Anda di halaman 1dari 14

Rangkuman Perpajakan

“ Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan“

A. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang


“Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” adalah UU No. 6 tahun 1983,
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 tahun 1994, dengan UU No. 16 tahun
2000, terakhir dengan UU No. 28 tahun 2007. Undang-undang tentang
“Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”  dilandasi falsafah Pancasila dan
UUD 1945. UU No. 28 tahun 2007 pada dasarnya mengatur hak dan kewajiban
Wajib Pajak, wewenang dan kewajiban aparat pemungut pajak, serta sanksi
perpajakan

Sistem perpajakan yang dianut di Indonesia adalah self assesment, yaitu


Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung pajak
yang terutang, menyetornya, serta melaporkan penghitungan dan penyetoran pajak
tersebut, sedangkan fungsi Direktorat Jenderal pajak adalah melakukan
pengawasan atas sistem self assesment tersebut agar Wajib Pajak
melaksanakannya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan.
Penghitungan pajak yang terutang diatur dalam undang-undang material
perpajakan sebagaimana tersebut dalam UU PPh dan UU PPN. Sementara itu
pendaftaran, penyetoran, dan pelaporan pajak, serta wewenang Direktorat Jenderal
pajak diatur dalam undang-undang formal perpajakan sebagaimana tercantum
dalam UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (selanjutnya
disebut UU KUP), yang mengatur tentang hak dan kewajiban Wajib Pajak serta
wewenang Direktorat Jenderal Pajak, termasuk sanksi perpajakan apabila Wajib
Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan.

1
B. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

NPWP adalah nomor identitas wajib pajak sebagai sarana administrasi


perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal wajib pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib
Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.

Fungsi NPWP adalah :

1. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai


tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak sehingga kepada setiap wajib
pajak hanya diberikan satu nomor wajib pajak.
2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan.
3. Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan sehingga
semua yang berhubungan dengan dokumen perpajakan harus
mencantumkan NPWP.
4. Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan, misalnya dalam Surat
Setoran Pajak.
5. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang
mewajibkan mencantumkan NPWP dalam dokumen-dokumen yang
diwajibkan, misalnya, dokumen impor (PIB) dan dokumen ekspor (PEB),
pinjaman kredit bank dan lain-lain.
6. Untuk keperluan pelaporan SPT masa dan tahunan.

Pencantuman NPWP
NPWP harus dituliskan dalam setiap dokumen perpajakan, antara lain pada:
1) Formulir pajak yang digunakan Wajib Pajak
2) Surat menyurat dalam hubungannya dengan perpajakan

2
3) Dalam hubungan dengan instansi tertentu yang mewajibkan
mencatumkan NPWP.

Pendaftaran NPWP
1) Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan berdasarkan system self assessment, wajib mendaftarkan diri
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak untuk dicatat sebagai
Wajib Pajak sekaligus untuk mendapatkan nomor pokok Wajib Pajak.
KUP: Pasal 2 ayat (2)
2) Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula untuk wanita kawin
yang dikenai pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan
keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta. KUP: Pasal 2 ayat (1)
3) Direktur jenderal pajak menErbitkan Nomor Wajib Pajak dan/atau
mengukuhkan pengusaha kena pajak secara jabatan apabila wajib pajak
atau pengusahakena pajak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada  ayat (1) dan/ atau ayat (2). KUP: Pasal 2 ayat (3)
4) Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi jangka
waktunya, karena hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan
kewajiban mengenai pajak terutang. Jangka waktu pendaftaran NPWP
tersebut adalah:

Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan, paling lambat 1 (satu) bulan setelah usaha
mulai dijalankan. Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas apabila sampai dengan satu bulan yang jumlahnya
melebihi PTKP setahun, wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir
bulan berikutnya.

3
Sanksi

Setiap orang yang dengan sengaja:


1) Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau menyalahgunakan
tanpa hak NPWP, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan Negara, dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling
lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali pajak terutaang yang tidak
atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar. KUP: Pasal 39 ayat (1) huruf a.
2) Pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditambahkan 1 kali
menjadi 2 kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak
pidana dibidang perpajakan sebelum lewat 1 tahun, terhitung
sejakselesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan. KUP: Pasal
39 ayat (2).
3) Setiap orang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dalam rangka mengajukan permohonan
restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 2
tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah restitusi yang dimohonkan
dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan paling
banyak 4 kali jumlah restitusi tersebut.
4) Setiap orang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dalam rangka
mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau
pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
bulan dan paling lama 2 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah
restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang
dilakukan dan paling banyak 4 kali dari jumlah restitusi tersebut.

4
Penghapusan NPWP

Penghapusan NPWP dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut:


1) Wajib Pajak orang pribadi meninggala dunia dan tidak meninggalkan
warisan
2) Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai subjek pajak
sudah selesai dibagi;
3) Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4) Bentuk Usah Tetap yang karena suatu hal kehilangan statusnya sebagai
bentuk usaha tetap.
5) Wajib Pajak orang pribadi lainnya, selain yang dimaksud dalam huruf a
dan huruf b yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Wajib Pajak
Format NPWP

NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 digit pertama merupakan Kode Wajib
Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan.
Berikut ini adalah salah satu contoh NPWP:
0 9 2 5 4 2 9 4 3 4 0 7 0 0 0

C. Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahun (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan
objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
SPT merupakan dokumen yang menjadi alat kerja sama antara wjib pajak
dan administrasi pajak, yang memuat data-data yang diperluakn untuk
menetapkan secara tepat jumlah pajak yang terutang. Pengertian SPT dalam Pasal
1 butir 10 UU KUP dijelaskan bahwa, “Surat pemberitahuan adalah surat yang
oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak
yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

5
Fungsi SPT bagi wajib pajak adalah :
a. Memberikan data dan angka yang relevan dengan perhitungan kena pajak
b. Menentukan besarnya pajak yang harus dibayar
c. Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
sendiri dan/atau melalui pemotongan, pemungutan pihak lain dalam satu
tahun pajak, atau bagian tahun pajak (waji pajak penghasilan).
d. Melaporkan pembayarqan darikegiatan pemotongan atau pemungutan
pajak orang pribadi atau badan lain (wajib pajak penghasilan).
e. Melaporkan pembayaran pajak yang dipungut dalam hal ini adalah pajak
pertambahan nilai dan pajak atas penjualan barang mewah (PPN dan
PPnBM), bagi Pengusaha Kena Pajak.

Sesuai dengan prinsip self assesment system, wajib pajak harus melaporkan pajak
bulanan dan pajak tahunan. Pelaporan ini menggunakan surat pemberitahuan
(SPT) yang dapat diambil di Kantor Pelayanan Pajak, atau dapat diotokopi.
Jenis Surat Pemberitahuan ada 2 macam, yaitu :

a. SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam
masa pajak.
b. SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan pembayaran terutang dalam satu tahun
pajak.

Jenis SPT

Secara garis besar SPT dibedakan manjadi dua, yaitu :

a. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa


Pajak.
b. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu
Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

SPT meliputi :

a. SPT Tahunan Pajak Penghasilan;


b. SPT Masa yang terdiri dari :
1) SPT Masa Pajak Penghasilan

6
2) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan
3) SPT Masa Pajak ertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan
Nilai.

SPT dapat berbentuk :

a. Formulir kertas (hardcopy); atau


b. e-SPT.

Pengisian SPT

Pada prinsipnya SPT harus diisi sendiri oleh wajib pajak, karena wajib
pajaklah yang mengetahui tentang transaksi dan kegiatan yang berhubungan
dengan pajaknya. Apabila tidak paham tentang kerumitan peraturan perundang-
undangan perpajakan, maka dapat dibantu oleh praktisi pajak (jasa konsultan
pajak). Wajib pajak mengisi SPT harus benar sesuai dengan kenyataan dan
lengkap, apabila tidak, maka akan mengakibatkan sanksi administrasi, lebih jauh
akan dikenakan sanksi pidana yang dijatuhkan kepada wajib pajak.

Untuk dapat mengisi data dalam SPT, diperlukan catatan atau pembukuan
wajib pajak. Oleh karena itu, wajib pajak harus menyelenggarakan pembukuan
minimal pencatatan. Sebagai bukti pengisian data SPT tersebut telah sesuai
dengan keadaan sebenarnya, maka perlu dilampirkan neraca dan laporan rugi laba
(untuk pembukuan) dan catatan peredaran harian (untuk pencatatan).

Wajib pajak wajib menandatangani SPT sebagai pertanggungjawaban atas


keenaran data yang dimasukkan dalam SPT. Jika ternyata data yang disampaikan
tidak benar, maka wajib pajak tersebutlah yang akan dikenakan administratif atau
sanksi pidana. Kuasa pada konsultan pajak atau wakilnya untuk menandatangani
SPT memerlukan surat kuasa dari wajib pajak, dan yang bertanggung jawab
adalah yang diberi kuasa oleh wajib pajak.

Penyerahan Kembali SPT

SPT dikembalikan atau disampaikan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak


atau Kantor Penyuluhan Pajak, wajib pajak akan diberi tanda terima SPT.

7
Jika disampaikan melalui kantor pos harus tercatat, resi pos merupakan tanda
bukti tanda terima dan tanggal pengiriman dianggap sebagai tanda bukti dan
tanggal penerimaan, atau tempat lain yang ditunjuk Dirjen Pajak sesuai Pasal 5
UU KUP.

Batas Waktu Penyampaian SPT

a. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah
akhir Masa Pajak. Khusus untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah
Masa Pajak.
b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau
c. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

Sanksi Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT

Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang


telah ditentukan atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat
Pemberitahuan, dikeai sanksi administrasi berupa denda sebesar :

a. Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai.
b. Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa
Lainnya.
c. Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan.
d. Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.

D. Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP)

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpir

8
barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan
barang tidak berwujud dari luardaerah pabean, melakukan usaha jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atauPenyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 danperubahannya.
Pengusaha Kena Pajak Terdaftar adalah pengusaha yang terlah yang telah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang telah tercatat dalam tat usaha
kantor pelayanan pajak dan telah diberikan Surat Pengukuhan Keena Pajak.
Berdasarkan Pasal 2 ayat 2 UU KUP disebutkan bahwa “Setiap Wajib Pajak
sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya wajib melaporkan usahannya pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang nilai kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak”.

1.      Pelaporan Kegiatan Usaha


Setiap pengusaha yang dikenakan PPN berdasarkan ketentuan perraturan
ketentuan perraturan perundang-undangan perpajakan , wajib melaporkan
usahannya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan kepadanya
diberikan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Wajib Pajak orang pribadi
berkewajiban melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pengusaha dan tempat kegiatan usaha
dilakukan. Untuk sebuah badan, berkewajiban melaporkan usahanya tersebut pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
kedudukan pengusaha dengan tempat kegiatan usaha dilakukan
Beberapa hal yang berkaitan dengan jangka waktu pelaporan kegiatan usaha
adalah sebagai berikut:
a. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
dan Wajib Pajak badan, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1 (satu) bulan setelah saat usaha
mulai dijalankan.

9
b. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas, jika sampai dengan satu bulan memperoleh penghasilan yang
jumlahnya telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak setahun, wajib
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling
lambat pada akhir bulan berikutnya.
c. Wajib Pajak orang pribadi selain yang telah dijelaskan di atas (a dan b)
yang memerlukan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.
d. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
dan Wajib Pajak badan wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak bagi yang memenuhi ketentuan
sebagai Pengusaha Kena Pajak.
e. Wajib Pajak sebagai pengusaha kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah, yang:
1)  Memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak, wajib mengajukan pernyataan tertulis
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
2)   Tidak memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi sampai dengan suatu
Masa Pajak dalam satu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah
melampaui batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil , wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling
lambat akhir masa pajak berikutnya.

2.      Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak


Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dapat dilakukan dalam hal:
a) Diajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
ahliwarisnya apabila Wajib Pajak sudah tidak memenuhi persyaratan
subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
b) Wajib pajak badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan
usaha.

10
c) Wajib Pajak Bentuk Usaha Tetap menghentikan kegiatan usahanya di
Indonesia.
d) Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan Nomor
Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
e) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberi
keputusan atas permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak orang pribadi atau
12 (dua belas) bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak tanggal permohonan
diterima secara lengkap.
f) Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak
dapat melakukan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
g) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberi
keputusan atas permohonan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan
diterima secara lengkap.

E. Tata Cara Pembayaran & Pelaporan Pajak

Pembayaran dan pelaporan Pajak dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas


sisiem pembayaran online, dilaksanakan melalui Teller Bank Persepsi/Devisa
Persepsi online atau menggunakan fasilitas alat transaksi yang disediakan oleh
Bank Persepsi/ Devisa Persepsi online.

Cara Pembayaran Wajib Pajak (WP) mendatangi teller Bank dengan


membawa:

Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah diisi secara lengkap dan benar atau data
yang lengkap dan benar tentang :

 Nomor Pokok Wajib Pajak.


 Kode Mata Anggaran Penerimaan (MAP) sesuai dengan jenis pajak yang
akan dibayar, sebagaimana diatur dalam Buku Petunjuk Pengisian SSP.

11
 Kode Jenis Setoran (KJS) sesuai dengan jenis setoran pajak yang akan
dibayar, sebagaimana diatur dalam Buku Petunjuk Pengisian SSP (pada
kolom pertama tabel MAP yang bersangkutan).

 Nomor ketetapan sebagaimana tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, atau


STP yang akan dibayar ( hanya diisi apabila pembayaran dilakukan untuk
melunasi SKPKB, SKPKBT, atau STP).

 Masa Pajak, yang menunjukkan periode kewajiban pajak yang akan


dibayar, misalnya masa Agustus tahun 2002 diisi dengan 08-2002. Apabila
membayar PPh Pasal 29 tahunan, setelah kode jenis setoran diisi dengan
200 maka bulan dalam masa pajak akan terisi 00 sehingga WP hanya
tinggal mengisi empat digit tahun pajak.

1.      WP menyampaikan SSP yang telah diisi secara lengkap dan benar atau Data
yang lengkap dan benar serta alat pembayaran sebagaimana dimaksud dalam
angka 1 huruf a dan b diatas kepada Teller Bank Persepsi/Devisa Persepsi
Online.
2.      WP menjawab kebenaran identitas WP tentang Nama WP dan Alamat WP.

3.      WP menerima Kembali SSP yang telah disahkan dengan tanda tangan petugas
teller dan cap Bank serta diberi Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP)
dan atau Nomor Transaksi Bank (NTB), dan atau SSP yang dicetak oleh Bank
yang telah diberi NTPP dan atau NTB dari Teller.
4.      WP memeriksa kebenaran SSP yang diterima dari Teller.
5.      WP melaporkan SSP ke KPP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Cara Pembayaran Pajak Menggunakan Fasilitas Alat Transaksi Bank


(misalnya ATM dan Internet Banking) :

1.      WP mendatangi alat transaksi bank dengan membawa data yang lengkap dan
benar tentang:

a. Nomor Pokok Wajib Pajak.

12
b. Kode Mata Anggaran Penerimaan sesuai dengan jenis pajak yang akan
dibayar, sebagaimana diatur dalam Buku Petunjuk Pengisian SSP (pada
keterangan diatas setiap tabel).

c. Kode Jenis Setoran sesuai dengan jenis setoran pajak yang dibayar,
sebagaimana diatur dalam Buku Petunjuk Pengisian SSP (pada kolom
pertama tabel MAP yang bersangkutan)

d. Nomor ketetapan sebagaimana tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, atau


STP yang akan dibayar (hanya diisi apabila pembayaran digunakan untuk
melunasi SKPKB, SKPKBT, atau STP).

e. Masa Pajak, yang menunjukkan periode kewajiban pajak yang akan


dibayar, misalnya masa Agustus tahun 2002 diisi dengan 08-2002. Apabila
membayar PPh Pasal 29 tahunan, setelah kode jenis setoran diisi dengan
200 maka bulan dalam masa pajak akan terisi 00 sehingga WP hanya
tinggal mengisi empat digit tahun pajak.

2.      WP membuka menu Pembayaran Pajak.


3.      WP mengisi elemen dalam tampilan dengan data sebagaimana dimaksud
dalam angka 1 diatas secara tepat, lengkap dan benar.
4.      WP meneliti Identitas WP yang terdiri dari nama dan Alamat WP yang
muncul pada tampilan. Apabila Identitas WP yang terdiri dari nama dan
Alamat WP pada tampilan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, maka
proses berikutnya harus dibatalkan dan kembali kepada menu sebelumnya
untuk mengulang pemasukan data yang diperlukan.
5.      WP mengisi elemen data lainnya yang diperlukan dalam tampilan berikutnya
secara tepat.
6.      WP mengambil SSP hasil keluaran fasilitas alat transaksi Bank.
7.      WP memeriksa kebenaran SSP yang diperoleh.
8.      WP melaporkan SSP ke KPP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

13
14

Anda mungkin juga menyukai