Anda di halaman 1dari 5

Materi Kuliah Daring MK Manajemen Akuakultur Tawar Pertemuan 5

MANAJEMEN AKUAKULTUR UDANG GALAH


Oleh: Dr. Priyo Santoso, S.Pi., MP.

Udang galah (Macrobrachium rosendergii, de Man) atau juga dikenal dengan Giant Tiger
Prawn termasuk golongan krustase dari famili Palaemonidae, merupakan jenis yang terbesar
ukurannya dibandingkan udang-udang air tawar lainnya. Udang yang diklaim merupakan
udang asli oleh India dan Indonesia ini merupakan salah satu jenis udang yang semakin
populer karena rasanya yang lezat, ukurannya cukup besar, dan mudah dibudidayakan. Menu
dari udang ini umumnya dalam bentuk utuh (komplit dengan kepala atau head-on); berbeda
dengan jenis udang lain yang sering disajikan dalam bentuk tanpa kepala (headless). Mengapa
demikian, bukan tanpa alasan; rupanya pada bagian kepala itulah ada kandungan steroid,
yang bermanfaat meningkatkna kebugaran tubuh kita.
Sebelum mempelajari teknik budidayanya, marilah kita mengenal lebih jauh perihal udang ini,
baik pengenalan species, karakteristik maupun sifat-sifatnya.
Klasifikasi udang galah (Mudjiman, 1983)
Phyllum : Arthropoda
Subphyllum : Mandibulata
Kelas : Crustacea
Subkelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Palamonidae
Subfamil : Palamoniae
Genus : Macrobrachium
Species : Macrobrachium rosenbergii, de Man
Secara umum, udang galah mempunyai karakteristik morfologis sebagai berikut: Tubuh
beruas–ruas sebanyak 5 ruas yang masing-masing dilengkapi sepasang kaki renang; kulit keras
dari chitin; pelura ke dua menutupi pleura pertama dan ke tiga; Badan terbagi tiga bagian:
kepala+dada (cephalothorax); badan (abdomen) & ekor (uropoda); Cephalothorax dibungkus
karapas (carapace); Tonjolan seperti pedang pada carapace disebut rostrum dengan gigi atas
sejumlah 11-15 buah dan gigi bawah 8-14 buah; Kaki jalan ke dua pada udang dewasa tumbuh
sangat panjang dan besar, panjangnya bisa mencapai 1,5 kali panjang badan, sedang pada
udang betina pertumbuhan tidak begitu mencolok.

HABITAT/BIOLOGIS DAN SIFAT-SIFATNYA


Sedang karakteristik habitat/biologis udang galah adalah:
a. Memiliki dua habitat yaitu air payau salinitas 5-20 ppt (stadia larva-juvenil), dan air
tawar (stadia juana-dewasa) (Gambar 3);
b. Matang kelamin umur 5 – 6 bulan (mendekati muara sungai untuk memijah lagi;
c. Mengalami beberapa kali ganti kulit (molting) yang diikuti dengan perubahan struktur
morfologisnya, hingga akhirnya bermorfologis menjadi juvenil (juana);
Selain morfologi, untuk membudidayakan ikan/udang perlu diketahui sifat-sifatnya; beberapa
sifat yang penting diketahui antara lain adalah :
a. Euryhalin, yaitu dpt hidup pada kisaran salinitas yg lebar (0-20 ppt);
b. Omnivora, yaitu pemakan segala (tumbuhan dan hewan);
c. Pada stadia larva, udang galah memakan plankton hewani (zooplankton), seperti
rotifera, protozoa, cladocera, dan copepoda;
d. Stadia Post larva, juvenil, dan dewasa : memakan cacing, serangga air, udang renik,
telur ikan, ganggang, potongan tumbuh – tumbuhan air, potongan hewan, jasad
penempel, hancuran biji – bijian dan buah – buahan, siput, dan sebagainya, juga
memakan jenisnya sendiri (kanibal, khususnya ketika molting);
e. Nokturnal, yaitu aktif makan malam hari. Jika lingkungan hidupnya dapat dibuat relatif
gelap udang akan aktif makan walaupun siang hari;
f. Larva bersifat planktonis, aktif berenang, tertarik oleh cahaya tetapi menjauhi sinar
matahari;
g. Pada stadium pertama (I), larva cenderung berkelompok dekat permukaan air dan
semakin lanjut umurnya akan semakin menyebar dan individual serta suka mendekati
dasar. Di alam larva hidup pada salinitas 5 – 10 0/00..

Perkembangan stadia udang galah secara garis besar disajikan pada Gambar berikut:
PERSYARATAN LOKASI
Beberapa kriteria lokasi/calon lokasi yang baik untuk hatchery adalah :
a. Lokasi hendaknya mempunyai sumber air laut dan air tawar, karena untuk pemijahan
dan larva stadia awal udang galah membutuhkan air payau;
b. Lingkungan sekitar bebas dari pencemaran, agar kualitas air pasok memenuhi syarat
kebersihan dan bebas bahan pencemar.
c. Lokasi aman dari banjir dan bencana alam lain;
d. Tersedia sumber listrik;
e. Tersedia tenaga kerja;
f. Kebutuhan sarana budidaya terjamin;
g. Aksesibilitas baik;
h. Keamanan terjamin;
i. Pemasaran benih mudah.
Air sumber harus memenuhi baik kuantitas maupun kualitasnya. Semakin tinggi kualitas
unsur-unsur tersebut maka akan semakin kuat mendukung keberhasilan usaha. Kualitas air
harus memenuhi syarat baik fisik, kimiawi maupun biologi. Harus dapat menyediakan air
dengan salinitas 12 ppt. Nilai-nilai parameter kualitas air dijsaikain pada Tabel berikut:
pH 7-8,5 Suhu (oC) 25-30
H2S (ppm) nil Chlorin nil
Nitrat (ppm) 20 Nitrit (ppm) 0,1
Kesadahan total air tawar (mg/l <100 Kekeruhan nil
setara CaCO3)
TDS (ppm) 217 Fe (ppm) <0.02
PO4 (ppm) 0,15 CO2 bebas nil

a) Persiapan Kolam
Beberapa tahapan yang penting dalam mempersiapkan kolam budidaya adalah sebagai
berikut:
 Pengeringan kolam;
 Pengolahan tanah dan perbaikan tanggul sewrta caren;
 Pengapuran : untuk tanah dengan ph 6,5–7 :10 – 20 g/m2;; sedang untuk tanah dengan
ph 5 – 6 : 40 – 75 gram/m2;
 Pemupukan : pupuk kandang 200–500 g/m2; dan urea dan tsp 5 – 10 g/m2 setelah isi
air 3 hari;
 Pemasangan shelter;
 Pengisian air kolam, dilakukan secara bertahap guna memberikan waktu
berkembangnya pakan alami.
Shelter berfungsi selain untuk perlindungan terhadap predasi (pemangsaan), juga dapat
berfungsi untuk perluasan substrat dasar kolam sehingga memungkinkan peningkatan padat
tebar. Dengan fungsi yang terakhir maka jumlah produksi dapat ditingkatkan.

b) Penebaran Benih
 Penebaran benih dilakukan satu minggu setelah persiapan kolam secara lengkap;
 Benih diperoleh dari Panti Benih (hatchery), diutamakan yang telah tersertifikasi;
 Benih berkualitas baik : ukuran seragam dan gerakannya lincah.
 Benih ditebar setelah melalui proses aklimatisasi untuk menghindari stres pada udang.
Benih kualitas baik dimaksud adalah yang sesuai dengan SNI 01- 6486.2 – 2000 tentang Benih
Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii, de Man) kelas benih sebar.
Kriteria kuantitatif tokolan udang galah :
1. Umur dari telur : lebih dari (>) 50 hari;
2. Panjang : 25 – 30 mm;
3. Berat : 1400 – 2600 mg;
4. Kesehatan/bebas penyakit : 80%;
5. Keseragaman populasi : 80%;
6. Daya tahan terhadap :
· penurunan salinitas 30 ke 0 ppt : > 80%
· penurunan suhu 30 ke 10oC : > 80%
· perendaman formalin 500 ppm : > 80%
7. Rangsangan terhadap cahaya dan aerasi : + (positif)

PEMELIHARAAN
Beberapa kegiatan perawatan dalam pemeliharaan/ pembesaran udang galah meliputi
pemberian/pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air, monitoring pertubuhan, monitoring
kesehatan, dan panen serta pasca panen.
a) Pengelolaan pakan
 Pakan pellet komersial, dengan kandungan protein minimal 30%.
 Dosis : tahap tokolan yaitu 10% dari berat biomasa, dan menurun pada tahap
selanjutnya hingga 3% dari berat total udang sesuai dengan umur udang yang
dipelihara sampai panen ukuran udang konsumsi yaitu size 20-30.

Kandungan Kadar
Protein Min 30%
Lemak Min 5%
Serat Kasar Maks 4%
Kadar Abu Maks 10%
Kadar Air Maks 12%

b) Pengelolaan kualitas air


Secara garis besar, pengelolaan kualitas air meliputi :
 Sistim air mengalir selelu dipertahankan;
 Dilakukan pemupukan ulangan bila densitas plankton kurang optimal, yang ditandai
dengan semakin cerahnya air;
 Kualitas air yang perlu dimonitor adalah suhu, pH, dan DO;
 Suhu yang baik berkisar antara 25-30oC, pH sekitar 6,5-8,5, dan DO antara > 5 ppm.
c) Beberapa pedoman cara pengukuran dan pemeriksaan
1) Cara menentukan umur dan stadia : dihitung dari sejak telur menetas
2) Cara mengukur panjang badan total tokolan : dimulai dari rostrum hingga uropoda
dengan menggunakan jangka sorong atau penggaris dalam satuan mili meter (mm).
3) Cara mengukur bobot tubuh tokolan : dilakukan dengan menggunakan timbangan
analitis dalam satuan miligram (mg);
4) Metoda pengambilan contoh. Metoda pengambilan contoh tokolan untuk pemeriksaan
dan pengujian dilakukan secara acak dari populasi sebanyak 10 % atau minimal 30
ekor.
5) Cara mengukur keseragaman benih udang : dilakukan dengan membandingkan ukuran
sampel benih. Benih udang dikategorikan berukuran seragam bila 80 % dari populasi
benih relatif sama, dan kurang dari 20 % berukuran lebih kecil atau lebih besar dari
ukuran rataan.
6) Cara mengukur ketahanan dan kesehatan : dilakukan dengan cara memberikan
guncangan/perubahan yang mendadak; seperti salinitas, suhu air dan pengentasan
dengan menggunakan bahan kimia, seperti formalin, malachyte green dan kalium
pemanganat. Benur yang sehat mempunyai ketahanan tubuh yang kuat atau tahan
terhadap guncangan/perubahan tersebut.
(a) Cara menguji penurunan salinitas : dilakukan dengan cara memindahkan benur
dari air media pemeliharaan (30 ppt -35 ppt) ke salinitas 0 secara mendadak.
Selanjutnya dilakukan pengamatan selama 15 menit. Toleransi kematian benur
kurang dari 20%.
(b) Cara menguji penurunan suhu: dilakukan dengan memindahkan benur dari media
pemeliharaan (suhu 28oC–32oC) ke suhu air 10 oC secara mendadak.
Pengamatan dilakukan selama 1-2 jam, kemudian hitung persentase
kematiannya. Toleransi kematian benur kurang dari 20 %.
(c) Cara menguji dengan perendaman formalin: dilakukan dengan cara merendam
benur ke dalam larutan formalin 500 ppm selama 15 menit, kemudian dihitung
persentase benur yang mati dan toleransi kematian benur kurang dari 20 %.
7) Cara pemeriksaan kesehatan benih udang:
(a) Pengamatan secara visual dilakukan untuk memeriksa ektoparasit dan morfologi.
(b) Pengamatan secara mikroskopis untuk menentukan adanya bakteri dan virus
pada udang dilakukan di laboratorium.

PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN


a) Pemanenan
Setelah udang mencapai ukuran 20-30 ekor/kg, dilakukan pemanenan. Ada dua cara
pemanenan yaitu panen sebagian dan panen total.
Panen sebagian dilakukan bila masih ada udang yang ukurannya belum mencapai ukuran
konsumsi/yang dikehendaki. Caranya adalah dengan menyurutkan air hingga kedalaman 20-
30 cm, kemudian udang dipanen menggunakan waring dengan mata jaring 4 mm. Udang yang
masih kecil (<30 ekor/kg) dikembalikan lagi untuk dilanjutkan pemeliharaannya. Panen total
dilakukan setelah udang mencapai ukuran 20-30 ekor/kg. Dalam pemanenan sebaiknya kolam
selalu dialiri air secukupnya agar kondisi udang tetap sehat.
b) Pengemasan
Pengemasan dan pengangkutan udang hasil panen bisa dilakukan dalam keadaan mati
maupun dalam keadaan hidup. Dalam pengemasan dalam keadaan hidup, perlu dilakukan
penurunan suhu agar tingkat metabolisme menurun, dengan demikian menurunkan tingkat
aktifvitas udang dan menurunkan pengeluaran kotoran/feses.
Pengemasan udang dalam keadaan segar dilakukan dalam wadah dan dicampur es curah.
Sebelum dikemas, udang terlebih dahulu dicuci bersih. Penanganan/pengemasan dalam suhu
dingin (prinsip rantai dingin) dan bersih merupakan sebagian realisasi prinsip penjagaan mutu
udang segar yang sangat penting guna menjada mutu udang segar yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai