Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

PRINSIP EKONOMI DAN MUAMALAH DALAM ISLAM

Gambar 29. Toko Bahan Kimia

Pernahkah kalian bertransaksi/berbelanja pada toko bahan kimia yang ada di


kotamu? Sebagai peserta didik yang bersekolah di SMK SMAK, apa yang mendasari
kalian melakukan transaksi di toko kimia tersebut?. Jika ditilik kalian dan toko
merupakan dua unsur yang melakukan transaksi jual beli yang didasari atas
kebutuhan. Kalian membutuhkan bahan kimia untuk digunakan dalam percobaan,
sedangkan pemilik toko menjual bahan tersebut demi mendapatkan keuntungan
untuk menyambung hidup. Ini merupakan simbiosis mutualisme, dimana kedua pihak
saling diuntungkan dalam sebuah perkara.
Gambaran antara kalian yang berposisi sebagai pembeli dan penjual bahan
kimia disebut sebagai proses muamalah. Mua’malah secara umum di artikan sebagai
hubungan antara satu orang dengan orang lainnya. Yang bertujuan untuk
menguntungkan kedua bela pihak. Hal tersebut tidaklah terbatas pada sebuah
transaksi jual beli, muamalah secara umum bisa juga berarti aktifitas lain yang
melibatkan dua orang atau lebih demi suatu tujuan, misalnya; sewa-menyewa,
hutang-piutang, pinjam-meminjam dll.
A. Pengertian Muamalah
Arti muamalah dilihat dari segi bahasa merupakan sebuah kata yang berasal
dari kata ‘amala, yuamilu, muamalah yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap
orang lain, hubungan kepentingan muamalah berarti saling melakukan atau saling
menukar. Artinya perbuatan muamalah adalah perbuatan yang melibatkan lebih dari
satu orang yang berakibat timbulnya hak dan kewajiban.

Things to Remember!
Semua hal dalam hal ibadah adalah haram
sampai ada dalil yang menghalalkannya
Sebaliknya,
Semua dalam hal muamalah adalah halal
sampai ada dalil yang mengharamkannya

B. Macam-Macam Muamalah
1. Jual-Beli
a. Pengertian
Jual beli adalah sebuah aktifitas tukar menukar benda yang hak
kepemilikannya bersifat selamanya.
b. Hukum Jual-Beli
Hukum jual beli seperti yang dibahasakan sebelumnya adalah halal/mubah
(dibolehkan) sampai ada perkara yang menyebabkan jual beli tersebut terlarang
(haram).
Jual beli secara khusus disebutkan dalam al-Qur’an pada surah ke-2 (al-
Baqarah) ayat ke-275.

ِّ ‫ٱَّلل ۡٱلبَ ۡي َع َو َح َّر َم‬


……‫ٱلربَ ٰوا‬ ُ َّ ‫َوأَ َح َّل‬
Terjemahnya:
… Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…
Ayat tersebut bersifat muhkam (jelas/nyata) bahwa hukum jual beli adalah
mubah.
c. Syarat Sah Jual-Beli
1) Untuk penjual dan pembeli
a) Baligh
b) Berakal
c) Atas kehendak sendiri
2) Untuk barang yang diperjual belikan
a) Halal dan suci
b) Bisa dimanfaatkan
c) Bisa diserah terimakan (tidak boleh menjual ikan dalam laut, ini adalah
sebuah kebathilan)
d) Keadaan barang diketahui oleh penjual dan pembeli

Sekarang lagi marak jual beli melalui e-commerce, carilah hukum


mengenai tata cara jual beli seperti ini (online)!

3) Adanya ijab dan qabul


Ijab dan qabul adalah bentuk serah terima antara penjual dan pembeli
melalui redaksi kata. Misalnya; Saya beli tabung reaksi ini sejumlah 3 buah
(harga per/pcs Rp. 10.000), dengan uang Rp. 50.000, saya terima uang Rp.
50.000 dan mengembalikan Rp. 20.000 uang saudara.

Gambar 30. Antrian di Restoran Fast Food

Jika dalam sebuah syarat sah transaksi jual beli adalah ijab qabul, bagaimana jika
hal ini diterapkan pada sebuah restoran fast food seperti KFC, BK, AW, dll.?
Gali informasi mengenai ijab qabul dalam jual beli dan jawab pertanyaan di atas!

d. Khyiar dalam Jual Beli


Khyiar secara sederhana adalah “bebas memutuskan antara meneruskan
transaksi jual beli atau membatalkannya”. . Dalam jual beli, pemilihan adalah hal
yang wajar yang dilakukan oleh pembeli terhadap penjual. Hal ini ternyata dalam
islam menjadi sebuah aturan tersendiri, mengenai bagaimana etika atau hal-hal
yang harus diperhatikan dalam proses jual beli khususnya pada aspek pemilihan.
Tentunya dalam bisnis, khiyar adalah hal yang perlu dipertimbangkan dan
juga dipahami, baik oleh penjual ataupun pembeli. Khiyar dalam konteks jual beli
bisa memiliki beberapa maksud. Hal ini diantaranya adalah hak memilih yang
diberikan kepada dua belah pihak (penjual dan pembeli). Penjual dan pembeli
memiliki hak yang sama untuk melangsungkan jual beli serta mengikuti syarat-
syarat jual beli.

PENTING!
Barang yang masih dalam penawaran (khiyar) tidak boleh dijual ke orang lain
sampai khiyar dari proses pertama telah usai.
1) Macam-macam Khiyar
a) Khiyar Majelis
Khiyar majlis adalah jenis pemilihan yang dilakukan dalam satu majelis akad
jual beli. Diantara kedua belah pihak memiliki hak untuk memilih. Selain itu juga
dapat meneruskan jual beli yang telah disepakati atau di akadkan dalam majelis
(tempat berlangsungnya jual beli) tersebut. Hal ini sebagaimana yang telah
diriwayatkan oleh Rasulullah saw. yang artinya: “Dua orang yang berjual-beli, boleh
memilih akan meneruskan atau tidak selama keduanya belum berpisah .” (HR.
Muslim).
Contoh:
Eza memecahkan alat berupa gelas piala 250 ml di laboratorium volumetri,
untuk mengikuti ujian praktikum, Eza membeli gelas kimia di toko citra persada
ratulangi. Eza bertanya pada pelayan toko mengenai ketersediaan alat tersebut dan
barang tersebut tersedia. Eza memutuskan membelinya namum ketika melihat
barang itu secara lansung ternyata merek yang tersedia adalah scoot duran
sementara gelas piala yang dipecahkan adalah merek pyrex, Eza memutuskan
untuk tidak membelinya dan beralih ke toko lain.
Keterangan:
Keputusan Eza untuk tidak membeli gelas piala di tempat atau toko tersebut
disebut khiyar majelis.

YOUR TASK!

Buatlah contoh transaksi jual beli yang di dalamnya terdapat


khiyar majelis! Lengkap dengan (barang) yang dibeli.

b) Khiyar Syarat
Khiar syarat adalah hak memilih berdasarkan persyaratan. Pada saat akad
jual beli, maka pembeli atau penjual dapat memilih atau meneruskan atau
membatalkan proses transaksi jual beli denan batasan waktu yang ditentukan.
Setelah waktu yang ditentukan tiba, maka proses transaksi jual beli itu wajib
dipastikan apakah dilanjut atau tidak. Beberapa ulama sepakat bahwa waktu/batas
yang ditentukan tidak boleh lebih dari tiga hari.
Contoh:
Imam Ahmad berencana membeli mobil Toyota Fortuner milik Pak Mufti,
Imam meminta waktu tenggang 3 (tiga) hari untuk memutuskan apakah ia jadi
membeli atau tidak. Pak Mufti menyetujui dan selang waktu yang ditentukan Imam
mengecek segala kelengkapan mobil dan kondisi fisik mobil tersebut. Dua hari
berselang, Imam memutuskan untuk membeli dan transaksi jual beli pun terjadi
antara Imam dan Pak Mufti.
Keterangan:
Selama waktu 3 (tiga) hari tersebut, Pak Mufti tidak boleh menawarkan
Toyota Fortuner miliknya karena masih dalam penawaran Imam. Meskipun
transaksi terjadi di hari kedua, peristiwa ini tetaplah khiyar syarat karena Imam
meminta persetujuan selama 3 hari sebelumnya. Adapun Imam tidak memberi
kabar di hari ke empat, maka Pak Mufti berhak memberi penawaran ke orang lain
karena proses khiyar (tawar menawar) dianggap batal.

YOUR TASK!

Buatlah contoh transaksi jual beli yang di dalamnya terdapat


khiyar Majelis! Lengkap dengan (barang) yang dibeli.

c) Khiyar Aibi
Dari segi etimologi (bahasa) aibi/aib berarti cacat sedangkan dalam konteks
khiyar dalam jual beli, kyiar aibi adalah pembeli boleh mengembalikan barang yang
dibelinya jika terdapat cacat yang dapat mengurangi kualitas atau nilai barang
tersebut, namun hendaknya dilakukan sesegera mungkin.
Contoh:
Malikul Mulki membeli paket data seluler SmartFren pada kounter pulsa
disebelah sekolah untuk keperluan belajar daring, penjual memberi keterangan
bahwa paket ini memiliki kouta 20 gb dan gratis menelfon sebulan kesemua
operator. Pada hari kedua setelah pembelian paket, ternyata gratis menelfon yang
dijanjikan penjual tidak bisa digunakan dan dengan segera Malikul Mulki ke kounter
dan mengembalikan paket tersebut. Penjual menerima, dan menggantinya dengan
paket SmartFren yang baru.
Keterangan:
Paket menelfon yang tidak dapat digunakan hari kedua merupakan cacat
(Aib). Penjual wajib menggantinya dengan barang yang baru.
e. Riba’
1) Pengertian
Secara bahasa (tekstual) riba memiliki sinonim ziyadah yang berarti
tambahan, riba juga bisa berarti tumbuh. Sedangkan menurut istilah riba
adalah adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun
pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah
dalam Islam.
2) Macam-macam Riba’
a) Riba pada Hutang Piutang
1.1) Riba Qard
Riba qard adalah manfaat atau kelebihan tertentu yang dipersyarakat pada
orang yang berhutang .
Contoh:
Fuad meminjam uang ke Darren untuk membeli Buret Asam yang ia pecahkan
di Laboratorium Volumetri sebesar Rp. 800.000, Darren menyetujui namun ia
mempersyaratkan Fuad untuk membayar Rp. 850.000 saat penggantian. Fuad
menyetujui.
Keterangan:
Uang yang dipinjam Rp. 800.000 dan pengembalian Rp. 850.000, maka Rp.
50.000 adalah riba qard.
1.2) Riba Jahiliah
Riba yang muncul akibat adanya tambahan persyaratan dari kreditur atau di
mana pihak peminjam diharuskan membayar utang yang lebih dari pokoknya,
karena ketidakmampuan atau kelalaiannya dalam pembayaran saat utang
telah jatuh tempo.
Contoh:
Putri ingin membuka usaha butik Muslimah, karena keterbatasan dana ia
memutuskan meminjam uang di Taufik sebesar Rp. 700.000.000,-, Taufik
bersedia meminjamkan uang akan tetapi di dalam akad (perjanjian hutang) ia
mempersyaratkan akan mendenda Putri jika ia telat dalam pembayaran, maka
ia harus membayar denda keterlambatan pembayaran sebesar Rp.
4.000.000,-/bulannya. Putri menyetujui dan menyepakati akan melunasinya
selama 2 Tahun terhitung mulai 14 Januari 2020. 2 tahun berselang Karena
usahanya sudah besar dan banyak pelanggan. Putri lupa dengan hutangnya
dan Pada Tanggal 3 April 2022 bulan ia membayar hutangnya pada Taufik
dengan denda sebesar Rp. 12.000.000,-
Keterangan:
Denda terhitung 3*Rp. 4.000.000 yakni Rp. 12.000.000, denda tersebut
merupakan riba jahiliah.
b) Riba Jual Beli
1.1) Riba Fadl
Riba yang muncul akibat adanya jual-beli atau pertukaran barang ribawi yang
sejenis, namun berbeda kadar atau takarannya.
Contoh:
Aulia ingin membuat roti gandum untuk dijual, ia membutuhkan tepung
gandum kualitas baik. sayangnya ia tidak punya cukup uang untuk membeli
tepung gandum. Aulia punya inisiatif untuk membartekan tepung gandum
miliknya sebanyak 7 Kg (dalam hal ini kualitas standar) dengan tepung
gandum milik Qalbi. Pertukaran terjadi namun tepung gandum Aulia 7 Kg
hanya di hargai dengan 2 Kg tepung milik juragan Qalbi.
Keterangan:
7 Kg Tepung Aulia dan 2 Kg Tepung Qalbi, perbedaan kualitas dan takaran
adalah riba fadl

Riba Fadl terbatas pada komoditi ribawi saja yakni:

Bahan pokok seperti; baras, gandum, kurma, garam

Logam seperti; emas dan perak


1.2) Riba Nasi’ah
Riba nasi’ah adalah riba yang terjadi karena adanya pembayaran yang
tertunda pada akad tukar menukar dua barang yang tergolong komoditi ribawi
(emas, perak, kurma, gandum dan garam), baik satu jenis atau berlainan jenis
dengan menunda penyerahan salah satu barang yang dipertukarkan atau
kedua-duanya.
Contoh:
Pak Aswar mempunyai pohon mangga di rumahnya. Suatu hari ini Pak
Syahdan ingin membeli mangga Pak Aswar. Akad jual beli terjadi dan sepohon
di hargai Rp. 10.000.000,- Disini pak Syahdan meminta akan mengambil
mangga pak Aswar seminggu kemudian. Dimana dalam kurun waktu
seminggu akan banyak tumbuh buah baru dan buah yang tidak matang
menjadi matang.
Keterangan:
Pohon mangga yang ditaksir Rp. 10.000.000 bisa saja akan bertambah
nilainya seminggu kemudian karena banyaknya buah baru yang tumbuh.
Pertambahan nilai Pohon Mangga : Riba Nashiah.
1.3) Riba Yad
pada riba yad terdapat dua persyaratan dalam transaksi tersebut yaitu satu
jenis barang dapat diperdagangkan dengan dua skema yaitu kontan dan
kredit. Kontan bisa lebih murah, kredit akan lebih mahal.
Contoh:
Rahmat ingin membeli Mobil Lamborgini pengacara kondang hotman Paris
Senilai Rp. 8.000.000.000,- Namun Rahmat tetap memperhitungkan angka
fantastis harga mobil tersebut. Bapak Hotman meberi opsi jika ingin bayar
kontan Rp. 8.000.000.000,- jika ingin di cicil 30 Tahun harga yang harus di
bayarkan total Rp. 14.000.000.000 dengan beberapa ketentuan.
Keterangan:
Biaya kontan Rp. 8.000.000.000,- sedangkan angsuran Rp.14.000.000.000,-
Rp. 6.000.000.000 : Riba Yad.

Anda mungkin juga menyukai