1
B. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Pencantuman NPWP
NPWP harus dituliskan dalam setiap dokumen perpajakan, antara lain pada:
1) Formulir pajak yang digunakan Wajib Pajak
2) Surat menyurat dalam hubungannya dengan perpajakan
2
3) Dalam hubungan dengan instansi tertentu yang mewajibkan
mencatumkan NPWP.
Pendaftaran NPWP
1) Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan berdasarkan system self assessment, wajib mendaftarkan diri
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak untuk dicatat sebagai
Wajib Pajak sekaligus untuk mendapatkan nomor pokok Wajib Pajak.
KUP: Pasal 2 ayat (2)
2) Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula untuk wanita kawin
yang dikenai pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan
keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta. KUP: Pasal 2 ayat (1)
3) Direktur jenderal pajak menErbitkan Nomor Wajib Pajak dan/atau
mengukuhkan pengusaha kena pajak secara jabatan apabila wajib pajak
atau pengusahakena pajak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan/ atau ayat (2). KUP: Pasal 2 ayat (3)
4) Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi jangka
waktunya, karena hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan
kewajiban mengenai pajak terutang. Jangka waktu pendaftaran NPWP
tersebut adalah:
Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan, paling lambat 1 (satu) bulan setelah usaha
mulai dijalankan. Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas apabila sampai dengan satu bulan yang jumlahnya
melebihi PTKP setahun, wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir
bulan berikutnya.
3
Sanksi
4
Penghapusan NPWP
NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 digit pertama merupakan Kode Wajib
Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan.
Berikut ini adalah salah satu contoh NPWP:
0 9 2 5 4 2 9 4 3 4 0 7 0 0 0
Surat Pemberitahun (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan
objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
SPT merupakan dokumen yang menjadi alat kerja sama antara wjib pajak
dan administrasi pajak, yang memuat data-data yang diperluakn untuk
menetapkan secara tepat jumlah pajak yang terutang. Pengertian SPT dalam Pasal
1 butir 10 UU KUP dijelaskan bahwa, “Surat pemberitahuan adalah surat yang
oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak
yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”
5
Fungsi SPT bagi wajib pajak adalah :
a. Memberikan data dan angka yang relevan dengan perhitungan kena pajak
b. Menentukan besarnya pajak yang harus dibayar
c. Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
sendiri dan/atau melalui pemotongan, pemungutan pihak lain dalam satu
tahun pajak, atau bagian tahun pajak (waji pajak penghasilan).
d. Melaporkan pembayarqan darikegiatan pemotongan atau pemungutan
pajak orang pribadi atau badan lain (wajib pajak penghasilan).
e. Melaporkan pembayaran pajak yang dipungut dalam hal ini adalah pajak
pertambahan nilai dan pajak atas penjualan barang mewah (PPN dan
PPnBM), bagi Pengusaha Kena Pajak.
Sesuai dengan prinsip self assesment system, wajib pajak harus melaporkan pajak
bulanan dan pajak tahunan. Pelaporan ini menggunakan surat pemberitahuan
(SPT) yang dapat diambil di Kantor Pelayanan Pajak, atau dapat diotokopi.
Jenis Surat Pemberitahuan ada 2 macam, yaitu :
a. SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam
masa pajak.
b. SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan pembayaran terutang dalam satu tahun
pajak.
Jenis SPT
SPT meliputi :
6
2) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan
3) SPT Masa Pajak ertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan
Nilai.
Pengisian SPT
Pada prinsipnya SPT harus diisi sendiri oleh wajib pajak, karena wajib
pajaklah yang mengetahui tentang transaksi dan kegiatan yang berhubungan
dengan pajaknya. Apabila tidak paham tentang kerumitan peraturan perundang-
undangan perpajakan, maka dapat dibantu oleh praktisi pajak (jasa konsultan
pajak). Wajib pajak mengisi SPT harus benar sesuai dengan kenyataan dan
lengkap, apabila tidak, maka akan mengakibatkan sanksi administrasi, lebih jauh
akan dikenakan sanksi pidana yang dijatuhkan kepada wajib pajak.
Untuk dapat mengisi data dalam SPT, diperlukan catatan atau pembukuan
wajib pajak. Oleh karena itu, wajib pajak harus menyelenggarakan pembukuan
minimal pencatatan. Sebagai bukti pengisian data SPT tersebut telah sesuai
dengan keadaan sebenarnya, maka perlu dilampirkan neraca dan laporan rugi laba
(untuk pembukuan) dan catatan peredaran harian (untuk pencatatan).
7
Jika disampaikan melalui kantor pos harus tercatat, resi pos merupakan tanda
bukti tanda terima dan tanggal pengiriman dianggap sebagai tanda bukti dan
tanggal penerimaan, atau tempat lain yang ditunjuk Dirjen Pajak sesuai Pasal 5
UU KUP.
a. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah
akhir Masa Pajak. Khusus untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah
Masa Pajak.
b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau
c. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
a. Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai.
b. Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa
Lainnya.
c. Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan.
d. Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpir
8
barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan
barang tidak berwujud dari luardaerah pabean, melakukan usaha jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atauPenyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 danperubahannya.
Pengusaha Kena Pajak Terdaftar adalah pengusaha yang terlah yang telah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang telah tercatat dalam tat usaha
kantor pelayanan pajak dan telah diberikan Surat Pengukuhan Keena Pajak.
Berdasarkan Pasal 2 ayat 2 UU KUP disebutkan bahwa “Setiap Wajib Pajak
sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya wajib melaporkan usahannya pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang nilai kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak”.
9
b. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas, jika sampai dengan satu bulan memperoleh penghasilan yang
jumlahnya telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak setahun, wajib
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling
lambat pada akhir bulan berikutnya.
c. Wajib Pajak orang pribadi selain yang telah dijelaskan di atas (a dan b)
yang memerlukan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.
d. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
dan Wajib Pajak badan wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak bagi yang memenuhi ketentuan
sebagai Pengusaha Kena Pajak.
e. Wajib Pajak sebagai pengusaha kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah, yang:
1) Memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak, wajib mengajukan pernyataan tertulis
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
2) Tidak memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi sampai dengan suatu
Masa Pajak dalam satu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah
melampaui batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil , wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling
lambat akhir masa pajak berikutnya.
10
c) Wajib Pajak Bentuk Usaha Tetap menghentikan kegiatan usahanya di
Indonesia.
d) Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan Nomor
Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
e) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberi
keputusan atas permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak orang pribadi atau
12 (dua belas) bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak tanggal permohonan
diterima secara lengkap.
f) Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak
dapat melakukan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
g) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberi
keputusan atas permohonan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan
diterima secara lengkap.
Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah diisi secara lengkap dan benar atau data
yang lengkap dan benar tentang :
11
Kode Jenis Setoran (KJS) sesuai dengan jenis setoran pajak yang akan
dibayar, sebagaimana diatur dalam Buku Petunjuk Pengisian SSP (pada
kolom pertama tabel MAP yang bersangkutan).
1. WP menyampaikan SSP yang telah diisi secara lengkap dan benar atau Data
yang lengkap dan benar serta alat pembayaran sebagaimana dimaksud dalam
angka 1 huruf a dan b diatas kepada Teller Bank Persepsi/Devisa Persepsi
Online.
2. WP menjawab kebenaran identitas WP tentang Nama WP dan Alamat WP.
3. WP menerima Kembali SSP yang telah disahkan dengan tanda tangan petugas
teller dan cap Bank serta diberi Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP)
dan atau Nomor Transaksi Bank (NTB), dan atau SSP yang dicetak oleh Bank
yang telah diberi NTPP dan atau NTB dari Teller.
4. WP memeriksa kebenaran SSP yang diterima dari Teller.
5. WP melaporkan SSP ke KPP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
1. WP mendatangi alat transaksi bank dengan membawa data yang lengkap dan
benar tentang:
12
b. Kode Mata Anggaran Penerimaan sesuai dengan jenis pajak yang akan
dibayar, sebagaimana diatur dalam Buku Petunjuk Pengisian SSP (pada
keterangan diatas setiap tabel).
c. Kode Jenis Setoran sesuai dengan jenis setoran pajak yang dibayar,
sebagaimana diatur dalam Buku Petunjuk Pengisian SSP (pada kolom
pertama tabel MAP yang bersangkutan)
13
14