Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia tidak akan berhenti mengalami perkembangan dalam segi


kehidupan apapun. Manusianya dituntut untuk bisa beradaptasi mengikuti
perkembangan zaman. Sumber Daya Manusia yang handal dan mampu
berkompetensi merupakan salah satu aspek penting dalam meningkatkan
kesejahteraan rakyat Indonesia.

Manusia sangat membutuhkan pendidikan semenjak manusia


pertama kali ada di dunia, walaupun keberadaan manusia pertama sangat
terbatas dalam proses pendidikan karena persoalan yang terjadi adalah
manusia pertama muncul dan melahirkan generasi-generasi selanjutnya
yang memiliki karakter, sifat, pengetahuan yang berbeda-beda, tidak
mempunyai perspektif yang sama dalam menata pendidikan untuk
generasi-generasi, tetapi dibalik perbedaan yang ada justru diberikan
keistimewaan untuk saling mengenal satu sama lain.
Kesalahan yang terjadi adalah sepertinya manusia dijadikan
sebagai kelinci percobaan dalam membangun pendidikan yang terbaik,
padahal yang paling ideal adalah konsep yang matang menuju
realitas,meskipun disadari atau tidak bahwa selalu ada evaluasi dan
tindakan-tindakan lanjut dari evaluasi sistem pembelajaran yang selama ini
dibangun.

Christoper J. Lucas menyatakan bahwa pendidikan menyimpan


kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan
hidup dan dapat memberi informasi yang paling berharga mengenai
pasangan hidup masa depan di dunia serta membantu anak didik dalam
mempersiapkan kebutuhan yang esensial untuk menghadapi perubahan.

1
Oleh karena itu, pemerintah kita mewajibkan masyarakatnya
mengenyam pendidikan minimal 12 tahun.Hal ini diupayakan agar rakyat
Indonesia memiliki pengetahuan yang lebih luas terutama memberantas
dalam hal buta baca dan tulis di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Dalam merumuskan masalah ini, kami membahas pokok-pokok
masalah dengan identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan ?
2. Apa tujuan dan fungsi sehingga pendidikan penting bagi kehidupan
manusia ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu pendidikan.
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi sehingga pendidikan penting bagi
kehidupan manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Untuk memahami pendidikan, ada dua istilah yang dapat
mengarahkan pada pemahaman hakikat pendidikan, yaitu paedagogie
yaitu pendidikan dan paedagogiek berarti ilum pengetahuan. Oleh karena
itu, pedagogik adalah ilmu atau teori yang sistematis tentang pendidikan
yang sebenarnya bagi anak atau untuk anak sampai ia mencapai
kedewasaan (Sukardjo dan Komarudin,2010: 7).
Pendidik sering diterjemahkan orang dengan peadagogie. Pada
zaman Yunani Kuno, seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar
seorang pelayan, pelayan tersebut biasa disebut peadagogos, penuntun
anak.
Mudyahardjo (2012: 3) memberikan pengertian ke dalam tiga
jangkauan, yaitu pengertian pendidikan maha luas, sepit, dan terbatas.
Definisi maha luas, yaitu pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah
segala pengalaman belajar yang berlangsung hidup. Pendidikan adalah
segala situasi yang mempengaruhi pertumbuhan individu.
Definisi sempit, yaitu pendidikan adalah sekolah. Pendidikan
adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal. Menurut Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo,
(2005:51), pendidikan dalam arti sempit yaitu merupakan suatu proses
interaksi antara pendidik dengan peserta didik baik di keluarga, sekoalh,
maupun dalam masyarakat. Dalam pengertian sempit, pendidikan hanyalah
bagi mereka yang menjadi peserta didik dari suatu lembaga pendidikan
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar yang terprogram
dan bersifat formal atau disengaja untuk pendidikan terkontrol.
Sementara itu, definisi luas terbatas, yaitu pendidikan adalah usaha
sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung di

3
sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta
didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup
secara tepat di masa yang akan datang.
Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram
dalam bentuk pendidikan normal, nonformal dan informal di sekolah dan
luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi
kemampuan-kemampuan individu, agar di kemudian hari dapat
memainkan peranan hidup secara tepat.
Karena sifatnya yang kompleks dalam istilah pendidikan, oleh
Tirtarahrja dan Sulo (2005:33) dikemukakan beberapa batasan pendidikan
yang berbeda berdasarkan fungsinya. Batasan tersebut antara lain: (1)
pendidikan sebagai transformasi budaya. (2) pendidikan sebagai proses
penyiapan warga Negara; dan (4) pendidikan sebagai penyiapan tenaga
kerja.
Menurut Tim Adpen UPI (2010: 5), di kalangan masyarakat Barat
pada zaman renaissance muncul dengan pandangan-pandangan pemikir
pendidikan yanang masih dikenali hingga kini, dan tampaknya
berkembang mengikuti perkembangan berbagai cabang disiplin ilmu
pengetahuan lain yang sudah terlebih dahulu dari induknya yaitu filsafat,
antara lain sebagai berikut:
1. Paham Nativisme atau Naturalisme dengan tokohnya: J.J Rousseau
(1712-1778 M) dan Schopenhauer (1778-1860). Pendiriannya
bahwa setiap bayi itu lahir membawa potensi alamiahnya, karena
itu pendidikan hanya berfungsi memelihara dan memekarkannya
saja. Prinsipnya: “Retour a la Notour” atau kembalikan ke
alamnya melalui pemekaran (enducare, Latin).
2. Paham Empirisme atau Environmetalisme dengan tokohnya: J.
Locke (1632-1704 M) dan J.H Hebart (1776-1841 M). Yang
pertama berpendirian bahwa bayi itu lahir bagaikan: ”white board”
yang belum tertulisi (tabula rasa). Sedangkan yang kedua
berpandangan bahawa bayai itu lahir bagaikan bejana yang masih

4
kosong. Pendidikan mengisinya sesuaai dengan harapan
lingkungan masyarakatnya (educare, Latin).
3. Paham Konvergensionisme atau Interaksionisme dengan tokohnya:
William Stern (1871-1939). Paham ini merupakan perpaduan dari
kedua paham terdahulu dengan berpendirian bahwa diri pribadi
anak itu berkembang sebagai resultante hasil interaksi pembawaan
(potensi alamiah dan lingkungannya).
Sedangkan Ki Hadjar Dewantara sejalan dengan pengertian filsafat
pendidikan, filsuf Carles Tailor (HAR Tilaar dan Rian Nugroho, 2009: 55-
56) menyatakan the right to culture. Dari pandangan tersebut Ki Hadjar
Dewantara menggali nilai-nilai kebudayaan yang luhur dari kebudayaan
lokal, dan menyatakan bahwa semua suku bangsa di Nusantara ini
memiliki kebudayaan masing-masing dan mempunyai nilai-nilai luhur
tersendiri yang dapat dikembangkan dan disumbangkan untuk membangun
kebudayaan nasional Indonesia.
Pandangan Romo Mangun mengenai pendidikan dalam
eksperimennya bahwa pendidikan formal menjadikan manusia merdeka
terpenjara dalam sistem pendidikan nasional. Pandangan Romo Mangun
tersebut sangat bertentangan dengan Ivan Illich bahwa pendidikan formal
justru memberikan peserta didik bahkan tidak membatasi kemerdekaan
keterampilan (HAR Tilaar dan Riant Nugroho, 2009: 72).
Untuk mengkaji lebih dalam mengenai pendidikan nasional bangsa
Indonesia sangat perlu untuk memahami Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional baik yang belum direvisi maupun yang sudah
direvisi, mari kita perhatikam:
1. UUSPN Nomor 2 Tahun 1989, Bab 1, Pasal 1 ayat (1)
“Pendidikan adalah usaha sadar menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang”.

5
2. UUSPN Nomor 20 Tahun 2003, Bab 1, Pasal 1 ayat (1)
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya , masyarakat, bangsa, dan negara”.
Menurut Moh. Said (2011: 5), pendidikan adalah suatu proses
untuk mendewasakan manusia. Dengan kata lain, pendidikan merupakan
suatu upaya secara sengaja dan terarah untuk memanusiakan manusia.
Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar
dan sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia serta
memelihara sekelilingnya secara baik dan bermanfaat.
Konsep ini memberi makna pendidikan harus dilakukan dengan
cara yang manusia, sehingga menjadi manusia. Artinya sangat tidak baik
kalau dilakukan dengan cara-cara manusia atau tidak manusia. Karena
pada dasarnya manusia membutuhkan pendidikan, berpotensi untuk
dididik dan sebagai pendidik.

B. Tujuan dan Fungsi Pendidikan


Pendidikan memiliki beberapa unsur yang saling terkait. Unsur-
unsur tersebut antara lain tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan, peserta
didik, pendidik, interaksi eduktif, isi pendidikan dan lingkungan
pendidikan.
Tujuan pendidikan dalam UU Sisdiknas, yaitu untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreaktif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis, serta bertanggung jawab.

6
Didalam UU Nomor 2 Tahun 1989, secara jelas disebutkan Tujuan
Pendidikan Nasional, yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

Secara singkat dikatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah


untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia sutuhnya, dengan ciri-ciri sebagai berikut.

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


2. Berbudi pekerti luhur.
3. Memiliki pengetahuan dan keterampilan.
4. Sehat jasmani dan rohani.
5. Kepribadian yang mantap dan mandiri.
6. Bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa.

Tujuan pendidkan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan


itu diarahkan (Dirto Hadisusanto, Sudartho dan Dwi Siswoyo, 1995).
Dapat dimaknakan sebagai suatu system nilai yang disepakati kebenaran
dan kepentingannya yang dicapai melalui berbagai kegiatan, baik dijalur
pendidikan sekolah maupun luar sekolah.
Kurikulum dalam bahasa Yunani berasal dari kata curir yang
artinya pelari dan curere, yang artinya tempat berpacu. Kurikulum
memiliki arti jarak yang harus ditempuh oleh pelari.
Konsep kurikulum berjalan sesuai dengan perkembangan teori dan
praktik pendidikan. Hamalik (2012:5) menyatakan terdapat tujuh
pandangan mengenai kurikulum,yaitu:
1. Kurikulum sebagai suatu program kegiatan yang terencana.
2. Kurikulum sebagai hasil belajar yang diharapkan.
3. Kurikulum sebagai reproduksi kultural.

7
4. Kurikulum sebagai kumpulan tugas dan diskrit.
5. Kurikulum sebagai agenda rekonstruksi social.
6. Kurikulum sebagai curere, dan sudut pandang berbeda antara
kurikulum lama dan kurikulum baru.
7. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan,isi, dan bahan pelajarn, serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajraan untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta katif,
yaitu pendidikan yang berlangsung berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur,jenjang,dan jenis pendidikn tertentu. Interaksi edukatif adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Ada pendidik yang berfungsi sebagai pelatih,
pengembang, pemberi atau pewaris. Kemudian terdapat bahan yang
dilatihkan, dikembangkan, diberikan dan diwariskan yakni pengetahuan,
keterampilan, berpikir, karakter yang berupa bahan ajar, serta ada murid
menerima latihan, pengembangan, pemberian dan pewarisan pengetahuan,
keterampilan dan karakter.
Menurut pendapat Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan
dengan fungsi yang nyata (manifest) yakni sebagai berikut:
1. Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
2. Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi
kepentingan masyarakat.
3. Melestarikan kebudayaan.
4. Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam.

8
Fungsi pendidikan menurut David Popenoe ada empat macam
fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
1. Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
2. Menjamin integrasi sosial .
3. Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
4. Sumber inovasi sosial.

C. Lingkungan Pendidikan
Pendidikan sangat erat kaitannya dengan lingkungan. Karena
lingkungan memiliki daya kemampuan mempengaruhi individu manusia
yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkah laku atau proses-proses
kognitif dalam pendidikan individu tersebut.
Pendidikan adalah upaya yang sengaja untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan murid. Menurut Sindhunta (2000:197),
untuk mewujudkan upaya itu, proses belajar menjadi hal yang sangat
penting. Menurut kaum konstruktivisme, seperti yang diungkapkan
Suparno (1997:61), belajar dalam pengertian ini merupakan proses aktif
pelajar mengonstruksi baik teks, dialog, penalaran fisis, dan lain-lain.
Perhatian para ahli terhadap pengaruh lingkungan pada
keberhasilan pendidikan yaitu menurut Rumini, dkk (1995:62), penguatan
dalam pendidikan diperlukan untuk reinforcement, yaitu stimulus yang
memperkuat dan mempertahankan tingkah (Sutari, 1987:35), kalau sudah
tidak lagi membutuhkan pertolongan tentu tidak perlu lagi untuk dididik.
Teori-teori yang menjelaskan tentang pentingnya pengembangan
lingkungan pendidikan bagi masyarakat banyak. Teori-teori tersebut
diantaranya yaitu, teori sumber daya manusia (human resources theory)
dari Theodore W.Schultz, teori modernisasi (modernization theory) dari
Daniel Lerner, dan teori struktural-fungsional (structural-functional
theory) dari Talcott Parsons ( Rohman, 2012 : 118 ).
Hendroyuwono (1983:3) menyatakan bahwa di dalam khazanah
psikologi pendidikan, lingkungan pendidikan sering dimasukkan dalam

9
faktor yang mempengaruhi belajar. Belajar sendiri dalam maksud kutipan
tersebut dapat diartikan sebagai perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang merupakan hasil dari pengalaman. Dalam eksperimen
para psikologi telah menemukan beberapa teori belajar yang telah
digolongkan menjadi dua teori, yaitu teori behavioristik-elementaristik dan
teori kognitif-wholistik.
Ciri-ciri dari teori tersebut yaitu :
1. Teori Behavioristik, yaitu mementingkan bagian-bagian,
mementingkan peran reaksi, peranan faktor lingkungan, dan
mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar,
mementingkan sebab-sebab di waktu yang lalu, dan mementingkan
pembentukan kebiasaan dari pemecahan masalah ciri khasnya trial
and error.
2. Teori Kognitif, yaitu mementingkan yang ada pada diri si pelajar,
mementingkan peranan fungsi kognitif, mementingkan
keseluruhan, mementingkan kondisi pada waktu sekarang,
mementingka keseimbangan yang ada dalam diri pelajar, dan
mementingkan struktur kognitif dari pemecahan masalah, sebagai
ciri khasnya adalah insight.

Lickona (2012: 558) memberikan beberapa contoh yang terkait


dengan lingkungan pendidikan, terutama keterlibatan orang tua atau
keluarga, sekolah, dan masyarakat yang telah bekerjasama untuk
memperbaiki kualitas pendidikan. Bertempat di Wisconsin, Departemen
Instruksi Publik meluncurkan kampanyenya di seluruh negara bagian pada
tahun 1987, yang disebut dengan Tahun Pendidikan Keluarga, yang
terdapat tiga tujuannya yaitu :

1. Mendidik para guru tentang peranan mereka dalam


mempromosikan keterlibatan para orang tua dalam pendidikan
secara lebih besar.

10
2. Berbagi informasi dengan sekolah mengenai bagaimana mereka
meningkatkan komunikasi rumah-sekolah,
3. Mendapatkan informasi secara langsung dari orang tua mengenai
pesan mereka dalam pendidikan anak mereka. Dalam ( Teguh
Triwiyanto, 2014: 70).

Lingkungan pendidikan menjadi tempat manusia berinteraksi dan


timbal balik sehingga kemampuan dapat dikembangkan ke arah yang
lebih baik lagi dari sebelumnya. Terdapat 3 komponen paling utama jenis
pendidikan lingkungan yang memberikan pengaruh lebih besar terhadap
pengalaman dan kemampuan manusia, yaitu yang pertama adalah
keluarga, lalu sekolah, dan yang terakhir adalah lingkungan masyarakat
(disebut sebagai tri pusat pendidikan ). Ketiga lingkungan tersebut adalah
tempat manusia sering melakukan sosialisasi. Pada sosialisasi individu
manusia mempelajari tentang kebiasaan, ide-ide, sikap, pola-pola nilai
dan tingkah laku, serta standar tingkah laku dalam lingkup keluarga,
sekolah, maupun di masyarakat.

1. Keluarga
Secara umum keluarga dapat didefinisikan sebagai
kelompok sosial berskala kecil yang umumnya terdiri atas ayah,
ibu, dan anak. Hubungan di dalam keluarga didasari oleh ikatan
darah, adopsi atau perkawinan. Hubungan dalam keluarga juga
didominasi atas rasa tanggung jawab. Kemudian keluarga memiliki
fungsi yaitu memelihara, saling melindungi, dan merawat.

Terdapat tiga fungsi yang telah melekat sebagai ciri keluarga, yaitu:
a. Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak dari para
orangtuanya ( fungsi biologis ).
b. Di dalam keluarga terjadi hubungan kemesraan dan afeksi
(fungsi afeksi).

11
c. Keluarga sebagai pembentuk kepribadian anak (fungsi
sosialisasi).
Hubungan keluarga jalin-menjalin akan menjadi keluarga
besar yang tardiri atas keluarga-keluarga inti dan masing-masing
memiliki kebiasaan sendiri.
2. Sekolah
Sekolah juga salah satu lingkungan yang memiliki
kontribusi besar dalam pembentukan kemampuan dan pengalaman.
Sekolah atau yang sering disebut sebagai satuan pendidikan adalah
layanan pendidikan secara jalur formal, jalur nonformal, dan jalur
informal pada setiap jenis pendidikannya. Vebrianto (1990:80)
mengatakan bahwa keberadaan sekolah mempunyai dua aspek
penting, yaitu aspek individual dan sosial. Di satu pihak,
keberadaan sekolah dapat mempengaruhi dan menciptakan
perkembangan pribadi anak dengan optimal. Di pihak lainnya
sekolah bertugas mendidik anak agar anak tersebut kedepannya
dapat mengabdi pada masyarakat.
Sekolah memiliki beberapa fungsi, yaitu untuk
mengembangkan kemampuan anak dan membentuk watak serta
peradaban untuk bangsa yang bermartabat dalam rangka untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara rinci, Vembriarto
(1990:80) menyebutkan empat fungsi sekolah, yaitu adalah
transmisi budaya masyarakat; menolong individu memilih dan
melakukan peran sosialnya; menjamin integrasi sosial; serta
sebagai sumber inovasi sosial.
Selain itu, menurut Lickona (2012: 74), sikap hormat dan
bertanggung jawab merupakan dua nilai moral dasar yang harus
diajarkan di sekolah. Lalu bentuk nilai-nilai lainnya juga dapat
diajarkan disekolah berupa nilai kejujuran, toleransi, keadilan,
kebijaksanaan, tolong menolong, peduli sesama, dan disiplin serta

12
bersikap demokratis. Nilai tersebut sebagai bentuk pendukung dari
rasa hormat dan tanggung jawab.
3. Masyarakat
Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk
sosial, karena manusia tidak bisa mengindari sisi sosial yang ada
pada dirinya. Seokanto (2002:113) memberikan gambaran
mengenai kebutuhan manusia untuk bermasyarakat.
Masyarakat adalah tempat pendidikan nonformal bagi anak.
Di lingkungan masyarakat anak akan melakukan inetaraksi dengan
masyarakat, di situ anak dapat meniru perilaku masyarakat
sekitarnya. Pengalaman hidup anak berinteraksi di masyarakat
inilah yang menjadi pendidikan nonformal. Masyarakat tidak hanya
berperan sebagai pendidik anak namun masyarakat juga berperan
sebagai petugas hukum untuk menertibkan aturan-aturan di
lingkungan agar anak-anak tidak berperilaku menyimpang yang
akan melanggar norma-norma.
Berdasarkan penjelasan di atas kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa masyarakat sangat berperan penting dalam
perkembangan intelektual serta perkembangan kepribadian anak.
Oleh karena itu setiap anggota masyarakat mempunyai peranan
penting serta tanggung jawab moral terhadap pelaksanaan proses
pendidikan di lingkungan masyarakat.

Dari penjelasan beberapa lingkungan pendidikan di atas, baik itu


masyarakat, keluarga, maupun lembaga pendidikan saling memiliki
tanggung jawab atas berhasilnya proses pendidikan, dan dalam
mensosialisasikan nilai-nilai kebudayaan dan kemanusiaan terhadap
individu.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah pembahasan di atas, kami dapat menarik kesimpulan
bahwa sebagaimana menurut Moh. Said (2011: 5), pendidikan adalah
suatu proses untuk mendewasakan manusia. Dengan kata lain, pendidikan
merupakan suatu upaya secara sengaja dan terarah untuk memanusiakan
manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang
secara wajar dan sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai
manusia serta memelihara sekelilingnya secara baik dan bermanfaat.
Secara singkat dikatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan nasional
ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia sutuhnya.
Lingkungan pendidikan menjadi tempat manusia berinteraksi dan
timbal balik sehingga kemampuan dapat dikembangkan ke arah yang
lebih baik lagi dari sebelumnya. Terdapat 3 komponen paling utama jenis
pendidikan lingkungan yang memberikan pengaruh lebih besar terhadap
pengalaman dan kemampuan manusia, yaitu yang pertama adalah
keluarga, lalu sekolah, dan yang terakhir adalah lingkungan masyarakat.
Pendidikan begitu penting bagi kehidupan manusia. Kita dapat
melihat suatu bangsa itu maju atau mundur, dilihat dari pendidikan bangsa
tersebut.

B. Saran
Begitu pentingnya pendidikan bai kehidupan dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa, maka pemerintah seharusnya berusaha memberikan
perhatian yang lebih untuk mengatasi masalah dalm bidang pendidikan di
Indonesia mulai dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi. Perhatian itu
dapat berupa menyediakan anggaran dan kebijakan-kebijakan yang
berkaitan dengan dengan meningkatkan mutu pendidikan di negara kita
ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Nurdin, Diding.2015. Pengelolaan Pendidikan Dari Teori Menuju Implementasi.


Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Mudyahardjo,Redja. 2013. Pengantar Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sukardi dan Ukim Komarudin. 2009. LandasanPendidikan Konsep dan


Aplikasinya. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Triwiyanto,Teguh. 2015. Penghantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wina Sanjaya. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia group.

Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo.Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka


Cipta.

15

Anda mungkin juga menyukai