Anda di halaman 1dari 6

JIMVET E-ISSN : 2540-9492 November 2017, 2(1):17-22

JUMLAH CEMARAN TOTAL PLATE COUNT (TPC) DAN Escherichia coli SUSU
KAMBING SEGAR YANG BERASAL DARI USAHA
TERNAK KAMBING PERAH DI KECAMATAN
SYIAH KUALA BANDA ACEH

Contamination Total Plate Count (TPC) and Escherichia coli in Fresh Goat Milk from
Dairy Goat Farm in Syiah Kuala District Banda Aceh
.
Ibnu Affan1, Razali2, Rastina2
1
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
2
Laboratorium Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
E-mail: ibnuaffan908@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah total plate count (TPC) dan kontaminasi
Escherichia coli pada susu kambing segar yang berasal dari usaha peternakan kambing perah di
kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Sampel susu yang digunakan adalah susu kambing segar hasil
pemerahan pada pagi hari yang diperoleh dari 2 usaha ternak kambing perah di kecamatan Syiah
Kuala, Banda Aceh dengan 2 kali pengulangan masing-masing sebanyak 250 ml. Selanjutnya,
sesegera mungkin dibawa kelaboratorium untuk dilakukan pengujian guna mengetahui adanya bakteri
dalam air susu tersebut. Pengujian jumlah cemaran TPC dan E.coli dilakukan dengan metode tuang.
Berdasarkan hasil penelitian ternyata jumlah total bakteri pada peternakan A adalah 4,9x102cfu/ml dan
dari peternakan B adalah 9,2x103 cfu/ml. Hasil penelitian E.coli di usaha ternak kambing perah A
adalah 0 dan hasil penelitian E.coli usaha ternak kambing perah B adalah 1x101 cfu/ml.
Kesimpulannya adalah jumlah TPC pada uasaha ternak kambing perah KecamatanSyiah Kuala tidak
melebihi standar SNI sedangkan cemaran E.coli pada usaha ternak kambing perah A adalah 0
sedangkan pada usaha ternak kambing perah B adalah melebihi SNI.
Kata kunci: Total plate count (TPC), E. coli, susu kambing segar

ABSTRACT
study aims to determine the total plate count (TPC) number and escherichia coli contamination on
fresh goat milk from a dairy goat farm in Syiah Kuala district Banda Aceh. The milk samples used is
the fresh goat milk from morning milking from 2 dairy goat farm in Syiah Kuala district Banda Aceh
with two repeatation each repetition as much as 250 ml. The milk sample were taken to the laboratory
as soon as possible to test the presence of bacteria in the milk. Total plate count (TPC) and E. coli test
were done using pour methode. Based on the results of the study showed that the total number of
bacteria farm A were 4, 9x102 cfu/ml and farm B were 9, 2x103 cfu/ml. The E. coli result in farm A
were 0 and in farm B were 1x101 cfu/ml. The conclusion is that the number of TPC in dairy goat farm
in Syiah Kuala district banda Aceh do not exceed the SNI level while the E. coli contamination in farm
A were 0 and farm B exceed the SNI level.
Keyword: total plate count (TPC), E.coli, fresh goat milk

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu adalah cairan yang berasal dari ambing sehat dan bersih yang diperoleh dengan
cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu
apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa
mempengaruhi kemurnian nya (SNI No 01–3141–2011). Susu merupakan hasil sekresi hewan
mamalia betina yang di gunakan untuk memenuhi kebutuhan makan anaknya yang baru lahir.
Kandungan nutrisi yang lengkap pada susu menjadikan susu sebagai bahan pangan yang
bernutrisi tinggi dan dimanfaatkan oleh manusia.

17
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 November 2017, 2(1):17-22

Susu kambing merupakan susu yang sangat popular saat ini. Kelebihan susu kambing
yakni warna susu lebih putih, globula lemak susu lebih kecil dengan diameter 0,73-8,58 µm;
mengandung mineral kalsium, fosfor, vitamin A, E dan B kompleks yang tinggi dapat di
minum oleh orang-orang yang alergi minum susu sapi (lactose intolerance) dan untuk orang-
orang yang mengalami berbagai gangguan pencernaan (Saleh, 2004).
Utami (2000) menyatakan susu kambing dapat mengobati berbagai penyakit antara lain
seperti asma, asam urat, kolesterol dan Tubercolosis (paru-paru atau pernafasan) karena susu
kambing memiliki kandungan florin 10-100 kali lebih besar dari susu sapi. Kambing
peranakan etawah memiliki komposisi susu yang terdiri atas kadar protein 3,6%, lemak
6,17%, bahan kering 15,49%, dan BKTL 9,32%. Komposisi susu ini dapat dipengaruhi oleh
perbedaan pakan dan perbedaan waktu pemerahan.
Susu merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan bakteri dan dapat menjadi
sarana bagi penyebaran bakteri yang membahayakan kesehatan manusia. Oleh Karena itu,
susu akan mudah tercemar mikroorganisme bila penanganannya tidak memperhatikan aspek
kebersihan (Balia dkk., 2008). Maka dari itu, upaya memenuhi ketersediaan susu harus
disertai dengan peningkatan kualitas dan keamanan produk susu, karena seberapapun tinggi
nilai gizi suatu bahan pangan akan menjadi tidak berarti bila bahan pangan tersebut berbahaya
bagi kesehatan (Murdiati dkk, 2004).
Pencemaran mikroorganisme dapat berasal dari dalam ambing hewan ternak tersebut
atau masuk melalui puting susu. Jumlah total mikroorganisme dalam susu segar dapat
bertambah karena beberapa faktor, antara lain pencemaran dari tangan dan baju pemerah, alat
perah, lingkungan seperti kandang, air, serta peralatan lain juga dapat meningkatkan jumlah
mikroorganisme (Lukman et al. 2009). Beberapa bakteri yang ada pada susu seperti
Escherichia coli (E. coli). Salmonella sp, Staphylococcus aureus (S. aureus), Listeria
monocytogenes (L. monocytogenes) dan Camphylo-bacterjejuni (C. Jejuni) di laporkan
sebagai penyebab milk borne disease (Jeffrey dkk, 2009).
Menurut Rombaut (2005), pencemaran pada susu mulai terjadi sejak proses pemerahan
dari berbagai sumber seperti kulit, ambing, air, tanah, debu, manusia, perlatan dan udara.
Escherichia coli dan Salmonella sp merupakan cemaran dalam susu yang berasal dari
lingkungan sekitar kandang dan kotoran ternak. Pencemaran yang kurang diperhatikan tingkat
kebersihan dan sanitasi kandang dapat memicu perkembangan bakteri. Bakteri berkembang
dan dapat menjadi sumber penyakit terutama penyakit yang di sebabkan oleh bakteri
Escherichia coli pada susu yang terkontaminasi.
Persyaratan susu dapat mengacu pada SNI No.7388:2009, meskipun standar khusus
untuk susu kambing saat ini belum tersedia. Berdasarkan SNI tersebut, maka persyaratan
susu segar mempunyai TPC, dan koliform masing-masing 1x106 cfu/ml, dan 2x10 cfu/ml,
sedangkan Escherichia coli adalah negatif (BSN, 2009). Berdasarkan pernyataan tersebut
maka dilakukan penelitian mengenai jumlah cemaran Total Plate Count (TPC) dan
Escherichia coli pada susu kambing segar yang berasal dari usaha ternak kambing perah di
kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.

MATERIAL DAN METODE PENELITIAN


Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, dimulai pada bulan Desember 2015
hingga Januari 2016.

Alat dan Bahan Penelitian


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer, cawan petri, bunsen,
pipet 1 ml steril, gelas baker, penangas air, inkubator, Autoklaf dan tabung reaksi. Bahan
18
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 November 2017, 2(1):17-22

yang digunakan adalah susu segar, Aquadest, NaCl fisiologis, Eosin Methylen Blue Agar
(EMBA), dan Plate Count Agar (PCA), Semua alat dan bahan dalam keadaan steril.

Persiapan Peralatan
Seluruh peralatan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya cawan petri, tabung
reaksi, Erlenmeyer harus disterilkan didalam autoklaf dengan suhu 121°C selama 15 menit
dan dilakukan secara asepsis.

Sampel Penelitian
Sampel susu yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel susu kambing segar
hasil pemerahan pada pagi hari yang diperoleh dari 2 peternakan kambing perah di
Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh, dari 2 peternakan masing-masing peternakan diambil 2
kali pengulangan sebanyak 250 ml yang baru saja diperah sesegera mungkin dimasukkan
kedalam botol steril. Kegiatan pengambilan sampel ini dilakukan secara aseptic suntuk
meminimalisir kontaminasi mikroorganisme. Selanjutnya, sesegera mungkin dibawa
kelaboratorium lalu dilakukan pengujian untuk mengetahui adanya bakteri dalam air susu
tersebut.

Prosedur Penelitian
Jumlah total plate count ( TPC )
Sampel terlebih dahulu dihomogenkan. Sampel susu diambil sebanyak 1 ml
dimasukkan ke dalam 9 ml larutan NaCl Fisiologis kemudian dihomogenkan. Tahap ini
menjadi pengenceran 10-1. Pengenceran dilakukan hingga desimal 10-3-atau 1:1000. Dari
setiap pengenceran diambil 1 ml dan dipupuk ke dalam cawan petri steril yang telah diberi
label terlebih dahulu. Sebanyak 10-15 ml PCA (suhu 44-46 oC) dituangkan ke dalam masing-
masing cawan petri tersebut, lalu dihomogenkan isinya secara perlahan dengan membentuk
arah angka 8. Campuran tersebut kemudian didiamkan agar memadat, setelah memadat cawan
petri dimasukkan ke dalam inkubator 35 oC untuk diinkubasi selama 24 jam.

Menghitung bakteri E.coli


Sampel terlebih dahulu dihomogenkan. Sampel susu diambil sebanyak 1 ml
dimasukkan ke dalam 9 ml larutan NaCl fisiologi kemudian dihomogenkan. Tahap ini
menjadi pengenceran 10-1. Pengenceran dilakukan hingga desimal 10-3 atau 1:1000. Dari
setiap pengenceran diambil 1 ml dan dipupuk ke dalam cawan petri steril yang telah diberi
label terlebih dahulu. Sebanyak 10-15 ml EMBA (suhu 44-46 oC) dituangkan ke dalam
masing-masing cawan petri tersebut, lalu dihomogenkan isinya secara perlahan dengan
membentuk arah angka 8. Campuran tersebut kemudian didiamkan agar memadat, setelah
memadat cawan petri dimasukkan ke dalam inkubator 35 oC untuk diinkubasi selama 24 jam.

Penghitungan Koloni Mikroorganisme


Penghitungan jumlah koloni pada cawan petri menggunakan pedoman penghitungan
jumlah mikroba menurut Compendium of Methods for the Microbiological Examination of
Food (Richter dan Vedamuthu 2001). Setiap cawan petri dihitung koloni yang tumbuh.
Jumlah koloni dihitungdari cawan petriyang berisi 25–250 koloni. Jumlah koloni lebih besar
dari 250 koloni maka tidak bisa untuk dihitung (TBUD). Jumlah mikroba yang tumbuh
dihitung dengan rumus jumlah koloni dikalikan dengan faktor pengenceran. Satuan yang
digunakan adalah cfu/ml.
Rumus :
Jumlah mikroba = Jumlah koloni x faktor pengencer
Faktor pengencer = 1/ tingkat pengeceran
19
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 November 2017, 2(1):17-22

Analisa Data
Analisa data yang digunakan yaitu analisa deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian ternyata jumlah total bakteri pada peternakan A adalah
4,9x102 cfu/ml, hasil ini masih di bawah SNI, sedangkan pada SNI jumlah TPC maximal
1x106 cfu/ml. Jadi susu kambing segar yang berasal dari peternakan A masih bisa untuk di
konsumsi ini dapat di lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah TPC pada susu kambing segar


Usaha ternak Sampel Jumlah TPC Rata - rata Standart SNI
kambing
perah
1 4,7x102cfu/ml
A 4,9x102cfu/ml
2 5,2x102cfu/ml
1x106cfu/ml
1 9,0x103cfu/ml
B 9,2x103cfu/ml
3
2 9,3x10 cfu/ml

Hasil penelitian jumlah total bakteri pada usaha ternak kambing perah B yaitu 9,2x103
cfu/ml. Jumlah total bakteri di bawah yang di tentukan oleh SNI yaitu 1x106cfu/ml. Hal
tersebut menyatakan jika susu tersebut masih dapat dikonsumsi karena memiliki jumlah
bakteri dibawah SNI.
Hasil penelitian E.coli pada usaha ternak kambing perah A adalah 0 dan hasil
penelitian E.coli pada usaha ternak kambing perah B adalah 1x101 cfu/ml , dapat dilihat di
Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah E.coli pada susu kambing segar


Peternakan Sampel Jumlah E.coli SNI
A 1 0
2 0
B 1 1 0 (Negatif)
2 1

Hasil penelitian jumlah bakteri E. Coli pada usaha ternak kambing perah A yaitu 0 dan
pada usaha ternak kambing perah B yaitu 1x101 cfu/ml. Hasil tersebut menandakan jika pada
usaha ternak kambing perah A hasil penghitungan E. Coli adalah negatif dan pada usaha
ternak kambing perah B hasil penghitungan E. coli adalah positif. Hal ini sesuai dengan SNI
7388:2009, tentang persyaratan susu segar terhadap jumlah cemaran bakteri Escherichia coli
adalah 0 (negatif).
Penelitian ini menggunakan media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA) yang digunakan
untuk proses perhitungan total bakteri Escherichia coli. Media ini berfungsi untuk
menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat biologis, dan
perhitungan jumlah mikroba, yang dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan

20
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 November 2017, 2(1):17-22

menerapkan metode asepsis untuk menghindari kontaminasi pada media. Eosin Methylen
Blue agar merupakan media selektif untuk pertumbuhan spesies bakteri Escherichia coli.
Menurut pendapat Firman (2010), cemaran bakteri dalam jumlah yang tinggi pada susu
tidak terlepas dari manajemen sanitasi pada saat pemerahan. Serta hygiene peralatan dan
pemerah juga memiliki pengaruh terhadap besar nya jumlah bakteri pada saat susu proses
lebih lanjut sebelum pengiriman.Untuk menjaga susu tetap higienis, sebelum melakukan
pemerahan petugas membersihkan ambing dengan menggunakan handuk yang dibasahi
dengan air hangat. Peternak membersihkan ambing dengan menggunakan handuk yang di
basahi dengan air hangat dan kemudian dibersihkan dengan menggunakan alkohol dengan
tujuan pemberian air hangat dan alkohol untuk mencegah kontaminasi dari mikroba terutama
bakteri Escherichia coli akan mengkontaminasi susu ketika ambing tidak di bersihkan dengan
baik sebelum melakukan pemerahan.
Setelah dibersihkan ambing dibiarkan hingga kering lebih kurang selama 30 menit. Hal
ini sesuai dengan pendapat santoso dkk. (2010), bahwa kebersihan kandang dan tubuh ternak
berkaitan erat dengan kualitas susu. Usaha membersihkan kandang dan bagian-bagian tubuh
dari ternak yang dapat mencemari hasil dari pemerahan bisa dilakukan dengan langkah-
langkah berikut; lantai kandang di cuci dengan air menggunakan air bertekanan tinggi, lipatan
paha, ambing, dan puting pada ternak di cuci dengan menggunakan air hangat sembari dipijat
perlahan, puting dikeringkan dengan kain bersih, membuang susu pada pancaran pertama.
Sebelum melakukan pemerahan, petugas atau anak kandang mencuci tangan dengan
menggunakan sabun. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi kontaminasi yang berasal dari
tangan pemerah itu sendiri karena kebersihan tangan pemerah sering tidak di perhatikan
(Cahyono dkk, 2013).
Setelah itu pemerahan dilakukan didalam kandang kambing dengan menggunakan ceret
tertutup yang terbuat dari bahan plastik sebagai wadah penampung susu. Sebelumnya wadah
dicuci dengan air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan meuggunakan sabun
hingga bersih dan setelah itu di keringkan hingga tidak ada sisa air cucian wadah.
Menurut Sanjaya dkk. (2007), tingkat pencemaran pada susu juga di pengaruhi oleh air
yang digunakan untuk membersihkan peralatan, tangan pemerah, dan ambing, sehingga perlu
di jaga dari kontaminasi feses. Pemerahan dilakukan dengan tangan secara manual memijit
ambing dengan metode whole hand (lima jari). Metode ini sering dilakukan pada ternak
kambing. Menurut Lukman dkk (2009), bahwa memerah dengan seluruh jari memiliki
keuntungan yaitu memerah lebih cepat, puting tidak tertarik, dan puting tidak terlalu basah
sehingga kotoran jarang atau sedikit terikut dalam susu.
Berdasarkan pengakuan dari peternak, pemerah susu kambing Peranakan Etawah (PE)
dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Sampel ini di ambil pada pagi hari
sekitar pukul 06.30 WIB. Peternak mempercayai bahwa susu yang diperah dipagi hari lebih
banyak ketimbang pada sore hari di karenakan kurangnya aktifitas kambing pada malam hari.
Produksi susu yang baik diperoleh dari pakan yang mampu meningkatkan jumlah dan
kualitas dari susu. Kebiasaaan peternak setelah melakukan pemerahan, kambing diberikan
pakan berupa konsentrat ampas tahu, ampas kedelai, kulit singkong sebagai asupan nutrisinya
berupa karbohidrat yang diperoleh dari pabrik tahu, pabrik kerupuk singkong.Pada pukul
15.00 WIB petugas kandang memberikan pakan hijauan berupa rumput liar. Upaya ini sesuai
dengan pendapat Atabany (2002), bahwa produksi susu kambing dapat ditingkatkan dengan
memilih manajemen yang baik, seperti pemberian pakan tambahan dan bibit yag berkualitas.
Kontaminasi mikroorganisme dalam susu segar berasal dari tiga sumber utama yaitu
dari dalam ambing, pada saat penanganan susu dan peralatan pemerahan. Kesehatan dan
kebersihan sapi merupakan aspek yang mempengaruhi tingkat kontaminasi mikroorganisme
dalam susu (Rysanek et al. 2009). Peralatan pemerahan seperti ember dan milk can hanya
dibersihkan menggunakan air tanpa menggunakan sabun dan desinfektan, sehingga lemak
21
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 November 2017, 2(1):17-22

susu yang masih melekat di peralatan pemerahan merupakan sumber makanan bagi
mikroorganisme untuk berkembang biak.

KESIMPULAN
Jumlah TPC pada usaha ternak kambing perah Kecamatan Syiah Kuala tidak melebihi
standar SNI sedangkan jumlah E. coli pada usaha ternak kambing perah B melebihi dari
standar SNI.

DAFTAR PUSTAKA
Atabany, A.2002. Strategi Pakan Induk Kambing Perah Sedang Laktasi dari sudut Neraca Energi.
Makalah Pengantar Falasafah Sains. Program Pascasarjana. IPB. Bogor.
Balia, R.L., E. Harlia, dan D. Suryanto. 2008. Jumlah Bakteri Total dan Kolifor pada Susu Segar
Peternakan Sapi Perah Rakyat dan Susu Pasteurisasi Tanpa Kemasan di Pedagang Kaki
Lima. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung
[ BSN ] Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI 7388:2009, Batas Maximum Cemaran Mikroba
dalam Pangan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Cahyono, D., M.ch. Padaga, dan M.E Sawitri. 2013. Kajian kualitas mikrobiologis (Total Plate Count
(TPC), Enterobactericeae dan staphylococcus aureus) susu sapi segar di kecamatan Krucil
Kabupaten Probolinggo. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak 8 (1): 1-8
Firman, A. 2010. Agribisnis sapi perah: Bisnis Sapi Perah Dari Hulu Sampai Hilir. Widya
Padjadjaran. Bandung.
Jeffrey, T., Lejeune, and P.J.R. Schultz. 2009. Unpasteurized Milk: A Countinued Publich health
threat. Food Safety. Clinical.Infectious Diseases. (48):93-100
Lukman, D.W. 2009. Penghitungan jumlah mikroorganisme dengan metode hitungan cawan. Di
dalam: Lukman DW, Purnawarman T, editor. Penuntun Praktikum Higiene Pangan Asal
Hewan. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. hlm 10–17.
Lukman, D.W., M. Sudarwanto, A.W. Sanjaya, T. Purnawarman, H. Latif, R.R Soejoedono. 2009.
Pemerahan dan penanganan. Di dalam: Pisestyani H, editor. Higiene Pangan. Bogor:
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. hlm 51–56.
Murdiati, T.B., A. priadi., S. Rachmawati, dan Yuningsih. 2004. Susu pasteurisasi dan penerapan
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Jurnal IImuTernakdanVeteriner.9(3):
172-180
Rombaut, R. 2005. Dairy Mikrobiology and Starter Cultures.Laboratory of food Technology and
Engineering.Gent University. Belgium
Rysanek D, M. Zouharova, V. Babak. 2009. Major mammary pathogens as contributors to total
bacterial counts in raw milk.Acta Vet.78:455–461.
Saleh , E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Program studi Ternak Fakultas
Pertanian.Universitas Sumatera Utara.
Sanjaya A.W, M. Sudarwanto, R.R. Soejoedono, T. Purnawarman, D.W. Lukman, dan H. Latif. 2007.
Higien Pangan. Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner.
FKH-IPB. Bogor
Santoso, I., S. Wijanadan W.H. Pratiwi. 2010. Penerapan Logika Fuzzy pada Penilaian mutu susu
segar. Jurnal Teknologi Pertanian. 11 (1): 47-53.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2011. SNI No 01–3141–2011tentang Susu Segar. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.

22

Anda mungkin juga menyukai