Anda di halaman 1dari 53

RANCANGAN RANGKAIAN PENGUSIR NYAMUK

Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan


mata kuliah Perancangan Elektronika 2
Diploma VI Sarjana Terapan Teknik Elektro pada Jurusan
Teknik Elektro

Oleh:

Aulia Dwi Putri 061740341456


Deri Agung Pratama 061740341462
Utari Andriani 061740341468

Program Studi Mekatronika


Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Sriwijaya
Palembang
2020/2021
ABSTRAK

Judul Proposal Perancangan Elektronika 2 ini adalah Rancang Bangun Rangkaian


Pengusir Nyamuk yaitu dengan menggunakan buzzer. Tujuan utamanya adalah
merancang suatu sistem yang mana dapat mengusir nyamuk dalam suatu tempat
tanpa menggunakan bahan kimia yang dapat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Cara
kerjanya yaitu dengan memanfaatkan ultrasonik/ultrasound. Umumnya manusia
hanya bisa mendengar suara dengan frekuensi 20 Hz-20 kHz saja tetapi pada
nyamuk bisa mendengar suara diatas 20 kHz-40 kHz dan itu sangat mengganggu
indra pendengaran mereka. Rangkaian pengusir nyamuk ini bisa menghasilkan
suara dengan frekuensi 40 kHz.
KATA PENGANTAR
‫ن‬
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, serta Nabi
Muhammad SAW karena atas semua berkah dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan mata kuliah Perancangan elektronika 2 sekaligus menyusun
Proposal yang berjudul “Rancang Bangun Rangkaian Pengusir Nyamuk”.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan
selama mengerjakan laporan Perancangan Elketronika 2. Terima kasih kami
sampaikan kepada: Bpk. Ir.Iskandar Lutfi., M.T selaku Dosen Pembimbing
1. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan dorongan moral,
ridho, keikhlasan hati serta doa kepada kami.
2. Untuk para teman-teman sekelas kami yang telah berbagi
pengalaman suka dan duka
Tiada lain harapan kami semoga Allah SWT membalas segala
kebaikan, keikhlasan, serta keridhoan kepada mereka semua.
4. Akhir kata semoga Allah SWT, memberikan segala hidayah dan
rahmat-Nya kepada semua yang telah membantu penulisan dalam
menyusun Proposal Perancangan Elektronika 2 ini, Aamiiin. Dan
kami berharap Proposal Perancangan Elektronika 2 ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, khususnya mahasiswa-mahasiswi
jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Sriwijaya.

Palembang, 25 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK.......................................................................................................................2
KATA PENGANTAR......................................................................................................3
DAFTAR ISI....................................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................5
1.4 Manfaat........................................................................................................6
BAB IITINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................7
2.2 IC NE555.....................................................................................................7
2.3 Buzzer........................................................................................................10
2.4 Saklar.........................................................................................................11
2.5 Kapasitor...................................................................................................15
2.6 Potensiometer............................................................................................20
2.7 Resistor......................................................................................................23
BAB IIIPERANCANGAN.............................................................................................30
3.3 Layout pcb pola jalur pcb..........................................................................32
BAB IVPEMBAHASAN...............................................................................................34
4.2. IC NE555...................................................................................................34
4.2.1 Susunan dan Konfigurasi Kaki IC 555......................................................35
4.3. Buzzer........................................................................................................37
4.4. Saklar.........................................................................................................38
4.4.1 Cara Kerja Saklar Listrik...........................................................................39
4.5. Kapasitor...................................................................................................41
4.5.1 Jenis-Jenis Kapasitor.................................................................................42
4.5.2 Fungsi Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika.......................................46
4.6. Potensiometer............................................................................................47
4.6.1 Struktur Potensiometer beserta Bentuk dan Simbolnya............................48
4.6.2 Jenis-jenis Potensiometer..........................................................................48
4.6.3 Prinsip Kerja (Cara Kerja) Potensiometer.................................................49
4.6.4 Fungsi-fungsi Potensiometer.....................................................................49
BAB V ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN...........................50
5.1 Anggaran biaya.........................................................................................50
5.2 Jadwal Kegiatan........................................................................................50
6.2 Saran..........................................................................................................52
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nyamuk adalah hewan yang sangat mengganggu manusia dan dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit. Oleh karena itu, banyak masyarakat
menggunakan berbagai macam cara untuk menghindari gigitan nyamuk tersebut
misalnya, dengan menggunakan obat nyamuk bakar, obat nyamuk semprot,
maupun berbentuk lotion yang mengandung bahan kimia dan tentunya tidak baik
bagi kesehatan tubuh. Pada praktikum ini kami membuat rangkaian pengusir
nyamuk sebagai pengganti penggunaan bahan kimia sebagai bahan pengusir
nyamuk
Rangkaian pengusir nyamuk ini menggunakan IC 555 dan buzzer. IC 555
digunakan untuk membentuk rangakaian tidak stabil sehingga dapat
menghasilkan suara 40 kHz sedangkan buzzer sendiri dibutuhkan juga karena
bisa menghasilkan suara 40 kHz.
Dari permasalahan di atas maka kami, penulis tertarik untuk membuat
suatu penelitian dengan judul Rangkaian Pengusir Nyamuk. Dengan dibuatnya
alat ini, diharapkan masyarakat tidak menggunakan bahan kimia sebgaai alat
pengusir nyamuk yang mana sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang timbul pada perancangan alat ini yaitu, pembuatan dan
perancangan Rangkaian pengusir nyamuk dengan menggunakan rangkaian
astabil (tidak stabil)
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan laporan PRA PA ini adalah:

1. Memanfaatkan rangkaian astabil untuk pembuatan rangkaian pengusir


nyamuk

2. Merancang suatu sistem rangkaian pengusir nyamuk sehingga dapat


mengurangi penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk.

3. Mengurangi penggunaan bahan kimia untuk mencegah gigitan nyamuk.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan PRA PA ini adalah:

1. Memahami prinsip kerja dari rangkaian astabil untuk membuat


Rangkaian Pengusir Nyamuk.
2. Mengetahui karakteristik dari rangkaian astabil untuk membuat
Rangkaian Pengusir Nyamuk.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rangkaian Astabil (Astabil Multivibrator)


Rangkaian Astabil atau astbail multivibrator merupakan salah satu jenis
multivibrator yang berguncang bebas (free running) dan tersulut (triggering).
Disebut sebagai astabil multivibrator apabila kedua tingkat tegangan keluaran
yang dihasilkan oleh rangkaian multivibrator tersebut adalah quasistable. Disebut
quasistable apabila rangkaian multivibrator membentuk suatu pulsa keluaran
sebelum terjadi peralihan tingkat tegangan keluaran ke tingkat lainnya tanpa
satupun pemicu dari luar.

2.2 IC NE555
 IC Timer atau IC Pewaktu adalah jenis IC yang digunakan untuk
berbagai Rangkaian Elektronika yang memerlukan fungsi Pewaktu dan
multivibrator didalamnya. Beberapa rangkaian yang memerlukan IC Timer
diantaranya seperti Waveform Generator, Frequency Meter, Jam Digital, Counter
dan lain sebagainya. IC Timer atau IC Pewaktu yang paling populer saat ini
adalah IC 555 yang dikembangkan oleh Hans R. Camenzind yang bekerja untuk
Signetic Corporation pada tahun 1970-an. Pada dasarnya, IC Timer 555
merupakan IC Monolitik pewaktu yang menghasilkan Osilasi (Oscilation) dan
Waktu Penundaan (Delay Time) dengan keakuratan dan kestabilan tinggi.
IC Timer 555 yang umum digunakan adalah IC Timer 555 yang
berbentuk DIP (Dual Inline Package) dengan 8 kaki terminalnya. Namun seiring
dengan perkembangannya, saat ini kita dapat menemui beberapa versi IC 555,
diantaranya seperti IC 556 yang menggabungkan 2 buah IC 555 dalam satu
kemasan (14 kaki), IC 558 yang menggabungkan 4 buah IC555 dalam satu
kemasan (16 kaki) serta IC555 yang mengkonsumsi daya rendah seperti 7555 dan
TLC555.
Susunan dan Konfigurasi Kaki IC 555
Berikut ini adalah susunan dan konfigurasi Kaki IC 555 yang berbentuk DIP 8 kaki.

 Kaki 1 (GND) : Terminal Ground atau Terminal Negatif sumber tegangan


DC.
 Kaki 2 (TRIG) : Terminal Trigger (Pemicu), digunakan untuk memicu
Output menjadi “High”, kondisi High akan terjadi apabila level tegangan pada
kaki Trigger ini berubah dari High menuju ke <1/3Vcc (Lebih kecil dari
1/3Vcc).
 Kaki 3 (OUT) : Terminal Output (Keluaran) yang memiliki 2 keadaan yaitu
“Tinggi/HIgh” dan “Rendah/Low”.
 Kaki 4 (RESET) : Terminal Reset. Apabila kaki 4 digroundkan, Output IC
akan menjadi rendah dan menyebabkan perangkat ini menjadi OFF. Oleh
karena itu, untuk memastikan IC dalam kondisi ON, Kaki 4 biasanya
diberikan sinyal “High”.
 Kaki 5 (CONT) : Terminal Control Voltage (Pengatur Tegangan),
memberikan akses terhadap pembagi tegangan internal. Secara default,
tegangan yang ditentukan adalah 2/3 Vcc.
 Kaki 6 (THRES) : Terminal Threshold, digunakan untuk membuat Output
menjadi “Low”. Kondisi “Low” pada Output ini akan terjadi apabila Kaki 6
atau Kaki Threshold ini berubah dari Low menuju > 1/3Vcc (lebih besar dari
1/3Vcc).
 Kaki 7 (DISCH) : Terminal Discharge. Pada saat Output “Low”, Impedansi
kaki 7 adalah “Low”. Sedangkan pada saat Output “High”, Impedansi kaki 7
adalah “High”.
Kaki Discharge ini biasanya dihubungkan dengan Kapasitor yang berfungsi
sebagai penentu interval pewaktuan. Kapasitor akan mengisi dan membuang
muatan seiring dengan impedansi pada kaki 7. Waktu pembuangan muatan
inilah yang menentukan Interval Pewaktuan dari IC555.
 Kaki 8 (Vcc) : Terminal Positif sumber tegangan DC (sekitar 4,5V atau 16V).

2.3 Buzzer
Buzzer Listrik adalah sebuah komponen elektronika yang dapat
mengubah sinyal listrik menjadi getaran suara. Pada umumnya, Buzzer yang
merupakan sebuah perangkat audio ini sering digunakan pada rangkaian anti-
maling, Alarm pada Jam Tangan, Bel Rumah, peringatan mundur pada Truk
dan perangkat peringatan bahaya lainnya. Jenis Buzzer yang sering
ditemukan dan digunakan adalah Buzzer yang berjenis Piezoelectric, hal ini
dikarenakan Buzzer Piezoelectric memiliki berbagai kelebihan seperti lebih
murah, relatif lebih ringan dan lebih mudah dalam menggabungkannya ke
Rangkaian Elektronika lainnya. Buzzer yang termasuk dalam keluarga
Transduser ini juga sering disebut dengan Beeper.

Cara Kerja Piezoelectric Buzzer Seperti namanya, Piezoelectric Buzzer


adalah jenis Buzzer yang menggunakan efek Piezoelectric untuk menghasilkan
suara atau bunyinya. Tegangan listrik yang diberikan ke bahan Piezoelectric akan
menyebabkan gerakan mekanis, gerakan tersebut kemudian diubah menjadi suara
atau bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia dengan menggunakan
diafragma dan resonator.
Berikut ini adalah gambar bentuk dan struktur dasar dari sebuah Piezoelectric
Buzzer.

Jika dibandingkan dengan Speaker, Piezo Buzzer relatif lebih mudah


untuk digerakan. Sebagai contoh, Piezo Buzzer dapat digerakan hanya dengan
menggunakan output langsung dari sebuah IC TTL, hal ini sangat berbeda
dengan Speaker yang harus menggunakan penguat khusus untuk menggerakan
Speaker agar mendapatkan intensitas suara yang dapat didengar oleh manusia.

Piezo Buzzer dapat bekerja dengan baik dalam menghasilkan frekuensi di


kisaran 1 – 5 kHz hingga 100 kHz untuk aplikasi Ultrasound. Tegangan
Operasional Piezoelectric Buzzer yang umum biasanya berkisar diantara 3Volt
hingga 12 Volt.

2.4 Saklar
Saklar atau lebih tepatnya adalah Saklar listrik adalah suatu
komponen atau perangkat yang digunakan untuk memutuskan atau
menghubungkan aliran listrik. Saklar yang dalam bahasa Inggris disebut
dengan Switch ini merupakan salah satu komponen atau alat listrik yang
paling sering digunakan. Hampir semua peralatan Elektronika dan
Listrik memerlukan Saklar untuk menghidupkan atau mematikan alat
listrik yang digunakan.
Berikut ini beberapa contoh penggunaan saklar di peralatan-peralatan
listrik maupun elektronik :
 Tombol ON/OFF dan Volume Up Down di Ponsel
 Tombol ON/OFF di TV, Tombol-tombol di Remote TV
 Saklar dinding untuk menghidupkan dan mematikan lampu listrik
 Tombol ON/OFF di Laptop atau Komputer
 Tombol-tombol Keyboard pada Laptop atau Komputer
 Tombol ON/OFF dan Tombol pilihan kecepatan di Kipas Angin
 Dan masih banyak lagi.
Cara Kerja Saklar Listrik

Pada dasarnya, sebuah Saklar sederhana terdiri dari dua bilah


konduktor (biasanya adalah logam) yang terhubung ke rangkaian
eksternal, Saat kedua bilah konduktor tersebut terhubung maka akan
terjadi hubungan arus listrik dalam rangkaian. Sebaliknya, saat kedua
konduktor tersebut dipisahkan maka hubungan arus listrik akan ikut
terputus.

Saklar yang paling sering ditemukan adalah Saklar yang


dioperasikan oleh tangan manusia dengan satu atau lebih pasang kontak
listrik. Setiap pasangan kontak umumnya terdiri dari 2 keadaan atau
disebut dengan “State”. Kedua keadaan tersebut diantaranya adalah
Keadaan “Close” atau “Tutup” dan Keadaan “Open” atau
“Buka”. Close artinya terjadi sambungan aliran listrik
sedangkan Open adalah terjadinya pemutusan aliran listrik.
Berdasarkan dua keadaan tersebut, Saklar pada umumnya menggunakan
istilah Normally Open (NO)untuk Saklar yang berada pada keadaan Terbuka (Open)
pada kondisi awal. Ketika ditekan, Saklar yang Normally Open (NO) tersebut akan
berubah menjadi keadaan Tertutup (Close) atau “ON”. Sedangkan Normally Close 
(NC) adalah saklar yang berada pada keadaan Tertutup (Close) pada kondisi awal dan
akan beralih ke keadaan Terbuka (Open) ketika ditekan.
Pole dan Throw Saklar
Saklar Listrik dapat digolongkan berdasarkan jumlah Kontak dan Kondisi yang
dimilikinya. Jumlah Kontak dan kondisi yang dimiliki tersebut biasanya disebut
dengan istilah “Pole” dan “Throw”.

Pole adalah banyaknya Kontak yang dimiliki oleh sebuah saklar sedangkan Throw
adalah banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Saklar.

Berikut ini adalah beberapa contoh jenis Saklar Listrik yang digolongkan berdasarkan
Pole dan Throw :

 SPST : Single Pole Single Throw, yaitu Saklar ON/OFF yang paling
sederhana dengan hanya memiliki 2 Terminal. Contohnya Saklar Listrik
ON/OFF pada lampu.
 SPDT : Single Pole Double Throw, yaitu Saklar yang memiliki 3 Terminal.
Saklar jenis ini dapat digunakan sebagai Saklar Pemilih. Contohnya Saklar
pemilih Tegangan Input Adaptor yaitu 110V atau 220V.
 DPST : Double Pole Single Throw, yaitu saklar yang memiliki 4 Terminal.
DPST dapat diartikan sebagai 2 Saklar SPST yang dikendalikan dalam satu
mekanisme.
 DPDT : Double Pole Double Throw, yaitu saklar yang memiliki 6 Terminal.
DPDT dapat diartikan sebagai 2 Saklar SPDT yang dikendalikan dalam satu
mekanisme.
 SP6T : Single Pole Six Throw, yaitu saklar yang memilki 7 Terminal yang
pada umumnya berfungsi sebagai Saklar pemilih. Jenis Saklar ini banyak
ditemui dalam Rangkaian Adaptor yang dapat memilih berbagai Tegangan
Output, misalnya pilihan output 1,5V, 3V, 4,5V, 6V, 9V dan 12V.

Berikut ini adalah Simbol Saklar berdasarkan jumlah Pole dan Throw-nya.

Selain jenis-jenis Pole dan Throw diatas, adanya juga 1P3T, 2P6T, TPST dan masih
banyak lagi tergantung keperluan dan penerapannya.
2.5 Kapasitor
Kapasitor (Capacitor) atau disebut juga dengan Kondensator
(Condensator) adalah Komponen Elektronika Pasif yang dapat
menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara dengan satuan
kapasitansinya adalah Farad. Satuan Kapasitor tersebut diambil dari
nama penemunya yaitu Michael Faraday (1791 ~ 1867) yang berasal
dari Inggris. Namun Farad adalah satuan yang sangat besar, oleh karena
itu pada umumnya Kapasitor yang digunakan dalam peralatan
Elektronika adalah satuan Farad yang dikecilkan menjadi pikoFarad,
NanoFarad dan MicroFarad.

Konversi Satuan Farad adalah sebagai berikut :

1 Farad = 1.000.000µF (mikro Farad)


1µF = 1.000nF (nano Farad)
1µF = 1.000.000pF (piko Farad)
1nF = 1.000pF (piko Farad)

Kapasitor merupakan Komponen Elektronika yang terdiri dari 2 pelat konduktor yang
pada umumnya adalah terbuat dari logam dan sebuah Isolator diantaranya sebagai
pemisah. Dalam Rangkaian Elektronika, Kapasitor disingkat dengan huruf “C”.

Jenis-Jenis Kapasitor

Berdasarkan bahan Isolator dan nilainya, Kapasitor dapat dibagi menjadi 2 Jenis yaitu
Kapasitor Nilai Tetap dan Kapasitor Variabel. Berikut ini adalah penjelasan
singkatnya untuk masing-masing jenis Kapasitor :

A. KAPASITOR NILAI TETAP (FIXED CAPACITOR)


Kapasitor Nilai Tetap atau Fixed Capacitor adalah Kapasitor yang nilainya konstan
atau tidak berubah-ubah. Berikut ini adalah Jenis-jenis Kapasitor yang nilainya
Tetap :

1. Kapasitor Keramik (Ceramic Capasitor)

Kapasitor Keramik adalah Kapasitor yang Isolatornya terbuat dari Keramik dan
berbentuk bulat tipis ataupun persegi empat. Kapasitor Keramik tidak memiliki arah
atau polaritas, jadi dapat dipasang bolak-balik dalam rangkaian Elektronika. Pada
umumnya, Nilai Kapasitor Keramik berkisar antara 1pf sampai 0.01µF.

Kapasitor yang berbentuk Chip (Chip Capasitor) umumnya terbuat dari bahan
Keramik yang dikemas sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan peralatan Elektronik
yang dirancang makin kecil dan dapat dipasang oleh Mesin Produksi SMT (Surface
Mount Technology) yang berkecepatan tinggi.

2. Kapasitor Polyester (Polyester Capacitor)

Kapasitor Polyester adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Polyester dengan
bentuk persegi empat. Kapasitor Polyester dapat dipasang terbalik dalam rangkaian
Elektronika (tidak memiliki polaritas arah)

3. Kapasitor Kertas (Paper Capacitor)

Kapasitor Kertas adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Kertas dan pada
umumnya nilai kapasitor kertas berkisar diantara 300pf sampai 4µF. Kapasitor Kertas
tidak memiliki polaritas arah atau dapat dipasang bolak balik dalam Rangkaian
Elektronika.

4. Kapasitor Mika (Mica Capacitor)

Kapasitor Mika adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari bahan Mika.
Nilai Kapasitor Mika pada umumnya berkisar antara 50pF sampai 0.02µF. Kapasitor
Mika juga dapat dipasang bolak balik karena tidak memiliki polaritas arah.

5. Kapasitor Elektrolit (Electrolyte Capacitor)

Kapasitor Elektrolit adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari Elektrolit
(Electrolyte) dan berbentuk Tabung / Silinder. Kapasitor Elektrolit atau disingkat
dengan ELCO ini sering dipakai pada Rangkaian Elektronika yang memerlukan
Kapasintasi (Capacitance) yang tinggi. Kapasitor Elektrolit yang memiliki Polaritas
arah Positif (-) dan Negatif (-) ini menggunakan bahan Aluminium sebagai
pembungkus dan sekaligus sebagai terminal Negatif-nya. Pada umumnya nilai
Kapasitor Elektrolit berkisar dari 0.47µF hingga ribuan microfarad (µF). Biasanya di
badan Kapasitor Elektrolit (ELCO) akan tertera Nilai Kapasitansi, Tegangan
(Voltage), dan Terminal Negatif-nya. Hal yang perlu diperhatikan, Kapasitor
Elektrolit dapat meledak jika polaritas (arah) pemasangannya terbalik dan melampui
batas kamampuan tegangannya.

6. Kapasitor Tantalum

Kapasitor Tantalum juga memiliki Polaritas arah Positif (+) dan Negatif (-) seperti
halnya Kapasitor Elektrolit dan bahan Isolatornya juga berasal dari Elektrolit. Disebut
dengan Kapasitor Tantalum karena Kapasitor jenis ini memakai bahan Logam
Tantalum sebagai Terminal Anodanya (+). Kapasitor Tantalum dapat beroperasi pada
suhu yang lebih tinggi dibanding dengan tipe Kapasitor Elektrolit lainnya dan juga
memiliki kapasintansi yang besar tetapi dapat dikemas dalam ukuran yang lebih kecil
dan mungil. Oleh karena itu, Kapasitor Tantalum merupakan jenis Kapasitor yang
berharga mahal. Pada umumnya dipakai pada peralatan Elektronika yang berukuran
kecil seperti di Handphone dan Laptop.

B. KAPASITOR VARIABEL (VARIABLE CAPACITOR)

Kapasitor Variabel adalah Kapasitor yang nilai Kapasitansinya dapat diatur atau
berubah-ubah. Secara fisik, Kapasitor Variabel ini terdiri dari 2 jenis yaitu :
1. VARCO (Variable Condensator)

VARCO (Variable Condensator) yang terbuat dari Logam dengan ukuran yang lebih
besar dan pada umumnya digunakan untuk memilih Gelombang Frekuensi pada
Rangkaian Radio (digabungkan dengan Spul Antena dan Spul Osilator). Nilai
Kapasitansi VARCO berkisar antara 100pF sampai 500pF

2. Trimmer

Trimmer adalah jenis Kapasitor Variabel yang memiliki bentuk lebih kecil sehingga
memerlukan alat seperti Obeng untuk dapat memutar Poros pengaturnya. Trimmer
terdiri dari 2 pelat logam yang dipisahkan oleh selembar Mika dan juga terdapat
sebuah Screw yang mengatur jarak kedua pelat logam tersebut sehingga nilai
kapasitansinya menjadi berubah. Trimmer dalam Rangkaian Elektronika berfungsi
untuk menepatkan pemilihan gelombang Frekuensi (Fine Tune). Nilai Kapasitansi
Trimmer hanya maksimal sampai 100pF.

 
Fungsi Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika

Pada Peralatan Elektronika, Kapasitor merupakan salah satu jenis Komponen


Elektronika yang paling sering digunakan. Hal ini dikarenakan Kapasitor memiliki
banyak fungsi sehingga hampir setiap Rangkaian Elektronika memerlukannya.

Dibawah ini adalah beberapa fungsi daripada Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika
:

 Sebagai Penyimpan arus atau tegangan listrik


 Sebagai Konduktor yang dapat melewatkan arus AC (Alternating Current)
 Sebagai Isolator yang menghambat arus DC (Direct Current)
 Sebagai Filter dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya)
 Sebagai Kopling
 Sebagai Pembangkit Frekuensi dalam Rangkaian Osilator
 Sebagai Penggeser Fasa
 Sebagai Pemilih Gelombang Frekuensi (Kapasitor Variabel yang digabungkan
dengan Spul Antena dan Osilator)

2.6 Potensiometer
Dalam Peralatan Elektronik, sering ditemukan Potensiometer
yang berfungsi sebagai pengatur Volume di peralatan Audio / Video
seperti Radio, Walkie Talkie, Tape Mobil, DVD Player dan Amplifier.
Potensiometer juga sering digunakan dalam Rangkaian Pengatur terang
gelapnya Lampu (Light Dimmer Circuit) dan Pengatur Tegangan pada
Power Supply (DC Generator).
Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya dapat
diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan
pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang tergolong dalam
Kategori Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3 kaki
Terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya. Gambar
dibawah ini menunjukan Struktur Internal Potensiometer beserta bentuk dan

Simbolnya.
Struktur Potensiometer beserta Bentuk dan Simbolnya

Pada dasarnya bagian-bagian penting dalam Komponen Potensiometer adalah :


1. Penyapu atau disebut juga dengan Wiper
2. Element Resistif
3. Terminal
Jenis-jenis Potensiometer

Berdasarkan bentuknya, Potensiometer dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

1. Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat


diatur dengan cara menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau dari
bawah ke atas sesuai dengan pemasangannya. Biasanya menggunakan Ibu Jari
untuk menggeser wiper-nya.
2. Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat
diatur dengan cara memutarkan Wiper-nya sepanjang lintasan yang
melingkar. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk memutar wiper tersebut.
Oleh karena itu, Potensiometer Rotary sering disebut juga dengan
Thumbwheel Potentiometer.
3. Potensiometer Trimmer, yaitu Potensiometer yang bentuknya kecil dan
harus menggunakan alat khusus seperti Obeng (screwdriver) untuk
memutarnya. Potensiometer Trimmer ini biasanya dipasangkan di PCB dan
jarang dilakukan pengaturannya.
Prinsip Kerja (Cara Kerja) Potensiometer

Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif yang membentuk
jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal lainnya
(biasanya berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang dipergunakan untuk
menentukan pergerakan pada jalur elemen resistif (Resistive). Pergerakan Penyapu
(Wiper) pada Jalur Elemen Resistif inilah yang mengatur naik-turunnya Nilai
Resistansi sebuah Potensiometer.
Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran Metal
(logam) dan Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon).

Berdasarkan Track (jalur) elemen resistif-nya, Potensiometer dapat digolongkan


menjadi 2 jenis yaitu Potensiometer Linear (Linear Potentiometer) dan Potensiometer
Logaritmik (Logarithmic Potentiometer).

Fungsi-fungsi Potensiometer

Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan, Potensiometer


sering digunakan dalam rangkaian atau peralatan Elektronika dengan fungsi-fungsi
sebagai berikut :

1. Sebagai pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti


Amplifier, Tape Mobil, DVD Player.
2. Sebagai Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply
3. Sebagai Pembagi Tegangan
4. Aplikasi Switch TRIAC
5. Digunakan sebagai Joystick pada Tranduser
6. Sebagai Pengendali Level Sinyal

2.7 Resistor
Resistor merupakan salah satu komponen yang paling sering ditemukan dalam
Rangkaian Elektronika. Hampir setiap peralatan Elektronika menggunakannya. Pada
dasarnya Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai resistansi
atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus listrik
dalam suatu rangkaian Elektronika. Resistor atau dalam bahasa Indonesia sering
disebut dengan Hambatan atau Tahanan dan biasanya disingkat dengan Huruf “R”.
Satuan Hambatan atau Resistansi Resistor adalah OHM (Ω). Sebutan “OHM” ini
diambil dari nama penemunya yaitu Georg Simon Ohm yang juga merupakan seorang
Fisikawan Jerman.
Jenis-jenis Resistor

Pada umumnya Resistor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya


adalah Fixed Resistor, Variable Resistor, Thermistor dan LDR.

A. Fixed Resistor
Fixed Resistor adalah jenis Resistor yang memiliki nilai resistansinya tetap. Nilai
Resistansi atau Hambatan Resistor ini biasanya ditandai dengan kode warna ataupun
kode Angka. Anda dapat membaca artikel : Cara Menghitung Nilai Resistor
berdasarkan Kode Angka dan Kode Warna.
Bentuk dan Simbol Fixed Resistor :
 

Yang tergolong dalam Kategori Fixed Resistor berdasarkan Komposisi bahan


pembuatnya diantaranya adalah :

Carbon Composition Resistor (Resistor Komposisi Karbon)

Resistor jenis Carbon Composistion ini terbuat dari komposisi karbon halus yang
dicampur dengan bahan isolasi bubuk sebagai pengikatnya (binder) agar
mendapatkan nilai resistansi yang diinginkan. Semakin banyak bahan karbonnya
semakin rendah pula nilai resistansi atau nilai hambatannya.

Nilai Resistansi yang sering ditemukan di pasaran untuk Resistor jenis Carbon
Composistion Resistor ini biasanya berkisar dari 1Ω sampai 200MΩ dengan daya
1/10W sampai 2W.

Carbon Film Resistor (Resistor Film Karbon)

Resistor Jenis Carbon Film ini terdiri dari filem tipis karbon yang diendapkan Subtrat
isolator yang dipotong berbentuk spiral. Nilai resistansinya tergantung pada proporsi
karbon dan isolator. Semakin banyak bahan karbonnya semakin rendah pula nilai
resistansinya. Keuntungan Carbon Film Resistor ini adalah dapat menghasilkan
resistor dengan toleransi yang lebih rendah dan juga rendahnya kepekaan terhadap
suhu jika dibandingkan dnegan Carbon Composition Resistor.

Nilai Resistansi Carbon Film Resistor yang tersedia di pasaran biasanya berkisar
diantara 1Ω sampai 10MΩ dengan daya 1/6W hingga 5W. Karena rendahnya
kepekaan terhadap suhu, Carbon Film Resistor dapat bekerja di suhu yang berkisar
dari -55°C hingga 155°C.
Metal Film Resistor (Resistor Film Logam)

Metal Film Resistor adalah jenis Resistor yang dilapisi dengan Film logam yang tipis
ke Subtrat Keramik dan dipotong berbentuk spiral. Nilai Resistansinya dipengaruhi
oleh panjang, lebar  dan ketebalan spiral logam.

Secara keseluruhan, Resistor jenis Metal Film ini merupakan yang terbaik diantara
jenis-jenis Resistor yang ada (Carbon Composition Resistor dan Carbon Film
Resistor).

B. Variable Resistor

Variable Resistor adalah jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah dan
diatur sesuai dengan keinginan. Pada umumnya Variable Resistor terbagi menjadi
Potensiometer, Rheostat dan Trimpot.
Bentuk dan Simbol Variable
Resistor

Potensiometer

Potensiometer merupakan jenis Variable Resistor yang nilai resistansinya dapat


berubah-ubah dengan cara memutar porosnya melalui sebuah Tuas yang terdapat
pada Potensiometer. Nilai Resistansi Potensiometer biasanya tertulis di badan
Potensiometer dalam bentuk kode angka.
Rheostat

Rheostat merupakan jenis Variable Resistor yang dapat beroperasi pada Tegangan
dan Arus yang tinggi. Rheostat terbuat dari lilitan kawat resistif dan pengaturan Nilai
Resistansi dilakukan dengan penyapu yang bergerak pada bagian atas Toroid.

Preset Resistor (Trimpot)

Preset Resistor atau sering juga disebut dengan Trimpot (Trimmer Potensiometer)
adalah jenis Variable Resistor yang berfungsi seperti Potensiometer tetapi memiliki
ukuran yang lebih kecil dan tidak memiliki Tuas. Untuk mengatur nilai resistansinya,
dibutuhkan alat bantu seperti Obeng kecil untuk dapat memutar porosnya.

C. Thermistor (Thermal Resistor)

Thermistor adalah Jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat dipengaruhi oleh suhu
(Temperature). Thermistor merupakan Singkatan dari “Thermal Resistor”. Terdapat
dua jenis Thermistor yaitu Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) dan
Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient).
Bentuk dan Simbol Thermistor :

 
D. LDR (Light Dependent Resistor)
LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis Resistor yang nilai Resistansinya
dipengaruhi oleh intensitas Cahaya yang diterimanya.
Bentuk dan Simbol LDR
 
Fungsi-fungsi Resistor

Fungsi-fungsi Resistor di dalam Rangkaian Elektronika diantaranya adalah sebagai


berikut :

 Sebagai Pembatas Arus listrik


 Sebagai Pengatur Arus listrik
 Sebagai Pembagi Tegangan listrik
 Sebagai Penurun Tegangan listrik
BAB III
PERANCANGAN

3.1 Gambar Skema diagram rangkaian

3.2 Blok diagram rangkain dan cara kerja rangkaian


a. Blok diagram
b. Car
a kerja
Prinsip kerja rangkaian pengusir nyamuk
Pada saat potensio diputar sampai dengan 60% buzzer akan
mengeluarkan suara sebesar 40 kHz.
1. Siapkan semua alat dan bahan.
2. Rangkailah semua bahan pada papan PCB sesuai dengan
rangkaian yang sudah di desain.
3. Solder kaki-kaki komponen dan jumper pada PCB dengan rapih.
4. Hidupkan rangkaian tersebut dengan cara menghidupkan saklar
(posisi 1) dan putar potensiometer sampai dengan keadaan 60% dan
buzzer otomatis akan mengeluarkan suara.

Kerjakan semuanya dengan teliti untuk menghindari korslet yang


kemungkinan besar dapat terjadi

3.3 Layout pcb pola jalur pcb


3.4 Ke
butuhan bahan, komponen dan alat- alat
No Nama Komponen Jumlah
1 IC NE 555 1
2 Potensiometer 10k ohm 1
3 Resistor 1 k ohm 1
4 Buzzer 1
5 Kapasitor 100 mikroF 1
6 Saklar 1
7 Baterai 9 V + Connector 1
8 PCB 10 cm x 10 cm 1
9 Jumper 1
10 Box Hitam 10 cm x 10 cm 1
11 Larutan FeCl 1
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Rangkaian Astabil (Astabil Multivibrator)


Rangkaian Astabil atau astbail multivibrator merupakan salah satu jenis
multivibrator yang berguncang bebas (free running) dan tersulut (triggering).
Disebut sebagai astabil multivibrator apabila kedua tingkat tegangan keluaran yang
dihasilkan oleh rangkaian multivibrator tersebut adalah quasistable. Disebut
quasistable apabila rangkaian multivibrator membentuk suatu pulsa keluaran
sebelum terjadi peralihan tingkat tegangan keluaran ke tingkat lainnya tanpa
satupun pemicu dari luar.

4.2. IC NE555
 IC Timer atau IC Pewaktu adalah jenis IC yang digunakan untuk
berbagai Rangkaian Elektronika yang memerlukan fungsi Pewaktu dan
multivibrator didalamnya. Beberapa rangkaian yang memerlukan IC Timer
diantaranya seperti Waveform Generator, Frequency Meter, Jam Digital, Counter
dan lain sebagainya. IC Timer atau IC Pewaktu yang paling populer saat ini
adalah IC 555 yang dikembangkan oleh Hans R. Camenzind yang bekerja untuk
Signetic Corporation pada tahun 1970-an. Pada dasarnya, IC Timer 555
merupakan IC Monolitik pewaktu yang menghasilkan Osilasi (Oscilation) dan
Waktu Penundaan (Delay Time) dengan keakuratan dan kestabilan tinggi.
IC Timer 555 yang umum digunakan adalah IC Timer 555 yang
berbentuk DIP (Dual Inline Package) dengan 8 kaki terminalnya. Namun seiring
dengan perkembangannya, saat ini kita dapat menemui beberapa versi IC 555,
diantaranya seperti IC 556 yang menggabungkan 2 buah IC 555 dalam satu
kemasan (14 kaki), IC 558 yang menggabungkan 4 buah IC555 dalam satu
kemasan (16 kaki) serta IC555 yang mengkonsumsi daya rendah seperti 7555 dan
TLC555.
4.4.1 Susunan dan Konfigurasi Kaki IC 555
Berikut ini adalah susunan dan konfigurasi Kaki IC 555 yang berbentuk DIP 8 kaki.

 Kaki 1 (GND) : Terminal Ground atau Terminal Negatif sumber tegangan


DC.
 Kaki 2 (TRIG) : Terminal Trigger (Pemicu), digunakan untuk memicu
Output menjadi “High”, kondisi High akan terjadi apabila level tegangan pada
kaki Trigger ini berubah dari High menuju ke <1/3Vcc (Lebih kecil dari
1/3Vcc).
 Kaki 3 (OUT) : Terminal Output (Keluaran) yang memiliki 2 keadaan yaitu
“Tinggi/HIgh” dan “Rendah/Low”.
 Kaki 4 (RESET) : Terminal Reset. Apabila kaki 4 digroundkan, Output IC
akan menjadi rendah dan menyebabkan perangkat ini menjadi OFF. Oleh
karena itu, untuk memastikan IC dalam kondisi ON, Kaki 4 biasanya
diberikan sinyal “High”.
 Kaki 5 (CONT) : Terminal Control Voltage (Pengatur Tegangan),
memberikan akses terhadap pembagi tegangan internal. Secara default,
tegangan yang ditentukan adalah 2/3 Vcc.
 Kaki 6 (THRES) : Terminal Threshold, digunakan untuk membuat Output
menjadi “Low”. Kondisi “Low” pada Output ini akan terjadi apabila Kaki 6
atau Kaki Threshold ini berubah dari Low menuju > 1/3Vcc (lebih besar dari
1/3Vcc).
 Kaki 7 (DISCH) : Terminal Discharge. Pada saat Output “Low”, Impedansi
kaki 7 adalah “Low”. Sedangkan pada saat Output “High”, Impedansi kaki 7
adalah “High”.
Kaki Discharge ini biasanya dihubungkan dengan Kapasitor yang berfungsi
sebagai penentu interval pewaktuan. Kapasitor akan mengisi dan membuang
muatan seiring dengan impedansi pada kaki 7. Waktu pembuangan muatan
inilah yang menentukan Interval Pewaktuan dari IC555.
 Kaki 8 (Vcc) : Terminal Positif sumber tegangan DC (sekitar 4,5V atau 16V).
4.3. Buzzer

Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah


getaran listrik menjadi getaran suara getaran listrik menjadi getaran suara. Pada
dasarnya prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loudspeaker, jadi buzzer juga
terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan
tersebut dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik
ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena
kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan
menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar
yang akan menghasilkan suara. Buzzer biasa digunakan sebagai indikator bahwa
proses telah selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm).

4.3.1. Cara Kerja Buzzer

pada saat aliran listrik atau tegangan listrik yang mengalir ke rangkaian yang
menggunakan piezoeletric tersebut. Piezo buzzer dapat bekerja dengan baik
dalam menghasilkan frekwensi di kisaran 1 - 6 kHz hingga 100 kHz.
Buzzer ini bisa kita coba tanpa menggunakan board arduino yang diprogram.
Jadi kita hanya beri inputan tegangan 3 - 12 V (Tegangan Kerja Buzzer).
Buzzer mempunyai nilai impedansi sama seperi speaker. Jika nilai
impedansi kurang dari 10 ohm kita bisa langsung menghubungkan ke
arduino dan jika impedansi yang lebih besar kita akan membutuhkan driver
untuk mengangkat arus yang masuk ke buzzer. Kita bisa menggunakan
rangkaian transistor. Seperti gambar diatas kaki positive sambungkan pada
batere kutub positive dan kaki negative di sambungkan pada batere kutub
negative. Maka buzzer langsung berbunyi "beep beep". Kita juga bisa
menggunakan rangkaian diatas untuk mengetes apakah buzzer berfungsi atau
tidak.

4.4. Saklar
Saklar atau lebih tepatnya adalah Saklar listrik adalah suatu komponen atau
perangkat yang digunakan untuk memutuskan atau menghubungkan aliran listrik.
Saklar yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Switch ini merupakan salah satu
komponen atau alat listrik yang paling sering digunakan. Hampir semua peralatan
Elektronika dan Listrik memerlukan Saklar untuk menghidupkan atau mematikan
alat listrik yang digunakan.
Berikut ini beberapa contoh penggunaan saklar di peralatan-peralatan listrik
maupun elektronik :
 Tombol ON/OFF dan Volume Up Down di Ponsel
 Tombol ON/OFF di TV, Tombol-tombol di Remote TV
 Saklar dinding untuk menghidupkan dan mematikan lampu listrik
 Tombol ON/OFF di Laptop atau Komputer
 Tombol-tombol Keyboard pada Laptop atau Komputer
 Tombol ON/OFF dan Tombol pilihan kecepatan di Kipas Angin
 Dan masih banyak lagi.
4.4.1 Cara Kerja Saklar Listrik

Pada dasarnya, sebuah Saklar sederhana terdiri dari dua bilah konduktor
(biasanya adalah logam) yang terhubung ke rangkaian eksternal, Saat kedua bilah
konduktor tersebut terhubung maka akan terjadi hubungan arus listrik dalam
rangkaian. Sebaliknya, saat kedua konduktor tersebut dipisahkan maka hubungan arus
listrik akan ikut terputus.

Saklar yang paling sering ditemukan adalah Saklar yang dioperasikan oleh
tangan manusia dengan satu atau lebih pasang kontak listrik. Setiap pasangan
kontak umumnya terdiri dari 2 keadaan atau disebut dengan “State”. Kedua
keadaan tersebut diantaranya adalah Keadaan “Close” atau “Tutup” dan Keadaan
“Open” atau “Buka”. Close artinya terjadi sambungan aliran listrik
sedangkan Open adalah terjadinya pemutusan aliran listrik.

Berdasarkan dua keadaan tersebut, Saklar pada umumnya menggunakan


istilah Normally Open (NO)untuk Saklar yang berada pada keadaan Terbuka (Open)
pada kondisi awal. Ketika ditekan, Saklar yang Normally Open (NO) tersebut akan
berubah menjadi keadaan Tertutup (Close) atau “ON”. Sedangkan Normally Close 
(NC) adalah saklar yang berada pada keadaan Tertutup (Close) pada kondisi awal dan
akan beralih ke keadaan Terbuka (Open) ketika ditekan.
Pole dan Throw Saklar
Saklar Listrik dapat digolongkan berdasarkan jumlah Kontak dan Kondisi yang
dimilikinya. Jumlah Kontak dan kondisi yang dimiliki tersebut biasanya disebut
dengan istilah “Pole” dan “Throw”.

Pole adalah banyaknya Kontak yang dimiliki oleh sebuah saklar sedangkan Throw
adalah banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Saklar.

Berikut ini adalah beberapa contoh jenis Saklar Listrik yang digolongkan berdasarkan
Pole dan Throw :

 SPST : Single Pole Single Throw, yaitu Saklar ON/OFF yang paling
sederhana dengan hanya memiliki 2 Terminal. Contohnya Saklar Listrik
ON/OFF pada lampu.
 SPDT : Single Pole Double Throw, yaitu Saklar yang memiliki 3 Terminal.
Saklar jenis ini dapat digunakan sebagai Saklar Pemilih. Contohnya Saklar
pemilih Tegangan Input Adaptor yaitu 110V atau 220V.
 DPST : Double Pole Single Throw, yaitu saklar yang memiliki 4 Terminal.
DPST dapat diartikan sebagai 2 Saklar SPST yang dikendalikan dalam satu
mekanisme.
 DPDT : Double Pole Double Throw, yaitu saklar yang memiliki 6 Terminal.
DPDT dapat diartikan sebagai 2 Saklar SPDT yang dikendalikan dalam satu
mekanisme.
 SP6T : Single Pole Six Throw, yaitu saklar yang memilki 7 Terminal yang
pada umumnya berfungsi sebagai Saklar pemilih. Jenis Saklar ini banyak
ditemui dalam Rangkaian Adaptor yang dapat memilih berbagai Tegangan
Output, misalnya pilihan output 1,5V, 3V, 4,5V, 6V, 9V dan 12V.

Berikut ini adalah Simbol Saklar berdasarkan jumlah Pole dan Throw-nya.
Selain jenis-jenis Pole dan Throw diatas, adanya juga 1P3T, 2P6T, TPST dan masih
banyak lagi tergantung keperluan dan penerapannya.

4.5. Kapasitor
Kapasitor (Capacitor) atau disebut juga dengan Kondensator (Condensator)
adalah Komponen Elektronika Pasif yang dapat menyimpan muatan listrik dalam
waktu sementara dengan satuan kapasitansinya adalah Farad. Satuan Kapasitor
tersebut diambil dari nama penemunya yaitu Michael Faraday (1791 ~ 1867) yang
berasal dari Inggris. Namun Farad adalah satuan yang sangat besar, oleh karena itu
pada umumnya Kapasitor yang digunakan dalam peralatan Elektronika adalah satuan
Farad yang dikecilkan menjadi pikoFarad, NanoFarad dan MicroFarad.

Konversi Satuan Farad adalah sebagai berikut :


1 Farad = 1.000.000µF (mikro Farad)
1µF = 1.000nF (nano Farad)
1µF = 1.000.000pF (piko Farad)
1nF = 1.000pF (piko Farad)

Kapasitor merupakan Komponen Elektronika yang terdiri dari 2 pelat konduktor yang
pada umumnya adalah terbuat dari logam dan sebuah Isolator diantaranya sebagai
pemisah. Dalam Rangkaian Elektronika, Kapasitor disingkat dengan huruf “C”.

4.5.1 Jenis-Jenis Kapasitor

Berdasarkan bahan Isolator dan nilainya, Kapasitor dapat dibagi menjadi 2 Jenis yaitu
Kapasitor Nilai Tetap dan Kapasitor Variabel. Berikut ini adalah penjelasan
singkatnya untuk masing-masing jenis Kapasitor :

A. KAPASITOR NILAI TETAP (FIXED CAPACITOR)

Kapasitor Nilai Tetap atau Fixed Capacitor adalah Kapasitor yang nilainya konstan
atau tidak berubah-ubah. Berikut ini adalah Jenis-jenis Kapasitor yang nilainya
Tetap :
1. Kapasitor Keramik (Ceramic Capasitor)

Kapasitor Keramik adalah Kapasitor yang Isolatornya terbuat dari Keramik dan
berbentuk bulat tipis ataupun persegi empat. Kapasitor Keramik tidak memiliki arah
atau polaritas, jadi dapat dipasang bolak-balik dalam rangkaian Elektronika. Pada
umumnya, Nilai Kapasitor Keramik berkisar antara 1pf sampai 0.01µF.

Kapasitor yang berbentuk Chip (Chip Capasitor) umumnya terbuat dari bahan
Keramik yang dikemas sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan peralatan Elektronik
yang dirancang makin kecil dan dapat dipasang oleh Mesin Produksi SMT (Surface
Mount Technology) yang berkecepatan tinggi.

2. Kapasitor Polyester (Polyester Capacitor)

Kapasitor Polyester adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Polyester dengan
bentuk persegi empat. Kapasitor Polyester dapat dipasang terbalik dalam rangkaian
Elektronika (tidak memiliki polaritas arah)

3. Kapasitor Kertas (Paper Capacitor)

Kapasitor Kertas adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Kertas dan pada
umumnya nilai kapasitor kertas berkisar diantara 300pf sampai 4µF. Kapasitor Kertas
tidak memiliki polaritas arah atau dapat dipasang bolak balik dalam Rangkaian
Elektronika.

4. Kapasitor Mika (Mica Capacitor)

Kapasitor Mika adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari bahan Mika.
Nilai Kapasitor Mika pada umumnya berkisar antara 50pF sampai 0.02µF. Kapasitor
Mika juga dapat dipasang bolak balik karena tidak memiliki polaritas arah.
5. Kapasitor Elektrolit (Electrolyte Capacitor)

Kapasitor Elektrolit adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari Elektrolit
(Electrolyte) dan berbentuk Tabung / Silinder. Kapasitor Elektrolit atau disingkat
dengan ELCO ini sering dipakai pada Rangkaian Elektronika yang memerlukan
Kapasintasi (Capacitance) yang tinggi. Kapasitor Elektrolit yang memiliki Polaritas
arah Positif (-) dan Negatif (-) ini menggunakan bahan Aluminium sebagai
pembungkus dan sekaligus sebagai terminal Negatif-nya. Pada umumnya nilai
Kapasitor Elektrolit berkisar dari 0.47µF hingga ribuan microfarad (µF). Biasanya di
badan Kapasitor Elektrolit (ELCO) akan tertera Nilai Kapasitansi, Tegangan
(Voltage), dan Terminal Negatif-nya. Hal yang perlu diperhatikan, Kapasitor
Elektrolit dapat meledak jika polaritas (arah) pemasangannya terbalik dan melampui
batas kamampuan tegangannya.

6. Kapasitor Tantalum

Kapasitor Tantalum juga memiliki Polaritas arah Positif (+) dan Negatif (-) seperti
halnya Kapasitor Elektrolit dan bahan Isolatornya juga berasal dari Elektrolit. Disebut
dengan Kapasitor Tantalum karena Kapasitor jenis ini memakai bahan Logam
Tantalum sebagai Terminal Anodanya (+). Kapasitor Tantalum dapat beroperasi pada
suhu yang lebih tinggi dibanding dengan tipe Kapasitor Elektrolit lainnya dan juga
memiliki kapasintansi yang besar tetapi dapat dikemas dalam ukuran yang lebih kecil
dan mungil. Oleh karena itu, Kapasitor Tantalum merupakan jenis Kapasitor yang
berharga mahal. Pada umumnya dipakai pada peralatan Elektronika yang berukuran
kecil seperti di Handphone dan Laptop.

B. KAPASITOR VARIABEL (VARIABLE CAPACITOR)


Kapasitor Variabel adalah Kapasitor yang nilai Kapasitansinya dapat diatur atau
berubah-ubah. Secara fisik, Kapasitor Variabel ini terdiri dari 2 jenis yaitu :

1. VARCO (Variable Condensator)

VARCO (Variable Condensator) yang terbuat dari Logam dengan ukuran yang lebih
besar dan pada umumnya digunakan untuk memilih Gelombang Frekuensi pada
Rangkaian Radio (digabungkan dengan Spul Antena dan Spul Osilator). Nilai
Kapasitansi VARCO berkisar antara 100pF sampai 500pF

2. Trimmer

Trimmer adalah jenis Kapasitor Variabel yang memiliki bentuk lebih kecil sehingga
memerlukan alat seperti Obeng untuk dapat memutar Poros pengaturnya. Trimmer
terdiri dari 2 pelat logam yang dipisahkan oleh selembar Mika dan juga terdapat
sebuah Screw yang mengatur jarak kedua pelat logam tersebut sehingga nilai
kapasitansinya menjadi berubah. Trimmer dalam Rangkaian Elektronika berfungsi
untuk menepatkan pemilihan gelombang Frekuensi (Fine Tune). Nilai Kapasitansi
Trimmer hanya maksimal sampai 100pF.

4.5.2 Fungsi Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika


Pada Peralatan Elektronika, Kapasitor merupakan salah satu jenis Komponen
Elektronika yang paling sering digunakan. Hal ini dikarenakan Kapasitor memiliki
banyak fungsi sehingga hampir setiap Rangkaian Elektronika memerlukannya.

Dibawah ini adalah beberapa fungsi daripada Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika
:

 Sebagai Penyimpan arus atau tegangan listrik


 Sebagai Konduktor yang dapat melewatkan arus AC (Alternating Current)
 Sebagai Isolator yang menghambat arus DC (Direct Current)
 Sebagai Filter dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya)
 Sebagai Kopling
 Sebagai Pembangkit Frekuensi dalam Rangkaian Osilator
 Sebagai Penggeser Fasa
 Sebagai Pemilih Gelombang Frekuensi (Kapasitor Variabel yang digabungkan
dengan Spul Antena dan Osilator)
4.6. Potensiometer
Dalam Peralatan Elektronik, sering ditemukan Potensiometer yang
berfungsi sebagai pengatur Volume di peralatan Audio / Video seperti Radio,
Walkie Talkie, Tape Mobil, DVD Player dan Amplifier. Potensiometer juga
sering digunakan dalam Rangkaian Pengatur terang gelapnya Lampu (Light
Dimmer Circuit) dan Pengatur Tegangan pada Power Supply (DC Generator).

Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya


dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan
pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang tergolong dalam
Kategori Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3 kaki
Terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya.
Gambar dibawah ini menunjukan Struktur Internal Potensiometer beserta bentuk
dan Simbolnya.

4.6.1 Struktur Potensiometer beserta Bentuk dan Simbolnya


Pada dasarnya bagian-bagian penting dalam Komponen Potensiometer adalah :

1. Penyapu atau disebut juga dengan Wiper


2. Element Resistif
3. Terminal
4.6.2 Jenis-jenis Potensiometer

Berdasarkan bentuknya, Potensiometer dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

1. Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat


diatur dengan cara menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau dari
bawah ke atas sesuai dengan pemasangannya. Biasanya menggunakan Ibu
Jari untuk menggeser wiper-nya.
2. Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat
diatur dengan cara memutarkan Wiper-nya sepanjang lintasan yang
melingkar. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk memutar wiper tersebut.
Oleh karena itu, Potensiometer Rotary sering disebut juga dengan
Thumbwheel Potentiometer.
3. Potensiometer Trimmer, yaitu Potensiometer yang bentuknya kecil dan
harus menggunakan alat khusus seperti Obeng (screwdriver) untuk
memutarnya. Potensiometer Trimmer ini biasanya dipasangkan di PCB
dan jarang dilakukan pengaturannya.
4.6.3 Prinsip Kerja (Cara Kerja) Potensiometer

Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif yang membentuk
jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal lainnya
(biasanya berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang dipergunakan untuk
menentukan pergerakan pada jalur elemen resistif (Resistive). Pergerakan
Penyapu (Wiper) pada Jalur Elemen Resistif inilah yang mengatur naik-turunnya
Nilai Resistansi sebuah Potensiometer.

Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran Metal
(logam) dan Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon).
Berdasarkan Track (jalur) elemen resistif-nya, Potensiometer dapat digolongkan
menjadi 2 jenis yaitu Potensiometer Linear (Linear Potentiometer) dan
Potensiometer Logaritmik (Logarithmic Potentiometer).

4.6.4 Fungsi-fungsi Potensiometer

Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan,


Potensiometer sering digunakan dalam rangkaian atau peralatan Elektronika
dengan fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Sebagai pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti


Amplifier, Tape Mobil, DVD Player.
2. Sebagai Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply
3. Sebagai Pembagi Tegangan
4. Aplikasi Switch TRIAC
5. Digunakan sebagai Joystick pada Tranduser
6. Sebagai Pengendali Level Sinyal

BAB V
ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL
PENELITIAN

5.1 Anggaran biaya


Adapun anggaran biaya penbuatan alat Bel Cepat Tepat sebagai berikut
ini.
Tabel 5.1 Anggaran Biaya Pembuatan Alat
No. Komponen Harga Banyak Jumlah
1 IC NE 555 3000 1 3000
2 Potensiometer 10kohm 3000 1 3000
3 Resistor 1 kohm 1000 1 1000
4 Buzzer 8000 1 8000
5 Kapasitor 100 mikroF 1000 1 1000
6 Baterai 9 V + Connector 15000 1 15000
7 PCB 10x10 cm 5000 1 5000
8 Box Hitam 10x10 cm 15000 1 15000
9 Jumper 2000 1 meter 2000
10 Larutan FeCl 5000 1 5000
11 Saklar 5000 1 5000
12 Fotocopy Sticker 5000 1 5000
Total Rp.68000

5.2 Jadwal Kegiatan


Dalam pembuatan alat dan Bel Cepat Tepat terdapat kegiatan-kegiatan
yang telah direncanakan yang bertujuan agar dalam proses pembuatan alat
hingga akhir selesai waktu yang diinginkan dan mencapai tujuan yang
ddiharapkan. Adapun jadwal-jadwal kegiatan terdapat pada table sebagai
berikut.
Tabel 4.2 Jadwal kegiatan pembuatan Bel cepat Tepat
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan
diantaranya:
1. Memahami prinsip kerja dari rangkaian astabel pada Rangkaian
Pengusir Nyamuk.
2. Mengetahui karakteristik dari rangkaian astabel pada Rangkaian
Pengusir Nyamuk.

6.2 Saran
Dalam penyelesaian tugas ini, masih terdapat banyak kekurangan dalam
berbagai aspek. Untuk perbaikan dan pengembangan dari alat ini gunakan alat
standar sebagai pembanding, supaya alat ini dapat berkembang tidak hanya
dapat melakukan tugas utamanya yaitu sebagai Rangkaian Pengusir Nyamuk
akan tetapi dapat memiliki fungsionalistas yang lebih baik kedepanya.

Anda mungkin juga menyukai