Prinsip Ekonomi Islam (I)
Prinsip Ekonomi Islam (I)
Things to Remember!
Semua hal dalam hal ibadah adalah haram
sampai ada dalil yang menghalalkannya
Sebaliknya,
Semua dalam hal muamalah adalah halal
sampai ada dalil yang mengharamkannya
B. Macam-Macam Muamalah
1. Jual-Beli
a. Pengertian
Jual beli adalah sebuah aktifitas tukar menukar benda yang hak
kepemilikannya bersifat selamanya.
b. Hukum Jual-Beli
Hukum jual beli seperti yang dibahasakan sebelumnya adalah halal/mubah
(dibolehkan) sampai ada perkara yang menyebabkan jual beli tersebut terlarang
(haram).
Jual beli secara khusus disebutkan dalam al-Qur’an pada surah ke-2 (al-
Baqarah) ayat ke-275.
Jika dalam sebuah syarat sah transaksi jual beli adalah ijab qabul, bagaimana jika
hal ini diterapkan pada sebuah restoran fast food seperti KFC, BK, AW, dll.?
Gali informasi mengenai ijab qabul dalam jual beli dan jawab pertanyaan di atas!
PENTING!
Barang yang masih dalam penawaran (khiyar) tidak boleh dijual ke orang lain
sampai khiyar dari proses pertama telah usai.
1) Macam-macam Khiyar
a) Khiyar Majelis
Khiyar majlis adalah jenis pemilihan yang dilakukan dalam satu majelis akad
jual beli. Diantara kedua belah pihak memiliki hak untuk memilih. Selain itu juga
dapat meneruskan jual beli yang telah disepakati atau di akadkan dalam majelis
(tempat berlangsungnya jual beli) tersebut. Hal ini sebagaimana yang telah
diriwayatkan oleh Rasulullah saw. yang artinya: “Dua orang yang berjual-beli, boleh
memilih akan meneruskan atau tidak selama keduanya belum berpisah .” (HR.
Muslim).
Contoh:
Eza memecahkan alat berupa gelas piala 250 ml di laboratorium volumetri,
untuk mengikuti ujian praktikum, Eza membeli gelas kimia di toko citra persada
ratulangi. Eza bertanya pada pelayan toko mengenai ketersediaan alat tersebut dan
barang tersebut tersedia. Eza memutuskan membelinya namum ketika melihat
barang itu secara lansung ternyata merek yang tersedia adalah scoot duran
sementara gelas piala yang dipecahkan adalah merek pyrex, Eza memutuskan
untuk tidak membelinya dan beralih ke toko lain.
Keterangan:
Keputusan Eza untuk tidak membeli gelas piala di tempat atau toko tersebut
disebut khiyar majelis.
YOUR TASK!
b) Khiyar Syarat
Khiar syarat adalah hak memilih berdasarkan persyaratan. Pada saat akad
jual beli, maka pembeli atau penjual dapat memilih atau meneruskan atau
membatalkan proses transaksi jual beli denan batasan waktu yang ditentukan.
Setelah waktu yang ditentukan tiba, maka proses transaksi jual beli itu wajib
dipastikan apakah dilanjut atau tidak. Beberapa ulama sepakat bahwa waktu/batas
yang ditentukan tidak boleh lebih dari tiga hari.
Contoh:
Imam Ahmad berencana membeli mobil Toyota Fortuner milik Pak Mufti,
Imam meminta waktu tenggang 3 (tiga) hari untuk memutuskan apakah ia jadi
membeli atau tidak. Pak Mufti menyetujui dan selang waktu yang ditentukan Imam
mengecek segala kelengkapan mobil dan kondisi fisik mobil tersebut. Dua hari
berselang, Imam memutuskan untuk membeli dan transaksi jual beli pun terjadi
antara Imam dan Pak Mufti.
Keterangan:
Selama waktu 3 (tiga) hari tersebut, Pak Mufti tidak boleh menawarkan
Toyota Fortuner miliknya karena masih dalam penawaran Imam. Meskipun
transaksi terjadi di hari kedua, peristiwa ini tetaplah khiyar syarat karena Imam
meminta persetujuan selama 3 hari sebelumnya. Adapun Imam tidak memberi
kabar di hari ke empat, maka Pak Mufti berhak memberi penawaran ke orang lain
karena proses khiyar (tawar menawar) dianggap batal.
YOUR TASK!
c) Khiyar Aibi
Dari segi etimologi (bahasa) aibi/aib berarti cacat sedangkan dalam konteks
khiyar dalam jual beli, kyiar aibi adalah pembeli boleh mengembalikan barang yang
dibelinya jika terdapat cacat yang dapat mengurangi kualitas atau nilai barang
tersebut, namun hendaknya dilakukan sesegera mungkin.
Contoh:
Malikul Mulki membeli paket data seluler SmartFren pada kounter pulsa
disebelah sekolah untuk keperluan belajar daring, penjual memberi keterangan
bahwa paket ini memiliki kouta 20 gb dan gratis menelfon sebulan kesemua
operator. Pada hari kedua setelah pembelian paket, ternyata gratis menelfon yang
dijanjikan penjual tidak bisa digunakan dan dengan segera Malikul Mulki ke kounter
dan mengembalikan paket tersebut. Penjual menerima, dan menggantinya dengan
paket SmartFren yang baru.
Keterangan:
Paket menelfon yang tidak dapat digunakan hari kedua merupakan cacat
(Aib). Penjual wajib menggantinya dengan barang yang baru.
e. Riba’
1) Pengertian
Secara bahasa (tekstual) riba memiliki sinonim ziyadah yang berarti
tambahan, riba juga bisa berarti tumbuh. Sedangkan menurut istilah riba
adalah adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun
pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah
dalam Islam.
2) Macam-macam Riba’
a) Riba pada Hutang Piutang
1.1) Riba Qard
Riba qard adalah manfaat atau kelebihan tertentu yang dipersyarakat pada
orang yang berhutang .
Contoh:
Fuad meminjam uang ke Darren untuk membeli Buret Asam yang ia pecahkan
di Laboratorium Volumetri sebesar Rp. 800.000, Darren menyetujui namun ia
mempersyaratkan Fuad untuk membayar Rp. 850.000 saat penggantian. Fuad
menyetujui.
Keterangan:
Uang yang dipinjam Rp. 800.000 dan pengembalian Rp. 850.000, maka Rp.
50.000 adalah riba qard.
1.2) Riba Jahiliah
Riba yang muncul akibat adanya tambahan persyaratan dari kreditur atau di
mana pihak peminjam diharuskan membayar utang yang lebih dari pokoknya,
karena ketidakmampuan atau kelalaiannya dalam pembayaran saat utang
telah jatuh tempo.
Contoh:
Putri ingin membuka usaha butik Muslimah, karena keterbatasan dana ia
memutuskan meminjam uang di Taufik sebesar Rp. 700.000.000,-, Taufik
bersedia meminjamkan uang akan tetapi di dalam akad (perjanjian hutang) ia
mempersyaratkan akan mendenda Putri jika ia telat dalam pembayaran, maka
ia harus membayar denda keterlambatan pembayaran sebesar Rp.
4.000.000,-/bulannya. Putri menyetujui dan menyepakati akan melunasinya
selama 2 Tahun terhitung mulai 14 Januari 2020. 2 tahun berselang Karena
usahanya sudah besar dan banyak pelanggan. Putri lupa dengan hutangnya
dan Pada Tanggal 3 April 2022 bulan ia membayar hutangnya pada Taufik
dengan denda sebesar Rp. 12.000.000,-
Keterangan:
Denda terhitung 3*Rp. 4.000.000 yakni Rp. 12.000.000, denda tersebut
merupakan riba jahiliah.
b) Riba Jual Beli
1.1) Riba Fadl
Riba yang muncul akibat adanya jual-beli atau pertukaran barang ribawi yang
sejenis, namun berbeda kadar atau takarannya.
Contoh:
Aulia ingin membuat roti gandum untuk dijual, ia membutuhkan tepung
gandum kualitas baik. sayangnya ia tidak punya cukup uang untuk membeli
tepung gandum. Aulia punya inisiatif untuk membartekan tepung gandum
miliknya sebanyak 7 Kg (dalam hal ini kualitas standar) dengan tepung
gandum milik Qalbi. Pertukaran terjadi namun tepung gandum Aulia 7 Kg
hanya di hargai dengan 2 Kg tepung milik juragan Qalbi.
Keterangan:
7 Kg Tepung Aulia dan 2 Kg Tepung Qalbi, perbedaan kualitas dan takaran
adalah riba fadl