Oleh :
Siti Evaun Anisah
190342621258
Offering G
B. DASAR TEORI
Kalorimeter merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor
yang dipindah dari atau ke suatu benda. Istilah kalor sendiri memang sudah tidak
asing lagi bagi kita, karena dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan kata
kalor tersebut. Kalor adalah panas yang dapat berpindah dari benda yang memiliki
kelebihan kalor menuju benda yang kekurangan kalor. Sebagai mahasiswa kita harus
mengetahui bagaimana mekanisme kalor berpindah dari suatu benda menuju benda
yang lain. Terdapat hubungan antara kalor dengan listrik, kalor merupakan bentuk
energi maka dari itu kalor dapat berubah dari bentuk satu kebentuk yang lain.
Berdasarkan hukum kekekalan energi, energi kalor dapat berubah menjadi energi
listrik dan juga sebaliknya energi listrik dapat berubah menjadi energi kalor. Dalam
proses yang terjadi pada alat pengukur kalor atau yang disebut sebagai kalorimeter
berlaku azas Black, yaitu:
Qlepas = Qterima
Qair panas = Qair dingin + Qkalorimeter
m1 . c . (Tp-Tc) = m2 . c . (Tc-Td) + C (Tc-Td)
Keterangan:
m1 = massa air panas
m2 = massa air dingin
c = kalor jenis air
C = kapasitas kalorimeter
Tp = suhu air panas
Tc = suhu air campuran
Td = suhu air dingin
Kalor reaksi dapat diperoleh dari hubungan massa zat (m), kalor jenis zat (c), dan
perubahan suhu (∆T). Kalor reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:
Q = m . c . ∆T
Keterangan:
Q = jumlah kalor (joule) ∆T = perubahan suhu (Takhir – Tawal)
m = massa zat (gram)
c = kalor jenis
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Percobaan 1 (menentukan kapasitas kalor kalorimeter):
1. Menyiapkan alat dan bahan, kemudian menyusun percobaan.
2. Menimbang air dingin (suhunya harus lebih rendah dari suhu kamar) sekitar 50 g,
kemudian dimasukkan kedalam kalorimeter. Mencatat massa air dingin sebagai
mad.
3. Mengukur suhu air dingin menggunakan termometer kemudian mencatat suhu
ditunjukkan oleh termometer sebagai T1.
4. Menyiapkan air sebanyak 50 mL diukur menggunakan gelas ukur. Mencatat
volume air dingin sebagai map.
5. Memanaskan air sebanyak 50 mL (dari langkah 4) sampai suhunya menjadi 50̊C
(diukur dengan termometer lain) kemudian dicatat sebagai T 2, selanjutnya
mencampurkannya ke dalam kalorimeter yang sudah berisi air dingin.
6. Mengaduk campuran air dingin dan air panas tersebut kemudian mengukur
suhunya dengan termometer. Mengamati terus perubahan temperatur yang
ditunjukkan oleh termometer. Setelah penunjukan termometer stabil, dan suhunya
hampir turun, suhunnya dicatat sebagai T3.
7. Membuang air yang ada didalam kalorimeter dan mengusap bejana kalorimeter
menggunakan lap hingga kering, lalu langkah butir 2 sampai 6 diulangi sebanyak
4 kali.
8. Mencatat data yang diperoleh pada lembar data pengamatan yang tersedia.
Keterangan:
mad = massa air dingin
map = massa air panas
T1 = suhu air dingin
T2 = suhu air panas
T3 = suhu campuran
Cara menghitung Ckal:
T 2−T 3
Ckal = mad . ca . – map. ca
T 3−T 1
ca = kalor jenis air (1 kalori/g℃)
Tabel percobaan 2
No. mad (g) mbp (g) T1 (̊C) T2 (̊C) T3 (̊C)
1. 50 100 18 80 29
2. 50 100 20 80 30
Keterangan:
mad = massa air dingin
mbp = massa benda padat
T1 = suhu air dingin
T2 = suhu air panas
T3 = suhu campuran
F. ANALISIS DATA
Perlu ditentukan terlebih dahulu ralat mutlaknya:
T 2−T 3
Ckal = map . ca . – mad. ca
T 3−T 1
1 1
∆map = . nst = . 0.01 = 0.005 g
2 2
1 1
∆mad = . nst = . 0,01 = 0.005 g
2 2
1 1
∆T1 = . nst = . 1 = 0,5 ℃
2 2
1 1
∆T2 = . nst = . 1 = 0,5 ℃
2 2
1 1
∆T3 = nst . = . 1 = 0.5 ℃
2 2
Ralat mutlak:
2 2 2 2 2❑
∆ C k=
√|
∂Ck 2
∙ ∆ map +
∂ map 3
∂ Ck 2
||
∙ ∆ mad +
∂ mad 3
∂Ck 2
||
∙ ∆T 1 +
∆T 1 3
∂ Ck 2
||∙ ∆T 2 +
∆T 2 3
∂ Ck 2
|| |
∙ ∆T 3
∆T 3 3
√| 2
3 || 2
3 || 2
3 || 2
3 || 2
∆ C k = 3,4. ∙ .0.005 + (−1 ) ∙ . 0.005 + 18.51 ∙ . 0.5 + 0.61∙ . 0.5 + −2,16 ∙ . 0.5
3 |
= 12,23677912 kal/oC
∆ Ckal
Ralat relatif = ×100 %
C kal
12,23677912
=
66,7
= 18,3459956% ZAP
Jadi, Ckal1 = (66,67 ± 12,23 kal/oC) dengan ralat relatif 18% ZAP
2. Percobaan 2
50−26
Ckal = 50 . 1 . – 50. 1
26−16
= 70 kal/oC
∂ Ck 1(50−16)
=
∂ map 26−16
= 3,4
∂Ck
=−1;
∂ mad
∂Ck 50. 1(50−16)
= ;
∂T 1 (26−16)2
= 17
∂Ck 50.1
= ;
∂T 2 (26−16)2
= 0,5
∂Ck ( 26−16 ) 50.1 . (−1 )−50.1(50−16)(1)
=
∂T3 (50−16)2
= −22
2 2 2 2 2❑
√| 2
3 || 2
3 || 2
3 || 2
3 || 2
3 |
∆ C k = 3.33 ∙ . 0.005 + (−1 ) ∙ . 0.005 + 17 ∙ . 0.5 + 0,5 ∙ .0.5 + −22 ∙ . 0.5
= 9,282606843 kal/oC
∆ Ckal
Ralat relatif = ×100 %
C kal
9,282606843
=
70
= 13,2608669% ZAP
Jadi Ckal2 = (70 ± 9,28 kal/oC) dengan ralat relatif 13% ZAP
3. Percobaan 3
50−28
Ckal = 50 . 1 . – 50. 1
28−18
= 60 kal/oC
∂ Ck 1(50−18)
=
∂ map 28−18
= 3.2
∂Ck
=−1;
∂ mad
∂Ck 50. 1.(50−18)
= ;
∂T 1 (28−18)2
= 16
∂Ck 50. 1
= ;
∂T 2 (28−18)2
= 0.5
∂Ck ( 28−18 ) 50.1 . (−1 )−50.1(50−18)(1)
=
∂T3 (50−18)2
= −21
2 2 2 2 2❑
√| 2
3 || 2
3 || 2
3 || 2
3 || 2
3 |
∆ C k = 3.2 ∙ .0.005 + (−1 ) ∙ . 0.005 + 16 ∙ . 0.5 + 0.5 ∙ .0.5 + −21∙ . 0.5
= 8,801849578 kal/oC
∆ Ckal
Ralat relatif = ×100 %
C kal
8,801849578
=
60
= 14,6697493%
Jadi, Ckal3 = (67 ± 12,23 kal/oC) dengan ralat relatif 15% ZAP
4. Percobaan ke 4
50−31
Ckal = 50 . 1 . – 50. 1
31−19
= 29,16 kal/oC
∂ Ck 1(50−19)
=
∂ map 31−19
= 2,58
∂Ck
=−1;
∂ mad
∂Ck 50. 1(50−19)
= ;
∂T 1 ¿¿¿
= 10,76
∂Ck 50. 1
= ;
∂T 2 (31−19)2
= 0,34
∂Ck ( 31−19 ) 50.1. (−1 )−50.1( 50−19)(1)
=
∂T3 (50−19)2
= −5,27
2 2 2 2 2❑
√| 2
3 || 2
3 || 2
3 || 2
3 || 2
∆ C k = 2,58 ∙ . 0.005 + (−1 ) ∙ . 0.005 + 10,76 ∙ . 0.5 + 0.34 ∙ . 0.5 + −5,27 ∙ . 0.5
3 |
= 6,996759321 kal/oC
∆ Ckal
Ralat relatif = ×100 %
C kal
6,996759321
=
29,16
= 23,9943735 %
Jadi, Ckal4 = (29,16 ± 12,23 kal/oC) dengan ralat relatif 24% ZAP
G. PEMBAHASAN
Pada saat kita melakukan pengukuran, maka tidak bisa dihindara bahwa dalam hasil
pengukuran yang kita lakukan terdpat ralat (kesalahan). Oleh karena itu kita
diharuskan untuk memperkecil ralat tersebut. Saat kita selesai melakukan pengukuran
maka sebaiknya kita melakukan analisis data menggunakan teori ralat. Dalam teori
ralat tersebut terdapat dua macam ralat alat yaitu: a). Ralat mutlak, b). Ralat relatif.
Perbedaan dari keduanya ialah ralat relatif memberikan informasi yang tentang
seberapa besar ralat (kesalahan) yang terjadi pada alat tersebut. Semakin kecil nilai
mutlak kesalahan relatif maka semakin besar tingkat akurasi data. Ralat dalam
pengukuran tunggal dapat ditentukan dengan cara ½ NST (nilai skala terkecil). Dan
ralat dalam pengukuran berulang dapat ditentukan dengan standar deviasi yang
merupakan fungsi probabilitas (kemungkinan). Pada percobaan kalorimeter ini kita
mengunakan rumus ralat sebagai berikut:
Ralat mutlak:
2 2 2 2 2❑
∆ C k=
√|∂Ck 2
∙ ∆ map +
∂ map 3
∂ Ck 2
|| ∙ ∆ mad +
∂ mad 3
∂Ck 2
||
∙ ∆T 1 +
∆T 1 3
∂ Ck 2
||
∙ ∆T 2 +
∆T 2 3
∂ Ck 2
∙ ∆T 3
∆T 3 3 || |
∂ Ck Ca(T 2−T 1) ∂Ck =−Ca ∂Ck = map . Ca(T 2−T 1) Ck = map . Ca
= ; ; ; T2 ;
∂ map T 3−T 1 ∂ mad ∂T 1 (T 3−T 1)2 (T 3−T 1)2
H. KESIMPULAN
1. Kalor adalah perpindahan energi panas dari suatu benda yang memiliki suhu
tinggi ke benda lain yang memiliki suhu yang lebih rendah. Kapasitas kalor adalah
besarnya kalor yang dibutuhkan oleh benda untuk menaikkan suhu sebesar 1 oC.
Kalor jenis adalah besarnya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 Kg
benda sebesar 1oC.
2. Cara menentukan kapasitas kalorimeter ialah dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
T 2−T 3
Ckal = map . ca . – mad. ca
T 3−T 1
Dengan persamaan diatas kita tinggal memasukkan data yang sudah kita peroleh
dari hasil praktikum dan dengan begitu kita dapat menentukan kapasitas kalor
kalorimeter. Dan untuk menentukan kalor jenis zat padat kita dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut:
∆Q
c=
m ∆T
3. Set kalorimeter terdiri dari: bejana pelindung, bejana kalorimeter, termometer, dan
pengaduk. Bejana pelindung dan bejana kalorimeter berfungsi sebagai alat untuk
tetap mempertahankan suhu yang terdapat didalam kalorimeter. Termometer
berfungsi untuk mengukur suhu cairan yang terdapat dalam kalorimeter. Dan
pengaduk berfungsi sebagai alat untuk mencampur bahan yang berbeda suhunya
dalam kalorimeter.
4. Teori ralat merupakan merupakan ketidakpastian dari hasil pengukuran.
Sedangkat ralat alat adalah kemungkinan kesalahan yang terdapat pada alat
pengukuran. Sumber-sumber kesalahan tersebut meliputi:
Kalibrasi yang tidak sempurna.
Kesalahan paralaks pembacaan.
Keadaan lingkungan.
Teori yang terlalu sederhana.
I. RUJUKAN
Pauliza, Osa, Dwi Gustanti, Ahmad Bukhori. 2008. Fisika untuk SMK Kelompok
Teknologi dan Kesehatan Kels XI. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Setiawan, Ruslan Tri dan Cahyo Widodo. 2008. Ringkasan dan Kumpulan Soal
Fisika. Jakarta: Grasindo.
Putra, Valentinus Galih Vidia dan Indah Purnomosari. 2015. Pengantar Eksperimen
Fisika. Yogyakarta: CV. Mulia Jaya.
J. LAMPIRAN