Peran Auditor Internal Dalam Implementasi
Peran Auditor Internal Dalam Implementasi
GOVERNANCE
Studi Kasus Pada PT Semen Gresik (Persero) Tbk. Dewasa ini tuntutan terhadap terwujudnya
good corporate governance (GCG) disetiap perusahaan sudah semakin penting. Rendahnya
kualitas penerapan GCG akan berpengaruh pada kepercayaan investor untuk menanamkan modal
di Negara Indonesia. Dikatakan bahwa para pelaku ekonomi masih kurang pemahaman terhadap
good corporate governance maka, konsekuensinya dalam praktek bisnis terjadi bad governance.
Bad governance dari pihak manajemen menyebabkan kerugian yang sangat besar yang akibatnya
Hal lain yang menyebabkan perusahaan bangkrut adalah adanya kegagalan legal audit baik bagi
external legal auditor maupun internal legal auditor dalam mendeteksi terjadinya Fraud serta
kemampuan mengungkapkan hal yang sebenarnya terjadi dalam perusahaan. Hal ini disebabkan
kurangnya sikap independen dari auditor. Khusus bagi auditor internal tidak dapat
Disamping itu auditor internal mempunyai sikap perilaku yang kurang profesional dan
bangsa. Untuk itu fokus pemerintah untuk mencegah dan mengatasi terjadinya kegagalan dalam
penerapan GCG pada BUMN. Pada pasal 2 ayat 1 mengemukakan bahwa Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) adalah wajib menerapkan good corporate governance (GCG) secara konsisten
internal adalah sangat penting karena auditor internal dapat membantu manajemen dengan
internal.
Disamping itu auditor internal dapat sebagai mitra manajemen yang dapat memberikan
sumbangan pemikiran tentang pengelolaan usaha termasuk dalam mendeteksi risiko serta
memberikan saran untuk mengatasi risiko perusahaan sehingga kinerja organisasi dapat
terwujud. Akan tetapi dalam praktek auditor internal masih kurang berperan dalam implementasi
GCG. Hal ini disebabkan karena secara struktural auditor internal berada dalam posisi sulit untuk
Untuk mendapat gambaran tentang efektivitas peran auditor internal dalam implementasi good
corporate governance pada PT Semen Gresik (Persero) Tbk, maka, sangat penting untuk
mengevaluasi terhadap aktivitas auditor internal dalam rangka mewujudkan GCG. Melalui hasil
evaluasi ini dapat menjadi dasar bagi auditor internal untuk memperbaiki kinerja auditor internal.
Beberapa kasus yang terjadi dalam PT. Semen Gresik antara lain mengenai spin off yang
dilakukan oleh PT. Semen Padang. Peristiwa ini bermula dari proses akuisisi tahun 1995, oleh
pemerintah yang pada akhirnya justru merugikan PT Semen Padang secara ekonomis (dan juga
merugikan negara). Akuisisi PT SP ke PT SG bukan karena PT SP sakit atau tidak sehat, karena
yang sakit ketika itu justru PT SG, bahkan nilai pabrik SP jauh lebih tinggi dari SG dan Semen
Tonasa (ST).
Belakangan baru terungkap, di balik proses akuisisi itu ada yang tidak beres. Sisa dana Rp 581
miliar dari akuisisi (penggabungan) PT SP dan PT ST tidak jelas di mana dan ke siapa. Bahkan,
pengalihan saham negara pada PT SP oleh pemerintah kepada PT SG juga tidak ada dasar
hukumnya atau peraturan pemerintah yang mengatur, sehingga akuisisi tahun 1995 tidak sah.
Melihat ketidakjelasan banyak hal dalam akuisisi inilah yang mendorong masyarakat Sumbar
Spin off adalah sebuah pelepasan atau pemisahan perusahaan dimana sebuah divisi dalam
perusahaan menjadi sebuah perusahaan baru yang mandiri dan saham dari perusahaan baru
tersebut didistribuskan kepada para pemegang saham perusahaan. Dari definisi tersebut, terdapat
dua kata-kata kunci. Pertama, sebuah divisi perusahaan dipisahkan dari induknya menjadi
perusahaan baru. Kedua, saham dari perusahaan baru hasil pemisahan tersebut tetap dimiliki oleh
Dalam konteks hubungan PT. SP dan PT. SG, PT. SP yang merupakan divisi usaha dari PT. SG
hendak dipisahkan dari PT. SG. Akan tetapi, spin off tidak ada artinya apabila Cemex Indonesia
masih sebagai pemegang saham di PT. SG. Dengan kata lain, spin off hanya akan bermakna
apabila Cemex Indonesia tidak lagi bercokol di PT. SG. Atas bermasalahan ini dari pihak Cemex
Indonesia lebih memilihi jalur hukum dalam penyelesaiannya karena dianggap terlalu berlaru-
larut.
Salah satu prinsip governance adalah rule of law. Lalu, bisakah menurut hukum spin off
dilakukan di PT. SG? PT. SG adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
tunduk kepada UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Bab IV UU No. 19 Tahun 2003
lebih teknis, hal yang sama dielaborasi melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 Tahun 2005.
Berangkat dari UU No. 19 Tahun 2003 dan PP No. 43 Tahun 2005, ternyata hukum kita tidak
mengenal istilah spin-off yang merupakan perbuatan terbalik dari akuisisi. PT. SP hari ini adalah
hasil dari perbuatan hukum akusisi yang dilakukan pemerintah tahun 1995 yang lalu. Lalu,
bagaimana akal agar, sentana Cemex Indonesia jadi melepaskan sahamnya di PT. SG, spin-off
PT. SP dari PT. SG bisa terwujud secara legal (tanpa melanggar hukum) dan sekaligus
menghormati prinsip good governance? Tidak dapat tidak, yang mesti dilakukan terlebih dahulu
adalah legislative review, yakni merubah UU No. 19 Tahun 2003 yang kemudian diikuti dengan
perubahan atas PP No. 43 Tahun 2005. Undang Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas juga harus di-reviewed, yaitu menyediakan mekanisme spin-off dalam sebuah
perusahaan. Memaksakan spin off PT. SP dari PT. SG tanpa landasan hukum hanyalah akan
Alasan yang disebutkan Cemex (audit keuangan PT SP 2002 belum selesai, manajemen baru
belum berhasil mengganti jajaran manajemen level menengah, ada kasus menyangkut
manajemen lama yang tergolong pidana) untuk membawa kasus SP ke arbitrase internasional
tidak masuk akal. Maksud Cemex jelas sengaja memperlambat laporan keuangan 2002 PT SP
dengan mengganti akuntan publik, guna memberi pembenaran ke arbitrase. Menurut informasi
internal PT SP, direksi PT SG selaku pemegang saham juga melakukan audit investigasi di PT
SP. Jelas ini juga atas permintaan Cemex untuk menambah argumentasi untuk membawa ke
arbitrase internasional.
Conditional Sale and Purchase Agreement (CSPA). Padahal yang mempunyai hak membawa ke
Pemerintah pun harus berusaha menyelesaikan rekening dana investasi (RDI) antara
Kementerian BUMN dan Depkeu. Hal ini karena masih banyak aturan yang harus dibuat
bersama baik berupa KMK atau KepMeneg BUMN untuk menjadi landasan hukum penyelesaian
secara total.
Selain itu, dilakukan pula koordinasi dengan unit/instansi terkait sehubungan dengan kewajiban
RDI antara lain dengan Direktorat Penerusan dan Pengelolaan Pinjaman (DP3) dan 20 BUMN.
Kementerian BUMN juga melakukan assessment atas good corporate governance di tiap BUMN.
Akhirnya pada awal tahun 2007 pemerintah telah berhasil mengalihkan kepemilikan saham
Cemex Asia Holdings, Ltd di PT Semen Gresik. Tuntasnya pengalihan kepemilikan saham ini
disusul dengan dicabutnya gugatan Cemex Asia Holdings di Badan Arbitrase ICSID.
Dalam hubungannya dengan prinsip GCG, peran akuntan/ auditor secara signifikan di antaranya:
1.Prinsip kewajaran. Laporan keuangan yang wajar berarti tidak mengandung salah saji material,
disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia (dalam hal ini
efektif, dengan dibentuknya komite audit. Komite audit mempunyai tugas utama melindungi
kepentingan pemegang saham ataupun pihak lain yang berkepentingan dengan melakukan
tinjauan atas reliabilitas dan integritas informasi dalam laporan keuangan, laporan operasional
serta parameter yang digunakan untuk mengukur, melakukan klasifikasi dan penyajian dari
laporan tersebut.
3.Prinsip transparansi. Prinsip dasar transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang
disampaikan perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung pada kualitas penyajian
anggota masyarakat
Skandal keuangan yang terjadi tidak hanya menggambarkan kegagalan dari auditor eksternal
dalam menjalankan fungsinya sebagai pihak yang bekerja untuk kepentingan prinsipal. Namun
juga mengindikasikan tidak berfungsinya akuntan manajemen atau auditor internal yang bekerja
Alasannya, salah satu fungsi utama auditor internal, yakni menjamin berjalannya prosedur
sebagaimana yang seharusnya (compliance) dan mencegah terjadinya transaksi keuangan dan
kecurangan lain. Harapan ke depan untuk auditor, agar tetap menjaga sikap independensi secara