Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN MIOMA/KISTA

DOSEN PENGAMPU
Mira Astri Koniyo, S.Kp, M.Kes

DISUSUN OLEH
Kelompok 5

1. Tri Sarastia Panuwao


2. Estevania Darna Putri Nento
3. Olviani Soleman
4. Tomi Zakaria
5. Meriska Daud
6. Sopyan Laki

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN


KESEHATAN GORONTALO
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN MIOMA/KISTA” dapat tersusun hingga
selesai. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahahuan maupun pengalaman kami masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 11 Februari 2021

Kelompok 5
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....…………………………………………………………..……..……......... ii


Daftar Isi ...…………………………………………………………………………….......... iii
BAB 1 Pendahuluan ...…………………………………………………………………........ 1
A. Latar Belakang ....……………………………..……………………………….............. 1
B. Rumusan Masalah ....……………………….....……………………………….............. 1
C. Tujuan ...............………………………………………………………….………......... 2
BAB II Pembahasan ...………………………………………………………….....……....... 3
A. Konsep Dasar Mioma ............................................................................................ 3
1. Definisi ........................................................................................................... 3
2. Etiologi ........................................................................................................... 3
3. Tanda Dan Gejala ............................................................................................. 5
B. Konsep Asuhan Keperawatan Mioma ..................................................................... 7
1. Pengkajian ...................................................................................................... 7
2. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................... 9
3. Diagnosa Keperawatan ..................................................................................... 9
4. Intervensi Keperawatan ........................................................................................ 10
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 11
B. Saran ................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan
sistem, fungsi, dan proses produksi (Kemenkes,2014). Kista ovarium adalah kantung
berisi cairan yang terletak di ovarium. Kista ovarium merupakan kasus umum dalam
ginekologi yang dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause juga
selama kehamilan (Nugroho, 2012). Insiden kista ovarium di Amerika Serikat adalah
sekitar 15 kasus per 100.000 wanita per tahun. Kista ovarium didiagnosis lebih dari 21.000
perempuan per tahun, dan di perkirakan menyebabkan 14.600 kematian (American Cancer
Society,2009). Penderita kista ovarium di Malaysia pada tahun 2008 terdata 428 kasus,
dimana terdapat 20% diantaranya meninggal dunia dan 60% diantaranya adalah wanita
karir yang telah berumah tangga. Sedangkan pada tahun 2009 terdata 768 kasus penderita
kista, dan 25% diantaranya meninggal dunia dan 70% diantaranya wanita karier yang telah
berumah tangga (Siringo, 2013). Angka kejadian kista ovarium di Indonesia belum
diketahui dengan pasti karena pencatatan dan pelaporan yang kurang baik. Sebagai
gambaran di Rumah Sakit Kanker Dharmais ditemukan kira-kira 30 penderita setiap tahun
(Siringo,2013). Insiden kista ovarium di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
mengalami kenaikan pada tahun 2012-2014. Kejadian kista ovarium pada tahun 2012
sebanyak 312 kasus, pada tahun 2013 meningkat menjadi 375 kasus dan pada tahun 2014
meningkat tajam sebanyak 611 kasus (Trisnawati,2015). Penderita kista ovarium di
Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang dari tahun 2015-2016 juga mengalami
peningkatan yaitu pada tahun 2015 tercatat sebanyak 11 kasus sedangkan pada tahun 2016
tercatat sebanyak 20 kasus (Data Rekam Medis RS Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang).

B. Rumusan Masalah
1) Apa definisi dari mioma/kista?
2) Apa etiologi dari mioma/kista?
3) Apa saja menifestasi klinis dari mioma/kista?
4) Apa asuahan keperawatan dari mioma/kista?
C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui Apa definisi dari mioma/kista
2) Untuk mengetahui Apa etiologi dari mioma/kista
3) Untuk mengetahui Apa saja menifestasi klinis dari mioma/kista
4) Untuk mengetahui Apa asuahan keperawatan dari mioma/kista
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Mioma


1. Definisi
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari
otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri
atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan
pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma
uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat
berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan,
persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).

2. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor predisposisi
terjadinya mioma uteri.
1) Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar 40%-50%
pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche
(sebelum mendapatkan haid).
2) Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan
miometrium normal.
3) Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan
wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
4) Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan
daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan
insiden menurunkan mioma uteri.
5) Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam
kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat
pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin
berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan
produksi reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6) Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan wanita
yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2 (2) kali

Faktor terbentuknya tumor:


a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat selsel yang mati
diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang diturunkan dari orang
tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika seorang ibu
mengidap kanker payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya akan mengalami
hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami
kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara internal, tidak
dapat dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15%
kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor eksternal
(Apiani, 2017).
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara, makanan, radiasi
dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditam,bahkan pada makanan,
ataupun bahan makanan yang bersal dari polusi. Bahan kimia yang ditambahkan
dalam makanan seperti pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga dapat
mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya
aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati.
Makin sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel
kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering
menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa yang bersifat
radikal atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan pada sel.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma,
disamping faktor predisposisi genetik.
1) Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan tumor yang cepat
selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopouse dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri
banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen kuat)
menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan
miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak dari
pada miometrium normal.
2) Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan hidroxydesidrogenase
dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3) Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL, terlihat pada periode
ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama
kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.

3. Tanda Dan Gejala


Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
pelvik rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan apaapa dan tidak sadar
bahwa mereka sedang mengalami penyakit mioma uteri dalam rahim.
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi hal-hal berikut.
a. Besarnya mioma uteri.
b. Lokalisasi mioma uteri.
c. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
d. Gejala klinik terjadi hanya sekitar 35%-50% dari pasien yang terkena.
2) Gejalah klinis lain yang dapat timbul pada mioma uteri adalah sebagai berikut.
a. Perdarahan abnormal merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%).
Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa menoragia, metroragia, dan
hipermenorhe. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan
abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya areah permukaan dari
endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi, dan
kongesti dari pembuluh darah disekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
b. Penekanan rahim yang membesar.
c. Terasa berat di abdomen bagian bawah.
d. Terjadi gejalah traktus urinarius: urine freqency, retensi urine, obstruksi ureter,
dan hidronefrosis.
e. Terjadi gejalah intestinal: kontipasi dan obstruksi intestinal.
f. Terasa nyeri karena saraf tertekan.
3) Sedangkan rasa nyeri pada kasus mioma dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut.
a. Penekanan saraf.
b. Torsi bertangkai.
c. Submukosa mioma terlahir.
d. Infeksi pada mioma.
4) Perdarahan kontinu pada pasien dengan mioma submukosa dapat berakibat pada hal-
hal berikut.
a. Menghalangi implantasi terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran
prematur pada pasien dengan mioma intramural dan submukosa. Kongesti vena
terjadi karena kompresi tumor yang menyebabkan edema ekstermitas bawah,
hemorrhoid, nyeri, dan dyspareunia. Selain itu terjadi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan kelahiran.
b. Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi.
c. Keguguran dapat terjadi.
d. Persalinan prematuritas.
e. Gangguan proses persalinan.
f. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.
g. Gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.
h. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Mioma
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan keluarga,
pekerjaan, alamat.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,
misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang
disertai gangguan haid
2) Riwayat penyakit sekarang Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat
dilakukan pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan
organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada rasa nyeri
adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita
dan jenis pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan penggunaan
obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat
persalinan dahulu, penggunaan alat kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga
mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, penyakit
kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang
perlu diketahui adalah
a. Keadaan haid Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma
uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi pada masa
menopause.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma
uteri, dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan
hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar.
c. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktorfaktor budaya yang
mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan
mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri, personal
identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain atau tetangga,
kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme
pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang lain.

d. Pola Kebiasaan sehari-hari


Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus dikaji adalah
frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi.

e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan pada
BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.

f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain


Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan frekwensinya,
tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan minum,
mobilisasi

g. Pola Istirahat dan Tidur


Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan malam hari,
masalah yang ada waktu tidur.

h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan konka
nasal/tidak.
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga mulut,
lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan kelenjar
getah bening/tidak.
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi,
ketiak dan abdomen.
h) Abdomen Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol, Palpasi:
terdapat nyeri tekan pada abdomen Perkusi: timpani, pekak Auskultasi:
bagaimana bising usus
i) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas dan
bawah pasien mioma uteri
j) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan diluar siklus
menstruasi.

2. Pemeriksaan Penunjang
- USG
- MRI
- Histeroskopi
- Biopsi

3. Diagnosa Keperawatan
- Risiko Syok Berhubungan Dengan Pendarahan
4. Intervensi/Perencanaan
Diagnosa/Masalah Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
Risiko Syok Berhubungan Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Syok
Dengan Pendarahan keperawatan selama 1x24 Observasi :
jam maka Tingkat Syok - Monitor status kardiopulmonal
Meningkat dengan kriteria (frekuensi napas, TD, MAP)
hasil : - Monitor status cairan (masukan
- Tingkat kesadaran dan haluaran, turgor kulit, CRT)
Meningkat (5) - Monitor kesadaran dan respon
- Akral Menurun (5) pupil
- TD Sistolik Membaik (5)
- TD Diastolik Membaik (5) Terapeutik :
- Frekuensi Membaik (5) - Pasang jalur IV, Jika perlu
- Pasang Kateter Urine untuk
menilai produksi Urine, Jika
perlu

Edukasi :
- Jelaskan Penyebab/Faktor
Resiko Syok
- Jelaskan Tanda dan Gejala Syok
- Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda
dan gejala awal syok
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian IV, Jika
perlu
- Kolaborasi pemberian tranfusi
darah, Jika perlu

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mioma uteri paling banyak di temukan pada wanita yg usia reproduktif ( usia kurang
lebih 50 tahun) dan masih haid, paling banyak sampai mioma uteri memiliki indeks masa
tubuh obesitas dan berat badan lebih. Sebagian besar sampel mioma uteri memiliki paritas
nullipara-primipara (paritas<), terdapat hubungan antara indeks masa tubuh dengan
kejadian mioma uteri. Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian mioma uteri.

B. SARAN
Bagi masyarakat sebaiknya agar lebih aktif dalam melakukan pencegahan terhadap
mioma seperti melakukan pemeliharaan berat badan, memperhatikan jumlah anak dan
melakukan general check up agar dapat di deteksi secara dini jika terdapat gangguan.

DAFTAR PUSTAKA
KTI_WENI_ARI_CUNTI[1].

Standar diagnosa keperawatan indonesia edisi 1 cetakan 2

Standar luaran keperawatan indonesia edisi 1 cetakan 2

Standar intervensi keperawatan indonesia edisi 1 cetakan 2

Anda mungkin juga menyukai