuaskan, tidak rata, tidak tegak lurus, retak-retak,
keropos dan sebagainya, maka bagian tersebut harus diperbaiki/diulang.
h. Plesteran bata dapat/boleh dilaksanakan apabila atap telah dipasang, serta bahan pasir untuk plesteran harus diayak
cukup halus.
i. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi
permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari langsung dengan bahan-bahan
penutup yang bisa mencegah penguapan air secara cepat.
j. Jika terjadi keretakan sebagati akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran harus dibongkar kembali dan diperbaiki
sampai dinyatakan dapat diterima oleh Perencana/MK dengan biaya atas tanggungan Kontraktor.
k. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai Kontraktor harus selalu menyiram dengan air, sampai jenuh sekurang-
kurangnya 2 kali setiap hari.
l. Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang belum difinish, Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya
terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran bahan lain. Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab
kontraktor dan wajib diperbaiki.
m. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu

5. Identifikasi Bahaya
a. Jatuh/terpleset saat melakukan pekerjaan plesteran dan acian
b. Terhirup debu semen pada pengadukan
c. Tangan luka / lecet saat pengadukan.

PASAL 7
PEKERJAAN PLAFOND

4. Lingkup Pekerjaan.
b) Bongkaran Plafon Lama
c) Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan plafon, rangka, penutup dan penggantung plafon serta pemasangannya pada
tempat-tempat sesuai dengan gambar rencana dan jarak penempatan bahan. Peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk
keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik.
5. Bahan.
d. Bahan yang dipakai untuk Rangka Plafon adalah Besi Hollow Galvalum ukuran 1.8x3.2x0.25 dengan modul
Rangka 60 x 80 dilengkapi perkuat dan Acesorier Lainya
e. Penutup Plafon menggunakan menggunakan Bahan Poly Vinyl Chloride dengan ketebalan 8 MM (Merek
Minimal Merek DAK) minimal Putih Polos
f. Listprofil dari bahan yang sama
Spesifikasi
teknis
g. Seluruh kelengkapan harus terpasang sesuai rekomendasi produsen PVC

6. Metode Pelaksanaan.
6.3. Rangka Plafon.
4) Rangka plafon dibuat dari Besi Hollow Galvalum 1.8x3,2x0.25 mm kualitas baik, tidak keropos, lurus,
5) Balok penggantung plafon dipakai Besi U Furing dengan modul rangka 60 x 80 cm.
6) Untuk rangka pinggir harus diangkerkan kedinding dengan memakai paku beton dengan jarak pemasangan sesuai
dengan petunjuk direksi.

6.4. Pekerjaan Penutup Plafon.


7) Bahan penutup langit-langit pada bagian dalam bangunan digunakan plafon PVC t = 8 mm dengan pasangan datar dan
memakai list, pemasangan list harus rapi kelihatannya. Bentuk dan pola pemasangan sesuai dengan gambar rencana.
8) Pemotongan dengan menggunakan alat potong dan setiap sambungan potongan di lapisi dengan sealan dengan warna
sama dengan warna plafon
9) Plafon PVC yang dipasang adalah yang diseleksi dengan baik, bentuk dan ukuran masing-masing unit harus sama, baik
tegak lurus sudutnya tidak ada bagian yang melengkung, atau cacat-cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan dari
Direksi.
10) Setelah plafon terpasang, seluruh bidang langit-langit harus rata, waterpass, tidak ada bagian yang bergelombang, langit-
langit harus berbentuk garis lurus yang sama tebal dan berpotongan saling tegak lurus.
11) Unit-unit plat langit direkatkan pada rangka langit-langit dengan menggunakan paku pada
12) setiap jarak 20 cm dan paku tersebut harus skrup sedemikian rupa, sehingga tertanam baik dari permungkaan langit-
langit.

6.5. Pekerjaan list Langit-langit


1) List langit-langit dibuat dan dipasang list profil PVC dengan ukuran seperti gambar, dipasang pada tepi langit-langit
dengan dinding.
2) Pemasangan harus rapih, lurus dan list tersebut harus berukuran sama.
3) Bahan yang akan di pakai sebelum proses fabrikasi diseleksi dahulu sesuai dengan bentuk, toleransi ukuran ketebalan
yang dipersyaratkan kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan yang disyaratkan, kemudian dikerjakan secara maksimum
dengan mesin potong, mesin punc, drill, sehingga hasil yang telah dirangkai mempunyai ukuran yang dipresisi.
4) Semua pekerjaan terpasang harus dilindungi dari pengaruh-pengaruh pekerjaan lain seperti cipratan cat, plesteran, dan
lain-lain.
5) Sambungan-sambungan sudut maupun silang, harus disealant dengan rapi
6) Pemasangan harus dilaksanakan oleh tukang yang ahli dalam hal pekerjaan ini .

4. Identifikasi Bahaya
 Jatuh/terpleset saat melakukan pekerjaan
 Tangan luka / lecet saat Pengerjaan.

PASAL 8

PEKERJAAN LANTAI
1. Lingkup Pekerjaan
Terdiri dari pekerjaan
a. Urugan Tanah Bawah Lantai
b. Timbunan Pasir Bawah Lantai
c. Pasang Batu Bata 1:2
d. Untuk pengecoran tebal 5 cm Mutu Beton k-100 digunakan untuk pemsangan keramik
e. Untuk pengecoran tebal 7 cm Mutu Beton k-100 Finising Acian Untuk lantai tampa keramik
f. Pasang keramik lantai Untuk ruangan Keramik Licin
g. Pasang keramik lantai Untuk luar ruangan Kerami Anti Slip bermotif

2. Metoda Pelaksanaan Bawah Lantai


a. Untuk peninggian lantai dimulai dari muka tanah asli sampai 20 cm di bawah muka lantai. Pemadatan dilaksanakan lapis
Spesifikasi
teknis
demi lapis dan disiram dengan air sampai rata dengan ketebalan lapis maximal 20 cm.
b. Urugan pasir urug dilaksanakan untuk meratakan permukaan sebelum dimulai pelaksanaan lantai kerja/beton tumbuk dengan
ketebalan 10 cm atau sesuai dengan gambar kerja.
c. Timbunan Tanah yang dilakukan adalah untuk timbunan bawah lantai yang tanah timbunan didatangkan dari luar, jenis
tanah yang digunakan harus bersih dari sampah dan akar-akar pohon.
d. Timbunan dilakukan perlapis dan dilakukan pemadatan setiap lapis, timbunan dilakukan sampai ketinggian sesuai gambar
kerja /level yang diinginkan dan disetujui konsultan pengawas dan direksi teknis.
e. Untuk pasangan yang langsung di atas tanah, tanah yang akan dipasang sub-lantai harus dipadatkan untuk mendapatkan
permukaan yang rata dan padat sehingga diperoleh daya dukung tanah yang maksimum, pemadatan dipergunakan alat
timbres.
f. Pasir urug bawah lantai yang disyaratkan harus merupakan permukaan yang keras, bersih dan bebas alkali, asam maupun
bahan organik lainnya yang dapat mengurangi mutu pasangan. Tebal lapisan pasir urug yang disyaratkan minimum 10 cm
atau sesuai gambar, disiram air dan ditimbris sehingga diperoleh kepadatan yang maksimal.
g. Diatas pasir urug dilakukan pekerjaan lantai atau sub-lantai setebal 5 cm atau yang sesuai ditunjukkan dalam gambar detail
dengan Mutu Beton K-100
h. Lantai kerja atau sub-lantai beton tumbuk di atas lantai dasar permungkaannya harus dibuat benar-benar rata, dengan
memperhatikan kemiringan lantai didaerah basah
i. Untuk lantai Rabat Beton /lantai tanpa di Keramik dibuat dicor ketebalan 7 cm kemudian finising dengan acian

3. Metoda Pelaksanaan Pasang Keramik


a. Tempat pemasangan keramik atau porselin diplester kasar dengan campuran 1 Pc : 4 Ps, kemudian diatas plesteran tersebut
ditempel keramik atau dengan menggunakan plesteran semen.
b. Permukaan pasangan keramik harus datar, rata alurnya, harus sama besarnya. Celah – celah antara keramik / porselin diisi
dengan semen berwarna sama dengan warna keramik
c. Spesi pada pemasangan keramik harus padat dan tidak berongga/ berangin, jika setelah dipasang ternyata ada yang
berongga maka dibongkar dan diperbaiki lagi
d. Pada pertemuan sudut keramik dipasang bon-bon
e. Warna dan contoh motif keramik disesuaikan dengan permintaan owner/ pihak proyek dan sebelum dipasang Pelaksana
harus menunjukkan beberapa contoh kepada pihak proyek atau pengawas lapangan
f. Untuk mendapatkan hasil yang baik keramik harus direndam dengan air dulu beberapa saat sebelum dipasang
g. Pemasangan keramik harus datar air dengan cara menimbang dengan slang air dan sebagai patokan harus diberi benang
untuk mendapatkan hasil yang datar
h. Pemasangan keramik baru dikatakan sempurna setelah selesai diperiksa oleh pengawas lapangan

4. Identifikasi Bahaya
a. Jatuh/terpleset saat melakukan pekerjaan plesteran dan acian
b. Terhirup debu semen pada pengadukan
c. Tangan luka / lecet saat pemasangan Keramik.

PASAL 11
PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

A. Pekerjaan Umtuk Aluminium


1. Lingkup Pekerjaan
Spesifikasi
teknis
Semua daun pintu dan jendela dipasangi alat penggantung dan kunci yang sesuai. Pekerjaan alat penggantung
dan pengunci ini mencakup semua kegiatan pemasangan kunci dan alat-alat penggantung pada dau pintu dan jendela,
meliputi pengadaan bahan, tenaga dan peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan ini.
Bagian pekerjaan adalah :
a. Pekerjaan Daun Pintu dan Jendela Aluminium
b. Pekerjaan Pasang Jelusi Aluminium
c. Pekerjaan Pasang Pengantung dan Pengunci

2. Metoda Pelaksanaan
a. Memberitahukan kepada Pengawas/Kepala Sekolah bahan yang akan digunakan, apabila disetujui baru pekerjaan
dilaksanakan.
b. Melakukan pemotogan bahan sesuai dengan ukuran yang ada di gambar
c. Perakitan rangka yang telah terpotong termasuk pemasangan kaca tebal 5 mm dilengkapi dengan Sealant, setiap
sambungan sudut harus siku dan diperkuat dengan sekrup atau paku Rivet,
d. Pengantung Pintu Aluminium mengaunakan engsel 4 “ Pengunci mengunakan Kunci Khusus untuk pintu aluminium
serta dilengapi tarikan dari aluminium
e. Pengantung untuk rangka jendela menggunakan Engsel Casemen Ukuran 14” merek Solid.
f. Sedangkan untuk grendel jendela menggunakan Grendel Rambuncis
g. Jelusi Aluminium mengunakan aluminium lembaran dengan lebar lebih Kurang 4 “
h. Pada tiap daun pintu dipasang 3 (tiga) engsel, dan untuk Jedela dipasang 2 buah engsel
i. Pemasangan alat-alat lain seperti pemasangan Kusen dan Pintu Aluminum KM/WC mengikuti Kusan dan Pintu
Aluminium yang telah jadi

A. Pekerjaan Untuk Kayu

1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan Pintu Jedela Dan Pengantung meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat bantu yang
diperlukan sehingga kontruksi Pintu Jendela dan Pengantung selesai dilaksanakan. Bagian pekerjaan adalah :
j. Pekerjaan Daun Pintu dan Jendela
k. Pekerjaan Pemasangan Kaca Tebal 5 mm
l. Pekerjaan Pasang Jelusi
m. Pekerjaan Pasang Pengantung dan Pengunci

2. Persyaratan Bahan
a. Kayu yang digunakan untuk kosen, daun pintu dan daun jendela adalah kayu klas II.
b. Kaca Tebal 5 MM Asahimas,Mulia
c. Engsel – engsel dari kuningan sekualitas ARCH,AS Nylon ukuran 4 “ Untuk Pintu dan 3” Untuk Jendela
d. Gerendel dan hak angin berkualitas baik
e. Kunci pintu dipasang sekualitas Aloha,Kodai,Ferza,Solid putaran 2 Slag atau yang setara.

3. Metoda Pekerjaan Daun Pintu Dan Daun Jendela


a. Harus diperhatikan semua sambungan siku/sudut untuk rangka kayu dan penguat lainnya yang diperlukan hingga
terjamin kekuatannya dengan memperhatikan/menjaga kerapihan terutama untuk bidang-bidang tampak tidak
boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.
b. Semua kayu tampak harus diserut halus, rata, lurus dan siku-siku satu sama lain, sisi-sisinya dan dilapangan sudah
dalam keadaan siap untuk penyetelan/pemasangan.
c. Semua ukuran yang tertera pada gambar adalah ukuran jadi (sudah diketam halus dan siap difinish).
d. Sistem sambungan yang di pakai adalah sistem lubang, purus dan pasak, tidak diperkenankan ada paku yang yang
nampak.
e. Sambungan harus benar-benar rapat, bidang horizontal dan vertikal harus siku.
f. Permukaan kayu yang terlihat bekas pemakuan harus diberi dempul atau sejenisnya yang disetujui Direksi.
g. Untuk bahan perekat yang dipakai adalah lem kuning dan lem putih.
h. Untuk bahan perekat tersebut Pelaksana mengajukan terlebih dahulu contoh baik kualitas maupun jenisnya kepada
Spesifikasi
teknis
Direksi/Pengawas, untuk mendapatkan persetujuan.
i. Setelah dipasang, Pelaksana wajib memberikan perhitungan terhadap benturan-benturan benda lain dan
kerusakan-kerusakan akibat kelalaian pekerjaan, semua kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab Pelaksana

4. Metoda Pelaksanaan Pasang Kaca


a. .Semua bahan kaca sebelum dan sesudah terpasang harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas
b. Sisi kaca yang nampak maupun yang tidak tampak akibat pemotongan harus digurinda / dihaluskan.
c. Pemotongan kaca yang akan masuk dalam alur rangka, harus rapat dan kuat tidak goyang serta sesuai dengan
persyaratan pemasangan kaca.
d. Pengunci kaca pada rangka kayu diberi lis kaca sesuai ukuran yang dijelaskan dalam gambar dipaku dengan jarak
tertentu sehingga kaca kuat dan rapi.
e. Pembersihan akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan bantuan cairan pembersih kaca
merk windex / setara.

5. Metoda Pelaksanaan
a. Setiap pintu dipasang kunci 2 slag jenis pakai handle maupun tidak pakai handle merk yang tersebut diatas atau
setara dengan kualitas baik
b. Engsel pintu dipasang 3 buah setiap lembaran daun pintu. Pemasangan dilakukan dengan menggunakan mur atau
sekrup dan penguncian mur dilakukang dengan obeng sehingga seluruh batang masuk dan menempel kuat ke
kayu yang dipasang.
c. Apabila pada waktu pemasangan bahan – bahan tersebut tidak sesuai dengan yang disyaratkan maka Direksi
berhak menyuruh membongkar dan mengganti dengan yang memenuhi syarat dengan biaya dari Pelaksana
d. Gerendel dan hak angin di pasang 2 buah pada daun jendela dengan pemasangan yang rapi dan pemasangan
harus menggunakan mur.
e. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan pengujian secara kasar dan halus.

6. Identifikasi Bahaya
a. Jatuh/terpleset saat melakukan pekerjaan
b. Tertimpa material
c. Tangan luka / lecet saat pemasangan pintu,jedela dan kaca

PASAL 12
PEKERJAAN LISTRIK

1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk dalam lingkup pekerjaan listrik pada proyek ini antara lain :
a. Pengadaan dan pemasangan kabel-kabel untuk jaringan instalasi listrik dalam gedung. b.
Pengadaan dan pemasangan penerangan lampu / almateur, saklar, stop kontak.
c. Pengadaan dan Pemasangan kabel listrik (sekering kast)

2. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Sebelum pelaksanaan instalasi dimulai, P2S harus membuat gambar- gambar pengamatan untuk pelaksanaan
(shop Drawing) yang diperlukan untuk diperiksa dan disyahkan oleh Direksi.
b. Jika terjadi kesalahan dan kelalaian P2S yang mengakibatkan instalasi berbeda-beda dengan “shop drawing”
yang telah disetujui sebelumnya maka P2S harus membongkar, memperbaiki mengganti dan mengembalikan
dengan benar. Seluruh biaya dari kesalahan tersebut menjadi
tanggung jawab P2S.
c. Pemasangan instalasi listrik dilakukan oleh badan atau biro yang mempunyai sertifikasi ketenaga listrikan

3. Syarat-syarat Teknis
a. Sistem kelistrikan yang bekerja pada proyek ini adalah 220/380 volt – 50 Hz. Pemasangan dan
Spesifikasi
teknis
pekerjaan harus berpegang pada aturan-aturan dan standar- standar yang berlaku pada PUIL.
b. Ukuran dan jenis kawat pengantar dari 3 (tiga) macam yaitu :
i. NWFGBY :Kawat penghantar dari PLN ke main panel
ii. Kabel-kabel untuk stop kontak dan titik lampu penerangan Untuk stop kontak dan titik lampu
penerangan jenis kabel yang dipakai adalah jenis NYA 1x2.5 mm dengan pipa pelindung PVC ∅ 5/8

iii. Seluruh pekerjaan kabel diatas harus menggunakan standar yang sudah direkomendasi dari LMK
dan mempunyai standar SII.
iv. Kabel NYFGBY jika dipasang pada penyeberangan jalan yang dilalui oleh kendaraan berat, harus berada
dalam pipa galvanis yang diameter pipa 2,50 x lebih besar dari diameter kabel dan sekitar pipa diberi pasir
sebelum penimbunan.
v. Kabel NYA dipasang sebagai penghantar dari main panel ke lantai dan dipasang inbow / di dalam
dinding tembok dengan menggunakan pipa PVC 5/8 “ dan diklem.
vi. Kabel NYA dipergunakan sebagai hantaran dari panel lantai ke lampu-lampu, sakelar dan stop kontak yang
mempunyai luas penampang terkecil 25 mm. System pemasangan dapat diklem langsung pada rangka
plafond dengan jarak klem 50 cm. Untuk stop kontak dan sakelar pemasangannya harus menggunakan pipa
PVC dia. 5/8 “ dipasang di dalam dinding tembok. Sambungan-sambungan yang ada harus berada didalam
kotak sambung (Junstion box) dan penyambungan kabel harus sesuai dengan nama dan warnanya serta
tidak dibenarkan adanya sambungan didalam pipa pelindung (conduit).
vii. Tahanan isolasi terpasang yang tidak ditanahkan disaratkan minimal 1000 ohm untuk setiap 1 (satu)
volt tegangan nominal. Pengujian dilakukan dengan mager.
viii. Untuk tindakan pengamanan terhadap sentuhan akibat dari kegagalan isolasi maka semua panel harus
ditanahkan dan juga stop kontak-stop kontak.
ix. Elektroda pertanahan pipa galvanis diameter 1.5 “ dan ditanam horizontal, kedalaman harus sampai pada
permukaan air tanah atau setelah pertanahan lebih kecil dari 4 ohm. Luas penampang pertanahan
sekuang-kurangnya sama dengan dengan penampang hantaran listrik yang besar.
x. Sakelar dipasang pada ketingian 1.50 meter dari lantai dengan system inbow serta menggunakan material
dari merek yang terbaik. Merek yang dipakai adalah Panasonic.
xi. Stop kontak terbuat dari bahan yang tidak kondektur (ebonite, plastic) dengan system 3 phase, dengan
terminal pertanahan, serta dipasang inbow pada ketinggian 40 cm diatas lantai. Kemampuan rating
current : 10 A – 500 Volt. Pole : 1 Phase + netal + earth. Merek stop kontak yang dipakai adalah
Panasonic. Panel / PBH

d. Komponen-komponen terdiri dari :


1. Penerangan / lampu
Penerangan / lampu yang digunakan adalah :
 Lampu Downlight LED Panel Segi - Kotak 20x20 Inbow 24 Watt
2. Miniatur Cirkuit Breakers (MCB) merek Legrand
MBC yang digunakan dengan kemampuan pemutus arus lebih dari hubungan singkat yang bekerja
secara kontiniu
3. Pas. Box MCB yang dilengkapi dengan Lampu

4. Identifikasi Bahaya
a. Tersengat Listrik

PASAL 13
PEKERJAAN CAT

1. Ruang Lingkup Pengecatan


a. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan pengecatan Baru adalah Pengecatan bagian – bagian yang bidang
Spesifikasi
teknis
– bidang Baru
b. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan pengecatan Lama adalah Pengecatan bagian – bagian yang
bidang – bidang yang pernah dicat

2. Metoda Pelaksanaan Pengecatan Dinding


a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plesteran bangunan dan/atau bagian-
bagian lain yang ditentukan gambar.
b. Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, lemak, kotoran, atau noda lain dalam kondisi kering.
Langkah kerja cat adalah:
 Lapisan pertama : ± 50% air
 Lapisan kedua : ± 25% air
 Lapisan ketiga : ± 25% air
c. Untuk dinding-dinding luar dan dalam bangunan digunakan cat Catilac. Warna ditentukan bersama dengan
Direksi/Fasilitator.
d. Plamur yang digunakan adalah plamur tembok sesuai yang disyaratkan/spesifikasi dan produk cat yang
dipakai. Plamur yang digunakan adalah Plamur RJ London.
e. Sebelum dinding diplamur, plesteran sudah harus betul-betul kering, tidak ada retak-retak dan P2S
meminta persetujuan kepada Direksi/Fasilitator.
f. Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisau plamur dari plat baja tipis dan lapisan plamur dibuat setipis
mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
g. Sesudah 7 hari plamur terpasang dan diampelas halus, kemudian dibersihkan dengan bulu ayam sampai
bersih betul. selanjutnya dinding dicat dengan menggunakan Roller.
h. Pengecatan dilakukan sepertia urutan kerja berikut: diplamur terlebih dahulu kemudian setelah betul- betul
kering lalu diamplas sampai rata, kalau masih ada bagian-bagian yang masih belum rata harus didompul lagi
serta diamplas, Kemudian satu kali jalan dengan cat dasar, pekerjaan cat dapat dilaksanakan apabila
pekerjaan pendahuluan ini betul-betul sempurna, selanjutnya dicat warna 3 kali jalan sampai rata dengan merek
Catilac.
i. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata, licin, tidak ada bagian
yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.

3. Pekerjaan Cat Kayu


a)Yang termasuk pekerjaan cat kayu adalah listplank papan dan/atau bagian-bagian lain yang ditentukan dalam gambar.
b)Cat yang digunakan adalah merek PLATON produksi DANAPAINT atau setara, warna ditentukan perencana setelah
melakukan percobaan pengecatan.
c)Bidang yang akan dicat diberi menie kayu merek CAT Kembang, warna merah 1 lapis, kemudian diplamur dengan plamur
kayu merek ISAMU sampai lubang/pori-pori terisi penuh.
d)Setelah 7 (tujuh) hari, bidang plamur diamplas besi halus dan dibersihkan dari debu kemudian dicat sekurang-kurangnya 3
(tiga) kali dengan menggunakan kuas.
e)Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk, utuh, rata, tidak ada bintik-bintik atau gelembung udara dan bidang
dicat dijaga terhadap pengotoran.

4. Identifikasi Bahaya
 Jatuh/terpleset saat melakukan pengerjaan
 Terhirup bau cat saat pengerjaan

PASAL 14
PENUTUP
Walaupun dalam bestek ini tidak lengkap dicantumkan satu persatu baik mengenai bahan bangunan dan lain-lain sebagainya, tetapi
tercantum dalam Gambar dan RAB maka pekerjaan tersebut harus dikerjakan dan bukan merupakan pekerjaan tambahan. Hal-
hal di luar ini apabila terdapat ketidakcocokan dalam pelaksanaan akan diselesaikan dengan musyawarah

Spesifikasi
teknis

Anda mungkin juga menyukai