Anda di halaman 1dari 211

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/342765463

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

Book · February 2020

CITATIONS READS

20 5,396

2 authors, including:

Ardhansyah Putra Harahap


Nusantara Muslim University of Al-Wasliyah
14 PUBLICATIONS   19 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian View project

Laporan Akhir PKM View project

All content following this page was uploaded by Ardhansyah Putra Harahap on 14 July 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BANK
DAN LEMBAGA
KEUANGAN LAINNYA
BANK
DAN LEMBAGA
KEUANGAN LAINNYA

Ardhansyah Putra Hrp, S.Pd., M.Si.


Dwi Saraswati, S.Pd., M.Si.
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

Ardhansyah Putra Hrp, S.Pd., M.Si.


Dwi Saraswati, S.Pd., M.Si.

Copyright@2020

Desain Sampul
Bichiz DAZ

Penata Letak
Dhiky Wandana

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang


Ketentuan Pidana Pasal 112 – 119
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau


Memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
Tanpa izin tertulis dari penerbit

Diterbitkan dan dicetak pertama kali oleh


CV. Jakad Media Publishing
Graha Indah E-11 Gayung Kebonsari Surabaya
(031) 8293033, 081230444797, 081234408577
https://jakad.id/ jakadmedia@gmail.com

Cetakan Pertama:

Anggota IKAPI

Perpustakaan Nasional RI.


Data Katalog Dalam Terbitan (KDT)
ISBN: 978-623-7681-19-9
viii + 195 hlm.; 15,5x23 cm
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT


yang telah melimpahkan dan memberikan rahmat-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan buku Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah banyak membantu dalam peneyelesaian buku ini, khususnya
kepada istri tercinta Dwi Saraswati,S.Pd,M.Si yang senantiasa men-
dukung dan mendoakan. Penulis juga mengucapkan banyak terima
kasih kepada Rektor Universitas Muslim Nusantara AL Washliyah
Dr.Hardi Mulyono, S.E, M.AP, ibu Dekan Fakultas Ekonomi UMN AL
Washliyah Shita Tiara,SE,Ak,M.Si yang selalu memberikan support
dan teladan untuk menjadi Dosen yang baik.
Penulis menyadari bahwa penulisan buku ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya ide,
masukan, kritik maupun saran yang sifatnya membangun untuk
per-baikan buku ini.

Penulis

iii
iv
Sinopsis

Buku ini terdiri dari sepuluh bab. Bab pertama berisi sejarah
lembaga keuangan dan perbankan, bab dua tentang tipe bank, bab
tiga tentang manajemen dana bank, bab empat tentang manajemen
kredit, bab lima tentang Bank Indonesia, bab enam tentang Bank
Syariah, bab tujuh tentang Sewa Guna Usaha, bab delapan tentang
Pegadaian, bab kesembilan tentang pasar modal dan bab terakhir
tentang Lembaga Keuangan Internasional.
Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan
adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa.Kemudi-
an usaha perbankan ini berkembang ke Asia Barat oleh para peda-
gang.Perkembanganperbankan di Asia, Afrika dan Amerika diba-
wa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara
jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika.
Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman
penjajahan Hindia Belanda.Pada masa itu terdapat beberapa bank
yang memegang peranan penting di Hindia Belanda. Bank‐bank
yang ada yaitu De Javasce NV, De Post Poar Bank, De Algemenevol-
ks Crediet Bank, Nederland Handles Maatscappi (NHM), Nationale
Handles Bank (NHB), De Escompto Bank NV. Di Indonesia, praktek
perbankan sudah tersebar sampai ke pelosok pedesaan. Lembaga
keuangan berbentuk bank di Indonesia berupa Bank Umum, Bank
Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Umum Syariah, dan juga BPR Sya-
riah (BPRS). Masing‐masing bentuk lembaga bank tersebut berbe-
da karakteristik dan fungsinya.
Istilah Bank berasal dari bahasa Itali, “Banca”, yang berarti
meja yang dipergunakan oleh para penukar uang di pasar.Pada
dasarnya bank merupakan tempat penitipan atau penyimpanan
uang, pemberi atau penyalur kredit dan juga perantara di dalam
lalu lintas pembayaran.Menurut Undang-undang Negara Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 ten-
tang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha

v
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentukkredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hi-
dup rakyat banyak.
Dalam buku ini juga menjelaskan dari mana sumber dana Bank
berasal dan bagaimana Bank melakukan pengelolaan sumber dana
Bank. Dijelaskan juga bagaimana kegiatan pengelolaan kredit yang
dikenal dengan manajemen kredit. Bagaiamana cara mengelo-
la pemberian kredit mulai dari kredit tersebut diberikan sampai
dengan kredit tersebut lunas. Lembaga keuangan lainnya seperti
Pegadaian juga berperan penting bagi masyarakat. Dengan usaha
gadai masyarakat tidak perlu takut kehilangan barang-barang ber-
harganya dan jumlah uang yang diinginkan dapat disesuaikan de-
ngan harga barang yang dijaminkan. Perusahaan yang menjalan-
kan usaha gadai disebut perusahaan pegadaian dan secara resmi
satu-satunya usaha gadai di Indonesia hanya dilakukan oleh Per-
um Pegadaian. Pada bagian terakhir dijelaskan lembaga keuangan
internasional yang terdiri dari World Bank, The Asian Development
Bank, dan International Monetary Fund (IMF).

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................. v
BAB I SEJARAH LEMBAGA KEUANGAN DAN
PERBANKAN................................................................. 3
A. Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga
Keuangan di Indonesia............................................... 3
B. Peranan Lembaga Keuangan................................... 5
C. Bentuk Lembaga Keuangan di Indonesia........... 7
D. Sejarah Perbankan atau Lembaga
Keuangan di Indonesia............................................... 15
BAB II BANK.............................................................................. 21
A. Pengertian Bank............................................................ 21
B. Jenis dan Fungsi Bank................................................. 21
C. Aktivitas Bank................................................................ 28
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku
Bunga................................................................................. 36
E. Perkembangan Perbankan di Indonesia............. 38
F. Kesehatan dan Rahasia Bank................................... 40
BAB III MANAJEMEN DANA BANK........................................ 47
A. Pengertian Sumber Dana Bank dan
Manajemen Sumber Dana Bank............................. 47
B. Pengelolaan Dana Bank............................................. 51
C. Simpanan Giro............................................................... 53
D. Simpanan Tabungan.................................................... 56
E. Simpanan Deposito...................................................... 57
BAB IV MANAJEMEN KREDIT................................................ 61
A. Pengertian Manajemen Kredit................................ 61
B. Pengertian Kredit dan Pembiayaan...................... 62
C. Unsur-Unsur Kredit..................................................... 63

vii
D. Jenis-Jenis Kredit.......................................................... 64
E. Jaminan Kredit............................................................... 67
F. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit......................... 69
G. Prosedur Pemberian Kredit..................................... 71
BAB V BANK INDONESIA....................................................... 75
A. Sejarah Bank Indoesia................................................ 75
B. Status dan Kedudukan Bank Indonesia.............. 76
C. Tujuan Bank Indonesia.............................................. 77
D. Tugas-Tugas Bank Indonesia................................... 78
E. Pengaturan dan Pengawasan Bank....................... 84
F. Hubungan dengan Pemerintah............................... 89
BAB VI BANK SYARIAH............................................................ 93
A. Pengertian dan Sejarah Bank Syariah.................. 93
B. Fungsi dan Ciri-Ciri Bank Syariah......................... 96
C. Dasar Hukum Bank Syariah..................................... 98
D. Produk Bank Syariah................................................... 99
E. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia........ 106
BAB VII SEWA GUNA USAHA (LEASING)............................. 111
A. Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)............. 111
B. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Leasing.......... 112
C. Penggolongan Perusahaan Leasing....................... 113
D. Proses dan Mekanisme Transaksi Leasing........ 115
E. Teknik-Teknik Pembiayaan Leasing...................... 115
F. Perbedaan Pembiayaan Leasing Dengan
Pembiayaan Lainnya................................................... 126
G. Kelebihan Leasing Sebagai Sumber
Pembiayaan..................................................................... 127
BAB VIII PEGADAIAN............................................................... 135
A. Asal Mula Pegadaian................................................... 135
B. Pengertian Usaha Gadai............................................. 137
C. Pimpinan Usaha Gadai............................................... 139
D. Kegiatan Usaha.............................................................. 140
E. Penggunaan Dana......................................................... 141
viii
F. Proses Pinjaman atas Dasar Hukum Gadai....... 142
G. Penaksiran....................................................................... 143
H. Pemberian Pinjaman................................................... 145
I. Pencairan Uang.............................................................. 146
J. Pelelangan....................................................................... 146
K. Manfaat dan Keuntungan Usaha Gadai............... 147
L. Pegadaian Syariah........................................................ 149
M. Produk............................................................................... 151
BAB IX PASAR UANG DAN PASAR MODAL.......................... 163
A. Pengertian Pasar Uang dan Pasar Modal............ 163
B. Fungsi Pasar Uang dan Pasar Modal.................... 165
C. Instrumen Pasar Uang dan Pasar Modal............ 166
D. Lembaga yang Terlibat dalam Pasar Modal...... 175
E. Para Pemain di dalam Pasar Modal...................... 180
BAB X LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL............. 185
A. Bank Dunia (World Bank)......................................... 185
B. The Asian Development
(Bank Pembangunan Asia)....................................... 191
C. International Monetary Fund (IMF)...................... 192

DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 195


BIOGRAFI PENULIS................................................................... 197

ix
x
LEMBAGA
KEUANGAN

1
2
BAB I
SEJARAH LEMBAGA KEUANGAN
DAN PERBANKAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Keuangan di


Indonesia
1. Pengertian Lembaga Keuangan
Dunia bisnis, merupakan dunia yang paling ramai
dibicarakan di berbagai forum, baik yang bersifat nasional
maupun internasional. Ramainya pembicaraan ini di
karenakan tolak ukur kemajuan suatu negara adalah dari
kemajuan ekonominya dan tulang punggung dari kemajuan
ekonomi adalah dunia bisnis. Perusahaan yang bergerak
dalam dunia bisnis terdiri dari beragam perusahaan dan
bergerak dalam berbagai bidang usaha mulai dari usaha
perdagangan, industri, pertanian, manufaktur, peternakan,
perumahan, keuangan dan lain-lain. Perusahaan merupakan
kombinasi dan berbagai sumber daya ekonomi (resources)
seperti alam, tenaga kerja, modal, dan manajemen
(managerial skill) dalam memproduksi barang dan jasa
untuk mencapai tujuan tertentu. Banyak tujuan yang ingin
dicapai oleh perusahaan, untuk memperoleh keuntungan
maksimal, menjamin kelangsungan hidup perusahaan,
memenuhi kebutuhan masyarakat, menciptakan kesem-
patan kerja, dan beberapa ahli manajemen keuangan
mengemukakan tujuan perusahaan adalah untuk memak-
simumkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemak-
muran pemegang saham.
Masalah pokok dan paling sering dihadapi oleh setiap
perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha selalu
berkaitan akan kebutuhan dana (modal) untuk membiayai
usahanya. Kebutuhan akan dana ini diperlukan baik

3
untuk modal investasi perusahaan, kegiatan konsumsi,
serta kegiatan distribusi barang dan jasa. Dana (modal)
sangat dibutuhkan oleh perusahaan baik yang baru
berdiri maupun yang sudah berjalan bertahun-tahun.
Oleh sebab itu perusahaan membutuhkan bantuan akan
dana (modal). Dalam hal ini perusahaan yang bergerak
dibidang keuanganlah yang memiliki kemampuan dan
peranan dalam memenuhi kebutuhan akan dana. Usaha
keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak
dibidang keuangan atau yang sering kita sebut dengan
lembaga keuangan. Lembaga keuangan dimaksudkan
sebagai perantara antara pihak yang mempunyai dana atau
kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang
kekurangan atau membutuhkan dana (lack of funds).
Adapun definisi lembaga Keuangan menurut UU Nomor
14 tahun 1967 Tentang Pokok-pokok Perbankan.
1. Lembaga Keuangan adalah semua badan yang mela-
kukan kegiatan-kegiatan dibidang keuangan menarik
uang dari masyarakat dan menyalurkan uang tersebut
kembali ke masyarakat.
2. Lembaga keuangan menyalurkan kredit kepada nasabah
atau menginvestasikan dananya dalam surat berharga
di pasar keuangan.
3. Lembaga keuangan menawarkan bermacam-macam
jasa keuangan seperti asuransi, dana pensiun, penyim-
panan barang berharga, penyediaan mekanisme untuk
pembayaran dan transfer dana.
Lembaga keuangan (financial institution) dapat
didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang aset utamanya
berbentuk aset keuangan (financial assets) maupun tagihan-
tagihan (claims) yang dapat berupa saham (stocks), obligasi

4
(bonds) dan pinjaman (loans), daripada berupa aktiva riil
misalnya bangunan, perlengkapan (equipment) dan bahan
baku (Rose&Frasser, 1984).
2. Dasar Hukum Lembaga Keuangan di Indonesia.
Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992
tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian
bank adalah sebagai berikut, Bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Meskipun
dalam peraturan tersebut lembaga keuangan diutamakan
untuk membiayai investasi perusahaan, namun peraturan
tersebut tidak membatasi kegiatan lembaga keuangan
hanya untuk investasi perusahaan. Dalam kenyataannya,
kegiatan lembaga keuangan bisa diperuntukkan bagi
investasi perusahaan, kegiatan konsumsi, serta kegiatan
distribusi barang dan jasa.

B. Peranan Lembaga Keuangan


Bank dan lembaga keuangan bukan bank mempunyai
peran yang penting dalam sistem keuangan. Budi Santoso dan
Triandaru mengemukakan beberapa peran penting bank dan
lembaga keuangan bukan bank, yaitu:
1. Pengalihan Aset (Asset Transmutation)
Bank dan lembaga keuangan bukan bank akan
memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan
dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
Sumber dana pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik
dana yang jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan
keinginan pemilik dana. Dalam hal ini bank dan lembaga

5
keuangan bukan bank telah berperan sebagai pengalih aset
yang likuid dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit
(borrowers)
2. Transaksi (Transaction)
Bank dan lembaga keuangan bukan bank memberikan
barbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk
melakukan transaksi barang dan jasa. Dalam ekonomi
modern, transaksi barang dan jasa tidak terlepas dari
transaksi keuangan. Transaksi keuangan selalu diperlukan
baik secara langsung dalam jual beli barang jadi, maupun
dalam transaksi jual beli barang mentah dan setengah jadi
dalam proses produksi. Produk-produk yang dikeluarkan
oleh Bank dan lembaga keuangan bukan bank (giro,
tabungan, deposito, saham dan sebagainya) merupakan
pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat
pembayaran.
3. Likuiditas (Liquidity)
Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya
dalam bentuk produk-produk berupa giro, tabungan,
deposito dan sebagainya. Produk-produk tersebut masing-
masing mepunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda.
Untuk kepentingan likuiditas para pemilik dana dapat
menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingannya. Dengan demikian, lembaga keuangan
memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak
yang mengalami surplus likuiditas. Di sisi lain, lembaga
keuangan juga akan dapat memberikan fasilitas tambahan
likuiditas kepada pihak-pihak yang mengalami kekurangan
likuidtas. Dengan kata lain, lembaga keuangan secara
bersamaan mnyalurkan likuiditas kepada pihak yang
memerlukan tambahan likuiditas, dengan cara menyalurkan
dana dari pihak yang mengalami kelebihan likuiditas.

6
4. Efisiensi (Efficiency)
Bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat
menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanan.
Peranan Bank dan lembaga keuangan bukan bank sebagai
broker adalah menemukan peminjam dan pengguna
modal tanpa mengubah produknya. Disini mereka hanya
memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang
saling membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simetris
(assymetric information)
antara peminjam dan investor menimbulkan masalah
insentif. Peranan lembaga perantara keuangan menjadi
penting untuk memecahkan masalah insentif ini. Indonesia
dengan pasar yang belum efisien, atau adanya informasi
yang tidak sempurna, menyebabkan ekonomi biaya tinggi.
Ekonomi biaya tinggi akan menyebabkan indonesia
tidak dapat bersaing dalam pasar global. Terlihat disini
lembaga perantara keuangan mempunyai peranan untuk
menjembatani dua pihak yang saling berkepentingan untuk
menyamakan informasi yang tidak sempurna. Pemerintah
Indonesia dengan peraturannya akan dapat memberikan
iklim untuk mendukung operasi lembaga tersebut.

C. Bentuk Lembaga Keuangan di Indonesia


Secara umum lembaga keuangan dapat dikelompokkan
dalam dua bentuk, yaitu bank dan bukan bank. Lembaga
keuangan bank atau kita sebut dengan bank merupakan lembaga
keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap.
Usaha keuangan yang dilakukan disamping menyalurkan
dana atau memberikan pinjaman (kredit) juga melakukan
usaha menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk
simpanan. Kemudian usaha bank lainnya memberikan jasa-
jasa keuangan yang mendukung dan memperlancar kegiatan
memberikan pinjaman dengan kegiatan menghimpun dana.

7
Sebaliknya lembaga keuangan bukan bank atau pembiayaan
lebih terfokus kepada salah satu bidang saja apakah penyaluran
dana atau penghimpunan dana walaupun ada juga lembaga
keuangan bukan bank yang melakukan keduanya. Bank
mempunyai keunggulan dari lembaga lain karena memberikan
pelayanan yang lengkap.
Tabel 1.1. Perbandingan Bank dan Lembaga Bukan Bank
Lembaga Keuangan
Kegiatan
Bank Bukan Bank
o Secara langsung berupa o Hanya secara
simpanan dana masya- tidak langsung
rakat (tabungan, giro dari masyarakat
deposito) (terutama melalui
Penghimpunan
o Secara tidak langsung kertas berharga,
Dana
dari masyarakat (kertas dan bisa juga dari
berharga, penyertaan, penyertaan, pin-
pinjaman/kredit dari jaman/kredit dari
lembaga lain) lembaga lain)
o Terutama untuk
o Untuk tujuan modal ker-
tujuan investasi
ja, investasi, konsumsi
o Terutama kepada
o Kepada badan usaha dan
Penyaluran dana badan usaha
individu
o Terutama untuk
o Untuk jangka pendek,
jangka menengah
menengah dan panjang
dan panjang

Jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yang ada di


Indonesia, berada dibawah pengawasan dan pembinaan
Departemen Keuangan adalah sebagai berikut:
1. Lembaga Pembiayaan
Merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang
modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari
masyarakat. Contoh lembaga pembiayaan, Adira Finance,
Astra Auto Finance, dan Bussan Auto Finance. Perusahaan

8
pembiayaan (Finance Company) adalah badan usaha yang
didirikan khusus untuk melakukan kegiatan yang termasuk
dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan (Kepres
61/1988, pasal 1) dan itu digunakan sebagai landasan
hukum. Kegiatan usahanya meliputi:
a) Sewa Guna Usaha (Leasing)
Merupakan kegiatan pembiayaan dalam penyediaan
barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak
opsi (finance Lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak
opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran berkala.
Beberapa pihak yang terkait dengan transaksi leasing :
• Lessor merupakan perusahaan leasing yang membiayai
keinginan para nasabahnya untuk memperoleh barang-
barang modal.
• Lessee adalah nasabah yang mengajukan permohonan
leasing kepada lessor untuk memperoleh barang modal
yang diinginkan
• Supplier yaitu pedagang yang menyediakan barang yang
akan di-leasing sesuai perjanjian antara lessors dengan
lessee dan dalam hal ini supplier juga dapat bertindak
sebagai lessor.
• Asuransi merupakan perusahaan yang akan menanggung
risiko terhadap perjanjian antara lessor dengan lessee.
Dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi dan apabila
terjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung
risiko sebesar sesuai denga perjanjian terhadap barang
yang di-leasing-kan.
b)  Anjak Piutang (Factoring)
Pengertian perusahaan anjak piutang atau yang lebih
dikenal dengan nama factoring adalah perusahaan yang
kegiatannya adalah melakukan penagihan atau pembelian,

9
atau pengambil alihan atau pengelolaan utang piutang
suatu perusahaan dengan imbalan atau pembayaran
tertentu milik perusahaan. Sedangkan menurut Keputusan
Menteri keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 Tanggal
20 Desember 1988 Anjak Piutang adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian
dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau
tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi
perdagangan dalam atau luar negeri.
Dalam keputusan Menteri Keuangan 172/KMK.06/2002
dijelaskan bahwa kegiatan usaha anjak piutang dilakukan
dalam bentuk:
1. Pembelian atau penagihan
2. Pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari
transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
c) Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance)
Badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan
untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen
dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala dari
konsumen.
d) Kartu Kredit (Credit Card)
Merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan untuk membeli barang dan jasa dengan
menggunakan kartu kredit. Kegiatan usaha kartu kredit
dapat dilakukan oleh:
1. Bank
2. Lembaga Keuangan Bukan Bank
3. Perusahaan Pembiayaan
2. Perasuransian
Definisi asuransi menurut Undang-Undang Nomor
2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak
penanggung mengikat diri kepada tertanggung, dengan

10
menerima premi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak
pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 ten-
tang usaha perasuransian, jenis usaha perasuransian meli-
puti:
a) Usaha asuransi terdiri atas:
• Asuransi Kerugian
• Asuransi Jiwa
• Reasuransi
• Asuransi Sosial
• Broker Asuransi.
b) Usaha penunjang usaha asuransi terdiri dari:
• Pialang Asuransi
• Pialang Reasuransi
• Penilai Kerugian Asuransi
• Konsultan Aktuaria
• Agen Asuransi
3. Perusahaan Modal Ventura
Merupakan badan usaha yang melakukan usaha
pem-biayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam
suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan
untuk jangka waktu tertentu (Keppres Nomor 61/1988).
Pembiayaan yang dapat diberikan perusahaan modal
ventura dapat dilakukan dalam beberapa cara yaitu:
• Penyertaan modal langsung
• Bersama-sama mendirikan suatu perusahaan

11
• Penyertaan modal PMV (Perusahaan Modal Ventura)
dalam pengambilan sejumlah portofolio saham PPU
(Perusahaan Pasangan Usaha)
• Semi Equity Financing
• Pembiayaan Bagi Hasil
Pembiayaan modal ventura disamping berorientasi
untuk memperoleh keuntungan yang tinggi, dengan resiko
yang tinggi pula, juga bertujuan antara lain:
• Memungkinkan dan mempermudah pendirian suatu
perusahaan baru
• Membantu membiayai perusahaan yang sedang
mengalami kesulitan dana dalam pengembangan
usahanya
• Membantu perusahaan baik pada tahap pengembangan
suatu produk maupun pada tahap mengalami kemun-
duran
• Membantu terwujudnya suatu gagasan menjadi produk
jadi yang siap dipasarkan.
4. Dana Pensiun
Merupakan badan hukum yang mengelola dan
menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun
(menurut Undang-Undang Nomor11 Tahun 1992). Dana
pensiun bertujuan untuk memberikan kesejahteraan
kepada karyawan suatu perusahaan terutama yang telah
pensiun. Jenis program pensiun yang dilaksanakan oleh
dana pensiun adalah:
a. Program Pensiun Manfaat Pasti, suatu program pensiun
yang memberikan formula tertentu atas manfaat yang
akan diterima karyawan pada saat mencapai usia
pensiun.

12
b. Program Pensiun Iuran Pasti, program pensiun yang
menetapkan besarnya iuran karyawan dan perusahaan.
Lembaga dana pensiun terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK), dana pensiun yang
dibentuk oleh orang atau badan yang memperkerjakan
karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan
pro-gram pensiun bermanfaat pasti.
b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), dana pensiun
yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa,
yang menyelenggarakan program pensiun iuran pasti
(PPIP) bagi pesertanya.
5. Pasar Modal
Merupakan suatu tempat yang terorganisasi dimana
efek-efek di perdagangkan yang disebut Bursa Efek.
Bursa Efek  adalah suatu sistem yang terorganisasi yang
mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan
baik secara langsung maupun diwakilkan.
1) Bursa Efek
Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem dan atau sarana untuk mempertemukan pena-
waran jual beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek diantara mereka. Tujuan didiri-
kannya bursa efek adalah untuk menyelenggarakan
perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien.
Sedangkan fungsinya yaitu:
a.  Menjaga kontinuitas pasar.
b.  Menciptakan harga efek yang wajar melalui
mekanisme permintaan dan penawaran.
2) Emiten
Pihak yang melakukan emisi atau melakukan
penawaran umum surat berharga. Penawaran umum
hanya boleh dilakukan oleh emiten yang menyampaikan

13
pernyataan pendaftaran kepada Bapepam untuk
menawarkan efek kepada masyarakat.
3) Perusahaan Efek
Perusahaan yang telah memperoleh izin dari
Bapepam untuk melaksanakan kegiatan sebagai
penjamin emisi efek, perantara perdagangan efek,
manajer investasi serta kegiatan lain sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam.
4) Reksadana
Wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat pemodal yang selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer
investasi.
5) Pegadaian
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang
yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang
diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau
oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan
kekuasaan kepada orang berpiutang itu untuk mengambil
pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan
dari pada orang-orang berpiutang lainnya, dengan
pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan
biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya
setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus
didahulukan. (Hukum Perdata Pasal 1150).
6) Perusahaan Penjaminan
Perusahaan yang melakukan kegiatan dalam bentuk
pemberian “jasa penjaminan” untuk menanggung
pembayaran kewajiban keuangan si terjamin, apa-
bila si terjamin tidak dapat memenuhi kewajiban
perikatannya kepada penerima jaminan yang timbul
dari transaksi kredit, sewa guna usaha, anjak piutang,
pembiayaan konsumen dan pembiayaan dengan pola
14
bagi hasil, serta pembelian barang secara angsuran
(berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
486/KMK.017/1996 tanggal 30 Juli 1996).

D. Sejarah Perbankan atau Lembaga Keuangan di Indonesia


1. Sejarah Perbankan
Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan
perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di
daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang
ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan
di Asia, Afrika dan Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada
saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di
Asia, Afrika maupun benua Amerika.
Bila ditelusuri, sejarah dikenalnya perbankan dimulai
dari jasa penukaran uang. Sehingga dalam sejarah perbankan,
arti bank dikenal sebagai meja tempat penukaran uang.
Dalam perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu mungkin
penukaran uangnya dilakukan antar kerajaan yang satu
dengan kerajaan yang lain. Kegiatan penukaran ini sekarang
dikenal dengan nama Pedagang Valuta Asing (Money
Changer). Kemudian dalam perkembangan selanjutnya,
kegiatan operasional perbankan berkembang lagi menjadi
tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini
kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan ber-
tambah dengan kegiatan peminjaman uang. Uang yang
disimpan oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan
kembali kepada masyarakat yang membutuhkannya.Jasa‐
jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan
zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam.
2. Sejarah Perbankan di Indonesia
Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari
zaman penjajahan Hindia-Belanda. Pada masa itu terdapat
beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia-

15
Belanda. Bank‐bank yang ada itu antara lain:
a. De Javasce NV
b. De Post Poar Bank
c. De Algemenevolks Crediet Bank
d. Nederland Handles Maatscappi (NHM)
e. Nationale Handles Bank (NHB)
f. De Escompto Bank NV
Di samping itu, terdapat pula bank‐bank milik orang
Indonesia dan orang-orang asing seperti dari Tiongkok,
Jepang, dan Eropa. Bank‐bank tersebut antara lain:
a. Bank Nasional indonesia
b. Bank Abuan Saudagar
c. NV Bank Boemi
d. The Chartered Bank of India
e. The Yokohama Species Bank
f. The Matsui Bank
g. The Bank of China
h. Batavia Bank
Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia
bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank
Belanda dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia. Bank-
bank yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain:
a. Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli
1946 yang sekarang dikenal dengan BNI 46.
b. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22
Februari 1946. Bank ini berasal dar De Algemenevolks
Crediet Bank atau Syomin Ginko.
c. Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun
1945 di Solo.
d. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
e. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.

16
f. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di
Yogyakarta, kemudian menjadi Bank Amerta.
g. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
h. Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950
kemudian merger dengan Bank Pasifik.
i. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi
Bank Gemari. Kemudian merger dengan Bank Central
Asia (BCA) tahun 1949.
Di Indonesia, praktik perbankan sudah tersebar sampai
ke pelosok pedesaan. Lembaga keuangan berbentuk bank
di Indonesia berupa Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat
(BPR), Bank Umum Syariah, dan juga BPR Syariah (BPRS).
Masing‐masing bentuk lembaga bank tersebut berbeda
karakteristik dan fungsinya.

17
18
BANK

19
20
BAB II
BANK

A. Pengertian Bank
Istilah Bank berasal dari bahasa Itali, “Banca”, yang
berarti meja yang dipergunakan oleh para penukar uang di
pasar. Pada dasarnya bank merupakan tempat penitipan atau
penyimpanan uang, pemberi atau penyalur kredit dan juga
perantara di dalam lalu lintas pembayaran. Menurut Undang-
Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998
Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud
dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.” Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih
luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu
berkaitan dalam bidang keuangan.

B. Jenis dan Fungsi Bank


1. Jenis-Jenis Bank
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998,
bank dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
a. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang
diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan
seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan

21
wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah.
Bank umum sering disebut Bank Komersial (Commercial
Bank).
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Jenis Bank Dilihat dari Segi Kepemilikannya
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa
yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat
dari akta pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki
bank yang bersangkutan. Jenis bank tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Bank Milik Pemerintah
Akta maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah
sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh
pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah antara
lain:
1) Bank Negara Indonesia 46 (BNI)
2) Bank Rakyat Indonesia (BRI)
3) Bank Tabungan Negara (BTN)
Sedangkan bank milik pemerintah daerah (Pemda)
terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-
masing Provinsi. Sebagai contoh:
1) BPD DKI Jakarta
2) BPD Jawa Barat
3) BPD Jawa Tengah
4) BPD Jawa Timur
5) BPD Sumatera  Utara
6) Dan BPD lainnya

22
b. Bank Milik Swasta Nasional
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya
dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya
pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian
keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh
bank swasta nasional antara lain:
1) Bank Muamalat
2) Bank Central Asia
3) Bank Bumi Putra
4) Bank Danamon
c. Bank Milik Koperasi
Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Sebagai
contoh: Bank Umum Koperasi Indonesia.
d. Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada
di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah
asing. Jelas kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar
negeri. Contoh bank Asing antara lain:
1) Deutsche Bank
2) American Express Bank
3) Bank of America
4) Bank of Tokyo
5) Bangkok Bank 
e. Bank Milik Campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh
pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan
sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara
Indonesia.
Contoh bank campuran antara lain:
1) Bank Sakura Swadarma
2) Bank Finconesia

23
3) Mitsubishi Buana Bank
4) Interpacific Bank
3. Jenis Bank Dilihat dari Segi Status
Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani
masyarakat, maka bank dapat dibagi ke dalam dua macam.
Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan
kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status
bank ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam
melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal
maupun kualitas pelayanannya. Status bank yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
a. Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan
transaksi ke luar negeri atau yang behubungan dengan
mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer
keluar negeri, inkaso keluar negeri, travellers cheque,
pembukaan dan pembayaran Letter of  Credit dan
transaksi lainnya. Per-syaratan untuk menjadi bank
devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
b. Bank Non Devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga
tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya
Bank Devisa.
4. Jenis Bank Dilihat dari Cara Menentukan Harga
Jenis bank jika dilihat dari segi atau cara dalam
menentukan harga baik harga jual maupun harga beli
terbagi dalam dua kelompok.
a. Bank yang Berdasarkan Prinsip Konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia
dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada
prinsip konvensional. Dalam mencari keuntungan dan

24
menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang
berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua
metode, yaitu:
1) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk
produk simpanan seperti giro, tabungan maupun
deposito. Demikian pula dengan harga untuk produk
pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan
tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini
dikenal dengan istilah based. 
2) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat
menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-
biaya dalam nominal atau persentase tertentu.
Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah
fee based. 
b. Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah
Bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam
penentuan harga produknya sangat berbeda dengan
bank yang berdasarkan prinsip konvensional. Bank
berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain
untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau
kegiatan perbankan lainnya. Dalam menentukan harga
atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan
prinsip syariah adalah sebagai berikut.
1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah)
2) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(misyarakah)
3) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah)
4) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni
tanpa pilihan (ijarah)
5) Pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa
dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)

25
5. Fungsi Bank
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada
masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai Financial
intermediary (perantara di bidang keuangan).
a. Penghimpun Dana
Untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun
dana maka bank memiliki beberapa sumber yang secara
garis besar ada tiga sumber, yaitu:
1) Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa
setoran modal waktu pendirian.
2) Dana yang berasal dari masyarakat luas yang
dikumpulkan melalui usaha perbankan seperti
usaha simpanan giro, deposito dan tabanas.
3) Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan yang
diperoleh dari pinjaman dana yang berupa Kredit
Likuiditas dan Call Money (dana yang sewaktu-
waktu dapat ditarik oleh bank yang meminjam)
dan memenuhi persyaratan. Mungkin Anda pernah
mendengar beberapa bank dilikuidasi atau dibe-
kukan usahanya, salah satu penyebabnya adalah
karena banyak kredit yang bermasalah atau macet.
b. Penyalur dana
Dana yang terkumpul oleh bank disalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk pemberian kredit, pembelian
surat-surat berharga, penyertaan, pemilikan harta tetap.
c. Pelayan Jasa Bank
Dalam mengemban tugas sebagai pelayan lalu-
lintas pembayaran uang bank melakukan berbagai
aktivitas kegiatan antara lain pengiriman uang, inkaso,
cek wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya. Selain
menghimpun dana dan menyalurkannya, bank secara

26
spesifik dapat berfungsi sebagai agent of truts (Lembaga
yang landasannya adalah kepercayaan), agent of
development (Lembaga yang memobilisasi dana untuk
pembangunan), dan agent of services, totok dan sigit
(2006).
1) Agent of Truts
Dasar utama kegiatan perbankan adalah
kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunan
dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan
mau menitipkan dananya apabila dilandasi dengan
kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa dana
mereka tidak akan disalahgunakan oleh bank,
mereka percaya bahwa dana yang mereka titipkan
akan dikelola dengan baik, dan pada saat yang
telah dijanjikan mereka dapat ditarik kembali
dari pihak bank. Pihak bank sendiri akan mau
menyalurkan dananya kepada debitor apabila ada
kepercayaan dan mereka yakin para debitor tidak
akan meyalahgunakan dana mereka, dan yakin
para debitor akan mempunyai kemampuan untuk
membayar pada saat jatuh tempo, dan debitor
mempunyai niat baik untuk mengembalikan
pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh
tempo.
2) Agent of Development
Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor
moneter (peredaran uang dan tingkat suku bunga)
dan di sektor riil (kebijaksanaan pemerintah
di sektor perpajakan) tidak dapat dipisahkan.
Kedua sektor tersebut saling berinteraksi dan
saling mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat
berkinerja dengan baik apabila sektor moneter
tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa

27
penghimpunan dana dan penyaluran dana sangat
diperlukan bagi kelancaran kegiatan perekonomian
di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan
masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan
distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa,
mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-
konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya
penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi-
distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan
pembangunan perekonomian suatu masyarakat.
3) Agent of Services
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan
dana dan penyaluran dana, bank juga memberikan
penawaran jasa perbankan yang lain kepada
masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat
kaitannya dengan kegiatan perekonomian masya-
rakat secara umum, jasa ini antara lain dapat berupa
jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga,
pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.

C. Aktivitas Bank
Sebagai lembaga keuangan yang berorientasi bisnis, bank
juga melakukan berbagai kegiatan, seperti telah dijelaskan
sebelumnya. Sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank sehari-
hari tidak akan terlepas dari bidang keuangan. Kegiatan
perbankan yang paling pokok adalah membeli uang dengan cara
menghimpun dana dari masyarakat luas. Kemudian menjual
uang yang berhasil dihimpun dengan cara menyalurkan
kembali kepada masyarakat melalui pemberian pinjaman
atau kredit. Dari kegiatan jual beli uang inilah bank akan
memperoleh keuntungan yaitu dari selisih harga beli (bunga
simpanan) dengan harga jual (bunga pinjaman). Disamping
itu kegiatan bank lainnya dalam rangka mendukung kegiatan

28
menghimpun dan menyalurkan dana adalah memberikan
jasa-jasa lainnya. Kegiatan ini ditujukan untuk memperlancar
kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana.
Dalam praktiknya kegiatan bank dibedakan sesuai dengan
jenis bank tersebut. Setiap jenis bank memiliki ciri dan tugas
tersendiri dalam melakukan kegiatannya, misalnya dilihat dari
segi fungsi bank yaitu antara kegiatan bank umum dengan
kegiatan bank perkreditan rakyat, jelas memiliki tugas atau
kegiatan yang berbeda. Kegiatan bank umum lebih luas dari
bank perkreditan rakyat. Artinya produk yang ditawarkan oleh
bank umum lebih beragam, hal ini disebabkan bank umum
mempunyai kebebasan untuk menentukan produk dan jasanya.
Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat mempunyai keterbatasan
tertentu, sehingga kegiatannya lebih sempit. Untuk lebih
jelasnya berikut ini akan dijelaskan kegiatan masing-masing
jenis bank dilihat dari segi fungsinya.

1. Kegiatan Bank Umum


Bank umum atau yang lebih dikenal dengan nama bank
komersil merupakan bank yang paling banyak beredar di
Indonesia. Bank umum juga memiliki berbagai keunggulan
jika dibandingkan dengan BPR, baik dalam bidang ragam
pelayanan maupun jangkauan wilayah operasinya. Artinya
bank umum memiliki kegiatan pemberian jasa yang paling
lengkap dan dapat beroperasi diseluruh wilayah Indonesia.
Dalam praktiknya ragam produk tergantung dari status
bank yang bersangkutan. Menurut status bank umum
dibagi ke dalam dua jenis, yaitu bank umum devisa dan
bank umum non devisa. Masing-masing status memberikan
pelayanan yang berbeda. Bank umum devisa misalnya
memiliki jumlah layanan jasa yang paling lengkap seperti
dapat melakukan kegiatan yang berhubungan dengan jasa
luar negeri. Sedangkan bank umum non devisa sebaliknya
tidak dapat melayani jasa yang berhubungan dengan luar

29
negeri. Kegiatan bank umum secara lengkap meliputi
kegiatan sebagai berikut:
a. Menghimpun Dana (Funding)
Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan
membeli dana dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal
juga dengan kegiatan funding. Kegiatan membeli dana
dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai
jenis simpanan. Simpanan sering disebut dengan nama
rekening atau account. Jenis-jenis simpanan yang ada
dewasa ini adalah:
1) Simpanan Giro (Demand Deposit)
Simpanan giro merupakan simpanan pada
bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan
menggunakan cek atau bilyet giro. Kepada setiap
pemegang rekening giro akan diberikan bunga yang
dikenal dengan nama jasa giro. Besarnya jasa giro
tergantung dari bank yang bersangkutan. Rekening
giro biasa digunakan oleh para usahawan, baik
untuk perorangan maupun perusahaannya. Bagi
bank jasa giro merupakan dana murah karena bunga
yang diberikan kepada nasabah relatif lebih rendah
dari bunga simpanan lainnya.
2) Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Merupakan simpanan pada bank yang penarikan
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh
bank. Penarikan tabungan dilakukan menggunakan
buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu
Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kepada pemegang
rekening tabungan akan diberikan bunga tabungan
yang merupakan jasa atas tabungannya. Sama seper-
ti halnya dengan rekening giro, besarnya bunga
tabungan tergantung dari bank yang bersangkutan.

30
Dalam praktiknya bunga tabungan lebih besar dari
jasa giro.
3) Simpanan Deposito (Time Deposit)
Deposito merupakan simpanan yang memiliki
jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Penarikannya
pun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Namun
saat ini sudah ada bank yang memberikan fasilitas
deposito yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat. Jenis deposito pun beragam sesuai dengan
keinginan nasabah. Dalam praktiknya jenis deposito
terdiri dari deposito berjangka, sertifikat deposito
dan deposit on call.
b. Menyalurkan Dana (Lending)
Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual
dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Kegiatan
ini dikenal dengan nama kegiatan Lending. Penyaluran
dana yang dilakukan oleh bank dilakukan melalui
pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih
dikenal dengan nama kredit. Kredit yang diberikan
oleh bank terdiri dari beragam jenis, tergantung dari
kemampuan bank yang menyalurkannya. Demikian pula
dengan jumlah serta tingkat suku bunga yang ditawarkan.
Sebelum kredit dikucurkan bank terlebih dulu menilai
kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah. Kelayakan
ini meliputi berbagai aspek penilaian. Penerima kredit
akan dikenakan bunga kredit yang besarnya tergantung
dari bank yang menyalurkannya. Besar kecilnya
bunga kredit sangat mempengaruhi keuntungan bank,
mengingat keuntungan utama bank adalah dari selisih
bunga kredit dengan bunga simpanan. Secara umum
jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi:

31
1) Kredit Investasi
Yaitu merupakan kredit yang diberikan kepa-
da pengusaha yang melakukan investasi atau
penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki
jangka waktu yang relatif panjang yaitu di atas 1
(satu) tahun. Contoh jenis kredit ini adalah kredit
untuk membangun pabrik atau membeli peralatan
pabrik seperti mesin-mesin.
2) Kedit Modal Kerja
Merupakan kredit yang digunakan sebagai
modal usaha. Biasanya kredit jenis ini berjangka
waktu pendek yaitu tidak lebih dari 1 (satu) tahun.
Contoh kredit ini adalah untuk membeli bahan baku,
membayar gaji karyawan dan modal kerja lainnya.
3) Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang diberikan kepada
para pedagang dalam rangka memperlancar atau
memperluas atau memperbesar kegiatan perda-
gangannya.Contoh jenis kredit ini adalah kredit
untuk membeli barang dagangan yang diberikan
kepada para suplier atau agen.
4) Kredit Produktif
Merupakan kredit yang dapat berupa investasi,
modal keda atau perdagangan. Dalam arti kredit
ini diberikan untuk diusahakan kembali sehingga
pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha
yang dibiayai.
5) Kredit Konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan untuk
keperluan pribadi misalnya keperluan konsumsi,
baik pangan, sandang maupun papan. Contoh jenis
kredit ini adalah kredit perumahan, kredit kendaraan
bermotor yang semuanya untuk dipakai sendiri.
32
6) Kredit Profesi
Merupakan kredit yang diberikan kepada para
kalangan profesional seperti dosen, dokter atau
pengacara.
c. Memberikan Jasa-Jasa Bank Lainnya (Services)
Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan
penunjang untuk mendukung kelancaran kegiatan
menghimpun dan menyalurkan dana. Sekalipun sebagai
kegiatan penunjang, kegiatan ini sangat banyak membe-
rikan keuntungan bagi bank dan nasabah, bahkan dewasa
ini kegiatan ini memberikan kontribusi keuntungan yang
tidak sedikit bagi keuntungan bank, apalagi keuntungan
dari spread based semakin mengecil, bahkan cenderung
negatif spread (bunga simpanan lebih besar dari bunga
kredit). Semakin lengkap jasa-jasa bank yang dapat
dilayani oleh suatu bank maka akan semakin baik.
Kelengkapan ini ditentukan dari permodalan bank serta
kesiapan bank dalam menyediakan SDM yang handal.
Di samping itu, juga perlu didukung oleh kecanggihan
teknologi yang dimilikinya. Dalam praktiknya jasa-jasa
bank yang ditawarkan meliputi:
 Kiriman Uang (Transfer)
 Kliring (Clearing)
 Inkaso (Collection)
 Safe Deposit Box
 Bank Card (Kartu kredit)
 Bank Notes
 Bank Garansi
 Bank Draft
 Letter of Credit (L/C)
 Cek Wisata (Travellers Cheque)
 Menerima setoran-setoran.
 Melayani pembayaran-pembayaran dan bermain di
dalam pasar modal.
33
2. Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Kegiatan BPR pada dasarnya sama dengan kegiatan
bank umum, hanya yang menjadi perbedaan adalah jumlah
jasa bank yang dilakukan BPR jauh lebih sempit. BPR
dibatasi oleh berbagai persyaratan, sehingga tidak dapat
berbuat se-leluasa bank umum. Keterbatasan kegiatan
BPR juga dikaitkan dengan misi pendirian BPR itu sendiri.
Dalam praktiknya kegiatan BPR adalah sebagai berikut:
a. Menghimpun dana hanya dalam bentuk :
• Simpanan Tabungan
• Simpanan Deposito
b. Menyalurkan dana dalam bentuk :
• Kredit Investasi
• Kredit Modal Kerja
• Kredit Perdagangan
Karena keterbatasan yang dimiliki oleh BPR, maka
ada beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan BPR.
Larangan ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
• Menerima Simpanan Giro
• Mengikuti Kliring
• Melakukan Kegiatan Valuta Asing
• Melakukan kegiatan Perasuransian.
3. Kegiatan Bank Campuran dan Bank asing
Bank-bank asing dan bank campuran yang bergerak
di Indonesia adalah jelas bank umum. Kegiatan bank asing
dan bank campuran, memiliki tugasnya sama dengan bank
umum lainnya. Yang membedakan kegiatannya dengan bank
umum milik Indonesia adalah mereka lebih dikhususkan
dalam bidang-bidang tertentu dan ada larangan tertentu
pula dalam melakukan kegiatannya. Adapun kegiatan bank
asing dan bank campuran di Indonesia dewasa ini adalah:

34
a. Dalam mencari dana bank asing dan bank campuran
juga membuka simpanan giro dan simpanan deposito
namun dilarang menerima simpanan dalam bentuk
tabungan.
b. Dalam hal pemberian kredit yang diberikan lebih
diarahkan ke bidang-bidang tertentu saja seperti dalam
bidang:
1) Perdagangan Internasional
2) Bidang Industri dan Produksi
3) Penanaman Modal Asing/Campuran
4) Kredit yang tidak dapat dipenuhi oleh bank swasta
nasional.
c. Sedangkan khusus untuk jasa-jasa bank lainnya juga
dapat dilakukan oleh bank umum campuran dan
asing sebagaimana layaknya bank umum yang ada di
Indonesia seperti berikut ini
1) Jasa Transfer Jasa Kliring
2) Jasa Inkaso
3) Jasa Jual Beli Valuta Asing
4) Jasa Bank Card (Kartu Kredit)
5) Jasa Bank Draft
6) Jasa Safe Deposit Box
7) Jasa Pembukaan dan Pembayaran (L/C)
8) Jasa Bank Garansi
9) Jasa Bank Notes
10) Jasa Jual Beli Travellers Cheque
11) Jasa bank umum lainnya

35
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga
Agar keuntungan yang diperoleh dapat maksimal, maka
pihak manajemen bank harus pandai dalam menentukan
besar kecilnya komponen suku bunga. Menurut Kasmir (2008),
faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya
penetapan suku bunga adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Dana
Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana
simpanan, yaitu seberapa besar kebutuhan dana yang
diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara
permohonan pinjaman meningkat, yang dilakukan oleh
bank agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan
meningkatkan suku bunga simpanan. Namun, peningkatan
suku bunga simpanan akan pula meningkatkan suku
bunga pinjaman. Sebaliknya, apabila dana yang ada
dalam simpanan di bank banyak, sementara permohonan
pinjaman sedikit, maka bunga simpanan akan turun karena
hal ini merupakan beban.
2. Target Laba yang Diinginkan
Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini
disebabkan target laba merupakan salah satu komponen
dalam menentukan besar kecilnya suku bunga pinjaman.
3. Kualitas Jaminan
Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga
pinjaman. Semakin likuid jaminan (mudah dicairkan) yang
diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan
dan sebaliknya.
4. Kebijaksanaan Pemerintah
Dalam menentukan baik untuk bunga simpanan
maupun bunga pinjaman bank tidak boleh melebihi batasan
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

36
5. Jangka Waktu
Faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin
panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi
bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko
macet di masa mendatang. Demikian pula sebaliknya, jika
pinjaman berjangka pendek, bunganya relatif rendah.
6. Reputasi Perusahaan
Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku
bunga terutama untuk bunga pinjaman. Bonafiditas
suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat
menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan
nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafit
kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang
relatif kecil.
7. Produk yang Kompetitif
Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang
diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk
yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk yang
kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi sehingga
pembayarannya diharapkan lancar.
8. Hubungan Baik
Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor
kepercayaan kepada seseorang atau lembaga. Dalam
praktiknya, bank menggolongkan nasabah antara nasabah
utama dan nasabah biasa. Penggolongan ini didasarkan
kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan
kepada bank. Nasabah yang memiliki hubungan baik dengan
bank tentu penentuan suku bunganya pun berbeda dengan
nasabah biasa.
9. Persaingan
Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana,
sementara tingkat persaingan dalam memperebutkan dana
simpanan cukup ketat, maka bank harus bersaing keras
37
dengan bank lainnya. Untuk bunga pinjaman, harus berada
di bawah bunga pesaing agar dana yang menumpuk dapat
tersalurkan, meskipun margin laba mengecil.
10. Jaminan Pihak Ketiga
Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada
bank untuk menanggung segala risiko yang dibebankan
kepada penerima kredit. Biasanya apabila pihak yang
memberikan jaminan bonafide, baik dari segi kemampuan
membayar, nama baik, maupun loyalitasnya terhadap bank,
bunga yang dibebankan pun juga berbeda.

E. Perkembangan Perbankan di Indonesia


1. Periode 1988-1996
Dikeluarkannya paket deregulasi 27 Oktober 1988 (Pakto
88), antara lain berupa relaksasi ketentuan permodalan
untuk pendirian bank baru telah menyebabkan munculnya
sejumlah bank umum berskala kecil dan menengah. Pada
puncaknya, jumlah bank umum di Indonesia membengkak
dari 111 bank pada Oktober 1988 menjadi 240 bank pada
tahun 1994‐1995, sementara jumlah Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) meningkat drastis dari 8.041 pada tahun
1988 menjadi 9.310 BPR pada tahun 1996.
2. Periode 1997-1998
Pertumbuhan pesat yang terjadi pada periode 1988-
1996 berbalik arah ketika memasuki periode 1997-1998
karena terbentur pada krisis keuangan dan perbankan.
Bank Indonesia, Pemerintah, dan juga lembaga‐lembaga
internasional berupaya keras menanggulangi krisis tersebut,
antara lain dengan melaksanakan rekapitalisasi perbankan
yang menelan dana lebih dari 400 triliun rupiah terhadap
27 bank dan melakukan pengambilalihan kepemilikan
terhadap 7 bank lainnya. Secara spesifik langkah‐langkah
yang dilakukan untuk menanggulangi krisis keuangan dan

38
perbankan tersebut adalah:
a. Penyediaan likuiditas kepada perbankan yang dikenal
dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
b. Mengidentifikasi dan merekapitalisasi bank‐bank yang
masih memiliki potensi untuk melanjutkan kegiatan
usahanya dan bank‐bank yang memiliki dampak yang
signifikan terhadap kebijakannya.
c. Menutup bank‐bank yang bermasalah dan melakukan
konsolidasi perbankan dengan melakukan merger.
d. Mendirikan lembaga khusus untuk menangani
masalah yang ada di industri perbankan seperti Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
e. Memperkuat kewenangan Bank Indonesia dalam
pengawasan perbankan melalui penetapan Undang‐
Undang Nomor 23/1999 tentang Bank Indonesia
yang menjamin independensi Bank Indonesia dalam
penetapan kebijakan.
3. Periode 1999-2002
Krisis perbankan yang demikian parah pada kurun
waktu 1997-1998 memaksa pemerintah dan Bank Indonesia
untuk melakukan pembenahan di sektor perbankan
dalam rangka melakukan stabilisasi sistem keuangan
dan mencegah terulangnya krisis. Langkah penting yang
dilakukan sehubungan dengan itu adalah:
a. Memperkuat kerangka pengaturan dengan menyusun
rencana implementasi yang jelas untuk memenuhi 25
Basel Core Principles for Effective Banking Supervision
yang menjadi standar internasional bagi pengawasan
bank.
b. Meningkatkan infrastruktur sistem pembayaran dengan
mengembangkan Real Time Gross Settlements (RTGS).

39
c. Menerapkan bank guarantee scheme untuk melindungi
simpanan masyarakat di bank.
d. Merekstrukturisasi kredit macet, baik yang dilakukan
oleh BPPN, Prakarsa Jakarta maupun Indonesian Debt
Restrukturing Agency (INDRA).
e. Melaksanakan program privatisasi dan divestasi untuk
bank-bank BUMN dan bank‐bank yang direkap.
f. Meningkatkan persyaratan modal bagi pendirian bank
baru.
4. Periode 2002-Sekarang
Berbagai perkembangan positif pada sektor perbankan
sejak dilaksanakannya program stabilisasi antara lain
tampak pada pemberian kredit yang mulai meningkat pada
inovasi produk yang mulai berjalan, seperti pengembangan
produk derivatif (antara lain credit linked notes), serta
kerjasama produk dengan lembaga lain (reksadana dan
bancassurance).

F. Kesehatan dan Rahasia Bank


1. Kesehatan Bank
Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan
suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional
perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai
dengan peraturan perbankan yang berlaku. Pengertian
tentang kesehatan bank di atas merupakan suatu batasan
yang sangat luas, karena kesehatan bank memang
mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan
seluruh kegiatan usaha perbankannya, kegiatan tersebut
meliputi:
a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari
lembaga lain, dan dari modal sendiri.

40
b. Kemampuan mengelola dana.
c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.
d. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat,
karyawan, pemilik modal, dan pihak lain.
e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan, Pembinaan dan Pengawasan Bank
dilakukan oleh Bank Indonesia. Undang-Undang tersebut
lebih lanjut menetapkan bahwa:
a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai
dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset,
kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas,
dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank,
dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan
prinsip kehati-hatian.
b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya,
bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan
bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan
dananya kepada bank.
c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia
segala keterangan, dan penjelasan mengenai usahanya
menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
d. Bank atas permintaan Bank Indonesia wajib
memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-
buku dan berkas-berkas yang ada padanya, serta wajib
memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka
memperoleh kebenaran dari segala keterangan, doku-
men, dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang
bersangkutan.

41
e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhaap bank,
baik secara berkala maupun setiap waktu apabila
diperlukan.
f. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia
neraca, perhitungan laba rugi tahunan dan penjelas-
annya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan
bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
g. Bank wajib mengumumkan neraca perhitungan neraca
dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Menyadari arti pentingnya kesehatan suatu bank bagi
pembentukan kepercayaan dalam dunia perbankan serta
untuk melaksanakan prinsip-prinsip kehati-hatian dalam
dunia perbankan, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk
menetapkan aturan tentang kesehatan bank. Dengan adanya
aturan tentang kesehatan bank ini, perbankan diharapkan
selalu dalam kondisi sehat, sehingga tidak merugikan
masyarakat yang berhubungan dengan perbankan. Aturan
tentang kesehatan bank yang diterapkan oleh Bank
Indonesia mencakup berbagai aspek dalam kegiatan bank,
mulai dari penghimpunan dana sampai dengan penggunaan
dan penyaluran dana. Sesuai Lampiran dari Surat Edaran
Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004
kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional perihal setiap penilaian tingkat
kesehatan bank umum.
2. Pelanggaran Aturan Kesehatan Bank
Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan
tentang kesehatan bank, Bank Indonesia dapat mengambil
tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan agar bank yang
bersangkutan menjadi sehat dan tidak membahayakan
kinerja perbankan secara umum. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
42
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
dalam hal suatu bank mengalami kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usahanya, Bank Indonesia
dapat melakukan tindakan agar :
a. Pemegang saham menambah modal.
b. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau
direksi bank.
c. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank
lain.
d. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil
alis seluruh kewajiban.
e. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian
kegiatan bank kepada pihak lain.
f. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau
kewajiban bank kepada bank atau pihak lain.
3. Rahasia Bank
Dasar dari kegiatan perbankan adalah kepercayaan,
tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat terhadap
perbankan dan juga sebaliknya maka kegiatan perbankan
tidak akan dapat berjalan dengan baik. Salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi kadar kepercayaan masyarakat
kepada bank adalah terjamin atau tidaknya rahasia nasabah
yang ada di bank. Data nasabah yang berada di bank, baik
data keuangan maupun data non keuangan sering kali
merupakan sesuatu yang tidak ingin diketahui oleh pihak
lain. Oleh sebab itu kerahasiaan adalah salah satu faktor
kepercayaan nasabah kepada bank.Undang-Undang No
7 Tahun 1992 tentang Per-bankan telah mencantumkan
aturan tentang rahasia bank.Aturan mengenai rahasia bank
ini kemudian diubah seperti tercantum dalam Undang-
Undang No 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
Undang No 7 Tahun 1992.

43
Pasal 1 angka 16 UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan:
Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan keuangan, dan hal-hal lain dari nasabah bank yang
menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan.
Pasal 1 angka 28 UU Nomor 10 Tahun 1998
Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan
dangan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan sim-
panannya.

44
MANAJEMEN
DANA BANK

45
46
BAB III
MANAJEMEN DANA BANK

A. Pengertian Sumber Dana Bank dan Manajemen Sumber


Dana Bank
Yang dimaksud dengan sumber dana bank adalah usaha
bank dalam menghimpun dana untuk membiayai operasinya.
Hal ini sesuai dengan fungsinya bahwa bank adalah lembaga
keuangan di mana kegiatan sehari-harinya adalah dalam
bidang jual beli uang. Tentu saja sebelum menjual uang
(memberi pinjamanan) bank harus lebih dulu membeli uang
(menghimpun dana) sehingga selisih bunga tersebutlah bank
mencari keuntungan. Penghimpunan dana dari masyarakat
perlu dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga efisien
dan dapat disesuaikan dengan rencana penggunaan dana
tersebut. Keberhasilan suatu bank dalam memenuhi maksud
itu dipengaruhi antara lain oleh hal-hal berikut:
1. Kepercayaan masyarakat pada bank yang bersangkutan.
2. Perkiraan tingkat pendapatan yang akan diperoleh
(expected rate of return) oleh penyimpan dana lebih tinggi
dibanding pendapatan dari alternatif lain dengan risiko
yang seimbang.
3. Risiko penyimpanan dana.
4. Pelayanan yang diberikan oleh bank kepada penyimpan
dana.
Dana yang telah diperoleh atau dikumpulkanakan
digunakan oleh bank untuk membiayai operasinya, adapun
sumber-sumber dana bank tersebut adalah sebagai berikut.

47
1. Dana yang Bersumber dari Bank Itu Sendiri 
Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal
sendiri) maksudnya adalah dana yang diperoleh dari dana
bank salah satu jenis dana yang bersumber dari bank itu
sendiri adalah modal setor dari para pemegang saham.
Dana sendiri adalah dana yang berasal dari para pemegang
saham bank atau pemilik saham.  Adapun pencarian dana
yang bersumber dari bank itu sendiri terdiri dari: 
a. Setoran modal dari pemegang saham yaitu merupakan
modal dari para pemegang saham lama atau pemgang
saham yang baru. Dana yang disetor secara efektif
oleh para pemegang saham pada waktu bank berdiri.
Pada umumnya modal setoran pertama dari pemilik
bank sebagian digunakan untuk sarana perkantoran,
pengadaan peralatan kantor dan promosi untuk menarik
minat masyarakat. 
b. Cadangan laba, yaitu merupakan laba yang setiap tahun
di cadangkan oleh bank dan sementara waktu belum
digunakan. Cadangan laba yaitu sebagian dari laba
bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal
dan cadangan lainnya yang akan dipergunakan untuk
menutupi timbulnya resiko di kemudian hari. Cadangan
ini dapat diperbesar apabila bagian untuk cadangan
tersebut ditingkatkan atau bank mampu meningkatkan
labanya. 
c. Laba bank yang belum di bagi, merupakan laba tahun
berjalan tapi belum dibagikan kepada para pemegang
saham.
Semakin besar modal yang dimiliki oleh suatu bank,
berarti kepercayaan masyarakat bertambah baik dan bank
tersebut akan diakui oleh bank-bank lain baik di dalam
maupun di luar negeri sebagai bank yang posisinya kuat.

48
2. Dana yang Bersumber dari Masyarakat Luas 
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting
bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran
keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya
dari sumber dana ini. Adapun Dana masyarakat adalah
dana-dana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan
maupun badan usaha, yang diperoleh dari bank dengan
menggunakan berbagai instrumen produk simpanan
yang dimiliki oleh bank. Untuk memperoleh dana dari
masyarakat luas bank dapat menggunakan tiga macam
jenis simpanan (rekening). Masing-masing jenis simpanan
memiliki keunggulan tersendiri, sehingga bank harus
pandai dalam menyiasati pemilihan sumber dana, sumber
dana yang dimaksud adalah: 
a. Simpanan giro adalah suatu istilah perbankan untuk
suatu cara pembayaran yang hampir merupakan
kebalikan dari sistem cek. Suatu cek diberikan kepada
pihak penerima pembayaran (payee) yang menyim-
pannya di bank mereka, sedangkan giro diberikan oleh
pihak pembayar (payer) kepada bank, yang selanjutnya
akan mentransfer dana kepada bank pihak penerima,
langsung ke akun mereka.
a. Simpanan tabungan adalah sebagian pendapatan
masyarakat yang tidak dibelanjakan disimpan sebagai
cadangan guna berjaga-jaga dalam jangka pendek.
Faktor-faktor tingkat Tabungan, antara lain:
1) Tinggi rendahnya pendapatan masyarakat
2) Tinggi rendahnya suku bunga bank
3) Adanya tingkat kepercayaan terhadap bank
b. Simpanan deposito adalah sejenis jasa tabungan
yang biasa ditawarkan oleh bank kepada masyarakat.
Deposito biasanya memiliki jangka waktu tertentu di
mana uang didalamnya tidak boleh ditarik nasabah.

49
Bunga deposito biasanya lebih tinggi daripada bunga
tabungan biasa.
3. Dana yang Bersumber dari Lembaga Lain 
Dalam praktiknya sumber dana ini merupakan
tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian
sumber dana sendiri dan masyarakat. Dana yang diperoleh
dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar
transaksi-transaksi tertentu. Perolehan dana dari sumber
ini antara lain dapat diperoleh dari: 
a. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), merupakan
kredit yang diberikan bank Indonesia kepada bank-bank
yang mengalami kesulitan likuiditas. Kredit likuiditas ini
juga diberikan kepada pembiayaan sektor-sektor usaha
tertentu.
b. Pinjaman antar bank (Call Money). Biasanya pinjaman
ini di berikan kepada bank-bank yang mengalami kalah
kliring di dalam lembaga kliring dan tidak mampu
untuk membayar kekalahannya. Pinjaman ini bersifat
jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi jika
dibandingkan dengan pinjaman lainnya. 
c. Pinjaman dari bank-bank luar negeri. Merupakan
pinjaman yang diperoleh oleh perbankan dari pihak
luar negeri. 
d. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Dalam hal ini pihak
perbankan menerbitkan SPBU kemudian diperjual
belikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan
keuangan maupun non keuangan. SPBU diterbitkan
dan ditawarkan dengan tingkat suku bunga sehingga
masyarakat tertarik untuk membelinya.

50
B. Pengalokasian Dana Bank
Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat
luas adalah menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat.
Kegiatan penyaluran dana ini dikenal juga dengan istilah alokasi
dana. Pengalokasian dana dapat diwujudkan dalam bentuk
pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit. Pengalokasian
dana dapat pula dilakukan dengan membelikan berbagai aset
yang dianggap menguntungkan bank. Arti lain dari alokasi
dana adalah menjual kembali dana yang diperoleh dari
penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Penjualan dana
ini tidak lain agar perbankan dapat memperoleh keuntungan
se-optimal mungkin. Dalam mengalokasikan dananya pihak
perbankan harus dapat memilih dari berbagai alternatif yang
ada. Pengalokasian yang paling utama dalam kegiatan bank
adalah kredit atau pembiayaan.
Pengertian kredit dan pembiayaan menurut Undang-
Undang perbankan Nomor 10 tahun 1998. Kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penye-
diaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Dalam kegiatan pengalokasian dana bank, banyak hal yang
harus dipertimbangkan. Meskipun pertimbangan tersebut
mencakup banyak hal, terdapat 3 hal utama yang selalu menjadi
perhatian bank, yaitu risiko, hasil dan jangka waktu.

51
1. Risiko dan Hasil
Apapun bentuk aktiva yang dipilih, pengalokasian dana
selalu berkaitan dengan aspek risiko dan rate of return dari
aktiva tersebut. Pada dasarnya bank menginginkan bentuk
aktiva yang beresiko serendah mungkin namun dapat
menghasilkan penerimaan (rate of return) yang tinggi.
Kenyataan yang dihadapi bank dan juga setiap investor
adalah hubungan yang searah antara tingkat risiko dengan
penerimaan (rate of return) dari setiap pilihan bentuk
investasi atau aktiva.
Menyadari situasi tersebut, suatu bank biasanya terlebih
dahulu menentukan tingkat risiko tertentu yang bersedia
ditanggung. Setelah menentukan tingkat risiko, kemudian
menentukan alternatif bentuk aktiva yang diinginkan.
Tingkat risiko yang diharapkan tidaklah mungkin sama
dengan nol, karena pada dasarnya tidak ada bentuk aktiva
yang sama sekali tidak berisiko.
2. Jangka Waktu dan Likuiditas
Dana yang telah berhasil dihimpun oleh bank menyangkut
berbagai macam jangka waktu pengembaliannya. Disam-
ping itu, bank juga memerlukan berbagai bentuk aktiva
disesuaikan dengan keperluan kegiatan usahanya. Berda-
sarkan pertimbangan tersebut, bank memilih berbagai
macam aktiva dengan mempertimbangkan jangka waktu
aktiva tersebut dapat dijadikan alat likuid. Adanya
sumber-sumber dana jangka pendek menuntut agar bank
mengalokasikan sejumlah tertentu dananya dalam bentuk
aktiva yang tingkat likuiditasnya cukup tinggi, sehingga
sewaktu kewajibannya jatuh tempo bank mempunyai cukup
alat likuid untuk memenuhi kewajibannya. Bank juga harus
menyediakan sejumlah alat likuid dengan tujuan memenuhi
kewajiban giral minimum yang ditetapkan oleh BI. Bank
perlu juga mengalokasikan sebagian dananya dalam bentuk
aktiva tetap, seperti bangunan, mobil, tanah dan lainya.

52
C. Simpanan Giro
1. Pengertian Simpanan Giro
Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998,
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan giro adalah
simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah
pembayaran lainnya, atau dengan pemindah bukuan.
Sedangkan pengertian simpanan adalah dana yang
dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan
perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito,
sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Jenis-jenis penarikan sarana
penarikan untuk menarik dana yang tertanam di rekening
giro adalah sebagai berikut.
a. Cek
Cek (cheque) adalah Surat perintah tanpa syarat
dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening
giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah uang
kepada pihak yang disebut di dalamnya atau kepada
pemegang cek tersebut. Syarat hokum dan penggunaan
cek sebagai alat pembayaran giral (KUH Dagang pasal
178):
• Pada surat cek tertulis perkataan “CEK/CHEQUE”
dan nomor seri
• Surat harus berisi perintah tak bersyarat untuk
membayar sejumlah uang tertentu
• Nama bank yang harus membayar (tertarik)
• Jumlah dana dalam angka dan huruf
• Penyebutan tanggal dan tempat cek dikeluarkan
• Tanda tangan dan atau cap perusahaan.

53
Syarat lainnya yang dapat ditetapkan oleh bank :
• Tersedianya dana
• Adanya materai yang cukup
• Jika ada coretan atau perubahan harus ditandatangani
oleh si pemberi cek
• Jumlah uang yang terbilang dan tersebut harus sama
• Memperlihatkan masa kadaluarsa cek yaitu 70 hari
setelah dikeluarkannya cek tersebut
• Tanda tangan atau cap perusahaan harus sama
dengan speciment/contoh
• Tidak diblokir pihak berwenang
• Endorsement cek benar (jika ada)
• Kondisi cek sempurna
• Rekening belum ditutup
• dan syarat-syarat lainnya.
Adapun beberapa Jenis cek, antara lain:
• Cek atas nama, cek yang diterbitkan atas nama
seseorang atau badan hukum tertentu yang tertulis
jelas di dalam cek tersebut.
• Cek atas unjuk, kebalikan dari cek atas nama. Di
dalam cek tidak tertulis nama seseorang atau badan
hukum.
• Cek silang, cek yang di pojok kiri diberi tanda, dua
tanda garis sejajar, sehingga cek tersebut tidak dapat
ditarik tunai melainkan pemindahbukuan.
• Cek mundur, cek yang diberi tanggal mundur dari
tanggal. Hal ini biasanya terjadi karena kesepakatan
antara pemberi dan penerima cek.
• Cek kosong, atau blank cheque merupakan cek yang
penarikkannya melebihi saldo yang ada.

54
Gambar 3.1 Contoh cek

2. Bilyet Giro
Pengertian Bilyet Giro
Surat perintah dari nasabah kepada bank yang
memelihara giro nasabah tersebut, untuk memindahbukukan
sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan kepada
pihak penerima yang disebutkan namanya atau nomor
rekening pada bank yang sama atau bank lainnya. Syarat-
syarat yang berlaku untuk BG agar pemindahbukuannya
dapat dilakukan antara lain:
• Pada surat cek tertulis perkataan “Bilyet Giro” dan
nomor seri
• Surat harus berisi perintah tak bersyarat untuk
memindahbukukan sejumlah uang tertentu atas beban
rekening yang bersangkutan
• Nama bank yang harus membayar (tertarik)
• Nama penerima dana dan nomor rekening
• Nama bank penerima dana
• Jumlah dana dalam angka dan huruf
• Penyebutan tanggal dan tempat cek dikeluarkan
• Tanda tangan dan atau cap perusahaan.
Masa berlaku dan tanggal berlakunya BG juga diatur
sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan seperti:

55
• Masa berlakunya adalah 70 hari terhitung mulai tanggal
penarikannya
• Bila tanggal efektif tidak ada maka tanggal penarikan
berlaku sebagai tanggal effektif

• bila tanggal efektif tidak ada maka tanggal efektif berlaku


sebagai tanggal penarikan

• dan persyaratn lainnya.

Gambar 3.2 Bilyet Giro

D. Simpanan Tabungan
Seperti halnya simpanan giro, simpanan tabungan juga
mempunyai syarat-syarat tertentu bagi pemegangnya dan
persyaratan masing-masing bank berbeda satu sama lainnya.
Disamping syarat yang berbeda, tujuan nasabah menyimpan
uang di rekening tabungan juga berbeda. Dengan demikian,
sasaran bank dalam memasarkan produknya juga berbeda
sesuai dengan sasarannya.
Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Nomor10
Tahun 1998. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat
lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai
dengan perjanjian yang telah dibuat antara bank dengan si
penabung. Terdapat beberapa alat penarikan tabungan, hal ini
tergantung bank masing-masing, mau menggunakan sarana
yang mereka inginkan. Alat ini digunakan sendiri-sendiri atau

56
secara bersamaan. Alat-alat yang dimaksud adalah sebagai
berikut.
1. Buku Tabungan
2. Slip Penarikan
3. Kwitansi
4. Kartu yang ATM

E. Simpanan Deposito
Simpanan deposito merupakan simpanan jenis ketiga yang
dikeluarkan oleh bank, berbeda dengan dua jenis simpanan
sebelumnya, dimana simpanan deposito mengandung unsur
jangka waktu (jatuh tempo) lebih panjang dan tidak dapat
ditarik setiap saat. Menurut Undang-Undang Nomor10 Tahun
1998, yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian Nasabah Penyimpan dengan bank.
Artinya jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk
jangka waktu 1 bulan, maka uang tersebut baru dapat dicairkan
setelah jangka waktu tersebut berakhir dan sering disebut
tanggal jatuh tempo. Sebagai contoh, jika seorang deposan
mendepositokan uangnya tanggal 7 Maret 2012 untuk 6 bulan
mendatang, maka tanggal jatuh temponya adalah setelah 6
bulan yaitu tanggal 7 Oktober 2012 dan apabila dicairkan
sebelum tanggal tersebut, maka si deposan akan dikenakan
denda yang besarnya tergantung dari bank yang bersangkutan.
Sarana atau alat untuk menarik uang yang disimpan di
deposito sangat tergantung dari jenis depositonya. Artinya
setiap jenis deposito megandung beberapa perbedaan sehingga
diperlukan sarana yang berbeda pula. Sebagai contoh deposito
berjangka menggunakan bilyet deposito, sedangkan untuk
sertifikat deposito menggunakan sertifikat deposito. Adapun
jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia antara lain:

57
1. Deposito Berjangka
2. Sertifikat Deposito
3. Deposito on Call

58
MANAJEMEN KREDIT

59
60
BAB IV
MANAJEMEN KREDIT

A. Pengertian Manajemen Kredit


Dalam kegiatan sehari-hari kita sudah mengenal kata
kredit, mulai dari kredit barang pecah belah yang dijajakan
oleh tukang kredit dari rumah ke rumah. Dalam skala lebih luas
lagi kita juga mengenal kredit yang diberikan oleh perusahaan
Leasing dan Perbankan. Kemudian kita juga mengenal setiap
terjadi transaksi kredit selalu berkaitan dengan angsuran atau
cicilan dengan disertai jangka waktu dan jumlah cicilan yang
harus dibayar. Para pengambil kredit juga sudah paham bahwa
dalam cicilan kredit sudah mengandung pokok pinjaman dan
bunga yang harus di bayar. Istilah yang digunakan kepada para
pengambil kredit adalah dengan sebutan debitur dan pihak
pemberi kredit kita sebut kreditur atau dengan arti lain debitur
adalah penerima dana sedangkan kreditur adalah penyedia
dana.
Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas
dari masalah kredit. Bahkan kegiatan bank sebagai lembaga
keuangan, pemberian kredit merupakan kegiatan utamanya.
Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan
keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan
kredit sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak
maka akan menyebabkan bank tersebut rugi. Oleh karena
itu, pengelola kredit harus dilakukan dengan sebaik-baiknya
mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga,
prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai
dengan kepada pengendalian kredit yang macet. Kegiatan
pengelolaan kredit kita kenal dengan istilah manajemen kredit.

61
Manajemen Kredit adalah bagaimana cara mengelola
pemberian kredit mulai dari kredit tersebut diberikan sampai
dengan kredit tersebut lunas. Agar pengelolaan kredit dapat
dilakukan dengan sebaik-baiknya maka kita terlebih dahulu
harus mengenal segala sesuatu yang berhubungan dengan
kredit. Perbedaan kredit yang diberikan oleh lembaga
keuangan lain dengan kredit yang diberikan oleh bank terletak
pada bidang pengelolaan kreditnya.

B. Pengertian Kredit dan Pembiayaan


Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan
memperoleh barang degan membayar dengan cicilan atau
dengan angsuran dikemudian hari atau memperoleh pinjaman
uang yang pembayarannya dilakukan dikemudian hari dengan
cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. Menurut asal
mulanya “kredit” berasal dari bahasa Yunani “credere” yang
berarti kepercayaan akan kebenaran dalam praktik sehari-
hari. Kepercayaan disini maksudnya adalah bagi si pemberi
kedit adalah bahwa ia percaya kepada si penerima kredit
bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan
sesuai perjanjian sedangkan bagi penerima kredit merupakan
penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban
untuk membayar sesuai dengan jangka waktu.
Pemberian kredit menurut Undang-Undang Nomor 10
tahun 1998 pasal 21 ayat 11 tentang perbankan menyatakan:
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

62
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

C. Unsur-unsur Kredit
Setiap pemberian kredit sebenarnya apabila dijabarkan
secara mendalam mengandung beberapa arti. Jadi dengan
menyebutkan kata kredit sudah terkandung beberapa arti. Atau
dengan kata lain pengertian kata kredit jika kita bicara kredit
maka termasuk membicarakan unsur-unsur yang terdapat di
dalamnya.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian
suatu fasilitas kredit yaitu:
1. Kepercayaan
Merupakan suatu keyakinan pemberi kredit bahwa
kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa
akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu di
masa datang.
2. Kesepakatan
Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian
dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan
kewajibannya. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan
dalam akad kredit yang ditangani oleh kedua belah pihak
bank dan nasabah.
3. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu
tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian
kredit yang telah disepakati.
4. Resiko
Faktor resiko dapat diakibatkan oleh dua hal yaitu
resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak
mau membayar kreditnya padahal mampu dan resiko
kerugian yang diakibatkan karena nasabah yang tidak
disengaja yaitu akibat musibah seperti bencana alam.
63
Semakin panjang jangka waktu pengembalian suatu kredit
semakin besar resikonya tidak tertagih demikian pula
sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan pihak bank baik
resiko yang disengaja maupun resiko yang tidak disengaja.
5. Balas Jasa
Akibat dari pemberian fasilitas kredit bank tentu
mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu.
Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut
yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank prinsip
konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi
dan komisi serta biaya administrasi kredit ini merupakan
keuntungan utama bank. Sedangkan bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan
dengan bagi hasil.

D. Jenis-jenis Kredit
Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam
pula kebutuhan akan kebutuhan jenis kreditnya. Dalam
praktiknya kredit yang ada di masyarakat terdiri dari beberapa
jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas kredit oleh bank
kepada masyarakat. Pemberian fasilitas kredit oleh bank
dikelompokkan kedalam jenis yang masing-masing dilihat dari
berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai
sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha
memiliki berbagai karakteristik tertentu.
Secara umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank
dan dilihat dari berbagai segi adalah:
1. Dilihat dari Segi Kegunaan
Maksud jenis kredit dilihat dari segi kegunaannya
adalah untuk melihat penggunaan uang tersebut apakah
untuk digunakan dalam kegiatan utama atau hanya kegiatan
tambahan. Jika ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua
jenis kredit yaitu:

64
a. Kredit Investasi
Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk
keperluan perluasan usaha atau membangun proyek
atau pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk
satu periode yang relatif lebih lama dan biasanya
kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu
perusahaan.
b. Kredit Modal Kerja
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan
meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit
Kredit jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian suatu
kredit, apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau
dipakai untuk keperluan pribadi. Jenis kredit dilihat dari
segi tujuan adalah:
a. Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau
produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk
menghasil barang atau jasa. Artinya kredit ini digunakan
untuk diusahakan sehingga menghasilkan suatu baik
berupa barang atau jasa.
b. Kredit Konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi
atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada
pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena
memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang
atau badan usaha.
c. Kredit Perdagangan
Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan
untuk kegiatan perdagangan dan biasanya digunakan
untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya
diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan

65
tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau
agen-agen perdagangan yang akan membeli barang
dalam jumlah tertentu.
3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu
Dilihat dari segi jangka waktu, artinya lamanya masa
pemberian kredit mulai dari pertama sekali diberikan
sampai masa pelunasannya jenis kredit ini adalah:
a. Kredit Jangka Pendek
Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka
waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu
tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal
kerja.
b. Kredit Jangka Menengah
Jangka waktu kreditnya antara satu tahun sampai
dengan lima tahun, kredit ini dapat diberikan untuk
modal kerja. Beberapa bank mengklasifikasikan kredit
menengah menjadi kredit jangka panjang.
c. Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya
paling panjang yaitu diatas tiga tahun atau lima tahun.
Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka
panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau
manufaktur dan untuk juga kredit konsumtif seperti
kredit perumahan.
4. Dilihat dari Segi Jaminan
Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap
pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan
suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai
kredit yang diberikan. Jenis kredit dilihat dari segi jaminan
adalah:

66
a. Kredit dengan jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu
jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk
barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap
kredit yang diberikan akan dilindungi senilai jaminan
yang diberikan si calon debitur.
b. Kredit tanpa jaminan
Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang
atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan
melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si
calon debitur selama berhubungan dengan bank yang
bersangkutan.
5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha
Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, oleh karena itu pemberian fasilitas kredit
pun berbeda pula.
Jenis kredit jika dilihat dari sektor usaha sebagai berikut:
a. Kredit pertanian
b. Kredit peternakan
c. Kredit pertambangan
d. Kredit industri
e. Kredit pendidikan
f. Kredit Profesi
g. Kredit perumahan
h. Dan sektor usaha lainnya

E. Jaminan Kredit
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa di dalam menjalankan
suatu usaha apa pun tentu mengandung suatu tingkat kerugian.
Resiko ini dapat saja terjadi akibat suatu musibah yang tidak
dapat dielakkan seperti terkena bencana alam, namun resiko
yang paling fatal adalah akibat nasabah yang mampu tetapi
tidak mau membayar kewajibannya. Adanya resiko kerugian

67
di mana nasabah tidak sanggup lagi untuk membayar semua
kewajibannya baik untuk sementara waktu atau selamanya
harus segera diantisipasi oleh dunia perbankan. Kalau tidak
maka sudah dapat dipastikan kredit tersebut macet alias tidak
terbayar lagi.
Ketidakmampuan nasabah dalam melunasi kreditnya,
dapat ditutupi dengan suatu jaminan kredit. Fungsi jaminan
kredit adalah untuk melindungi bank dari kerugian.
Dalam praktiknya yang dapat dijadikan jaminan kredit
oleh calon debitur adalah sebagai berikut :
1. Jaminan dengan barang-barang
• Tanah
• Bangunan
• Kendaraan bermotor
• Mesin-mesin/peralatan
• Barang dagangan
• Tanaman/kebun/sawah
• Dan barang-barang berharga lainnya
2. Jaminan surat berharga
• Sertifikat saham
• Sertifikat obligasi
• Sertifikat tanah
• Sertifikat deposito
• Promes
• Wesel
• Dan surat berharga lainnya
3. Jaminan orang atau perusahaan
Yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang atau
perusahaan kepada bank terhadap fasilitas kredit yang
diberikan. Apabila kredit tersebut macet maka orang atau
perusahaan yang memberikan jaminan itulah yang diminta
pertanggung jawabannya atau menanggung resikonya

68
4. Jaminan asuransi
Yaitu bank menjaminkan kredit tersebut kepada
pihak asuransi, terutama terhadap phisik obyek kredit,
seperti kendaraan, gedung dan lainnya. Jadi apabila terjadi
kehilangan atau kebakaran, maka pihak asuransilah yang
akan menanggung kerugian tersebut.

F. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit


Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang
sering dilakukan yaitu dengan analisi 5 C, analisi 7 P dan studi
kelayakan. Kedua prinsip ini 5 c dan 7 P memiliki persamaan
yaitu apa-apa yang terkandung dalam 5 C dirinci lebih lanjut
dalam prinsip 7 P dan didalam prinsip 7 P disamping lebih
terinci juga jangkauan analisisnya lebih luas dari 5 C.

1. Character
Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-
orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat
dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah
baik yang bersifat pribadi dan latar belakang pekerjaan.
2. Capacity
Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam
bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya,
kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya
dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan peme-
rintah.
3. Capital
Untuk melihat penggunaan modal, apakah cukup
efektif, dilihat dari laporan keuangan dengan melakukan
pengukuran dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas
dan ukuran lainnya.

69
4. Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik
yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya
melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus
diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah
maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan
secepat mungkin.
5. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi
ekonomi dan politik sekarang dan masa yang akan datang
sesuai dengan sektor masing-masing, serta prospek usaha
dari sektor yang ia jalankan.
Sedangkan penilain 7 P kredit adalah sebagai berikut:
1. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau
tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya.
2. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi
tertentu atau golongan tertentu berdasarkan modal,
loyalitas serta karakternya.
3. Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam
mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diingkan
nasabah.
4. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan
datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain
mempunyai prospek atau sebaliknya.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengem-
balikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana
saja dana untuk pengembalian kredit.

70
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah
dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke
periode apakah tetap sama atau akan semakin meningkat,
apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan
jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat
berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
Di samping penilaian dengan 5C dan 7P, prinsip peni-
laian kredit dapat pula dilakukan dengan studi kelayakan,
terutama untuk kredit dalam jumlah yang relatif besar.
Adapun penilaian kredit dengan studi kelayakan meliputi:
a. Aspek hukum
b. Aspek pasar dan pemasaran
c. Aspek keuangan
d. Aspek operasi/teknis
5. Aspek manajemen
6. Aspek ekonomi/sosial
7. Aspek AMDAL

G. Prosedur Pemberian Kredit


Sebelum debitur memperoleh kredit terlebih dahulu harus
melalui tahap-tahapan penilaian mulai dari pengajuan proposal
kredit dan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan
ke-aslian dokumen, analisis kredit sampai dengan kredit
dikucurkan.
Tahapan dalam memberikan kredit ini kita kenal dengan
nama prosedur pemberian kredit. Tujuan prosedur pemberian
kredit adalah untuk memastikan kelayakan suatu kredit,
diterima atau ditolak. Dalam menentukan kelayakan suatu
kredit maka dalam setiap tahap selalu dilakukan penilaian yang
mendalam. Apabila dalam penilaian mungkin ada kekurangan
maka pihak bank dapat meminta kembali ke nasabah atau
71
bahkan langsung ditolak. Prosedur pemberian dan penilaian
kredit oleh dunia perbankan secara umum tidak jauh berbeda
antara satu bank dengan bank lainnya. Perbedaan hanya
terletak pada persyaratannya dan ukuran-ukuran penilaian
yang ditetapkan oleh bank dengan pertimbangan masing-
masing. Dalam praktiknya prosedur pemberian kredit secara
umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan
pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian dapat pula
ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau
produktif.
Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian kredit
oleh badan hukum sebagai berikut:
1. Pengajuan proposal
2. Penyelidikan berkas pinjaman
3. Penilaian kelayakan kredit
4. Wawancara pertama
5. Peninjauan ke lokasi
6. Wawancara kedua
7. Keputusan kredit
8. Penandatangan akad kredit/perjanjian lainnya
9. Realisasi kredit

72
BANK INDONESIA

73
74
BAB V
BANK INDONESIA

A. Sejarah Bank Indonesia


Bank Indonesia (BI, dulu disebut De Javasche Bank)
adalah bank sentral Republik Indonesia. Sebagai Bank Sentral,
BI mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah
ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang
terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata
uang negara lain. Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung
oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya, yaitu
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur
dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur
dan mengawasi perbankan di Indonesia. Ketiganya perlu
diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. BI juga
menjadi satu-satunya lembaga yang memiliki hak untuk
mengedarkan uang di Indonesia.
Pada tahun 1828 De Javasche Bank didirikan oleh
Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank sirkulasi yang
bertugas mencetak dan mengedarkan uang. Tahun 1953,
Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian
Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank
sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang
moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Di samping itu,
Bank Indonesia diberi tugas penting lain dalam hubungannya
dengan Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial
yang dilakukan oleh DJB sebelumnya.
Pada tahun 1968 diterbitkan Undang-Undang Bank Sentral
yang mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai
bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan

75
fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank
Indonesia juga bertugas membantu Pemerintah sebagai
agen pembangunan mendorong kelancaran produksi dan
pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna
meningkatkan taraf hidup rakyat. Tahun 1999 merupakan
babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan
UU Nomor 23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank
Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Pada tahun 2004, Undang-Undang Bank Indonesia
diamandemen dengan fokus pada aspek penting yang terkait
dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia,
termasuk penguatan governance. Pada tahun 2008, Pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan.
Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan
perbankan nasional dalam menghadapi krisis global melalui
peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan
Jangka Pendek dari Bank Indonesia.

B. Status dan Kedudukan Bank Indonesia


1. Sebagai Lembaga Negara yang Independen
Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank
Sentral yang independen dimulai ketika sebuah Undang-
Undang baru, yaitu UU Nomor 23/1999 tentang Bank
Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999.
Undang-Undang ini memberikan status dan kedudukan
sebagai suatu lembaga negara independen dan bebas dari
campur tangan pemerintah ataupun pihak lainnya. Sebagai
suatu lembaga negara yang independen, Bank Indonesia
mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan
melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana
ditentukan dalam Undang-Undang tersebut. Pihak luar
76
tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank
Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk
menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk
apapun dari pihak manapun juga.
Untuk lebih menjamin independensi tersebut, Undang-
Undang ini telah memberikan kedudukan khusus kepada
Bank Indonesia dalam struktur ketatanegaraan Republik
Indonesia. Sebagai Lembaga negara yang independen
kedudukan Bank Indonesia tidak sejajar dengan Lembaga
Tinggi Negara. Di samping itu, kedudukan Bank Indonesia
juga tidak sama dengan Departemen, karena kedudukan
Bank Indonesia berada di luar Pemerintah. Status dan
kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank
Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai
otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.
2. Sebagai Badan Hukum
Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum
publik maupun badan hukum perdata ditetapkan dengan
Undang- Undang. Sebagai badan hukum publik Bank
Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan
hukum yang merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang
yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas
dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank
Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di
dalam maupun di luar pengadilan.

C. Tujuan Bank Indonesia


Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, BI mempunyai
satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua
aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan
jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek
pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara
aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah
77
terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini
dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai
Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan
demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini
kelak akan dapat diukur dengan mudah.
Tiga Pilar Utama
Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung
oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga
bidang tugas ini adalah:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
serta;
3. Mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia.

D. Tugas-Tugas Bank Indonesia


1. Menetapkan Dan Melaksanakan Kebijakan Moneter
Dalam hal ini, Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Arah
kebijakan didasarkan pada sasaran laju inflasi yang ingin
dicapai dengan memperhatikan berbagai sasaran ekonomi
makro lainnya, baik dalam jangka pendek, menengah,
maupun panjang. Implementasi kebijakan moneter
dilakukan dengan menetapkan suku bunga (BI Rate).
Perkembangan indikator tersebut dikendalikan melalui
piranti moneter tidak langsung, yaitu menggunakan operasi
pasar terbuka, penentuan tingkat diskonto, dan penetapan
cadangan wajib minimum bagi perbankan. Pendekatan
pegendalian moneter secara tidak langsung ini telah
dilakukan sejak 1983 dengan mekanisme operasional yang
disesuaikan dengan dinamika perkembangan pasar uang di
dalam negeri.

78
a) Operasi Pasar Terbuka
Operasi Pasar Terbuka (OPT) dilaksanakan untuk
mempengaruhi likuiditas rupiah di pasar uang, yang
pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat suku bunga.
OPT dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui penjualan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Intervensi Rupiah.
Penjualan SBI dilakukan melalui lelang sehingga tingkat
diskonto yang terjadi benar-benar mencerminkan
kondisi likuiditas pasar uang. Sedangkan kegiatan
intervensi rupiah dilakukan oleh Bank Indonesia untuk
menyesuaikan kondisi pasar uang, baik likuiditas
maupun tingkat suku bunga.
b) Penetapan Cadangan Wajib Minimum
Kebijakan ini mewajibkan setiap bank menca-
dangkan sejumlah aktiva lancar yang besarnya adalah
persentasi tertentu dari kewajiban segeranya. Saat
ini, kebijakan ini tertuang dalam ketentuan Giro Wajib
Minimum (GWM) sebesar 5% dari dana pihak ketiga yang
diterima bank, yang wajib dipelihara dalam rekening
bank yang bersangkutan di Bank Indonesia. Apabila
Bank Indonesia memandang perlu untuk mengetatkan
kebijakan moneter maka cadangan wajib tersebut dapat
ditingkatkan, dan demikian pula sebaliknya.
c) Peran sebagai Lender of The Last Resort
Bank Indonesia juga berfungsi sebagai lender of
the last resort. Dalam melaksanakan fungsi ini, Bank
Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah kepada bank yang menga-
lami kesulitan likuiditas jangka pendek yang disebabkan
oleh terjadinya mismatch dalam pengelolaan dana.
Pinjaman tersebut berjangka waktu maksimal 90 hari,
dan bank penerima pinjaman wajib menyediakan

79
agunan yang berkualitas tinggi serta mudah dicairkan
dengan nilai sekurang-kurangnya sama dengan jumlah
pinjaman.
d) Kebijakan Nilai Tukar
Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai
peran penting dalam rangka tercapainya stabilitas
moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai
tukar yang stabil diperlukan untuk terciptanya iklim
yang kondusif bagi peningkatan kegiatan dunia usaha.
Secara garis besar, sejak tahun 1970, Indonesia
telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu sistem
nilai tukar tetap mulai tahun 1970 sampai tahun
1978, sistem nilai tukar mengambang terkendali
sejak tahun 1978, dan sistem nilai tukar mengambang
bebas (free floating exchange rate system) sejak 14
Agustus 1997. Dengan diberlakukannya sistem yang
terakhir ini, nilai tukar rupiah sepenuhnya ditentukan
oleh pasar sehingga kurs yang berlaku adalah benar-
benar pencerminan keseimbangan antara kekuatan
penawaran dan permintaan. Untuk menjaga stabilitas
nilai tukar, Bank Indonesia pada waktu-waktu tertentu
melakukan sterilisasi di pasar valuta asing, khususnya
pada saat terjadi gejolak kurs yang berlebihan.
e) Pengelolaan Cadangan Devisa
Cadangan devisa merupakan posisi bersih aktiva
luar negeri Pemerintah dan bank-bank devisa, yang harus
dipelihara untuk keperluan transaksi internasional.
Dalam mengelola cadangan devisa ini, Bank Indonesia
lebih mengutamakan tercapainya tujuan likuiditas dan
keamanan daripada keuntungan yang tinggi.
Walaupun demikian, Bank Indonesia tetap memper-
timbangkan perkembangan yang terjadi di pasar
internasional, sehingga tidak tertutup kemungkinan

80
terjadinya pergeseran dalam portfolio komposisi
jenis penempatan cadangan devisa. Dalam mengelola
cadangan devisa yang optimal, Bank Indonesia mene-
rapkan sistem diversifikasi, baik berdasarkan jenis
valuta asing maupun berdasarkan jenis investasi surat
berharga. Dengan cara tersebut diharapkan penurunan
nilai dalam salah satu mata uang dapat dikompensasi
oleh jenis mata uang lainnya atau penempatan lain yang
mempunyai nilai yang lebih baik.
f) Kredit Program
Dengan status Bank Indonesia sebagai otoritas
moneter yang independen, pemberian kredit program
yang selama ini dilakukan selanjutnya berada di luar
lingkup tugas Bank Indonesia. Tugas pemberian kredit
program akan dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang ditunjuk Pemerintah. Pengalihan tugas
ini dimaksudkan agar Bank Indonesia dapat lebih
memfokuskan perhatian pada pencapaian sasaran-
sasaran moneter serta agar dapat tercipta pembagian
tugas yang baik antara Pemerintah dan Bank Indonesia.
Bank Indonesia di beri kewenangan untuk melakukan
kebijakan moneter melalui penetapan sasaran moneter
dengan memperhatikan sasaran laju inflasi serta
melakukan pengendalian jumlah uang yang beredar
dengan menggunakan berbagai intrumen kebijakan
moneter.
2. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia, salah satu tugas Bank
Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Di bidang sistem pembayaran Bank Indonesia
merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk

81
mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta
mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran.
Disisi lain dalam rangka mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran Bank Indonesia berwenang
melaksanakan, memberi persetujuan dan perizinan
atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran seperti
sistem transfer dana baik yang bersifat real time, sistem
kliring maupun sistem pembayaran lainnya misalnya
sistem pembayaran berbasis kartu. Untuk mewujudkan
suatu sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan
handal, Bank Indonesia secara terus menerus melakukan
pengembangan sesuai dengan acuan yang ditetapkan yaitu
Blue Print Sistem Pembayaran Nasional. Pengembangan
tersebut direalisasikan dalam bentuk kebijakan dan
ketentuan yang diarahkan pada pengurangan risiko pem-
bayaran antar bank dan peningkatan efisiensi pelayanan
jasa sistem pembayaran.
3. Tugas Mengatur dan Mengawasi Bank
Tugas mengatur dan mengawasi bank merupakan
salah satu tugas yang penting khususnya dalam rangka
menciptakan system perbankan yang pada akhirnya dapat
mendorong efektivitas kebijkan moneter. Perbankan
selain menjalankan fungsi intermediasi, juga berfungsi
sebagai media transmisi kebijakan moneter serta
pelayan jasa sistem pembayaran. Dalam rangka tugas
mengatur dan mengawasi perbankan, Bank Indonesia
menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin
atas kelembagaan atau kegiatan usaha tertentu dari bank,
melaksanakan pengawasan atas bank, dan mengenakan
sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perUndang-
Undangan yang berlaku.
Bank Sentral adalah merupakan pusat struktur
moneter dan perbankan di negara yang bersangkutan dan
yang melaksanakan (sejauh dapat dilaksanakan dan untuk
82
kepentingan ekonomi nasional) fungsi-fungsi sebagai
berikut:
a. Memperlancar lalu lintas pembayaran
1) Menciptakan uang kartal
2) Menyelenggarakan kliring antar bank umum.
2. Sebagai bankir, agen dan penasehat pemerintah. Bank
Sentral sebagai bankir :
a. Memelihara rekening pemerintah
b. Memberikan pinjaman sementara
c. Memberikan pinjaman khusus
d. melaksanakan transaksi yang menyangkut jual beli
valuta asing (valas)
e. Menerima pembayaran pajak
f. Membantu pembayaran pemerintah dari pusat ke
daerah,
g. Membantu pengedaran surat berharga pemerintah
h. Mengumpulkan dan menganalisis data ekonomi
3. Memelihara cadangan/cash reserve bank umum
4. Memelihara cadangan devisa negara:
a. Internal reserve, untuk keperluan jumlah uang beredar
b. Eksternal reserve, untuk alat pernbayaran internasional
5. Sebagai bankers bank dan lender of last resort,
6. Mengawasi kredit
7. Mengawasi bank (bank supervision):
a. Prudential Supervision: pengawasan bank yang diarah-
kan agar individual bank dapat dijaga kelangsungan
hidupnya sehingga kepentingan masyarakat dapat
dilindungi.
b. Monetary Supervision: menjaga nilai mata uang
negara yang bersangkutan sehingga bank tersebut
dapat menjadi penyangga kebijakan moneter maupun
kebijakan ekonomi pemerintah lainnya.

83
E. Pengaturan dan Pengawasan Bank
Dalam rangka tugas mengatur dan mengawasi perbankan,
BI menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin
atas kelembagaan atau kegiatan usaha tertentu dari bank,
melaksanakan pengawasan atas bank, dan mengenakan sanksi
terhadap bank sesuai dengan ketentuan perUndang-Undangan
yang berlaku. Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia
berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan
dengan menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian. Berkaitan
dengan kewenangan di bidang perizinan, selain memberikan
dan mencabut izin usaha bank, Bank Indonesia juga dapat
memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan
kantor bank, memberikan persetujuan atas kepemilikan dan
kepengurusan bank, serta memberikan izin kepada bank
untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu. Di
bidang pengawasan, BI melakukan pengawasan langsung
maupun tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan baik
dalam bentuk pemeriksaan secara berkala maupun sewaktu-
waktu bila diperlukan. Pengawasan tidak langsung dilakukan
melalui penelitian, analisis dan evaluasi terhadap laporan yang
disampaikan oleh bank.
Upaya Restrukturisasi Perbankan
Sebagai upaya membangun kembali kepercayaan masya-
rakat terhadap sistem keuangan dan perekonomian Indonesia,
BI telah menempuh langkah restrukturisasi perbankan yang
komprehensif. Langkah ini mutlak diperlukan guna mem-
fungsikan kembali perbankan sebagai lembaga perantara yang
akan mendorong pertumbuhan ekonomi, disamping seka-ligus
meningkatkan efektivitas pelaksanaan kebijakan moneter.
Restrukturisasi perbankan tersebut dilakukan melalui
upaya memulihkan kepercayaan masyarakat, program rekapi-
talisasi, program restrukturisasi kredit, penyempurnaan
ketentuan perbankan, dan peningkatan fungsi pengawasan
bank. Otoritas Moneter Sebagai bank sentral, Bank Indonesia
84
mempunyai wewenang untuk memutuskan dan melaksanakan
kebijakan moneter yang tepat. Kebijakan itu bisa berupa Open
Market Operation, Discount Policy, Sanering, dan Selective Credit.
Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation), adalah
cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau
membeli surat berharga pemerintah (government securities).
Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan
membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah
uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual
surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga
pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan
dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas
Surat Berharga Pasar Uang.
Discount Policy Yaitu kebijakan pemerintah dengan jalan
menaikkan suku bunga pada saat inflasi dan menurunkan
pada saat deflasi, ditunjukkan untuk menaikkan tingkat
bunga karena dengan bunga kredit tinggi maka aktivitas
ekonomi yang menggunakan dana pinjaman akan tertahan
karena modal diskontonya atau discount rate policy (tingkat
bunga yang dikenakan pada bank umum atas pinjaman dana
yang diberikan), maka jumlah uang yang beredar cenderung
berkurang, begitu sebaliknya.
Sanering adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui
pemotongan nilai uang. Selective Credit yaitu menaikkan
ketentuan maksimum kredit yang bisa dipinjam untuk
membiayai pembelian spekulatif tersebut, yang dilakukan
dengan menurunkan prosentase kredit maksimum yang dapat
digunakan untuk membiayai pembelian tersebut. Dengan
demikian akan mengurangi permintaan kredit untuk tujuan
pembelian spekulatif tersebut.

85
Sistem Pembayaran
Menjaga stabilitas nilai tukar rupiah adalah tujuan Bank
Indonesia sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor
23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Untuk menjaga stabilitas
rupiah itu perlu disokong pengaturan dan pengelolaan akan
kelancaran Sistem Pembayaran Nasional (SPN). Kelancaran SPN
ini juga perlu didukung oleh infrastruktur yang handal (robust).
Jadi, semakin lancar dan hadal SPN, maka akan semakin lancar
pula transmisi kebijakan moneter yang bersifat time critical.
Bila kebijakan moneter berjalan lancar maka muaranya adalah
stabilitas nilai tukar. BI adalah lembaga yang mengatur dan
menjaga kelancaran SPN. Sebagai otoritas moneter, bank sentral
berhak menetapkan dan memberlakukan kebijakan SPN. Selain
itu, BI juga memiliki kewenangan memberikan persetujuan
dan perizinan serta melakukan pengawasan (oversight) atas
SPN. Menyadari kelancaran SPN yang bersifat penting secara
sistem (systemically important), bank sentral memandang
perlu menyelenggarakan system settlement antar bank melalui
infrastruktur BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
Selain itu masih ada tugas BI dalam SPN, misalnya, peran
sebagai penyelenggara sistem kliring antar bank untuk jenis
alat-alat pembayaran tertentu. Bank sentral juga adalah satu-
satunya lembaga yang berhak mengeluarkan dan mengedarkan
alat pembayaran tunai seperti uang rupiah. BI juga berhak
mencabut, menarik hingga memusnahkan uang rupiah yang
sudah tak berlaku dari peredaran. Berbekal kewenangan itu,
BI pun menetapkan sejumlah kebijakan dari komponen SPN
ini. Misalnya, alat pembayaran apa yang boleh dipergunakan di
Indonesia. BI juga menentukan standar alat-alat pembayaran
tadi serta pihak-pihak yang dapat menerbitkan dan/atau
memproses alat-alat pembayaran tersebut. BI juga berhak
menetapkan lembaga-lembaga yang dapat menyelenggarakan
sistem pembayaran. Ambil contoh, sistem kliring atau transfer
dana, baik suatu sistem utuh atau hanya bagian dari sistem saja.

86
Bank sentral juga memiliki kewenangan menunjuk lembaga
yang bisa menyelenggarakan system settlement. Pada akhirnya
BI juga mesti menetapkan kebijakan terkait pengendalian
risiko, efisiensi serta tata kelola (governance) SPN.
Di sisi alat pembayaran tunai, Bank Indonesia merupakan
satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan
dan mengedarkan uang Rupiah serta mencabut, menarik dan
memusnahkan uang dari peredaran. Terkait dengan peran BI
dalam mengeluarkan dan mengedarkan uang, Bank Indonesia
senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang
kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis
pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak
edar (clean money policy). Untuk mewujudkan clean money
policy tersebut, pengelolaan pengedaran uang yang dilakukan
oleh Bank Indonesia dilakukan mulai dari pengeluaran uang,
pengedaran uang, pencabutan dan penarikan uang sampai
dengan pemusnahan uang.
Sebelum melakukan pengeluaran uang Rupiah, terlebih
dahulu dilakukan perencanaan agar uang yang dikeluarkan
memiliki kualitas yang baik sehingga kepercayaan masyarakat
tetap terjaga. Perencanaan yang dilakukan Bank Indonesia
meliputi perencanaan pengeluaran emisi baru dengan
mempertimbangkan tingkat pemalsuan, nilai intrinsik serta
masa edar uang. Selain itu dilakukan pula perencanaan
terhadap jumlah serta komposisi pecahan uang yang akan
dicetak selama satu tahun kedepan. Berdasarkan perencanaan
tersebut kemudian dilakukan pengadaan uang baik untuk
pengeluaran uang emisi baru maupun pencetakan rutin
terhadap uang emisi lama yang telah dikeluarkan.
Uang Rupiah yang telah dikeluarkan tadi kemudian
didistribusikan atau diedarkan di seluruh wilayah melalui
Kantor Bank Indonesia. Kebutuhan uang Rupiah di setiap kantor
Bank Indonesia didasarkan pada jumlah persediaan, keperluan
pembayaran, penukaran dan penggantian uang selama jangka

87
waktu tertentu. Kegitan distribusi dilakukan melalui sarana
angkutan darat, laut dan udara. Untuk menjamin keamanan
jalur distribusi senantiasa dilakukan baik melalui pengawalan
yang memadai maupun dengan peningkatan sarana sistem
monitoring.
Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui
pelayanan kas kepada bank umum maupun masyarakat
umum. Layanan kas kepada bank umum dilakukan melalui
penerimaan setoran dan pembayaran uang Rupiah. Sedangkan
kepada masyarakat dilakukan melalui penukaran secara
langsung melalui loket-loket penukaran di seluruh kantor Bank
Indonesia atau melalui kerjasama dengan perusahaan yang
menyediakan jasa penukaran uang kecil.
Lebih lanjut, kegiatan pengelolaan uang Rupiah yang
dilakukan Bank Indonesia adalah pencabutan uang terhadap
suatu pecahan dengan tahun emisi tertentu yang tidak lagi
berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Pencabutan uang dari
peredaran dimaksudkan untuk mencegah dan meminimalisasi
peredaran uang palsu serta menyederhanakan komposisi
dan emisi pecahan. Uang Rupiah yang dicabut tersebut dapat
ditarik dengan cara menukarkan ke Bank Indonesia atau pihak
lain yang telah ditunjuk oleh Bank Indonesia.
Sementara itu untuk menjaga menjaga kualitas uang
Rupiah dalam kondisi yang layak edar di masyarakat, Bank
Indonesia melakukan kegiatan pemusnahan uang. Uang yang
dimusnahkan tersebut adalah uang yang sudah dicabut dan
ditarik dari peredaran, uang hasil cetak kurang sempurna
dan uang yang sudah tidak layak edar. Kegiatan pemusnahan
uang diatur melalui prosedur dan dilaksanakan oleh jasa pihak
ketiga yang dengan pengawasan oleh tim Bank Indonesia (BI).

88
F. Hubungan dengan Pemerintah
Dalam hal hubungan keuangan dengan Pemerintah, Bank
Indonesia membantu menerbitkan dan menempatkan surat-
surat hutang negara guna membiayai Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) tanpa diperbolehkan membeli sendiri
surat-surat hutang negara tersebut. BI juga bertindak sebagai
kasir Pemerintah yang menata usahakan rekening Pemerintah
di Bank Indonesia, dan atas permintaan Pemerintah, dapat
menerima pinjaman luar negeri untuk dan atas nama
Pemerintah Indonesia.
Namun demikian, agar pelaksanaan tugas Bank Indonesia
benar-benar terfokus serta agar efektivitas pengendalian
moneter tidak terganggu, pemberian kredit kepada Pemerintah
guna mengatasi deficit spending yang selama ini dilakukan oleh
Bank Indonesia berdasarkan Undang-Undang yang lama kini
tidak dapat lagi dilakukan oleh Bank Indonesia.
Hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah seperti
yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999
adalah sebagai berikut:
1. Bertindak sebagai pemegang kas pemerintah
2. Untuk dan atas nama pemerintah Bank Indonesia dapat
menerima pinjaman luar negeri, menata usahakan serta
menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan peme-
rintah terhadap pihak luar negeri.
3. Pemerintah wajib meminta pendapat Bank Indonesia
dan atau mengundang Bank Indonesia dalam sidang
kabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan dan
keuangan yang berkaitan dengan tugas Bank Indonesia
atau kewenangan Bank Indonesia
4. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada peme-
rintah mengenai Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara serta kebijakan lain yang berkaitan dengan
tugas dan wewenang Bank Indonesia

89
5. Dalam hal pemerintah menerbitkan surat-surat utang
negara, pemerintah wajib terlebih dulu berkonsultasi
dengan Bank Indonesia dan pemerintah juga wajib terlebih
dulu berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat
6. Bank Indonesia dapat membantu penerbitan surat-surat
utang negara yang diterbitkan pemerintah
7. Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada peme-
rintah

90
BANK SYARIAH

91
92
BAB VI
BANK SYARIAH

A. Pengertian dan Sejarah Bank Syariah


Kegiatan ekonomi dalam pandangan islam merupakan
kelaziman dan tuntutan kehidupan di samping juga ada dimensi
ibadah, kegiatan ekonomi dalam pandangan islam bertujuan
untuk, antara lain:
1. Memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara cukup dan
sederhana
2. Memenuhi kebutuhan keluarga
3. Memenuhi kebutuhan jangka panjang
4. Memenuhi kebutuhan keluarga yang ditinggalkan
5. Memberikan bantuan sosial dan sumbangan menurut jalan
Allah SWT
Dalam pencapaian tujuan tersebut, ajaran Islam
memberikan panduan untuk menegakkan asas keadilan dan
menghapus eksploitasi dalam transaksi bisnis. Asas ini mela-
rang semua bentuk peningkatan kekayaan secara tidak adil.
Salah satu yang tidak diperbolehkan dalam transaksi di dalam
ajaran islam adalah riba, riba berarti pengambilan tambahan
dari harta pokok atau modal secara bathil.
Warna islam dalam dunia bisnis tersebut berpengaruh
dalam aktivitas perbankan. Dalam aktivitas perbankan, pene-
rapan ajaran islam tersebut diwujudkan dengan pelaksanaan
aktivitas perbankan berdasarkan prinsip syariah yang sejalan
dengan pemikiran islam mengenai aktivitas ekonomi.
Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank
Muamalat Indonesia. Berdiri tahun 1991, bank ini diprakarsai
oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta
dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)
dan beberapa pengusaha muslim. Pada saat pertama didirikan

93
terkumpul komitmen pembelian saham sebesar Rp. 84 Milliar
dan pada tanggal 3 Nopember 1991 dalam acara silaturrahmi
presiden di Istana Bogor, dapat dipenuhi dengan total
komitmen modal disetor awal sebesar Rp. 106.126.382.000.
Dengan modal awal tersebut, pada tanggal 01 Mei 1992, BMI
mulai beroperasi, namun masih menggunakan UU Nomor 7
tahun 1992, dimana pembahasan perbankan dengan sistem
bagi hasil diuraikan hanya sepintas lalu. BMI sampai September
1999, telah memiliki lebih 45 outlet yang tersebar di Jakarta,
Bandung, Semarang, Balikpapan dan Makasar.
Bank ini sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir
tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari
modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada
bank ini dan pada periode 1999-2002 akhirnya dapat bangkit
dan menghasilkan laba. Saat ini keberadaan bank syariah di
Indonesia telah di atur dalam Undang-Undang yaitu UU Nomor
10 tahun 1998 tentang Perubahan UU Nomor 7 tahun 1992
tentang Perbankan. Ditinjau dari segi imbalan atau jasa atas
penggunaan dana, baik simpanan maupun pinjaman, bank
dapat dibedakan menjadi:
1. Bank Konvensional, yaitu bank yang dalam aktivitasnya,
baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran
dananya, memberikan dan mengenakan imbalan berupa
bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu
dari dana untuk suatu periode tertentu. Persentase tertentu
ini biasanya ditetapkan pertahun.
2. Bank Syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran
dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar
prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.
Prinsip utama operasional bank yang berdasarkan prinsip
Syariah adalah hukum Islam yang bersumber dari Al-quran dan
Al Hadist. Kegiatan operasional bank harus memperhatikan

94
perintah dan larangan dalam Al-quran dan Sunnah Rasul
Muhammad SAW. Larangan terutama berkaitan dengan
kegiatan bank yang dapat diklasifikasikan sebagai riba. Bank
Syariah telah lama berkembang di luar negeri, seperti antara
lain negara-negara Saudi Arabia, Kuwait, Yordania, Iran, Turki,
Bangladesh, Malaysia dan Swiss. Al Baraka merupakan salah
satu bank syariah yang telah berkembang lama dan mempunyai
kegiatan di beberapa negara.
Kehadiran bank yang berdasarkan syariah di Indonesia
masih relatif baru, yaitu baru pada awal tahun 1990-an,
meskipun masyarakat Indonesia merupakan masyarakat
Muslim terbesar di dunia. Prakarsa untuk mendirikan Bank
Syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990. Namun, diskusi
tentang Bank Syariah sebagai basis ekonomi Islam sudah mulai
dilakukan pada awal tahun 1980.
Bank Syariah pertama di Indonesia merupakan hasil
kerja tim perbankan MUI, yaitu dengan di bentuknya PT
Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang akta pendiriannya
ditandatangani tanggal 1 Nopember 1991. Bank ini ternyata
berkembang cukup pesat sehingga saat ini BMI sudah memiliki
puluhan cabang yang tersebar di beberapa kota besar seperti
Jakarta, Surabaya, Bandung, Makasar, dan kota lainnya. Dalam
perkembangan selanjutnya kehadiran bank syariah di Indonesia
khususnya cukup menggembirakan. Di samping BMI, saat ini
juga telah hadir Bank Syariah milik pemerintah seperti Bank
Syariah Mandiri (BSM). Kemudian berikutnya berdiri bank
syariah sebagai cabang dari bank konvensional yang sudah ada,
seperti bank BNI, Bank BPD Jabar, bank-bank syariah lain yang
direncanakan akan membuka cabang adalah BRI, Bank Niaga
dan Bank Bukopin.
Jadi Yang Dimaksud Dengan Bank Syariah Berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah yaitu, Bank yang menjalankan

95
kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah.

B. Fungsi dan Ciri-ciri Bank Syariah


1. Fungsi Bank Syariah 
a. Manajer Investasi
Bank syariah merupakan manajer investasi dari
pemilik dana yang dihimpun, karena besar-kecilnya
pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh pemilik
dana yang dihimpun sangat tergantung pada keahlian,
kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah. 
Bank syariah bisa melakukan fungsi ini berdasarkan
kontrak Mudharabah. Bank (di dalam kapasitasnya
sebagai seorang Mudharib yaitu seseorang yang mela-
kukan investasi dana-dana pihak lain). 
b. Investor
Bank syariah menginvestasikan dana yang disimpan
pada bank tersebut (dana pemilik bank maupun dana
rekening investasi) dengan jenis dan pola investasi yang
sesuai dengan Syariah 
Investasi yang sesuai dengan syariah tersebut
meliputi akad Mudrabahah, sewa-menyewa, musya-
rakah, akad Mudharabah, akad Salam atau Istisna,
pembentukan perusahaan, dll. 
c. Jasa Keuangan 
Dalam menjalankan fungsi ini, bank syariah tidak
jauh berbeda dengan bank konvensional, seperti
memberikan pelayanan kliring, transfer, inkaso, pemba-
yaran gaji dan sebagainya. Hal ini dapat dilakukan
asalkan tidak melanggar prinsip prinsip syariah.

96
Bank syariah juga menawarkan berbagai jasa
keuangan lainnya untuk memperoleh imbalan atas
dasar agency contract atau sewa. Contohnya letter of
guarantee, wire transfer, letter of credit.
d. Fungsi Sosial 
Konsep perbankan syariah mengharuskan bank-
bank syariah memberikan pelayanan sosial baik
melalui Qard (pinjaman kebajikan) atau Zakat dan dana
sumbangan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Di samping itu, konsep perbankan Islam juga meng-
haruskan bank-bank Islam untuk memainkan peran
penting di dalam pengembangan sumber daya manusianya
dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan sosial. 
a. Ciri-ciri Bank Syariah
• Bagi hasil keuntungan disepakati pada waktu akad
perjanjian, diwujudkan dalam bentuk persentase
yang besarnya tidak kaku/bebas melakukan tawar-
menawar dalam batas wajar.
• Penggunaan persentase tetap dalam pembayaran
dihindarkan karena persentase tetap bersifat
melekat pada sisa hutang meskipun batas waktu
perjanjian telah berakhir.
• Dalam kontrak pembiayaan tidak menetapkan
perhitungan beradasarkan nominal pembiayaan
yang ditetapkan dimuka (fixed return) karena
untung rugi suatu proyek baru diketahui setelah
proyek selesai.
• Ada dewan pengawas syariah yang mengawasi
operasional bank dari sudut syariah.

97
C. Dasar Hukum Bank Syariah
Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No 7 tahun 1992 tentang Perbankan pasal 1
ayat 3 menetapkan bahwa salah satu bentuk usaha bank adalah
menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pokok-pokok ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia memuat antara lain:
1. Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan
prinsip syariah
2. Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah
3. Persyaratan bagi pembukaan kantor cabang yang mela-
kukan kegiatan usaha secara konvensional untuk melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Pasal ini merupakan revisi terhadap masalah yang sama
pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
pasal 6 huruf M yang menetapkan bahwa salah satu bentuk
usaha bank umum adalah menyediakan pembiayaan bagi
nasabah berdasarkan prinsip hasil sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah. Perubahan
tersebut pada dasarnya menyangkut 3 hal, yaitu:
1. Istilah prinsip bagi hasil diganti dengan prinsip syariah
meskipun esensinya tidak berbeda.
2. Ketentuan rinci semula ditetapkan dengan peraturan
pemerintah kemudian diganti dengan ketentuan Bank
Indonesia.
3. Undang-Undang yang lama hanya menyebutkan prinsip
bagi hasil dalam penyediaan dana saja, sedangkan Undang-
Undang yang baru menyebutkan prinsip bagi hasil dalam
hal penyediaan dana dan juga dalam kegiatan lain. Kegiatan
lain bisa diterjemahkan dalam banyak hal yang mencakup
penghimpunan dan penggunaan dana.

98
Secara umum, dengan di undangkannya UU Nomor 10
Tahun 1998 tersebut, posisi bank bagi hasil ataupun bank
atas dasar prinsip syariah secara tegas telah diakui oleh
Undang-Undang. Bank umum yang melakukan kegiatan usaha
secara konvensional dapat juga melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prisip syariah melalui:
1. Pendirian kantor cabang atau kantor dibawah kantor

cabang baru.
2. Pengubahan kantor cabang atau kantor dibawah kantor
cabang yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional
menjadi yang melakukan kegiatan berdasarkan prinsip
syariah. Dalam rangka persiapan perubahan kantor bank
tersebut, kantor cabang atau kantor dibawah kantor
cabang yang sebelumnya melakukan kegiatan usaha
secara konvensional dapat terlebih dahulu membentuk
unit tersendiri yang melaksanakan kegiatan berdasarkan
prinsip syariah didalam kantor bank tersebut.
Bank umum yang sejak awal melakukan kegiatannya
berdasarkan prinsip syariah tidak diperbolehkan melakukan
kegiatan usaha secara konvensional. Bank Perkreditan
Rakyat yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah tidak diperkenankan melaksanakan kegiatan
secara konvensional. Demikian juga Bank Perkreditan Rakyat
yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional tidak
diperkenankan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah.

D. Produk Bank Syariah


Sama seperti halnya bank konvensional, bank syariah juga
menawarkan nasabah dengan beragam produk perbankan.
Hanya saja bedanya dengan bank konvensional adalah dalam
hal penentuan harga, baik terhadap harga jual maupun harga
belinya. Produk-produk yang ditawarkan sudah tentu sangat

99
islami, termasuk dalam memberikan pelayanan kepada
nasabahnya. Berikut ini beberapa jenis produk bank syariah
yang ditawarkan.
1. Al-wadiah (Simpanan)
Al-Wadi’ah atau dikenal dengan nama titipan atau
simpanan, merupakan titipan murni dari satu pihak ke
pihak lain, baik perorangan maupun badan hukum yang
harus dijaga dan dikembalikain kapan saja bila si penitip
menghendaki.
• Penerima simpanan disebut yadal-amanah yang artinya
tangan amanah. Si penyimpan tidak bertanggung jawab
atas segala kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada
titipan selama hal itu bukan akibat dari kelalaian atau
kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara
barang titipan.
• Penggunaan uang titipan harus terlebih dulu meminta
izin kepada si pemilik uang dan dengan catatan si
pengguna uang menjamin akan mengembalikan uang
tersebut secara utuh. Dengan demikian prinsip yad al-
amanah (tangan amanah) menjadi yad adh-dhamanah
(tangan penanggung).
• Konsekuensi dari diterapkannya prinsip yad adh-
dhamanah pihak bank akan menerima seluruh
keuntungan dari penggunaan uang, namun sebaliknya
bila mengalami kerugian juga harus ditanggung oleh
bank.
• Sebagai imbalan kepada pemilik dana disamping
jaminan keamanan uangnya juga akan memperoleh
fasilitas lainnya seperti insentif atau bonus untuk giro
wadiah. Artinya bank tidak dilarang untuk memberikan
jasa atas pemakaian uangnya berupa insentif atau bonus,
dengan catatan tanpa perjanjian terlebih dulu baik

100
nominal maupun persentase dan ini murni merupakan
kebijakan bank sebagai pengguna uang. Pemberian jasa
berupa insentif atau bonus biasanya digunakan istilah
nisbah atau bagi hasil antara bank dengan nasabah.
Bonus biasanya diberikan kepada nasabah yang
memiliki dana rata-rata minimal yang telah ditetapkan.
• Dalam praktiknya nisbah antara bank (shahibul maal)
dengan deposan (mudharib) biasanya bonus untuk giro
wadiah sebesar 30%, nisbah 40% : 60% untuk simpanan
tabungan dan nisbah 45%:55% untuk simpanan depo-
sito.
2. Pembiayaan Dengan Bagi Hasil
a. Al-musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara
dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu.
Masing-masing pihak memberikan dana atau amal
dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
AI-musyarakah dalam praktik perbankan diapli-
kasikan dalam hal pembiayaan proyek. Dalam hal
ini nasabah yang dibiayai dengan bank sama-sama
menyediakan dana untuk melaksanakan proyek
tersebut. Keuntungan dari proyek dibagi sesuai dengan
kesepakatan untuk bank setelah terlebih dulu menge-
mbalikan dana yang dipakai nasabah. Al-musyarakah
dapat pula dilakukan untuk kegiatan investasi seperti
pada lembaga keuangan modal ventura.
b. AI-mudharabah
Pengertian AI-mudharabah adalah akad kerja sama
antara dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan
seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola.
Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan
101
ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian
diakibatkan kelalaian pengelola, maka si pengelolalah
yang bertanggung jawab.
• Mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama
antara pihak pertama dan pihak lain yang cakupan-
nya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu,
spesifikasi usaha dan daerah bisnis.
• Mudharabah muqayyadah merupakan kebalikan
dari mudharabah muthlaqah di mana pihak lain
dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan daerah
bisnis.
Dalam dunia perbankan Al-mudharabah biasanya di-
aplikasikan pada produk pembiayaan atau pendanaan
seperti, pembiayaan modal kerja. Dana untuk kegiatan
mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka
seperti tabungan haji atau tabungan kurban. Dana juga
dapat dilakukan dari deposito biasa dan deposito spesial
yang dititipkan nasabah untuk usaha tertentu.
c. Al-muzara’ah
Pengertian AI-muzara’ah adalah kerja sama
pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan
penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan kepada
penggarap untuk ditanami produk pertanian dengan
imbalan bagian tertentu dari hasil panen. Dalam dunia
perbankan kasus ini diaplikasikan untuk pembiayaan
bidang plantation atas dasar bagi hasil panen.

102
d. Al-musaqah
Pengertian AI-musaqah merupakan bagian dari
al-muza’arah yaitu penggarap hanya bertanggung
jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dengan
menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri.
Imbalan tetap diperoleh dari persentase hasil panen
pertanian. Jadi tetap dalam konteks adalah kerja sama
pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan
penggarap.
e. Bai’al Murabahah
Pengertian Bai’al-Murabahah merupakan kegi-
atan jual beli pada harga pokok dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual
harus terlebih dulu memberitahukan harga pokok
yang ia beli ditambah keuntungan yang diinginkannya.
Sebagai contoh harga pokok barang “X” Rp. 100.000,-.
Keuntungan yang diharapkan adalah sebesar Rp.
5.000,-, sehingga harga jualnya Rp. 105.000,-. Kegiatan
Bai’al-Murabahah ini baru dilakukan setelah ada
kesepakatan dengan pembeli, baru kemudian dilakukan
pemesanan. Dalam dunia perbankan kegiatan Bai’al-
Murabahah pada pembiayaan produk barang-barang
investasi baik dalam negeri maupun luar negeri seperti
Letter of credit atau lebih dikenal dengan nama L/C.
Sebagai contoh Ny. Pariani memerlukan sebuah mobil
senilai Rp. 30.000.000,-. Jika Bank Syariah Tanjung
Pandan yang membiayai pembelian mobil tersebut
maka Bank Syariah Tanjung Pandan mengharapkan
suatu keuntungan sebesar Rp. 6.000.000,- selama 3
tahun, maka harga yang ditetapkan kepada Ny. Pariani
adalah Rp. 36.000.000, Kemudian jika nasabah setuju
maka nasabah dapat mencicil dengan angsuran Rp.
1.000.000,-. per bulan (diperoleh dari Rp 36.000.000,- :
36 bulan) kepada Bank Syariah Tanjung Pandan.
103
f. Bai’as-salam
Bai’as-salam artinya pembelian barang yang
diserahkan kemudian hari, sedangkan pembayaran
dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah
harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah
barang dan hukum awal pembayaran harus dalam
bentuk uang. Sebagai contoh seorang petani lada yang
bernama Tn. Ivan Pratama hendak menanam lada dan
membutuhkan dana sebesar Rp. 200.000.000-, untuk
satu hektar. Bank Syariah Toboali menyetujui dan
melakukan akad di mana Bank Syariah Toboali akan
membeli hasil lada tersebut sebanyak 10 ton dengan
harga Rp. 200.000.000,-. Pada saat jatuh tempo petani
harus menyerahkan lada sebanyak 10 ton. Kemudian
Bank Syariah Toboali dapat menjual lada tersebut
dengan harga yang relatif lebih tinggi misalnya Rp.
25.000,- per. kilo. Dengan demikian penghasilan bank
adalah 10 ton x Rp. 25.000, = Rp. 250.000.000,-. Dari
hasil tersebut Bank Syariah Toboali akan memperoleh
keuntungan sebesar Rp. 50.000.000,-. setelah dikurangi
modal yang diberikan oleh Bank Syariah Toboali yaitu
Rp. 250.000.000, dikurangi Rp. 200.000.000,-.
g. Bai’Al istishna’
Bai’ Al istishna’ merupakan bentuk khusus dari akad
Bai’assalam, oleh karena itu ketentuan dalam Bai` Al
istishna’ mengikuti ketentuan dan aturan Bai’as-salam.
Pengertian Bai’ Al istishna’ adalah kontrak penjualan
antara pembeli dengan produsen (pembuat barang).
Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat
lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran.
Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-menawar
dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau
secara angsuran perbulan atau di belakang.

104
h. Al-Ijarah (Leasing)
Pengertian Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak
guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah
sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
atas barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini
dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan
operating lease maupun financial lease.
i. Al-Wakalah (Amanat)
Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau
pendelegasian atau pemberian mandat dari satu pihak
kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai
dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat.
j. Al-Kafalah (Garansi)
Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan
penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat
pula diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari
satu pihak kepada pihak lain. Dalam dunia perbankan
dapat dilakukan dalam hal pembiayaan dengan jaminan
seseorang.
k. Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari
orang yang berutang kepada orang lain yang wajib
menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan
beban utang dari satu pihak kepada lain pihak. Dalam
dunia keuangan atau perbankan dikenal dengan
kegiatan anjak piutang atau factoring.
l. Ar-Rahn
Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu
harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman
yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti
jaminan utang atau gadai.

105
E. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah
menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi
syariah. Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama dan
menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu
menerapkan sistem ini ditengah menjamurnya bank-bank
konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998
telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak
yang dilikuidasi karena kegagalan sistem bunganya. Sementara
perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat tetap eksis
dan mampu bertahan. Hingga tahun 1998 praktis Bank Syariah
tidak berkembang. Baru setelah diluncurkan Dual Banking
System melalui UU Nomor 10/1998, perbankan syariah mulai
menggeliat naik. Dalam 5 tahun saja sejak diberlakukan Dual
Banking System, pelaku bank syariah bertambah menjadi 10
bank dengan perincian 2 bank merupakan entitas mandiri
(BMI dan Bank Syariah Mandiri) dan lainnya merupakan
unit/divisi syariah bank konvensional. Tidak hanya itu, di
tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia
pada penghujung  akhir tahun 2008, lembaga keuangan
syariah kembali membuktikan daya tahannya dari terpaan
krisis. Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan
memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan
bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga,
peminjam, dan para penyimpan dana di bank-bank syariah.
Perbankan syariah sebenarnya dapat menggunakan
momentum ini untuk menunjukkan bahwa perbankan syariah
benar-benar tahan dan kebal krisis dan mampu tumbuh dengan
signifikan. Oleh karena itu perlu langkah-langkah strategis
untuk merealisasikannya. Langkah strategis pengembangan
perbankan syariah yang telah di upayakan adalah pemberian
izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor
cabang Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi sebuah bank
konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis ini

106
merupakan respon dan inisiatif dari perubahan Undang-
Undang perbankan Nomor 10 tahun 1998. Undang-Undang
pengganti UU Nomor 7 tahun 1992 tersebut mengatur dengan
jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat
dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.
Untuk menilai perkembangan bank syariah dari tahun ke
tahun biasanya menggunakan beberapa standar, diantaranya:
1. Jumlah aktiva.
2. Dana pihak ketiga (DPK).
3. Pembiayaan bank.

107
108
SEWA GUNA USAHA
(LEASING)

109
110
BAB VII
SEWA GUNA USAHA (LEASING)

A. Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)


Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri
Keuangan No.1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember
1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha, sewa guna usaha
adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease),
untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala.
Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah
kegiatan sewa guna usaha dimana lessee pada akhir masa
kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa
guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya
operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli
objek sewa guna usaha.
Dari defenisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa sewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau
persetujuan sewa-menyewa. Objek sewa guna usaha adalah
barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga
berdasarkan nilai sisa.
Dalam setiap transaksi leasing di dalamnya selalu
melibatkan 3 pihak utama, yaitu:
1. Lessor, adalah perusahaan sewa guna usaha atau di dalam
hal ini pihak yang memiliki hak kepemilikan atas barang
2. Lessee, adalah perusahaan atau pihak pemakai barang yang
bisa memiliki hak opsi pada akhir perjanjian
3. Supplier, adalah pihak penjual barang yang disewa guna
usahakan.

111
B. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Leasing
Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan
4 (empat) pihak yang berkepentingan, yaitu lessor, lessee,
supplier, dan bank atau kreditor. Lessor adalah perusahaan
leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada
pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam
financial lease bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya
yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang
modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam
operating lease, lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari
penyediaan barang serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan
dengan pemeliharaan serta pengoperasian barang modal
tersebut.
Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh
pembiayaan dalam bentuk barang modal dari lessor. Lessee
dalam financial lease bertujuan mendapatkan pembiayaan
berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran
angsuran atau secara berkala. Pada akhir kontrak, lessee
memiliki hak opsi atas barang tersebut. Maksudnya, pihak
lessee memiliki hak untuk membeli barang yang di-lease
dengan harga berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease,
lessee dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di samping
tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa risiko bagi
lessee terhadap kerusakan.
Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan
atau menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan
pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam mekanisme
financial lease, supplier langsung menyerahkan barang
kepada lessee tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang
memberikan pembiayaan. Sebaliknya, dalam operating lease,
supplier menjual barangnya langsung kepada lessor dengan
pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak,
yaitu secara tunai atau berkala.

112
Bank dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak
bank atau kreditor tidak terlibat secara langsung dalam
kontrak tersebut, namun pihak bank memegang peranan
dalam hal penyediaan dana kepada lessor, terutama dalam
mekanisme leverage lease di mana sumber dana pembiayaan
lessor diperoleh melalui kredit bank. Pihak supplier dalam hal
ini tidak tertutup kemungkinan menerima kredit dari bank,
untuk memperoleh barang-barang yang nantinya akan dijual
sebagai objek leasing kepada lessee atau lessor.

C. Penggolongan Perusahaan Leasing


Perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatan usahanya
dapat digolongkan kedalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1. Independent Leasing Company
Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar
dari industri leasing. Perusahaan tipe ini berdiri sendiri atau
independent dari supplier yang mungkin dapat sekaligus
sebagai pihak produsen barang dan dalam memenuhi
kebutuhan barang modal nasabahnya (lessee). Perusahaan
dapat membelinya dari berbagai supplier atau produsen
kemudian di lease kepada pemakai. Lembaga keuangan
yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing, misalnya bank-
bank, dapat pula disebut sebagai lessor independent. Banyak
lembaga keuangan yang bertindak sebagai lessor tidak
hanya memberikan pembiayaan leasing kepada lessee tetapi
juga memberikan pendanaan kepada perusahaan leasing.
Di samping itu lessor independen dapat pula memberikan
pembiayaan kepada supplier (manufacturer) yang sering
disebut dengan vendor program.

113
Gambar Independent Lessor

2. Captive Lessor
Captive lessor akan tercipta apabila supplier atau
produsen mendirikan perusahaan leasing sendiri untuk
membiayai produk-produknya. Hal ini dapat terjadi apabila
pihak supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan
pembiayaan leasing sendiri akan dapat meningkatkan
kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan dengan
menggunakan pembiayaan tradisional. Captive lessor ini
sering pula disebut dengan two party lessor. Pihak pertama
terdiri atas perusahaan induk dan anak perusahaan leasing
(subsidiary) dan pihak kedua adalah lessee atau pemakai
barang.

Gambar Captive Lessor

114
3. Lease Broker atau Packager
Bentuk akhir dari perusahaan leasing adalah leasebroker
atau packager. Broker leasing berfungsi mempertemukan
calon lessee dengan pihak lessor yang membutuhkan suatu
barang modal dengan cara leasing. Broker leasing biasanya
tidak memiliki barang atau peralatan untuk menangani
transaksi leasing untuk atas namanya. Di samping itu
perusahaan broker leasing memberikan satu atau lebih jasa-
jasa dalam usaha leasing tergantung apa yang dibutuhkan
dalam suatu transaksi leasing.

D. Proses dan Mekanisme Transaksi Leasing


Dari defenisi leasing yang telah dibahas pada awal bab
ini dapat disimpulkan bahwa leasing mengandung arti suatu
perjanjian antara pemilik barang (lessor) dengan pemakai
barang (lessee). Mekanisme leasing tersebut merupakan dasar-
dasar dalam suatu transaksi leasing (basic lease). Pihak lessee
berkewajiban membayar sewa secara periodik kepada lessor
sebagai kompensasi atas penggunaan barang tersebut. Dalam
definisi ini hanya dua pihak yang terkait yaitu lessor dan lessee
padahal dalam praktiknya pihak supplier merupakan pihak
yang terlibat dalam suatu mekanisme transaksi leasing.

E. Teknik-Teknik Pembiayaan Leasing


Teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi
leasing yang secara garis besar dapat dibagi dua kategori
pembiayaan yaitu:
1. Finance lease
2. Operating lease
Keterangan :
a. Lessee menghubungi supplier untuk pemilihan dan
penentuan jenis barang, spesifikasi, harga, jangka waktu
pengiriman, jaminan purnajual atas barang yang akan di-
lease.
115
b. Lessee melakukan negosiasi dengan lessor mengenai
kebutuhan pembiayaan barang modal. Pada tahap awal
ini, lessee dapat meminta lease quotation yang tidak
mengikat dari lessor. Dalam lease quotation ini dimuat
mengenai syarat-syarat pokok pembiayaan leasing antara
lain: keterangan barang, cash security deposit, residual
value, asuransi, biaya administrasi, jaminan uang sewa dan
persyaratan-persyaratan lainnya.
c. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter
kepada lessee yang berisi syarat-syarat pokok persetujuan
lessor untuk membiayai barang modal yang dibutuhkan
lessee tersebut. Apabila lessee menyetujui semua ketentuan
dan persyaratan dalam letter of offer, kemudian lessee
menandatangani dan mengembalikannya kepada lessor.
d. Penandatanganan kontrak leasing setelah semua
persyaratan dipenuhi lessee. Kontrak leasing tersebut
sekurang-kurangnya mencakup hal-hal antara lain: pihak-
pihak yang terlibat, hak milik, jangka waktu, jasa leasing,
opsi bagi lessee, penutupan asuransi, tanggung jawab atas
objek leasing, perpajakan, jadwal pembayaran angsuran
sewa dan sebagainya.
e. Pengiriman order beli kepada supplier disertai instruksi
pengiriman barang kepada lessee sesuai dengan tipe dan
spesifikasi barang yang telah disetujui.
f. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee
sesuai pesanan. Selanjutnya lessee menandatangani surat
tanda terima dan perintah bayar dan diserahkan kepada
supplier.
g. Penyerahan dokumen oleh supplier kepada lessor termasuk
faktur dan bukti-bukti kepemilikan barang lainnya.
h. Pembayaran oleh lessor kepada supplier.

116
i. Pembayaran angsuran (lease payment) secara berkala oleh
lessee kepada lessor selama masa sewa guna usaha yang
seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang dibiayai
serta bunganya.
1. Finance Lease
Teknik pembiayaan menurut finance lease ini,
perusahaan leasing sebagai lessor adalah pihak yang
membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha
(lessee) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan
dan atas nama perusahaan leasing, sebagai pemilik barang
modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan
serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek
transaksi leasing. Selama masa leasing, lessee melakukan
pembayaran nilai sisa (residual value). Kalau ada, akan
mencakup pengembalian harga perolehan barang modal
yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan
perusahaan leasing.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa finace lease atau kadang-kadang pula disebut full-
pay out leasing adalah suatu bentuk pembiayaan dengan
cara kontrak antara lessor dengan lessee di mana:
a. Lessor sebagai pihak pemilik barang atas objek leasing,
dimana objek leasing dapat berupa barang bergerak
atau pun tidak bergerak dan memiliki umur maksimum
sama dengan masa kegunaan ekonomis barang tersebut.
b. Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara
berkala sesuai dengan jumlah dan jangka waktu yang
disetujui. Jumlah yang dibayar tersebut merupakan
angsuran atau lease payment yang terdiri atas biaya
perolehan barang ditambah dengan semua biaya lainnya
yang dikeluarkan lessor dan tingkat keuntungan atau
spread yang diinginkan lessor

117
c. Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui
tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak
atau pemakaian barang tersebut. Risiko ekonomis
termasuk biaya pemeliharaan dan biaya lainnya yang
berhubungan dengan barang yang di-lease tersebut
ditanggung oleh lessee.
d. Lessee pada akhir periode kontrak memiliki hak
opsi untuk membeli barang tersebut sesuai dengan
nilai sisa atau residual value yang disepakati, atau
mengembalikan pada lessor, atau memperpanjang
masa lease sesuai dengan syarat-syarat yang disetujui
bersama. Pembayaran berkala pada masa perpanjangan
lease tersebut biasanya jauh lebih rendah daripada
angsuran sebelumnya.
Ciri-ciri finance lease antara lain :
a. Objek leasing tetap milik lessor sampai dilakukannya
hak opsi
b. Barang modal bisa dalam bentuk barang bergerak/tidak
bergerak
c. Masa sewa barang modal sama dengan umur
ekonomisnya.
d. Jumlah lease payment sama dengan jumlah biaya
perolehan ditambah biaya-biaya lainnya ditambah
spread
e. Lessor tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa
kontrak (non-cancelable), atau akan dikenakan denda
f. Risiko ekonomis misalnya biaya pemeliharaan ditang-
gung lessee
g. Transaksi keuangan
h. Full pay out
i. Disertai hak opsi beli sesuai dengan residual value

118
j. Lessor tidak boleh menyusutkan barang modal
k. Angsuran leasing tidak dikenakan PPN dan PPh Pasal 23
Selanjutnya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa
bentuk transaksi sebagai berikut:
a. Direct Financial Lease
Transaksi leasing dalam bentuk direct financial
lease, sering pula disebut truelease, atau disingkat direct
lease merupakan suatu bentuk transaksi leasing di mana
lessor membeli suatu barang atas permintaan pihak
lessee dan sekaligus menyewa guna usahakan barang
tersebut kepada lessee yang bersangkutan. Spesifikasi
barang yang akan di-lease tersebut termasuk penentuan
harga dan penentuan supplier dapat dilakukan oleh
lessee. Tujuan utama lessee pada dasarnya adalah
semata-mata untuk mendapatkan pembiayaan dengan
cara leasing, guna memperoleh barang modal yang
dapat digunakan dalam proses produksi dan atau
meningkatkan kapasitas produksi.
Sedangkan proses pembelian mulai dari order
pembelian dilakukan pihak lessor dan semata-mata
untuk kebutuhan lessee.
1. Penandatangan kontrak antara lessor dengan lessee
2. Penerimaan pembayaran pertama dari lessee, yang
berupa
• Security Deposit
• Uang lease pertama, jika in advance
• Biaya administrasi
• Premi asuransi tahun pertama
• Pembayaran pertama lainnya, jika ada
3. Pemesanan barang modal kepada supplier/dealer
4. Pengiriman barang modal ke alamat lease
5. Lessor akan melaksanakan pembayaran kepada
supplier/dealer

119
6. Kontrak penutupan asuransi
7. Pembayaran premi asuransi
8. Pembayaran lease bulanan dari lessee kepada lessor
Ciri-ciri direct financial lease antara lain :
a. Lessee sebelumnya tidak memiliki barang modal
(kebalikan dengan sale and lease back)
b. Pembelian barang oleh lessor semata-mata untuk
kebutuhan lessee
c. Penentuan spesifikasi barang, harga dan supplier
dapat dilakukan oleh lessee
d. Tujuan utama lessee semata-mata untuk menda-
patkan financing untuk tujuan proses produksi atau
peningkatan kapasitas produksi.
b. Sale and Lease Back
Transaksi leasing dalam bentuk sale and lease
back ini pada prinsipnya adalah pihak lessee sengaja
menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemu-
dian dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang
tersebut. Lessee dalam hal ini berperan sebagai pihak
yang menjual barang untuk digunakan selama masa
lease yang disetujui kedua pihak. Metode leasing ini
dimaksudkan untuk memperoleh tambahan dana untuk
modal kerja. Jadi transaksi leasing di sini bersifat refi-
nancing.
Transaksi leasing seperti ini banyak dilakukan di
Indonesia akibat adanya masalah impor barang modal,
perizinan serta pengoperasian, maupun pembiayaan
kembali terhadap pinjaman yang telah diperoleh lessee
untuk memperoleh barang modal ini terutama dalam
hal pengenaan bea masuk atau pajak dalam rangka
pengadaan suatu barang modal, umunya pihak lessee
akan membeli lebih dahulu atas nama sendiri barang
impor atau eks-impor, termasuk membayar bea masuk
120
dan bea impor lainnya. Selanjutnya barang tersebut
dijual kepada lessor untuk selanjutnya diserahkan
kembali kepada lessee untuk digunakan sesuai dengan
jangka waktu yang disetujui dalam kontrak leasing.
Transaksi leasing seperti di atas sering disebut technical
sale and lease back.
c. Leveraged Lease
Pada prinsipnya leveraged lease merupakan
salah satu teknik pembiayaan dalam finance lease
yang digunakan lessor. Menurut teknik ini, disamping
melibatkan lessor dan lessee juga melibatkan kreditor
jangka panjang dalam membiayai suatu objek leasing.
Pihak kreditor jangka panjang inilah yang memiliki
porsi terbesar dalam membiayai transaksi leasing ini.
Sedangkan porsi pembiayaan pihak lessor biasanya
berkisar 20%-40% dari keseluruhan pembiayaan,
sisanya disediakan oleh kreditor. Kreditor tersebut
dapat berupa bank atau lembaga keuangan lainnya.
Status kreditor di sini hanya sebagai penyedia dana
kepada lessor, sedangkan jaminannya biasanya adalah
objek leasing itu sendiri.
Perbedaannya dengan teknik direct lease adalah
terletak pada jumlah pembiayaan yang diberikan
oleh lessor 100%. Oleh karena itu, lessor bertanggung
jawab langsung kepada kreditor sesuai dengan jumlah
pembiayaannya.
d. Syndicated Lease
Syndicated lease adalah pembiayaan leasing yang
dilakukan oleh lebih dari satu lessor atas suatu objek
leasing. Syndicated lease terjadi apabila lessor karena
alasan-alasan risiko tidak bersedia, atau karena alasan
tidak memiliki kemampuan pendanaan untuk menutup
sendiri suatu transaksi leasing yang nilainya cukup

121
besar yang dibutuhkan oleh lessee. Untuk memenuhi
permintaan atau kebutuhan lessee tersebut, maka
beberapa perusahaan leasing melakukan perjanjian
kerja sama untuk membiayai objek leasing dimaksud.
Selanjutnya, dalam pelaksanaannya dari kelompok
lessor, berdasarkan persetujuan ditunjuk salah satu
lessor untuk bertindak sebagai koordinator dalam
melaksanakan perjanjian leasing dengan pihak lessee
termasuk dengan pihak supplier.
e. Cross Border Lease
Cross border lease adalah transaksi leasing yang
dilakukan di luar batas suatu negara, di mana lessor
berkedudukan di negara berbeda dengan negara lessee.
Jenis transaksi leasing ini kadang-kadang disebut pula
sebagai leasing lintas negara atau transaksi leasing
internasional karena yang dilakukan melibatkan
dua negara yang berbeda. Metode pembiayaan ini
merupakan hal yang kompleks dan bersifat khusus.
Transaksi leasing ini mengandung banyak risiko bagi
lessor karena bagaimana pun juga akan melibatkan
mekanisme hukum, perpajakan dan masalah-masalah
lainnya dari masing-masing negara yang bersangkutan.
Untuk mengatasi kendala-kendala ter-sebut biasanya
transaksi leasing antara negara dilakukan oleh
afiliasinya atau subsidiary perusahaan leasing yang
bersangkutan. Transaksi leasing biasanya dilakukan
dengan cara perjanjian penjualan bersyarat yaitu pihak
lessee diwajibkan membeli barang yang di-lease-nya
pada akhir kontrak.
Cara ini pada dasarnya hanya untuk melindungi
lessor dari kompleksitas peraturan dan ketentuan-
ketentuan Negara asing. Mekanisme cross border lease
pada gambar di bawah ini. Kompleksitas dalam transaksi

122
leasing internasional bagi lessor ini meliputi beberapa
masalah antara lain:
1) Pertimbangan politis yaitu menyangkut stabilitas
negara lessee
2) Peraturan mengenai pemilikan oleh pihak asing
3) Perpajakan yaitu menyangkut ketentuan pajak
ganda (double taxation)
4) Ketentuan repatriasi penghasilan termasuk masalah
pengaturan penggunaan valuta asing negara lessee
5) Peraturan penyusutan
6) Bea masuk barang dan ketentuan impor lainnya
f. Vendor Program
Vendor program atau disebut juga vendor lease
adalah suatu metode penjualan yang dilakukan oleh
produsen atau dealer di mana perusahaan leasing
memberikan atau menyediakan fasilitas leasing kepada
pembeli barang. Dalam mekanisme transaksi vendor
program ini, lessor membayar kepada vendor sesuai
dengan harga barang yang dipilih atau ditentukan oleh
pembeli (lessee).
Selanjutnya pembayaran sewa atau angsuran oleh
lessee dapat dilakukan langsung kepada lessor, atau
dapat dibayarkan melalui vendor yang bersangkutan.
Cara pembayaran tersebut dapat dilakukan sesuai
perjanjian.
2. Operating Lease
Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang
modal dan selanjutnya di-lease-kan. Berbeda dengan finance
lease, dalam operating lease jumlah seluruh pembayaran
berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan
bunganya. Operating lease atau kadang-kadang juga disebut

123
dengan sewa guna usaha biasa adalah suatu perjanjian
kontrak antara lessor dengan lessee di mana:
a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian
menyerahkan kepada pihak lessee untuk digunakan
dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada
umur ekonomis barang modal tersebut.
b. Lessee atas penggunaan barang modal tersebut,
membayar sejumlah sewa secara berkala kepada lessor
yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan
biaya perolehan barang tersebut beserta bunganya atau
disebut juga non full pay out lease.
c. Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan
pemeliharaan atas barang-barang tersebut.
d. Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek
lease pada lessor.
e. Lessee biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak
leasing sewaktu-waktu atau disebut cancelable.
Operating lease dalam pelaksanaannya membutuhkan
suatu keahlian khusus terutama untuk pemeliharaannya
dan pemasaran kembali barang modal yang di-lease-
kan tersebut. Oleh karena itu berbeda dengan finance
lease objek leasing diakhir masa kontrak merupakan
hak milik lessor untuk kemudian dilakukan pemasaran
kembali barang modal tersebut. Lessor dalam operating
lease bertanggung jawab atas segala biaya pelaksanaan
lease antara lain misalnya, biaya asuransi, pembayaran
pajak dan pemeliharaan barang modal. Perbedaan lain
dengan finance lease adalah angsuran operating lease tidak
menggambarkan keseluruhan biaya perolehan barang.
Hal ini disebabkan lessor mengharapkan keuntungan dari
kontrak leasing berikutnya.

124
Selanjutnya menurut Keputusan Menteri Keuangan No.
1169/KMK.01/1991tanggal 27 Nopember 1991 kegiatan
leasing dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
b. Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
Penggolongan suatu transaksi leasing menurut
ketentuan Menteri Keuangan tersebut di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Leasing digolongkan sebagai finance lease apabila
memenuhi semua kriteria berikut:
1) Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa
sewa guna usaha pertama ditambah dengan nilai
sisa barang modal, harus dapat menutup harga
perolehan barang modal dan keuntungan lessor.
2) Masa sewa guna usaha untuk barang modal
ditetapkan sekurang-kurangnya:
a) 2 tahun untuk Golongan I
b) 3 tahun untuk Golongan II dan III
c) 7 tahun untuk Golongan bangunan
3) Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan,
mengenai hak opsi
b. Leasing digolongkan sebagai operating lease apabila
memenuhi kriteria berikut:
1) Jumlah pembayaran leasing selama masa leasing
pertama tidak dapat menutupi harga perolehan
barang modal yang di-lease-kan ditambah
keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor.
2) Perjanjian leasing tidak memuat ketentuan mengenai
hak opsi bagi lessor

125
F. Perbedaan Pembiayaan Leasing Dengan Pembiayaan
Lainnya
Pembiayaan melalui perusahaan leasing memiliki beberapa
perbedaan pokok dengan metode pembiayaan yang diberikan
melalui lembaga-lembaga keuangan lain misalnya bank atau
dengan teknik-teknik pembiayaan lain seperti sewa menyewa
dansewa beli.
Tabel 9.1. Pembiayaan Leasing dan Teknik Pembiayaan
Lainnya
Metode Pembiayaan Lainnya
Penjelasan Sewa
Leasing Sewa Beli Kredit Bank
Menyewa
Barang
bergerak Barang Semua
Jenis Barang
& bergerak perlu jenis
Barang bergerak
tidak pemeliharaan investasi
bergerak
Perusa-
Perusahaan Perusahaan
Penyewa/ Perusahaan atau haan atau
atau atau perseo-
pembeli perseorangan perseoran-
perseorangan rangan
gan
Bentuk
Badan hukum
perusahaan Supplier pemilik Supplier pemi- Bank
perusahaan
pemilikan barang lik barang Debitur
leasing
barang
Menengah/
Jangka Pendek/
Menengah Pendek pendek/jangka
waktu menengah
panjang
Besarnya Lebih rendah 80%
100% 80%
pembiayaan Bunga + mar- Interbank
biaya bunga Bunga + margin tinggi
gin spread rate +

126
- Menggu-
nakan hak
opsi untuk
membeli se-
haraga nilai
ke debitor - Kredit
Barang kem- lunas
sisa Barang menjadi
Akhir kontrak bali kepada
milik penyewa - Jaminan
- Memper- pemilik
panjang kembali
kontrak
- Mengemba-
likan kepada
lessor

G. Kelebihan Leasing Sebagai Sumber Pembiayaan


Leasing sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan sumber-sumber
pembiayaan lainnya antara lain sebagai berikut:
1. Pembiayaan Penuh
Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang
muka dan pembiayaannya dapat diberikan sampai 100%
(full pay out). Hal ini akan membantu cash flow terutama
bagi perusahaan (lessee) yang baru berdiri atau beroperasi
dan perusahaan yang mulai berkembang.
2. Lebih Fleksibel
Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes
karena leasing lebih mudah menyesuaikan keadaan keu-
angan lessee dibandingkan dengan perbankan. Pembayaran
angsuran secara berkala akan ditetapkan berdasarkan
pendapatan yang dihasilkan lessee sehingga pengaturan
pembayaran angsuran secara berkala dapat disesuaikan
dengan pendapatan yang dihasilkan objek yang di-lease.
Artinya pembayaran sewa baru dilakukan setelah barang
modal yang di-lease tersebut telah mulai produktif. Selain
itu perusahaan leasing dapat melakukan pengaturan
pembayaran yang menggelembung (baloon payment)

127
pada awal atau akhir masa lease, pembayaran musiman
(khusus apabila lessee bergerak dalam bidang pertanian,
perkebunan atau peternakan) bahkan mungkin pula suatu
tenggang waktu pembayaran yang sesuai dengan keadaan
keuangan lessee.
3. Sumber Pembiayaan Alternatif
Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi
perusahaan tanpa mengganggu fasilitas kredit (credit line)
yang telah dimiliki. Dari segi jaminan leasing tidak terlalu
menuntut adanya jaminan tambahan yang lebih banyak
dibandingkan apabila lessee memperoleh pinjaman dari
pihak lainnya. Karena hak kepemilikan sah atas objek
lease serta pengaturan pembayaran lease sesuai dengan
pendapatan yang dihasilkan oleh objek lease sehingga
merupakan jaminan bagi leasing itu sendiri. Dengan
demikian harta yang telah dijaminkan untuk kredit tetap
dapat menjamin kredit yang sudah ada.
4. Off Balance Sheet
Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan
transaksi leasing dalam neraca memberi daya tarik
tersendiri kepada lessee karena tanpa mencantumkan
sebaga aktiva berarti prosedur pembelian barang tidak
perlu dipenuhi secara terperinci karena mungkin masih
dalam batas kewenangan direksi (seringkali kewenangan
pembelian barang modal baru sah apabila disetujui
Dewan Komisaris atau bahkan Rapat Pemegang Saham).
Dengan demikian keputusan secara cepat dan tepat dapat
lebih mudah dilakukan oleh direksi. Di pihak lain, tanpa
mencantumkan sebagai aktiva berarti tidak ada keharusan
mencantumkannya sebagai kewajiban. Hal ini mempunyai
dampak positif terhadap kondisi rasio keuangan perusahaan
lessee karena transaksi leasing tersebut tidak akan terlihat

128
dalam neraca lessee sebagai komponen utang. Kondisi ini
disebut off balance sheet financing.
5. Arus Dana
Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah
penting dalam perencanaan arus dana karena pengaturan
ini akan mempunyai dampak yang berarti terhadap
pendapatan lessee. Di samping itu, persyaratan pembayaran
di muka yang relatif lebih kecil akan sangat berpengaruh
pada arus dana terlebih apabila ada pertimbangan kelam-
0batan menghasilkan laba dalam investasi.
6. Proteksi Inflasi
Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi
meskipun dalam beberapa keadaan sering dikatakan hal
ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun berikutnya setelah
kontrak leasing dilakukan, khususnya apabila leasing
berdasarkan tarif suku bunga tetap, maka lessee akan
membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya
yang berasal dari pelunasan pembelian yang dilakukan di
masa lalu.
7. Perlindungan Akibat Kemajuan Teknologi
Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar
dari kerugian akibat barang yang disewa tersebut mengalami
ketinggalan model dan teknologi disebabkan oleh pesatnya
perkembangan teknologi. Dalam suatu kontrak leasing
objek leasing sering dimasukkan sebagai perjanjian bahwa
barang yang sedang disewa tersebut dapat ditukarkan
dengan barang yang serupa yang lebih canggih apabila di
kemudian hari terdapat penemuan-penemuan baru yang
lebih unggul daripada produk barang yang sama.
8. Sumber Pelunasan Kewajiban
Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit
dapat diatasi melalui leasing karena pada umumnya
pelunasan atau pembayaran angsuran hampir selalu
129
diperkirakan berasal dari modal kerja yang dihasilkan oleh
adanya barang yang di-lease. Sehingga kekhawatiran para
kreditor terhadap gangguan penggunaan modal kerja yang
akan mempengaruhi pelunasan kredit yang telah diberikan
dapat diatasi.
9. Kapitalisasi Biaya
Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan
seperti biaya penyerahan, instalasi, pemeriksaan, konsultan,
percobaan dan sebagainya dapat dipertimbangkan sebagai
biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat
disusutkan berdasarkan lamanya leasing.
10. Risiko Keusangan
Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating
lease yang berjangka waktu relatif singkat dapat
mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keusangan
(obsolescence) sehingga lessee tidak perlu memper-
timbangkan risiko pada tahap dini yang mungkin terjadi.
11. Kemudahan Penyusutan Anggaran
Adanya pembayaran sewa secara berkala yang
jumlahnya relatif tetap akan merupakan kemudahan dalam
penyusunan anggaran tahunan lessee.
12. Pembiayaan Proyek Skala Besar
Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi
dalam pembiayaan proyek yang seringkali menjadi masalah
di antara pemberi dana, masalah tersebut biasanya dapat
diatasi melalui perusahaan leasing sepanjang tersedianya
suatu jaminan penuh yang dapat diterima dan serta
kemudahan untuk menguasai barang yang dibiayai apabila
terjadi suatu kelalaian.

130
13. Meningkatkan Debt Capacity
Perolehan barang modal melalui leasing tidak otomatis
menaikkan debt equity ratio yang mempengaruhi bank
ability dari lessee yang bersangkutan.

131
132
PEGADAIAN

133
134
BAB VIII
PEGADAIAN

A. Asal Mula Pegadaian


Sejarah awal mula Pegadaian dimulai pada saat Pemerintah
Penjajahan Belanda (VOC) mendirikan BANK VAN LEENING
yaitu lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan
sistem gadai, lembaga ini pertama kali didirikan di Batavia
pada tanggal 20 Agustus 1746. Ketika Inggris mengambil alih
kekuasaan Indonesia dari tangan Belanda (1811-1816) Bank
Van Leening milik pemerintah dibubarkan, dan masyarakat
diberi keleluasaan untuk mendirikan usaha pegadaian asal
mendapat lisensi dari Pemerintah Daerah setempat (liecentie
stelsel). Namun metode tersebut berdampak buruk, pemegang
lisensi menjalankan praktik rentenir atau lintah darat yang
dirasakan kurang menguntungkan pemerintah berkuasa
(Inggris). Oleh karena itu, Metode Liecentie Stelsel diganti
menjadi Pacth Stelsel yaitu pendirian pegadaian diberikan
kepada umum yang mampu membayarkan pajak yang tinggi
kepada pemerintah.
Pada saat Belanda berkuasa kembali, pola atau metode
Pacth Stelsel tetap dipertahankan dan menimbulkan dampak
yang sama dimana pemegang hak ternyata banyak melakukan
penyelewengan dalam menjalankan bisnisnya. Selanjutnya
pemerintah Hindia Belanda menerapkan apa yang disebut
dengan ‘cultuur stelsel’ dimana dalam kajian tentang pegadaian,
saran yang dikemukakan adalah sebaiknya kegiatan pegadaian
ditangani sendiri oleh pemerintah agar dapat memberikan
perlindungan dan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pemerintah Hindia
Belanda mengeluarkan Staatsblad (Stbl) No. 131 tanggal
12 Maret 1901 yang mengatur bahwa usaha Pegadaian

135
merupakan monopoli Pemerintah dan tanggal 1 April 1901
didirikan Pegadaian Negara pertama di Sukabumi (Jawa Barat),
selanjutnya setiap tanggal 1 April diperingati sebagai hari ulang
tahun Pegadaian.
Pada masa pendudukan Jepang, gedung Kantor Pusat
Jawatan Pegadaian yang terletak di Jalan Kramat Raya 162
dijadikan tempat tawanan perang dan Kantor Pusat Jawatan
Pegadaian dipindahkan ke Jalan Kramat Raya 132. Tidak
banyak perubahan yang terjadi pada masa pemerintahan
Jepang, baik dari sisi kebijakan maupun Struktur Organisasi
Jawatan Pegadaian. Jawatan Pegadaian dalam Bahasa Jepang
disebut Sitji Eigeikyuku, Pimpinan Jawatan Pegadaian dipegang
oleh orang Jepang yang bernama Ohno-San dengan wakilnya
orang pribumi yang bernama M. Saubari.
Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia,
Kantor Jawatan Pegadaian sempat pindah ke Karang Anyar
(Kebumen) karena situasi perang yang kian terus memanas.
Agresi militer Belanda yang kedua memaksa Kantor Jawatan
Pegadaian dipindah lagi ke Magelang. Selanjutnya, pasca
perang kemerdekaan Kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi
ke Jakarta dan Pegadaian kembali dikelola oleh Pemerintah
Republik Indonesia. Dalam masa ini Pegadaian sudah beberapa
kali berubah status, yaitu sebagai Perusahaan Negara (PN) sejak
1 Januari 1961, kemudian berdasarkan PP.No.7/1969 menjadi
Perusahaan Jawatan (PERJAN), selanjutnya berdasarkan PP.
No. 10/1990 (yang diperbaharui dengan PP. No. 103/2000)
berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (PERUM) hingga
sekarang.
Kini usia Pegadaian telah lebih dari seratus tahun, manfaat
semakin dirasakan oleh masyarakat, meskipun perusahaan
membawa misi public service obligation, ternyata perusahaan
masih mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam
bentuk pajak dan bagi keuntungan kepada Pemerintah, disaat

136
mayoritas lembaga keuangan lainnya berada dalam situasi
yang tidak menguntungkan.

B. Pengertian Usaha Gadai


Dalam kegiatan sehari-hari, uang selalu saja dibutuhkan
untuk membeli atau membayar berbagai keperluan. Dan yang
menjadi masalah terkadang kebutuhan yang ingin dibeli tidak
dapat dicukupi dengan uang yang dimilikinya. Kalau sudah
demikian, maka mau tidak mau kita mengurangi untuk membeli
berbagai keperluan yang dianggap tidak penting, namun untuk
keperluan yang sangat penting terpaksa harus dipenuhi dengan
berbagai cara seperti meminjam dari berbagai sumber dana
yang ada. Jika kebutuhan dana jumlahnya besar, maka dalam
jangka pendek sulit untuk dipenuhi, apalagi jika harus dipenuhi
lewat lembaga perbankan. Namun, jika dana yang dibutuhkan
relatif kecil tidak jadi masalah, karena banyak tersedia sumber
dana yang murah dan cepat, mulai dari pinjaman ke tetangga,
tukang ijon sampai ke pinjaman dari berbagai lembaga
keuangan lainnya.
Bagi mereka yang memiliki barang-barang berharga
kesulitan dana dapat segera dipenuhi dengan cara menjual
barang berharga tersebut, sehingga sejumlah uang yang
diinginkan dapat terpenuhi. Namun, resikonya barang yang
telah dijual akan hilang dan sulit untuk kembali. Kemudian
jumlah uang yang diperoleh terkadang lebih besar dari yang
diinginkan sehingga dapat mengakibatkan pemborosan. Untuk
mengatasi kesulitan di atas di mana kebutuhan dana dapat
dipenuhi tanpa kehilangan barang-barang berharga, maka
masyarakat dapat menjaminkan barang-barangnya ke lembaga
tertentu. Barang yang dijaminkan tersebut pada waktu
tertentu dapat ditebus kembali setelah masyarakat melunasi
pinjamannya. Kegiatan menjaminkan barang-barang berharga
untuk memperoleh sejumlah uang dan dapat ditebus kembali

137
setelah jangka waktu tertentu tersebut kita sebut dengan nama
usaha gadai.
Dengan usaha gadai masyarakat tidak perlu takut
kehilangan barang-barang berharganya dan jumlah uang
yang diinginkan dapat disesuaikan dengan harga barang yang
dijaminkan. Perusahaan yang menjalankan usaha gadai disebut
perusahaan pegadaian dan secara resmi satu-satunya usaha
gadai di Indonesia hanya dilakukan oleh Perum Pegadaian.
Menurut kitab Undang-Undang Hukum Perdata, gadai
adalah hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas
suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan
kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai
utang atau oleh seorang lain atas nama orang yang mempunyai
utang. Seorang yang berutang tersebut memberikan kekuasaan
kepada orang berpiutang untuk menggunakan barang bergerak
yang telah diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak
yang berhutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat
jatuh tempo.
Perusahaan Umum Pegadaian adalah satu-satunya badan
usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk
melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan
dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar
hukum gadai seperti dimaksud dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Tugas Pokoknya adalah memberi pinjaman
kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar masyarakat
tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan informal yang
cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari
masyarakat. Hal ini didasari pada fakta yang terjadi di lapangan
bahwa terdapat lembaga keuangan yang seperti lintah darat
dan pengijon yang dengan melambungkan tingkat suku bunga
setinggi-tingginya.
Secara umum pengertian usaha gadai adalah kegiatan
meminjamkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu,
guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang dijaminkan

138
akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah
dengan lembaga gadai. Dan dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa usaha gadai memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Terdapat barang-barang berharga yang digadaikan
2. Nilai jumlah pinjaman tergantung nilai barang yang
digadaikan
3. Barang yang digadaikan dapat ditebus kembali

C. Pimpinan Usaha Gadai


Kegiatan usaha Perum Pegadaian dipimpin sebuah
dewan direksi yang terdiri dari seorang direktur utama dan
beberapa direktur. Masa jabatan dari masing-masing anggota
dewan direksi adalah 5 (lima) tahun, dan setelah masa jabatan
tersebut berakhir yang bersengkutan dapat diangkat kembali.
Di samping dewan direksi yang bertugas menjalankan dan
mengelola kegiatan usaha, Perum pegadaian juga mempunyai
sebuah dewan pengawas yang fungsi utamanya adalah untuk
mengawasi pelaksanaan kegiatan usaha Perum Pegadaian
agar selalu sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dapat
merealisasikan misinya untuk membantu masyarakat dalam
bidang pendanaan atas dasar hukum gadai. Dewan pengawas
juga bertanggung jawab untuk mengawasi pengelolaan
keuangan perum pegadaian agar badan usaha ini tidak
mengalami kerugian yang dapat memberatkan keuangan
negara. Anggota dewan direksi dan dewan pengawas diangkat
dan diberhentikan oleh presiden atas usul Menteri Keuangan
dibantu oleh sebuah Direktorat Jenderal.

139
D. Kegiatan Usaha
1. Penghimpunan Dana
Dana yang diperlukan oleh Perum Pegadaian untuk
melakukan kegiatan usahanya berasal dari:
Pinjaman jangka pendek dari perbankan
a. Dana jangka pendek sebagian besar adalah dalam
bentuk ini (sekitar 80% dari total dana jangka pendek
yang dihimpun)
b. Pinjaman jangka pendek dari pihak lainnya (utang
kepada rekanan, utang kepada nasabah, utang pajak,
biaya yang masih harus dibayar, pendapatan diterima
dimuka, dan lain-lain)
c. Penerbitan obligasi
d. Sampai dengan tahun 1994, Perum Pegadaian sudah 2
(dua) kali menerbitkan obligasi yang jangka waktunya
masing-masing 5 tahun. Penerbitan pertama adalah
pada tahun 1993 sebesar Rp. 25 miliar dan penerbitan
yang kedua kalinya adalah pada tahun 1994 juga sebesar
Rp. 25 miliar, sehingga sampai tahun 1994 total nilai
obligasi yang telah diterbitkan adalah Rp. 50 miliar.
e. Modal sendiri, modal sendiri yang dimiliki oleh Perum
Pegadaian terdiri dari:
• Modal awal: kekayaan Negara diluar APBN sebesar
Rp. 205 miliar
• Penyertaan modal pemerintah
• Laba ditahan: laba ditahan ini merupakan akumulasi
laba sejak perusahaan pegadaian inio berdiri pada
masa Hindia Belanda.

140
E. Penggunaan Dana
Dana yang berhasil dihimpun kemudian digunakan untuk
mendanai kegiatan usaha Perum Pegadaian. Dana tersebut
antara lain digunakan untuk hal-hal berikut:
1. Uang kas dan dana likuid lain
Perum pegadaian memerlukan dana likuid untuk
berbagi kebutuhan seperti: kewajiban yang jatuh tempo,
penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan atas dasar
hukum gadai, biaya operasional yang harus segera dike-
luarkan, pembayaran pajak, dan lain-lain.
2. Pembelian dan pengadaan berbagai bentuk aktiva tetap
dan inventaris
Aktiva tetap berupa tanah dan bangunan serta inventaris
ini tidak secara langsung dapat menghasilkan penerimaan
bagi perum pegadaian namun sangat penting agar kegiatan
usahanya dapat dijalankan dengan baik. Aktiva tetap dan
peralatan ini antara lain adalah berupa tanah, kantor atau
bangunan, komputer, kendaraan, meubel, brankas, dan lain-
lain.
3. Pendanaan kegiatan operasional
Kegiatan operasional Perum Pegadaian memerlukan
dana yang tidak kecil. Dana ini antara lain digunakan untuk
gaji pegawai, honor, perawatan peralatan, dan lain-lain.
4. Penyaluran dana
Pengunaan dana yang utama adalah untuk disalurkan
dalam bentuk pembiayaan atas dasar hukum gadai. Lebih
dari 50% dana yang telah dihimpun oleh Perum Pegadaian
tertanam dalam bentuk aktiva ini, karena memang ini
merupakan kegiatan utamanya. Penyaluran dana ini
diharap untuk mendapatkan penerimaan dari bunga
yang dibayarkan oleh nasabah. Penerimaan inilah yang
merupakan penerimaan utama bagi Perum Pegadaian dalam
menghasilkan keuntungan, meskipun tetap, dimungkinkan
141
untuk mendapatkan penerimaan dari sumber yang lain
seperti investasi surat berharga dan pelelangan jaminan
gadai.
5. Investasi lain
Kelebihan dana (idle fund) yang belum diperlukan
untuk mendanai kegiatan operasional maupun belum
dapat disalurkan kepada masyarakat, dapat ditanamkan
dalam berbagai macam bentuk investasi jangka pendek dan
menengah. Investasi ini dapat menghasilkan penerimaan
bagi Perum Pegadaian, namun penerimaan ini bukan
merupakan penerimaan utama yang diharapkan oleh
Perum Pegadaian. Sebagai contoh, Perum Pegadaian dapat
memanfaatkan dananya untuk investasi dibidang properti,
seperti kantor dan toko. Pelaksanaan investasi ini biasanya
bekerja sama dengan pihak ketiga seperti pengembang
(developer), kontraktor, dan lain-lain.

F. Proses Pinjaman atas Dasar Hukum Gadai


Barang yang dapat digadaikan. Pada dasarnya, hampir
semua barang bergerak dapat digadaikan di pegadaian dengan
pengecualian untuk barang-barang tertentu. Barang-barang
yang dapat digadaikan meliputi:
1. Barang perhiasan
2. Perhiasan yang terbuat dari emas, perak, platina, intan,
mutiara, dan batu mulia
3. Kendaraan
4. Mobil, sepeda motor, sepeda,dan lain-lain
5. Barang elektronik
6. Kamera, refrigerator, freezer, radio, tape recorder, video
player, televisi, dan lain-lain
7. Barang rumah tangga
8. Perlengkapan dapur, perlengkapan makan, dan lain-lain
9. Mesin-mesin

142
10. Tekstil
11. Barang lain yang dianggap bernilai oleh Perum pegadaian.
Namun mengingat keterbatasan tempat penyimpanan,
keterbatasan sumber daya manusia di pegadaian, perlunya
meminimalkan resiko yang ditanggung oleh Perum Pegadaian,
serta memerhatikan peraturan yang berlaku, maka ada barang-
barang tertentu yang tidak dapat digadaikan. Barang-barang
yang tidak dapat digadaikan meliputi:
1. Binatang ternak, karena memerlukan tempat penyimpanan
khusus dan memerlukan cara pemeliharaan khusus.
2. Hasil bumi, karena mudah busuk atau rusak
3. Barang dagangan dalam jumlah besar, karena memerlukan
tempat penyimpanan sangat besar yang tidak dimiliki oleh
pegadaian.
4. Barang yang cepat rusak, busuk, atau susut
5. Barang yang amat kotor
6. Kendaraan yang sangat besar
7. Barang-barang seni yang sulit ditaksir
8. Barang yang sangat mudah terbakar
9. Senjata api, amunisi, dan mesiu
10. Barang yang disewabelikan
11. Barang milik pemerintah
12. Barang ilegal

G. Penaksiran
Pinjaman atas dasar hukum gadai menyaratkan pe-
nyerahan barang bergerak sebagai jaminan pada loket yang
telah ditentukan pada kantor pegadaian setempat. Mengingat
besarnya jumlah pinjaman sangat tergantung pada nilai barang
yang akan digadaikan, maka barang yang diterima dari calon
peminjam terlebih dahulu harus ditaksir nilainya oleh petugas
penaksir. Petugas penaksir adalah orang-orang yang sudah
mendapatkan pelatihan khusus dan berpengalaman dalam
melakukan penaksiran barang-barang yang akan digadaikan.
143
Pedoman dasar penaksiran telah ditetapkan oleh Perum
Pegadaian agar penaksiran atas suatu barang bergerak dapat
sesuai dengan nilai sebenarnya. Pedoman penaksiran yang
dikelompokkan atas dasar jenis barang adalah sebagai berikut:
1. Barang berkantong
a. Emas
1) Petugas menaksir melihat Harga Pasar Pusat
(HPP) dan standar taksiran logam yang telah
ditetapkan oleh kantor pusat. Harga pedoman untuk
keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan dengan
perkembangan harga yang terjadi.
2) Petugas penaksir melakukan pengujian karatase dan
berat.
3) Petugas penaksir menentukan nilai taksiran
b. Permata
1) Petugas penaksir melihat standar taksiran permata
yang telah ditetapkan oleh kantor pusat. Standar
ini selalu disesuaikan dengan perkembangan pasar
permata yang ada.
2) Petugas penaksir melakukan pengujian kualitas dan
berat permata
3) Petugas penaksir menentukan nilai taksiran
c. Barang gudang (mobil, mesin, barang elektronik, tekstil,
dan lain-lain)
a) Petugas penaksir melihat Harga Pasar Setempat
(HPS) dari barang. Harga pedoman untuk keperluan
penaksiran ini selalu disesuaikan dengan perkem-
bangan harga yang terjadi.
b) Petugas penaksir menentukan nilai taksiran

144
Nilai taksiran terhadap suatu objek barang yang akan
digadaikan tidak ditentukan sebesar harga pasar, melainkan
setelah dikalikan dengan presentase tertentu. Sebagai contoh,
emas yang menurut harga pasar adalah senilai Rp. 100.00, nilai
taksirannya tidak sebesar Rp. 100.000. Nilai taksiran emas
tersebut adalah sebesar Rp. 88.000. Angka pengali sebesar
88% ditentukan oleh Perum Pegadaian, dan angka ini bukanlah
angka baku yang tetap sepanjang masa, dengan kata lain
angka ini bisa mengalami perubahan. Perum pegadaian sudah
menetapkan pengali untuk berlian adalah 45%, angka pengali
untuk tekstil adalah 83%, dan seterusnya. Nilai taksiran inilah
yang dijadikan acuan untuk menentukan besarnya pinjaman
yang akan diberikan kepada nasabah.

H. Pemberian Pinjaman
Nilai taksiran atas barang yang akan digadaikan tidak
sama dengan besarnya pinjaman yang diberikan. Setelah itu
ditentukan, maka petugas menentukan jumlah uang pinjaman
yang dapat diberikan. Penentuan jumlah uang pinjaman ini
juga berdasarkan persentase tertentu terhadap nilai taksiran,
dan presentase ini juga telah ditentukan oleh Perum Pegadaian
berdasarkan golongan yang besarnya berkisar antara 80-90%.

Gambar: Alur Permohonan Pinjaman

145
I. Pencairan uang
1. Pelunasan
Sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan
pada waktu pemberian pinjaman, nasabah mempunyai
kewajiban melakukan pelunasan pinjaman yang telah
diterima. Pada dasarnya nasabah dapat melunasi kewa-
jibannya setiap saat tanpa harus menunggu waktu jatuh
tempo. Pelunasan pinjaman beserta sewa modalnya
(bunga) dibayarkan langsung ke kasir disertai surat gadai.
Setelah adanya pelunasan atau penebusan yang disertai
dengan pemenuhan kewajiban nasabah yang lain, nasabah
dapat mengambil kembali barang yang digadaikan.

J. Pelelangan
Penjualan barang yang digadaikan melalui suatu pelelangan
akan dilakukan oleh Perum Pegadaian pada saat yang telah
ditentukan dimuka apabila terjadi hal-hal berikut:
1. Pada saat masa habis atau jatuh tempo, nasabah tidak bisa
menebus barang yang digadaikan dan membayar kewajiban
lainnya karena berbagai alasan, dan
2. Pada saat masa pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah
tidak memperpanjang batas waktu pinjamannya karena
berbagai alasan.
Hasil pelelangan barang yang digadaikan akan digunakan
untuk melunasi seluruh kewajiban nasabah kepada Perum
pegadaian yang terdiri dari :
1. Pokok pinjaman
2. Sewa modal atau bunga
3. Biaya lelang
Apabila barang yang digadaikan tidak laku dilelang atau
terjual dengan harga yang lebih rendah daripada nilai taksiran
yang telah dilakukan pada awal pemberian pinjaman kepada

146
nasabah yang bersangkutan, maka barang yang tidak laku
dilelang tersebut dibeli oleh negara dan kerugian yang timbul
ditanggung oleh perum pegadaian.

K. Manfaat dan Keuntungan Usaha Gadai


Tujuan utama usaha pegadaian adalah untuk mengatasi
agar masyarakat yang sedang membutuhkan uang tidak jatuh
ke tangan para pelepas uang atau tukang ijon atau tukang
rentenir yang bunganya relatif tinggi. Perusahaan pegadaian
menyediakan pinjaman uang dengan jaminan barang-barang
berharga. Meminjam uang ke perum Pegadaian bukan saja
karena prosedurnya yang mudah dan cepat, tetapi karena biaya
yang dibebankan lebih ringan jika dibandingkan dengan para
pelepas uang atau tukang ijon. Hal ini dilakukan sesuai dengan
salah satu tujuan dari Perum Pegadaian dalam pemberian
pinjaman kepada masyarakat dengan moto “menyelesaikan
masalah tanpa masalah”.
Jika seseorang membutuhkan dana sebenarnya dapat
diajukan ke berbagai sumber dana, seperti meminjam uang
ke bank atau lembaga keuangan lainnya. Akan tetapi, kendala
utamanya adalah prosedurnya rumit dan memakan waktu
yang relatif lebih lama. Kemudian disamping itu, persyaratan
yang lebih sulit untuk dipenuhi seperti dokumen yang harus
lengkap, membuat masyarakat mengalami kesulitan untuk
memenuhinya. Begitu pula dengan jaminan yang diberikan
harus barang-barang tertentu, karena tidak semua barang
dapat dijadikan jaminan di bank.
Namun, di perusahaan pegadaian begitu mudah dilakukan,
masyarakat cukup datang ke kantor pegadaian terdekat dengan
membawa jaminan barang tertentu, maka uang pinjaman pun
dalam waktu singkat dapat terpenuhi. Jaminannya dengan jam
tangan saja sudah cukup untuk memperoleh sejumlah uang
dan hal lain ini hampir mustahil dapat diperoleh di lembaga
keuangan lainnya.

147
Keuntungan lain di pegadaian adalah pihak pegadaian tidak
mempermasalahkan untuk apa uang tersebut digunakan dan
hal ini tentu bertolak belakang dengan pihak perbankan yang
harus dibuat serinci mungkin tentang penggunaan uangnya.
Begitu pula dengan sanksi yang diberikan relatif ringan, apabila
tidak dapat melunasi dalam jangka waktu tertentu. Sanksi yang
paling berat adalah jaminan yang disimpan akan dilelang untuk
menutupi kekurangan pinjaman yang telah diberikan.
Jadi keuntungan perusahaan pegadaian jika dibandingkan
dengan lembaga keuangan bank atau lembaga keuangan
lainnya adalah:
1. Waktu yang relatif singkat untuk memperoleh uang, yaitu
pada hari itu juga, hal ini disebabkan prosedurnya yang
tidak berbelit-belit.
2. Persyaratan yang sangat sederhana sehingga memudahkan
konsumen untuk memenuhinya.
3. Pihak pegadaian tidak mempermasalahkan uang tersebut
digunakan untuk apa, jadi sesuai dengan kehendak
nasabahnya.
Bagi Nasabah
Manfaat utamanya yang diperoleh oleh nasabah yang
meminjam dari Perum Pegadaian adalah ketersediaan dana
dengan prosedur yang relatif lebih sederhana dalam waktu
yang lebih cepat terutama apabila dibandingkan dengan kredit
perbankan. Di samping itu, mengingat jasa yang ditawarkan
oleh Perum Pegadaian tidak hanya jasa pegadaian, maka
nasabah juga dapat memperoleh manfaat antara lain:
1. Penaksiran nilai suatu barang bergerak dari pihak atau
institusi yang telah berpengalaman dan dapat dipercaya.
penaksiran atas suatu barang antara penjual dan pembeli
sering sulit sampai pada suatu kesepakatan yang sama.

148
2. Penitipan suatu barang bergerak pada tempat yang aman
dan dapat dipercaya. Nasabah yang akan berpergian, merasa
kurang aman menempatkan barang bergeraknya ditempat
sendiri, atau tidak mempunyai sarana penyimpanan suatu
barang bergerak dapat menempatkan barang bergeraknya
di Perum pegadaian.
Bagi Perum Pegadaian
Manfaat yang diharapkan dari Perum Pegadaian sesuai jasa
yang diberikan kepada nasabahnya adalah :
1. Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang
dibayarkan oleh peminjam dana.
2. Penghasilan yang bersumber dari ongkos yang dibayarkan
oleh nasabah memperoleh jasa tertentu dari Perum pega-
daian.
3. Pelaksanaan misi Perum Pegadaian sebagai suatu Badan
Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang pembiayaan
berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang
memerlukan dana dengan prosedur dan cara yang relatif
sederhana.
4. Berdasarkan peraturan pemerintah No. 10 Tahun 1990, laba
yang diperoleh oleh Perum Pegadaian digunakan untuk :
a. Dana pembangunan semesta (55%)
b. Cadangan umum (20%)
c. Cadangan tujuan (5%)
d. Dana sosial (20%)

L. Pegadaian Syariah
Perkembangan produk-produk berbasis syariah kian marak
di Indonesia, tidak terkecuali pegadaian. Perum Pegadaian
mengeluarkan produk berbasis syariah yang disebut dengan
pegadaian syariah. Pada dasarnya produk-produk berbasis
syariah mempunyai karakteristik seperti, tidak memunggut

149
bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan
uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang
diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh
imbalan atas jasa dan atau bagi hasil. Pegadaian syariah atau
kerap dikenal dengan istilah rahn, dalam pengoperasiannya
menggunakan metode Fee Based Income (FBI).
Sebagai penerima gadai atau disebut mutahim, penggadai
akan mendapatkan Surat Bukti Rahn (gadai) berikut dengan
akad pinjam-meminjam yang disebut dengan Akad Gadai
Syariah dan Akad Sewa Tempat (ijarah). Dalam akad gadai
syariah disebutkan bila jangka waktu akad tidak diperpanjang
maka penggadai menyetujui agunan (marhun) miliknya
dijual oleh muhtarin guna melunasi pinjaman. Sedangkan
akad sewa tempat (ijaroh) merupakan kesepakatan antara
penggadai dengan penerima gadai untuk menyewa tempat
untuk penyimpanan dan penerima gadai akan mengenakan
jasa simpan.
Salah satu inovasi produk yang diluncurkan oleh pegadaian
adalah Program Kredit Tunda Jual Komoditas Pertanian
yang saat ini lebih dikenal dengan Gadai Gabah, program ini
diluncurkan atas landasan pemikiran bahwa dalam rangka
mengurangi kerugian petani akibat perbedaan harga jual
gabah pada saat panen raya. Sasaran utama program ini adalah
membantu petani agar bisa menjual gabah yang dimilikinya
sesuai dengan harga dasar yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pengalaman saat ini ketika terjadi panen raya, petani selalu
dirugikan. Untuk mencegah kerugian yang diderita oleh petani
pada saat musim panen akibat anjloknya harga gabah, Perum
pegadaian meluncurkan gadai-gadai gabah. Dengan sistem
ini, petani menggadaikan gabahnya pada musim panen, untuk
ditebus dan dijual ketika harga gabah kembali normal. Petani
menggadaikan sebagian gabahnya pada musim panen pada
perum pegadaian dengan harga yang berlaku saat itu. Setelah
harga gabah kembali normal, petani dapat menebusnya dengan

150
harga yang sama ketika menggadaikan gabahnya ditambah
harga sewa modal sebesar 3,5 persen per bulan. Jika selama
batas empat bulan (masa jatuh tempo kredit) petani tidak
dapat menebusnya, gabah akan dilelang oleh perum pegadaian.
Kelebihan harga gabah akan diberikan kepada petani. Gabah
yang diterima sebagai barang jaminan adalah Gabah kering
Giling (GKG). Bila gabah petani bukan gabah kering giling maka
petani akan dikenakan proses penanganan (handling) sebesar
Rp. 10 per kg.

M. Produk
1. KCA (Kredit Cepat Aman)
Kredit KCA adalah pinjaman berdasarkan hukum gadai
dengan prosedur pelayanan yang mudah, aman dan cepat.
Dengan usaha ini, Pemerintah melindungi rakyat kecil yang
tidak memiliki akses kedalam perbankan.
Dengan demikian, kalangan tersebut terhindar dari
praktik pemberian uang pinjaman yang tidak wajar.
Pemberian kredit jangka pendek dengan pemberian
pinjaman mulai dari Rp. 20.000,- sampai dengan Rp.
200.000.000,-. Jaminannya berupa benda bergerak, baik
berupa barang perhiasan emas dan berlian, elektronik,
kendaraan maupun alat rumah tangga lainnya. Jangka
waktu kredit maksimum 4 bulan atau 120 hari dan dapat
diperpanjang dengan cara hanya membayar sewa modal
dan biaya administrasinya saja.
2. Kreasi (Kredit Angsuran Fidusia)
Membantu mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) serta menyejahterakan masyarakat
merupakan suatu misi yang diemban Pegadaian sebagai
sebuah BUMN.
Pegadaian selalu berusaha membantu perkembangan
usaha produktif, terutama bagi Pengusaha Mikro Kecil

151
dan Menengah melalui pemberian berbagai fasilitas kredit
yang cepat, mudah dan murah. Salah satu bentuk fasilitas
pinjaman yang dapat diperoleh para pengusaha UMKM
adalah kredit KREASI.
KREASI adalah kredit dengan sistem FIDUSIA, yang
diberikan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
untuk mengembangkan usahanya.
a. Prosedur pengajuannya sederhana, mudah dan cepat.
b. Dalam tempo 3 hari kredit sudah bisa cair.
c. KREASI dapat diperoleh di kantor cabang diseluruh
Indonesia.
d. Jangka waktu pinjaman fleksibel, mulai dari 12 bulan,
18 bulan, 24 bulan, atau pun 36 bulan.
e. Sewa Modal (bunga pinjaman) relatif murah, hanya
0.9% per bulan, flat.
f. Agunan BPKB kendaraan bermotor (mobil plat kuning/
hitam, serta sepeda motor) sehingga kendaraan dapat
tetap dipergunakan untuk mendukung operasional
usaha.
g. Pelunasan kredit dilakukan dengan angsuran tetap
setiap bulan.
h. Pelunasan sekaligus dapat dilakukan sewaktu-waktu
dengan pemberian diskon untuk sewa modal.
Persyaratan:
a. Fotokopi KTP dan Kartu Keluarga
b. Menyerahkan dokumen usaha yang sah
c. Usaha telah berjalan minimal 1(satu) tahun
d. Menyerahkan dokumen kepemilikan kendaraan
bermotor (BPKB asli, fotokopi STNK, dan faktur
pembelian)
e. Memenuhi kriteria kelayakan usaha

152
Prosedur pemberian KREASI:
a. Nasabah mengisi formulir aplikasi Kredit KREASI.
b. Nasabah menyerahkan dokumen-dokumen usaha, agu-
nan dan persyaratan lainnya.
c. Petugas Pegadaian memeriksa keabsahan dokumen
yang diserahkan.
d. Petugas melakukan survey ke tempat usaha untuk
menganalisis kelayakan usaha serta menaksir agunan.
e. Nasabah bersama istri/suami menandatangani surat
perjanjian kredit.
f. Pencairan kredit.
3. Kredit Angsuran Sistem Gadai (KRASIDA)
KRASIDA merupakan pemberian pinjaman kepada para
pengusaha Mikro dan Kecil (dalam rangka pengembangan
usaha) atas dasar gadai dengan pengembalian pinjaman
dilakukan melalui mekanisme angsuran.
Keunggulan:
a. Proses mudah dan pengajuan kredit anda sudah bisa
cair dalam waktu yang relatif cepat.
b. Fleksibel dalam menentukan jangka waktu pinjaman,
mulai dari 12 bulan, 24 bulan, ataupun 36 bulan.
c. Sewa modal yang relatif murah hanya 0.9% per bulan
Flat atau 11.8% per tahun *).
d. Agunan perhiasan hanya emas.
e. Pinjaman bisa mencapai 95% dari nilai taksiran agunan.
f. Pelunasan kredit dilakukan dengan cara mengangsur
setiap bulan dengan jumlah angsuran tetap.
g. Didukung oleh staf yang berpengalaman serta ramah
dan santun dalam memberikan pelayanan.
h. Pelunasan sekaligus dapat dilakukan sewaktu-waktu
dengan pemberian diskon sewa modal.

153
Persyaratan:
a. Membawa agunan berupa perhiasan emas
b. Fotokopi Identitas Diri (KTP dan KK)
c. Fotokopi Surat Ijin Usaha atau surat keterangan domisili
usaha dari Lurah/Kades.
Prosedur Pemberian Kredit :
a. Nasabah mengisi formulir aplikasi kredit KRASIDA
b. Nasabah menyerahkan dokumen-dokumen usaha,
perhiasan emas, serta persyaratan lainnya
c. Petugas Pegadaian memeriksa keabsahan dokumen-
dokumen yang diserahkan
d. Petugas Pegadaian menaksir agunan yang diserahkan
e. Bersama Suami/Istri untuk menandatangani surat
perjanjian kredit
f. Pencairan kredit
4. Gadai Syariah (Ar- Rahn)
RAHN adalah produk jasa gadai yang berlandaskan
pada prinsip-prinsip Syariah, dimana nasabah hanya akan
dipungut biaya administrasi dan Ijaroh (biaya jasa simpan
dan pemeliharaan barang jaminan).
Pegadaian Syariah menjawab kebutuhan transaksi
gadai sesuai Syariah, untuk solusi pendanaan yang Cepat,
Praktis, dan Menentramkan.
Persyaratan:
a. Membawa fotokopi KTP atau identitas lainnya (SIM,
Paspor, dll).
b. Mengisi formulir permintaan Rahn.
c. Menyerahkan barang jaminan (marhun) bergerak,
seperti: perhiasan emas, berlian; kendaraan bermotor;
barang-barang elektronik.

154
Prosedur Pemberian Pinjaman (Marhun Bih):
a. Nasabah mengisi formulir permintaan Rahn.
b. Nasabah menyerahkan formulir permintaan Rahn
yang dilampiri dengan fotokopi identitas serta barang
jaminan ke loket.
c. Petugas Pegadaian menaksir (marhun) agunan yang
diserahkan.
d. Besarnya pinjaman/marhun bih adalah sebesar 90%
dari taksiran marhun.
e. Apabila disepakati besarnya pinjaman, nasabah
menandatangani akad dan menerima uang pinjaman
5. Jasa Taksiran
Jasa Taksiran adalah suatu layanan kepada masyarakat
yang peduli akan harga atau nilai harta benda miliknya.
Dengan biaya yang relatif ringan, masyarakat dapat
mengetahui dengan pasti tentang nilai atau kualitas suatu
barang miliknya setelah lebih dulu diperiksa dan ditaksir
oleh juru taksir berpengalaman. Kepastian nilai atau
kualitas suatu barang. Misalnya kualitas emas atau batu
permata, dapat memberikan rasa aman dan rasa lebih
pasti bahwa barang tersebut benar-benar mempunyai nilai
investasi yang tinggi.
6. Jasa Titipan
Dalam dunia perbankan, layanan ini dikenal sebagai
safe deposit box. Harta dan surat berharga perlu di jaga
keamanannya agar tidak sampai hilang, rusak atau di
salahgunakan orang lain. Tetapi ternyata tidak selamanya
barang dan surat berharga itu aman di tangan sendiri.
Jika anda mendapatkan kesulitan “mengamankan”nya
di rumah sendiri, karena akan dinas ke luar kota/luar
negeri, menunaikan ibadah haji, berlibur, sekolah di luar
negeri, dll. Percayakan saja penyimpanannya kepada kami.

155
Jangka waktu penitipan dua minggu sampai dengan satu
tahun dan dapat di perpanjang. Kami akan menjaga dan
melindunginya dengan penuh perhatian.
7. KRISTA
Membantu mengembangkan Usaha Rumah Tangga,
serta menyejahterakan masyarakat merupakan suatu misi
yang diemban Pegadaian sebagai sebuah BUMN.
Pegadaian selalu berusaha membantu perkembangan
usaha produktif, Usaha Rumah Tangga melalui pemberian
berbagai fasilitas kredit yang cepat, mudah dan murah.
Salah satu bentuk fasilitas pinjaman yang dapat diperoleh
para Usaha Rumah Tangga adalah kredit KRISTA. KRISTA
adalah kredit Usaha Rumah Tangga, yang diberikan kepada
Usaha Rumah Tangga untuk pengembangan usahanya.
a. Prosedur pengajuannya sangat mudah.
b. Pelayanan mudah, cepat dan aman
c. Proses ± hanya 3 hari.
d. Pinjaman sampai dengan Rp. 3.000.000,00
e. Pinjaman dapat diangsur sampai 36 bulan dengan
jumlah angsuran tetap.
f. Sewa modal cukup kompetitif, hanya 1% per bulan.
g. Agunan tidak menjadi persyaratan mutlak.
Persyaratan:
a. Pengusaha kelompok mikro (pedagang kecil/tukang
sayur/K5)
b. Usaha sudah berjalan minimal 6 bulan.
c. Menerapkan sistem tanggung renteng pada anggota
kelompok.
d. Tidak sedang mempunyai hutang modal kerja kepada
kelompok usaha/lembaga keuangan lain.

156
e. Tempat tinggal/domisili jelas dibuktikan dengan
identitas diri (KTP dan KK).
8. ARRUM (Ar-rahn untuk usaha mikro kecil)
Bagi Anda para pengusaha mikro kecil, kini telah hadir
Pembiayaan ARRUM untuk pengembangan usaha Anda
dengan berprinsip syariah.
Keunggulan:
a. Persyaratan yang mudah, proses yang cepat (± 3 hari),
serta biaya-biaya yang kompetitif dan relatif murah.
b. Jangka waktu pembiayaan yang fleksibel, mulai dari 12
bulan, 18 bulan, 24 bulan, hingga 36 bulan.
c. Jaminan berupa BPKB kendaraan bermotor (mobil
ataupun motor) sehingga fisik kendaraan tetap berada
di tangan nasabah untuk kebutuhan operasional usaha.
d. Nilai pembiayaan dapat mencapai hingga 70% dari nilai
taksiran agunan.
e. Pelunasan dilakukan secara angsuran tiap bulan dengan
jumlah tetap.
f Pelunasan sekaligus dapat dilakukan sewaktu-waktu
dengan pemberian diskon ijaroh.
g. Didukung oleh staf yang berpengalaman serta ramah
dan santun dalam memberikan pelayanan.
Persyaratan:
a. Calon nasabah merupakan pengusaha mikro kecil
dimana usahanya telah berjalan minimal 1 tahun
b. Memiliki kendaraan bermotor (mobil/motor) sebagai
agunan pembiayaan
c. Melampirkan:
1) Copy KTP dan Kartu Keluarga (KK)
2) Copy KTP Suami/Istri
3) Copy Surat Nikah
157
4) Fotokopi dokumen usaha yang sah (bagi pengusaha
informal cukup menyerahkan surat keterangan
usaha dari Kelurahan atau Dinas terkait)
5) Asli BPKB Kendaraan bermotor
6) Fotokopi rekening koran/tabungan (jika ada)
7) Fotokopi pembayaran listrik dan telpon
8) Fotokopi pembayaran PBB
9) Fotokopi laporan keuangan usaha
d. Memenuhi kriteria kelayakan usaha
Proses memperoleh pembiayaan ARRUM:
a. Mengisi formulir aplikasi pembiayaan ARRUM
b. Melampirkan dokumen-dokumen usaha, agunan, serta
dokumen pendukung lainnya yang terkait.
c. Petugas Pegadaian memeriksa keabsahan dokumen-
dokumen yang dilampirkan.
d. Petugas Pegadaian melakukan survey analisis kelayakan
usaha serta menaksir agunan.
e. Penandatanganan akad pembiayaan.
f. Pencairan pembiayaan.
9. Mulia
Logam Mulia atau emas mempunyai berbagai aspek
yang menyentuh kebutuhan manusia disamping memiliki
nilai estetis yang tinggi juga merupakan jenis investasi yang
nilainya stabil, likuid, dan aman secara riil.
Mulia (Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi)
adalah penjualan logam Mulia oleh Pegadaian kepada
masyarakat secara tunai, dan agunan dengan jangka waktu
Fleksibel.
Akad Murabahah Logam Mulai untuk Investasi Abadi
Abadi adalah persetujuan atau kesepakatan yang dibuat
bersama antara Pegadaian dan Nasabah atas sejumlah

158
pembelian Logam Mulia disertai keuntungan dan biaya-
biaya yang disepakati.
10. Kucica (Kiriman Uang Cara Instan, Cepat dan Aman)
Adalah suatu produk pengiriman uang dalam dan
luar negeri yang bekerjasama dengan Western Union.
Keuntungan dan keunggulan:
a. Dapat dilayani di Kantor Cabang Pegadaian di seluruh
Indonesia.
b. Standar layanan yang berkualitas dalam hal Keamanan,
Operasi dan Layanan Pelanggan.
c. Cara Cepat dan mudah pengiriman ke seluruh dunia.
d. Transaksi aman dan hanya dibayarkan kepada orang
yang dituju.
e. Biaya yang cukup kompetitif.
f. Tanpa harus memiliki Rekening Bank
g. Tidak ada biaya apapun untuk penerima uang.
Syarat yang harus dipenuhi nasabah pengirim uang :
a. Mengisi dan melengkapi form Pengiriman Uang.
b. Membawa Kartu Tanda Pengenal Berfoto (KTP/SIM/
Paspor)
c. Mengetahui nama dan alamat lengkap Calon Penerima
Uang
Syarat yang harus dipenuhi nasabah penerima uang :
a. Mengisi dan melengkapi form Menerima Uang.
b. Membawa Nomor Kontrol Kiriman Uang atau MTCN.
c. Membawa Kartu Tanda Pengenal Berfoto (KTP/SIM/
Paspor)
d. Mengetahui dengan baik nama pengirim.
e. Mengetahui tempat asal uang.
f. Mengetahui dengan benar berapa jumlah yang akan
diambil.
159
160
PASAR UANG DAN
PASAR MODAL

161
162
BAB IX
PASAR UANG DAN PASAR MODAL

A. Pengertian Pasar Uang dan Pasar Modal


1. Pengertian Pasar Uang
Pasar uang di Indonesia relatif masih baru jika
dibandingkan dengan negara-negara maju. Namun dalam
perkembangan dunia sekarang ini, pasar uang di indo-
nesia juga ikut berkembang walaupun tidak semarak
perkembangan pasar modal (capital market). Antara
pasar uang dan pasar modal terdapat perbedaan yang
cukup jelas. Misalnya jika dilihat dari jangka waktunya
instrumen diperjualbelikan, tempat penjualannya serta
tujuan daripada para penjual dan pembeli dari kedua pasar
tersebut.
Perbedaan yang pertama adalah dari instrumen yang
diperjualbelikan yaitu jika di dalam pasar modal yang
diperjualbelikan adalah surat-surat berharga jangka
panjang seperti saham atau obligasi. Sedangkan di dalam
pasar uang adalah surat-surat berharga jangka pendek
yang jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun seperti,
Comercial Paper, Call Money, Serifikat Bank Indonesia, Surat
Berharga Pasar Uang atau Banker’s Accepted. Kemudian jika
dilihat dari segi pasar tempat diperjualbelikannya surat-
surat berharga tersebut juga berbeda, misalnya dalam jual
beli pasar modal para penjual dan pembeli dapat bertemu
di suatu tempat tertentu seperti di bursa efek, sedangkan
pasar uang pasarnya abstrak artinya tempat penjualan
dan pembelian surat-surat tersebut tidak di dalam pasar
tertentu, tetapi melalui sarana elektronik seperti telepon,
faksimile atau telex. Dengan kata lain, di pasar uang dapat

163
diperbolehkan antar kreditor dengan investor secara
langsung di berbagai tempat.
Perbedaan lainya jika dilihat dari tujuan para penjual
atau pihak yang mengeluarkan surat-surat berharga
tersebut. Dalam pasar uang tujuannya adalah untuk
memenuhi kebutuhan modal jangka pendek seperti untuk
keperluan modal kerja, sedangkan di dalam pasar modal
lebih ditekankan kepada tujuan investasi atau untuk
ekspansi perusahaan. Bagi investor dengan membeli
surat-surat berharga di pasar uang tujuannya adalah
untuk mencari keuntungan semata dan di dalam pasar
modal disamping keuntungan juga untuk penguasaan
perusahaan. Jadi yang dimaksud dengan Pasar uang (money
market) adalah keseluruhan permintaan dan penawaran
dana-dana, surat-surat berharga, atau instrumen finansial
jangka pendek yang mempunyai jangka waktu satu tahun
atau kurang dari satu tahun dan dapat disalurkan melalui
lembaga-lembaga perbankan. Pasar uang sering juga
disebut pasar kredit jangka pendek.
2. Pengertian Pasar Modal
Didalam Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun
1995, pengertian pasar modal dijelaskan lebih spesifik
sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
Umum dan Perdagangan Efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga
dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
Pasar Modal dalam arti sempit adalah suatu tempat
dalam pengertian fisik yang terorganisasi di mana efek-
efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Pengertian
bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang
terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli
efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan
wakil-wakilnya. Definisi pasar modal menurut Kamus Pasar
Uang dan Modal adalah pasar konkrit atau abstrak yang
164
mempertemukan pihak yang menawarkan dan memerlukan
dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun keatas dengan
pihak yang memiliki kelebihan dana (investor).
Dengan adanya pasar modal maka perusahaan
publik dapat memperoleh dana segar masyarakat melalui
penjualan Efek saham melalui prosedur IPO atau efek utang
(obligasi). Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal
aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar
modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-
perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan
perusahaan dan pada akhirnya memberikan kemakmuran
bagi masyarakat yang lebih luas.
Menurut Syahrir, pasar modal sangat sulit atau tidak
mungkin berkembang pesat jika dalam suatu negara
berlangsung perekonomian makro sebagai berikut:
a. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang negatif/stagnan.
b. Tingkat inflasi dengan dua digit atau sampai dengan
hyperinflation.
c. Cadangan devisa yang amat tipis yang disertai defisit
neraca transaksi berjalan sangat tinggi.

B. Fungsi Pasar Uang dan Pasar Modal


1. Fungsi Pasar Uang
Pasar uang memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Mempermudah masyarakat memperoleh dana-dana
jangka pendek untuk membiayai modal kerja atau
keperluan jangka pendek lainnya;
b. Memberikan kesempatan masyarakat berpartisipasi
dalam pembangunan dengan membeli Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU);
dan
c. Menunjang program pemerataan pendapatan bagi
masyarakat.
165
d. Sebagai perantara dalam perdagangan surat-surat
berharga berjangka pendek
e. Sebagai penghimpun dana berupa surat-surat berharga
jangka pendek
f. Sebagai sumber pembiayaan bagi perusahan untuk
melakukan investasi
g. Sebagai perantara bagi investor luar negeri dalam
menyalurkan kredit jangka pendek kepada perusahaan di
Indonesia.
2. Fungsi Pasar Modal
Pasar modal sebagai tempat bertemunya pihak yang
memiliki dana dengan pihak memerlukan dana jangka
panjang (perusahaan), mempunyai dua fungsi yaitu:
ekonomi dan keuangan. Di dalam ekonomi, pasar modal
menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari
pemilik dana ke pihak yang memerlukan dana jangka
panjang. Dengan menginvestasikan dananya para pihak
pemilik dana mengharapkan adanya imbalan atau return
dari penyerahan dana tersebut. Sedangkan bagi perusahaan
sebagai pihak yang memerlukan dana jangka panjang,
adanya dana dari luar dapat digunakan untuk usaha
pengembangan usahanya tanpa menunggu dana dari hasil
operasi perusahaannya. Di dalam keuangan, dengan cara
menyediakan dana yang diperlukan oleh perusahaan atau
pihak yang memerlukan dana dan para pemilik dana tanpa
harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil.

C. Instrumen Pasar Uang dan Pasar Modal


1. Instrumen Pasar Uang.
Pemilihan dana oleh investor di dalam pasar uang tentu
dengan berbagai pertimbangan. Investor dapat memilih
salah satu dari sekian banyak surat-surat berharga yang
ditawarkan sesuai dengan tujuan masing-masing. Surat-

166
surat berharga yang ditawarkan sesuai dengan tujuan
masing-masing. Surat-surat berharga yang ditawarkan di
pasar uang kita sebut dengan instrumen pasar uang.
Adapun jenis-jenias instrumen pasar uang yang di tawarkan
antara lain.
a. Interbank Call Money
Merupakan pinjaman antar bank yang terjadi
dalam proses kliring. Dalam transaksi kliring yang
diselenggarakan Oleh Bank Indonesia setiap hari kerja
dan selalu saja ada yang kalah dan ada yang menang.
Bagi bank yang kalah kliring apabila tidak dapat
menutupi kekalahanya, maka akan terkena sanksi dari
Bank Indonesia. Oleh karena itu, agar tidak terkena
sanksi akibat kekurangan likuiditas, bank tersebut
dapat meminjamkan uang dari bank lain yang kita kenal
dengan nama Interbank Call Money.
Pengertian call money itu sendiri adalah kredit atau
pinjaman yang harus segera dilunasi/dibayar apabila
sudah ada tagihan atau panggilan dari pihak pemberi
dana. Jangka waktu kredit bekisar antara 1 hari-7 hari.
Pemberian call money dapat berbentuk one day call
money, dimana harus dilunasi dalam 1 hari. Proses
pemberian call money pada prinsipnya tidak berbeda
dengan pemberian kredit umumnya. Mungkin yang
menjadi perbedaan adalah persyaratannya yang lebih
ringan serta jangka waktunya yang relatif singkat.
b. Sertifikat Bank Indonesia
Sertifikat Bank Indonesia merupakan surat ber-
harga yang di terbitkan oleh Bank sentral (Bank
Indonesia). Penerbitan SBI dilakukan atas unjuk dengan
nominal tertentu dan penerbitan SBI biasanya dikaitkan
dengan kebijaksanaan pemerintah terhadap operasi

167
pasar terbuka (open market operation) dalam masalah
penanggulangan jumlah uang beredar.
SBI pertama kali diterbitkan tahun 1970 dan hanya
diperdagangkan antar bank. Namun, kebijaksanaan ini
tidak berlangsung lama karena pemerintah tahun 1971
memperkenankan bank-bank umum untuk menerbitkan
sertifikat deposito tahun 1971. SBI diterbitkan kembali
dengan keluarnya kebijaksanaan deregulasi perbankan
1 juni 1983.
Tujuan bagi investor baik bank maupun lembaga
keuangan lainnya membeli SBI adalah sebagai akibat
kelebihan dana yang tidak disalurkan untuk sementara
waktu, namun jika pihak investor memerlukan dana
kembali, maka dengan mudah SBI dapat diperjualbelikan
kepada pihak Bank Indonesia atau pihak lainnya.
c. Sertifikat Deposito
Sejalan dengan kebijakan pemerintah tahun 1971
yang memperbolehkan perbankan untuk menerbitkan
sertifikat deposito, maka sampai saat ini sertifikat
deposito merupakan salah satu alternatif bagi pihak
perbankan untuk memenuhi kebutuhan dana jangka
pendeknya.
Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dengan
nominal tertentu. Jangka waktunya pun bervariasi
sesuai dengan keinginan bank. Pencairan sertifikat
deposito dapat dilakukan setelah jatuh tempo. Namun
apabila investor memerlukan dana, maka dapat pula
sertifikat deposito ini diperjualbelikan apakah kepada
lembaga ataupun pihak umum.
Perbedaan antara sertifikat deposito dengan
deposito berjangka adalah dalam hal identitas, dimana
sertifikat deposito atas ujuk, sedangkan deposito
berjangka atas nama. Dengan tanpa identitas (atas unjuk)
ini, maka sertifikat deposito dapat diperjualbelikan/
168
dipindah tangankan. Sedangkan deposito berjangka
tidak. Kemudian dalam hal nominal sertifikat deposito
sudah tercetak sedangkan deposito berjangka belum.
Perbedaaan lainnya adalah dalam penarikan bunga,
dimana sertifikat deposito dapat ditarik di muka
sedangkan deposito berjangka hanya dapat ditarik
setiap bulan atau setelah jatuh tempo.
d. Surat Berharga Pasar Uang (SPBU)
Merupakan surat berharga yang diperkenalkan
oleh Bank Indonesia tahun 1985 sebagai salah satu alat
untuk melakukan operasi pasar terbuka dalam rangka
ikut menstabilkan nilai rupiah. Bank atau lembaga
keuangan yang ingin memperoleh dana jangka pendek
dapat menerbitkan SPBU ini kemudian diperjualbelikan
dengan Bank Indonesia atau pihak-pihak lainnya.
Penerbitan warkat-warkat dapat berupa wesel atau
promes dengan jangka waktu antara 30 hari sampai
dengan 180 hari.
e. Banker’s Acceptance
Merupakan wesel bank yang diberikan cap dengan
kata-kata ”accepted” dan dapat diperjualbelikan di pasar
uang sebagai salah satu sumber dana jangka pendek.
Jangka waktu penarikan wesel berkisar antara 30 hari
sampai 180 hari. Wesel yang diberi cap ”accepted” inilah
yang kemudian kita kenal dengan Banker’s acceptance.
Wesel yang diberi cap ’’accepted’’ ini sudah
berfungsi sebagai Banker’s Acceptance yang dapat
diperjualbelikan dengan jaminan pihak bank importir
atau pihak importir sendiri.
f. Commercial Paper
Commercial Paper merupakan kertas berharga yang
dapat diperdagangkan di pasar uang dengan jangka
waktu yang tidak lebih dari 1 tahun. Yang termasuk

169
kedalam jenis commercial paper adalah promes yang
diterbitkan oleh perusahaan lembaga keuangan,
termasuk bank. Kelebihan dari pada commercial paper
terletak daripada jaminan dimana pihak penerbit tidak
perlu menyediakan jaminan tertentu. Kemudian tingkat
suku bunga yang relatif rendah jika dibandingkan
dengan jenis kredit lainnya. Hal ini adalah penerbitannya
relatif mudah dengan jangka waktu yang tidak terlalu
pendek. Sedangkan kelemahannya adalah akibat tidak
adanya jaminan tertentu, maka untuk menjualnya relatif
lebih sulit apabila si penerbit tersebut bonafiditasnya
dianggap kurang. Kelemahan lainnya dana yang
diperoleh hanya digunakan untuk modal kerja.
g. Treasury Bills
Merupakan instrumen pasar modal yang
diterbitkan oleh Bank Sentral dengan jangka waktu
paling lama 1 tahun. Penerbitan treasury bills oleh Bank
Sentral ini biasanya atas unjuk dengan nominal tertentu
pula. Keuntungan dari treasury bills ini bagi pembeli
faktor kepercayaan akan dibayar kembali mengingat
diterbitkan oleh pihak Bank Pemerintah. Di samping
jenis surat berharga ini mudah diperjualbelikan. Tresury
bills diterbitkan di luar negeri sedangkan di Indonesia
dapat disamakan dengan Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
h. Repuchase Agreement
Merupakan bentuk surat berharga yang juga dapat
diperjualbelikan dengan suatu perjanjian tertulis
bahwa si penjual akan membeli kembali surat berharga
tersebut. Pembelian kembali surat-surat berharga
tersebut disertai dengan perjanjian yaitu harga dan
tanggal jatuh temponya. Transaksi Repuchase Agreement
ini diperjualbelikan secara diskonto. Instrumen yang

170
diperjualbelikan dapat berupa Sertifikat Deposito. SBI,
SPBU, serta Treasury Bills.
2. Instrumen Pasar Modal.
Pengertian efek menurut Undang-Undang tentang
Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 yaitu “Efek adalah setiap
surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, setiap rights,
waran, opsi, atau setiap derivatif dari efek, atau setiap
instrumen yang ditetapkan sebagai efek”.
Untuk memudahkan dalam membahas instrumen
pasar modal, pengertian surat berharga pasar modal adalah
sebagai berikut:
a. Saham Biasa (Common Stocks)
Di antara surat-surat berharga yang diperdagangkan
di pasar modal, saham biasa (common stock) adalah
yang paling dikenal masyarakat. Di antara emiten
(perusahaan yang menerbitkan surat berharga), saham
biasa juga merupakan yang paling banyak digunakan
untuk menarik dana dari masyarakat. Jadi saham biasa
paling menarik, baik bagi pemodal maupun bagi emiten.
Apakah saham itu? Secara sederhana, saham dapat
didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud
saham adalah, selembar kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan
yang menerbitkan kertas tersebut. Jadi sama dengan
menabung di bank. Setiap kali kita menabung, maka kita
akan mendapat slip yang menjelaskan bahwa kita telah
menyetor sejumlah uang. Bila kita membeli saham, maka
kita akan menerima kertas yang menjelaskan bahwa
kita memiliki perusahaan penerbit saham tersebut.

171
b. Saham Preferen (Preferred Stocks)
Saham Preferen merupakan saham yang memiliki
karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa,
karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti
bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan
hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen
serupa dengan saham biasa karena dua hal, yaitu:
mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa
tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran
saham tersebut, dan membayar dividen. Sedangkan
persamaan antara saham preferen dengan obligasi
terletak pada tiga hal: ada klaim atas laba dan aktiva
sebelumnya, dividennya tetap selama masa berlaku
(hidup) dari saham, memiliki hak tebus dan dapat
dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Oleh
karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan
hasil yang ditawarkan kepada investor, maka secara
praktis saham preferen dipandang sebagai surat
berharga dengan pendapatan tetap dan karena itu akan
bersaing dengan obligasi di pasar. Walaupun demikian,
obligasi perusahaan menduduki tempat yang lebih
senior dibanding dengan saham preferen.
c. Obligasi (Bond)
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat
yang berisi kontrak antara pemberi dana (dalam hal
ini pemodal) dengan yang diberi dana (emiten). Jadi
surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan
bahwa pemilik kertas tersebut telah membeli hutang
perusahaan yang menerbitkan obligasi. Penerbit
membayar bunga atas obligasi tersebut pada tanggal-
tanggal yang telah ditentukan secara periodik, dan pada
akhirnya menebus nilai utang tersebut pada saat jatuh
tempo dengan mengembalikan jumlah pokok pinjaman
ditambah bunga yang terutang. Pada umumnya,
172
instrumen ini memberikan bunga yang tetap secara
periodik. Bila bunga dalam sistem ekonomi menurun,
nilai obligasi naik, dan sebaliknya jika bunga meningkat,
nilai obligasi turun.
d. Obligasi Konversi (Convertible Bond)
Obligasi konversi, sekilas tidak ada bedanya
dengan obligasi biasa, misalnya, memberikan kupon
yang tetap, memiliki waktu jatuh tempo dan memiliki
nilai pari. Hanya saja, obligasi konversi memiliki
keunikan, yaitu bisa ditukar dengan saham biasa. Pada
obligasi konversi selalu tercantum persyaratan untuk
melakukan konversi. Misalnya, setiap obligasi konversi
bisa dikonversi menjadi 3 lembar saham biasa setelah
1 Januari 2005. Persyaratan ini tidak sama diantara
obligasi konversi yang satu dengan yang lainnya.
Obligasi konversi (convertible bond), sudah dikenal
di pasar modal Indonesia. Untuk kalangan emiten
swasta, sebenarnya obligasi konversi lebih dulu populer
daripada obligasi. Kecenderungan melakukan emisi
obligasi baru menunjukkan aktivitas yang meningkat
sejak tahun 1992, sedang obligasi konversi sudah
memasuki pasar menjelang akhir tahun 1990.
e. Right
Right merupakan surat berharga yang memberikan
hak bagi pemodal untuk membeli saham baru
yang dikeluarkan emiten. Right merupakan produk
derivatif atau turunan dari saham. Kebijakan untuk
melakukan right issue merupakan upaya emiten untuk
menambah saham yang beredar, guna menambah
modal perusahaan. Sebab dengan pengeluaran saham
baru itu, berarti pemodal harus mengeluarkan uang
untuk membeli right. Kemudian uang ini akan masuk
ke modal perusahaan. Karena merupakan hak, maka

173
investor tidak terikat harus membelinya. Ini berbeda
dengan saham bonus atau dividen saham, yang otomatis
diterima oleh pemegang saham. Karena membeli right
berarti membeli hak untuk membeli saham, maka kalau
pemodal menggunakan haknya otomatis pemodal telah
melakukan pembelian saham. Dengan demikian, maka
imbalan yang akan didapat oleh pembeli right adalah
sama dengan membeli saham, yaitu dividen dan capital
gain. Ada risiko yang harus diterima oleh pemodal, baik
mereka yang merealisasikan haknya atau tidak dalam
right issue, yaitu risiko turunnya harga saham dan
dividen per saham.
f. Waran
Waran seperti halnya right adalah hak untuk
membeli saham biasa pada waktu dan harga yang
sudah ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan
dengan surat berharga lain, misalnya, obligasi atau
saham. Penerbit waran harus memiliki saham yang
nantinya dikonversi oleh pemegang waran. Namun,
setelah obligasi atau saham yang disertai waran
memasuki pasar, baik obligasi, saham maupun waran
dapat diperdagangkan secara terpisah. Sebagai contoh,
PT B menerbitkan obligasi dengan jatuh tempo 5 tahun.
Setiap pemegang obligasi akan mendapatkan 2 waran.
Selanjutnya, untuk setiap waran berhak membeli satu
lembar saham sejak akhir tahun ke-3. Waran diterbitkan
dengan tujuan agar pemodal tertarik membeli obligasi
atau saham yang diterbitkan emiten. Pada keadaan
tertentu, misalnya pada saat suku bunga bank tinggi,
tentu pemodal lebih suka menginvestasikan dananya
ke bank. Kalau emiten menerbitkan obligasi yang
memberikan bunga lebih tinggi dari suku bunga bank,
tentu memberatkan keuangan emiten. Sebaliknya, kalau
menerbitkan obligasi dengan bunga rendah, mungkin
174
tidak laku. Supaya obligasi berbunga rendah itu menarik
minat pemodal, maka obligasi disertai waran.
g. Reksadana
Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi
bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil
dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan
keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun
dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai
keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya
memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain
itu Reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan
peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal
Indonesia. Dilihat dari asal katanya, Reksa Dana berasal
dari kosa kata “reksa” yang berarti “jaga” atau “pelihara”
dan kata “dana” yang berarti (kumpulan) uang, sehingga
reksadana dapat diartikan sebagai “kumpulan uang
yang dipelihara (bersama untuk suatu kepentingan).”
Umumnya, Reksadana diartikan sebagai wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya di investasikan dalam
portofolio efek oleh Manajer Investasi.

D. Lembaga yang Terlibat dalam Pasar Modal


Lembaga-lembaga yang berkecimpung di pasar modal
terdiri dari berbagai perusahaan, di mana antara satu lembaga
dengan lembaga lainnya saling membutuhkan, lembaga-
lembaga inilah yang mengatur mekanisme kerja pasar modal
sehingga dapat berjalan secara baik. Lembaga tersebut terdiri
dari lembaga pemerintah dan lembaga swasta, di mana jasa
masing-masing lembaga mempunyai peranan masing-masing
mulai dari perusahaan yang hendak go public sampai selesai
go public.

175
Lembaga yang terkait dengan pasar modal terdiri dari
lembaga pemerintah dan lembaga swasta.
1. Lembaga-lembaga pemerintah
Merupakan lembaga-lembaga atau badan pemerintah
yang ditugaskan dan diperbantukan untuk mendukung dan
memperlancar proses perdagangan efek dipasar modal,
mulai dari rencana emisi sampai kepada penjualan efeknya.
Lembaga-lembaga pemerintahan yang terkait dengan
kegiatan pasar modal tersebut adalah sebagai berikut.
a. Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam)
Bapepam merupakan lembaga pengatur pasar
modal, yang bertugas mengatur dan melaksanakan
pasar modal di Indonesia. Tugas Bapepam sebagai
pengatur pasar modal antara lain: Membina pasar
modal, mengatur pasar modal, dan mengawasi kegiatan-
kegiatan yang terlibat di pasar modal.
b. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Setiap perusahaan yang akan menanamkan
modalnya di Indonesia, baik Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA)
haruslah memperoleh izin dari BKPM terlebih dulu.
Izin akan di berikan BKPM setelah memenuhi berbagai
persyaratan yang ditetapkan bagi perusahaan yang
hendak melakukan go public. Izin penanaman modal
harus dikeluarkan oleh BKPM yang memuat antara lain:
Komposisi dan jumlah dana investasi, besarnya modal
dasar perusahaan, batas waktu penyetoran modal, dan
komposisi pemegang saham.
c. Departemen Teknis
Pemberian izin Usaha tergantung dari bidang
usahanya masing–masing. Setiap bidang usaha izinnya
akan dikeluarkan oleh departemen yang membawahinya.
Sebagai contoh untuk perusahaan pertambangan, maka

176
izin usahanya haruslah dikeluarkan oleh departemen
pertambangan dan energi
Adapun izin usaha yang dikeluarkan adalah sebagai
berikut
1) Izin Usaha bidang keuangan dan perbankan dari
departemen keuangan melalui Bank Indonesia
2) Izin Usaha bidang pengangkutan dari departemen
Perhubungan
3) Izin Usaha bidang perdagangan dari departemen
perindustrian dan perdagangan.
4) Izin usaha bidang industri oleh departemen
perindustrian dan perdagangan
5) Izin usaha bidang perkebunan dan peternakan dari
departemen pertanian.
6) Izin usaha bidang pariwisata dari departemen pos
dan telekomunikasi
d. Departemen Kehakiman
Bagi perusahaan yang berbentuk PT, sebelum
didirikan, maka anggaran dasar perusahaan harus
disahkan terlebih dahulu oleh Deprtemen Kehakiman.
Anggaran dasar ini sebelumnya dibuat didepan notaris
lalu didaftarkan di pengadilan negeri setempat untuk
kemudian disahkan oleh Departemen Kehakiman dan
diberitakan dalam lembaran berita Negara.
Berikut ini adalah tugas dari departemen kehakiman
yang mengesahkan anggaran dasar perusahaan yang
menyangkut beberapa hal, yaitu:
1) Jumlah modal dan komposisinya
2) Jumlah modal yang telah disetor
3) Susunan dewan direksi
4) Jumlah dewan komisaris dan wewenang masing-
masing

177
5) Pelaksanaan RUPS
Kemudian setiap perubahan anggaran dasar harus
diketahui dan disetujui oleh Departemen Kehakiman.
2. Lembaga-Lembaga Swasta
Disamping lembaga-lembaga pemerintah, terdapat
beberapa lembaga swasta yang memegang peranan penting
dalam menunjang keberhasilan kegiatan di pasar modal.
Lembaga-lembaga tersebut antara lain:
a. Notaris
Rencana untuk menjal saham atau obligasi di pasar
modal terlebih dahulu dibicarakan dan disetujui dalam
rapat umum pemegang saham (RUPS). Dalam RUPS
haruslah dicatat dan agar pencatatan tersebut dianggap
sah, maka diperlukan jasa notaris untuk mengesahkan
RUPS. Catatan-catatan tersebut meliputi:
1) Membuat berita acara RUPS
2) Menyusun setiap keputusan dalam RUPS
3) Meneliti keabsahan yang berkaitan dengan penye-
lenggaraan RUPS seperti keabsahan persiapan RUPS
dan keabsahan para pemegang saham
4) Meneliti perubahan anggaran
b. Akuntan Publik
Peranan Akuntan publik dibutuhkan untuk
melakukan penilaian dan menentukan kelayakan dari
laporan keuangan seperti neraca, laporan rugi laba, dan
laporan perubahan modal emiten. Akuntan publik yang
akan melakukan penilaian haruslah disahkan oleh BPKP.
Setelah melalui beberapa penilaian terhadap
laporan keuangan emiten, maka akuntan publik akan
mengeluarkan pernyataan atau pendapat terhadap
hasil penilaian yang telah dilakukannya. Pendapat yang
dikeluarkan oleh akuntan publik adalah sebagai berikut:

178
1) Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified)
Penyusunan laporan keuangan telah sesuai dengan
Standar Akutansi Keuangan, dan disusun dengan
sistem pengendalian internal yang memadai.
2) Pendapat Kualifikasi (Qualified Opinion)
Wajar dengan pengecualian, yaitu laporan keuangan
telah disusun belum seluruhnya sesuai dengan SAK
atau terdapat beberapa perkiraan laporan keuangan
yang sistem pengendalian internalnya masih lemah.
3) Pendapat Tidak Wajar (Adverse)
Sebagian besar laopran keuangan yang disusun
tidak sesuai dengan SAK atau sistem pengedaliannya
masih lemah
4) Menolak (Decline of Opinion)
Menolak memberikan pendapat secara profesional
seperti yang dipersyaratkan oleh SAK (Standar
Akutansi Keuangan).
c. Konsultan Hukum
Bertugas memberikan pernyataan-pernyataan
tentang keabsahan dari dokumen-dokumen yang
diajukan. Tugas para konsultan hukum adalah meneliti
secara sungguh-sungguh atas dokumen-dokumen yang
dipersyaratkan. Hal yang perlu mendapat penelitian
dan pernyataan dari konsultan hukum antara lain:
1) Akta pendirian dan anggaran perusahaan beserta
perubahan-perubahannya jika ada
2) Penyertaan modal oleh pemegang saham sebelum
go public.
3) Penilaian izin usaha
4) Status kepemilikan dari aktiva perusahaan
5) Perjanjian yang telah dibuat dengan pihak ketiga
jika ada

179
6) Kemungkinan adanya gugatan atau tuntutan
d. Penilai atau Appraiser
Untuk menilai kewajaran dari suatu aktiva seperti
tanah, mesin-mesin, gedung-gedung, mobil dan aktiva
lainnya diperlukan jasa penilai yang profesional. Penilai
akan menilai berapa nilai wajar sekarang ini dan setelah
dilakukan revaluasi, sehingga seluruh aktiva dapat
diketahui secara jelas dan benar.
e. Konsultan Efek
Bertugas memberikan pendapat tentang keuangan
dan manajemen emiten, konsultan efek akan membe-
rikan konsultasi tentang:
• Jenis dana yang diperlukan
• Pemilihan sumber dana yang diinginkan
• Struktur permodalan yang tepat.

E. Para Pemain di dalam Pasar Modal


1. Emiten.
Perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-
surat berharga atau melakukan emisi di bursa (disebut
emiten). Dalam melakukan emisi, para emiten memiliki
berbagai tujuan dan hal ini biasanya sudah tertuang dalam
rapat umum pemegang saham (RUPS), antara lain:
a. Perluasan usaha, modal yang diperoleh dari para
investor akan digunakan untuk meluaskan bidang
usaha, perluasan pasar atau kapasitas produksi.
b. Memperbaiki struktur modal, menyeimbangkan antara
modal sendiri dengan modal asing.
c. Mengadakan pengalihan pemegang saham. Pengalihan
dari pemegang saham lama kepada pemegang saham
baru.

180
2. Investor
Pemodal yang akan membeli atau menanamkan
modalnya di perusahaan yang melakukan emisi (disebut
investor). Sebelum membeli surat berharga yang
ditawarkan, investor biasanya melakukan penelitian dan
analisis tertentu. Penelitian ini mencakup bonafiditas
perusahaan, prospek usaha emiten dan analisis lainnya.
Tujuan utama para investor dalam pasar modal antara lain:
a. Memperoleh deviden. Ditujukan kepada keuntungan
yang akan diperolehnya berupa bunga yang dibayar
oleh emiten dalam bentuk deviden.
b. Kepemilikan perusahaan. Semakin banyak saham yang
dimiliki maka semakin besar pengusahaan (menguasai)
perusahaan.
c. Berdagang. Saham dijual kembali pada saat harga
tinggi, pengharapannya adalah pada saham yang benar-
benar dapat menaikkan keuntungannya dari jual beli
sahamnya.
3. Lembaga Penunjang
Fungsi lembaga penunjang ini antara lain turut
serta mendukung beroperasinya pasar modal, sehingga
mempermudah baik emiten maupun investor dalam
melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pasar
modal.

181
182
LEMBAGA
KEUANGAN INTERNASIONAL

183
184
BAB X
LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL

A. Bank Dunia (World Bank)


International Bank Reconstruction and Development
atau yang lebih dikenal IBRD adalah sebuah organisasi yang
berdiri dengan tujuan untuk melawan kemiskinan dengan cara
memberikan bantuan kepada negara-negara tang tergolong
miskin dan sedang dalam keadaan ekonomi yang tidak stabil,
dalam hal ini yaitu, negara-negara yang sedang berkembang.
Fokus bank dunia tehadap negara-negara berkembang ini
dalam hal pendidikan, pertanian dan industri. Bantuan yang
diberikan dari bank dunia merupakan sebuah pinjaman yang
diberikan terhadap negara-negara yang sedang mengalami
ketidakstabilan ekonomi pinjaman dari bank dunia ini tentunya
diikuti dengan syarat-syarat yang berlaku dan cenderung
merugikan negara peminjam kredit tersebut.
Bantuan yang diberikan oleh bank dunia dari tahun ke
tahun tentunya semakin beragam terutama dalam membangun
kesejahteraan sosial di setiap negara berkembang. Hal ini
sangat sesuai dengan perkembangan negara di dunia. Adapun
jenis bantuan yang dapat dibiayai oleh bank dunia, mulai
dari pembangunan jalan, pembangkit listrik, pembangunan
pelabuhan, telekomunikasi, pengembangan dunia pendidikan,
dan bidang-bidang lainnya yang sesuai dengan tujuan
didirikannya bank dunia. Sumber-sumber dana bank dunia
diperoleh dari bank dunia sendiri, pemerintah-pemerintah
asing dan modal swasta. Kemudian dana tersebut dikembalikan
kepada negara-negara anggota yang membutuhkannya
dengan risiko yang dibebankan kepada negara-negara yang
bersangkutan.

185
Bank dunia juga merupakan organisasi antar pemerintahan
(ingovernmental) yang mendasarkan pada pasar-pasar modal
di dunia untuk sumber keuangannya. Secara struktural dan
teknis, organisasi bank dunia ini termasuk sebagai salah satu
badan dalam organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau
yang lebih dikenal sebagai PBB. Namun, secara operasional
bank dunia berbeda dengan badan-badan lain di PBB. Seperti
yang telah disinggung diatas bahwa bank dunia ini bertujuan
untuk pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di
negara-negara berkembang.
Keanggotaan bank dunia saat ini sudah memiliki anggota
sebanyak 184 anggota semua organisasi keuangan bank dunia
merupakan pemegang saham di dalam bank dunia. Adapun
persyaratan untuk menjadi anggota bank dunia yakni, terlebih
dahulu harus menjadi anggota IMF (International Monetary
Fund) dan harus memenuhi persyaratan lainnya.
1. Tugas Bank Dunia Terhadap Perekonomian Indonesia
Mungkin ada beberapa tugas Bank Dunia di Indonesia.
Pertama, memimpin Forum CGI. Aggota CGI (Consultative
Group meeting on Indonesia) adalah 33 negara dan lembaga-
lembaga donor yang dikoordinasikan oleh Bank Dunia.
CGI  “membantu” pembangunan di Indonesia dengan cara
memberikan pinjaman uang serta bantuan teknik untuk
menciptakan aturan-aturan pasar dan aktivitas ekonomi
liberal. Dalam hal ini, Bank Dunia bertugas menciptakan
pasar yang kuat bagi kepentingan negara-negara dan
lembaga donor.
Tugas kedua Bank Dunia adalah menyediakan hutang
dalam jumlah besar, bekerjasama dengan Jepang dan ADB
(Asian Development Bank). Tugas Bank Dunia yang lain
adalah mendorong pemerintah Indonesia untuk melakukan
privatisasi dan kebijakan yang memihak pada perusahaan-
perusahaan besar.

186
Dana hutang yang diberikan kepada Indonesia, antara
lain dalam bentuk hutang proyek dan hutang dana segar.
a. Hutang Proyek
Hutang proyek adalah hutang dalam bentuk fasilitas
berbelanja barang dan jasa secara kredit. Namun,
sayangnya, hutang ini justru menjadi alat bagi Bank
Dunia untuk memasarkan barang dan jasa dari negara-
negara pemegang saham utama, seperti Amerika,
Inggris, Jepang dan lainnya kepada Indonesia.
b. Hutang Dana Segar
Hutang dana segar bisa dicairkan bila Indonesia
menerima Program Penyesuaian Struktural (SAP). SAP
mensyaratkan pemerintah untuk melakukan perubahan
kebijakan yang bentuknya, antara lain:
1) Swastanisasi (Privatisasi) BUMN dan lembaga-
lembaga pendidikan.
2) Deregulasi dan pembukaan peluang bagi investor
asing untuk memasuki semua sektor.
3) Pengurangan subsidi kebutuhan-kebutuhan pokok,
seperti beras, listrik, pupuk dan rokok
4) Menaikkan tarif telepon dan pos.
5) Menaikkan harga bahan bakar (BBM).       
Besarnya jumlah hutang (yang terus bertambah)
membuat pemerintah juga harus terus mengalokasikan
dana APBN untuk membayar hutang dan bunganya.
2. Peranan Bank Dunia Terhadap Perekonomian yang Ada di
Indonesia
Seperti yang kitahui sebelumnya diatas bahwa bank
dunia keterkaitannya sangat erat dengan Internasional
Monetary Fund atau yang kita kenal dengan IMF. Kenapa
demikian, karena seperti yang telah dijelaskan untuk

187
menjadi anggota daripada Bank Dunia itu harus menjadi
bergabung terlebih dahulu dengan organisasi keuangan
IMF.
Perekonomian Indonesia sebenarnya dalam pengaruh
bank dunia dalam perekonomian Indonesia dimulai sejak
Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1998. Pada saat
itu Indonesia menandatangani nota kesepahaman dengan
Dana Moneter Internasional (IMF) yang secara langsung
melibatkan peranan bank dunia dalam pemulihan ekonomi
Indonesia dari krisis moneter. Jadi, untuk Indonesia keluar
dari krisis ekonomi tahun 1998, Indonesia meminjam dana
dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.
Di Indonesia, fungsi IMF dan Bank Dunia berbeda.
Organisasi keuangan IMF lebih memfokuskan pada program
umum stabilitasi ekonomi dan mencari pola macro policy
yang lebih sehat dan lebih baik. Dalam besaran dana yang
diberikan kepada Indonesia IMF memberikan pinjaman
paling besar dibandingkan dengan pinjaman yang diberikan
oleh Bank Dunia.
 Sementara itu, peranan organisasi Bank Dunia di
Indonesia ini lebih berfokus pada perbaikan secara
struktural, khususnya dalam sektor perbankan. Akan tetapi,
Dana Moneter Internasional (IMF) pun ikut mengambil
andil dalam program ini. Di Indonesia Bank Dunia ikut
membantu mengembangkan sistem pengadilan perbankan.
Hal ini dilakukan agar sistem ekonomi di Indonesia tidak
mudah goyah akibat ulah Bank yang tidak baik. Kredit macet
dan proyek-proyek yang merugikan ekonomi Indonesia,
seperti yang terjadi pada baru-baru ini seperti kasus dana
talangan atau bailout yang dikucurkan pemerintah untuk
menyelamatkan Bank Century, kasus wisma atlet dan kasus-
kasus lainnya. IMF dalam hal perekonomian pun ikut atau
berperan serta selayaknya pengontrol dalam perekonomian
yang ada di Indonesia.

188
Selain itu, organisasi Bank Dunia pun lebih sering
mengurusi kebijakan struktural pemerintah Indonesia dan
dalam sektor penting lainnya. Dalam hal ini, sektor penting
lainnya diantaranya sektor industri dan sektor perdagangan
Indonesia biasanya dilakukan deregulasi kebijakan dalam
kedua sektor tersebut. Dengan kata lain, menyingkirkan
rintangan yang menghalangi produktivitas sektor-sektor
tersebut.
Kedua organisasi keuangan internasional ini memiliki
tugasnya masing-masing dalam perekonomian Indonesia.
Dalam hal ini organisasi keuangan Bank Dunia mengurus
bank pemerintah, sedangkan IMF mengurusi bank-bank
swasta yang ada di Indonesia.
Namun, peranan organisasi keuangan Bank Dunia
dan Dana Moneter Internasional (IMF) dalam ekonomi
Indonesia ini terkadang berbenturan dengan kebijakan
yang diambil oleh pemerintah Indonesia.
3. Dampak yang Ditimbulkan dengan Adanya Peranan Bank
Dunia Terhadap Perekonomian yang Ada di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang tergabung dalam
anggota Bank Dunia dan IMF. Hingga saat ini walaupun
negara Indonesia telah banyak mendapat pinjaman baik
itu dari Bank Dunia maupun IMF yang pinjaman tersebut
digunakan untuk menstabilkan perekonomian di Indonesia
yang tidak pernah terlepas dari masalah.
Meskipun Bank Dunia dan IMF sampai saat ini masih
beroperasi di Indonesia, angka kemiskinan di Indonesia
masih tetap tinggi. Bahkan dengan Indonesia menerima
Pinjaman baik dari Bank Dunia maupun IMF, Indonesia
dijerat dengan kerugian hutang yang terus bertambah
tinggi. Dalam hal ini Indonesia mengalami kerugian baik
dari bidang ekonomi maupun didalam rana politik.

189
Adapun kerugian bidang ekonomi yang ditimbulkan
akibat dari pinjaman Bank Dunia dan IMF, yakni meliputi:
a. Indonesia kehilangan hasil dari pengilangan minyak
dan penambangan mineral (karena diberikan untuk
membayar hutang dan karena proses pengilangan
dan penambangan itu dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan transnational partner Bank Dunia).
b. Jebakan hutang yang semakin membesar, karena
mayoritas hutang diberikan dengan konsesi pembebasan
pajak bagi perusahaan-perusahaan AS dan negara donor
lainnya.
c. Hutang yang diberikan akhirnya kembali dinikmati
negara donor karena Indonesia harus membayar “biaya
konsultasi” kepada para pakar asing, yang sebenarnya
bisa dilakukan oleh para ahli Indonesia sendiri.
d. Hutang juga dipakai untuk membiayai penelitian-
penelitian yang tidak bermanfaat bagi Indonesia melalui
kerjasama-kerjasama dengan lembaga penelitian dan
universitas-universitas.
e. Bahkan, sebagian hutang dipakai untuk membangun
infrastuktur demi kepentingan perusahaan-perusahaan
asing, seperti membangun fasilitas pengeboran di
ladang minyak Caltex atau Exxon Mobil. Pembangunan
infrastruktur itu dilakukan bukan di bawah kontrol
pemerintah Indonesia, tetapi langsung dilakukan oleh
Caltex dan Exxon.
Dan adapun kerugian yang diderita negara Indonesia
di bidang politik dalam pijaman Bank Dunia dan IMF, yaitu
sebagai berikut:
“Keterikatan pada hutang membuat pemerintah menjadi
sangat bergantung kepada Bank Dunia dan mempengaruhi
keputusan-keputusan politik yang dibuat pemerintah.

190
Pemerintah harus berkali-kali membuat reformasi hukum
yang sesuai dengan kepentingan Bank Dunia.”
Hal ini juga diungkapkan ekonom Rizal Ramli (2009),
”Lembaga-lembaga keuangan internasional, seperti Bank
Dunia, IMF, ADB, dan sebagainya dalam memberikan
pinjaman, biasanya memesan dan menuntut UU ataupun
pera-turan pemerintah negara yang menerima pinjaman,
tidak hanya dalam bidang ekonomi, tetapi juga di bidang
sosial. Misalnya, pinjaman sebesar 300 juta dolar AS dari
ADB yang ditukar dengan UU Privatisasi BUMN, sejalan
dengan kebijakan Neoliberal. UU Migas ditukar dengan
pinjaman 400 juta dolar AS dari Bank Dunia.”
Cara kerja Bank Dunia (dan lembaga-lembaga donor
lainnya) dalam menyeret Indonesia (dan negara-negara
berkembang lain) ke dalam jebakan hutang, diceritakan
secara detil oleh John Perkins dalam bukunya, “Economic
Hit Men”. Perkins adalah mantan konsultan keuangan yang
bekerja pada perusahaan bernama Chas T. Main, yaitu
perusahaan konsultan teknik. Perusahaan ini memberikan
konsultasi pembangunan proyek-proyek insfrastruktur
di negara-negara berkembang yang dananya berasal dari
hutang kepada Bank Dunia, IMF dan lain-lain.

B. The Asian Development (Bank Pembangunan Asia)


Bank Pembangunan Asia didirikan dalam rangka
memberikan bantuan keuangan kepada negara-negara di
Asia. Bank Pembangunan Asia didirikan tahun 1966 sebagai
rasa solidaritas bangsa bangsa Asia yang sangat memerlukan
dana bagi pembangunan negaranya. Tujuan pendirian Bank
Asia lebih didasarkan dalam rangka kerja sama ekonomi dan
pembangunan akibat sulitnya memperoleh bantuan dari
negara-negara maju.
Tugas Bank Pembangunan Asia adalah berupaya untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara di benua
191
Asia dan meningkatkan kerjasama yang lebih erat di berbagai
bidang dengan sesama anggotanya. Pemberian bantuan kepada
anggotanya dapat berupa bantuan keuangan atau bantuan
teknik secara berkala atau sesuai kebutuhan. Sumber-sumber
dana Bank Pembangunan Asia, sebagian besar dari negara-
negara Asia. Begitu pula para pimpinannya baik presiden
maupun anggota direksi adalah orang Asia. Selain itu, struktur
permodalan Bank Pembangunan Asia juga diperoleh dari luar
negeri Asia. Saat ini anggota Bank Pembangunan Asia tidak
hanya negara-negara di kawasan Asia, tetapi sudah meliputi
negara-negara non Asia.
Adapun kegiatan Bank Pembagunan Asia antara lain:
1. Memberikan bantuan pinjaman untuk berbagai proyek,
baik mata uang lokal maupun mata uang asing.
2. Memberikan bantuan teknik seperti:
a. Penyediaan jasa konsultasi
b. Penyediaan jasa tenaga ahli

C. International Monetary Fund (IMF)


Seperti diketahui bahwa kelahiran International Monetary
Fund (IMF) bersamaan dengan kelahiran Bank Dunia. IMF
atau dana keuangan internasional lahir setelah konferensi
di Bretton Woods Amerika Serikatt. Pada saat itu 44 negara
hadir berunding untuk mendirikan IMF dan Bank Dunia. Hasil
perundingan ini merupakan kompromi antara White Plan
dengan Keynes Plan sebelumnya.
Struktur organisasi IMF terdiri dari para anggota di mana
pemimpinnya dipegang oleh Board of Governous, seorang
gubernur dan seorang pengganti yang ditunjuk oleh masing-
masing anggota. Dewan ini memegang kekuasaan tertinggi
dan biasanya dewan melakukan pertemuan setahun sekali.
Sebagian dari tugas dan kekuasaan didelegasikan pada
executive directors. Executive director lah yang bertanggung

192
jawab terhadap pekerjaan sehari-hari di mana jumlahnya
sebanyak 12 orang yang dipilih dan diangkat dari anggota IMF.
Tidak semuanya tugas dan kekuasaan diserahkan kepada
executive directors. Kekuasaan dan tugas yang masih tetap
dipegang oleh Board of Governor adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan anggota IMF yang baru
2. Peninjauan Quota masing-masing anggota
3. Hak untuk menarik keanggotaan seseorang

Pendirian IMF didasarkan kepada beberapa tujuan


sebagaimana yang tercantum dalam articles of agreement.
Adapun tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menjadi tempat secara permanen bagi pertemuan dan
perundingan untuk mencapai kerja sama internasional
dalam bidang keuangan.
2. Membantu memperluas perdagangan internasional yang
seimbang di antara para anggotanya dan membantu pere-
konomian para anggotanya.
3. Berusaha meniadakan competitive depresiations dan meng-
usahakan tercapainya stable exchange rate.
4. Menghilangkan exchange ratrictions.
5. Membantu para anggota yang mengalami kesukaran dalam
pinjaman luar negeri agar jangan mengambil tindakan yang
dapat merugikan negara yang bersangkutan dan negara
lainnya. Tujuannya adalah untuk memberikan kepercayaan
kepada para anggotanya.
6. Mengurangi waktu dan besarnya disekuilibrium dalam
neraca pembayaran negara anggota IMF.
Kemudian kegiatan IMF diutamakan untuk membantu
negara-negara anggotanya melalui Bank Sentral masing-masing
anggota IMF. Keanggotaan IMF mengucurkan bantuan berupa
kredit melalui bank sentral mengingat bank sentral memegang
peranan penting dan pengambil kebijakan keuangan tertinggi

193
di negaranya. Sumber pendanaan IMF berasal dari sumbangan
para anggotanya yang dikenal dengan Quota. Sumber ini dapat
berupa emas atau valuta masing-masing anggota. Besarmya
Quota dihitung berdasarkan mata uang US Dolar. Selanjutnya
Quota ditinjau setiap 5 tahun sekali dan disesuaikan dengan
kebutuhan dari anggota masing-masing serta kebutuhan
perdagangan internasional. Disamping itu, para anggota
diwajibkan pula untuk membayar iuran kepada IMF.

194
DAFTAR PUSTAKA

Budi Santoso. Triandaru. Bank dan lembaga Keuangan Lain.


Salemba Empat. 2006
Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Salemba Empat. 2000
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT RajaGrafindo.
2008
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT Rajagrafindo.
2004
Mas, Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syariah. UPPAPM YKPN.
Jakarta
Perry F.E, Sistem Perbankan Modern, Penerbit PT Anindito,
Yogyakarta
Raharjo, Dawam.2001.Independensi BI dalam Kemelut Politik.
Cidesindo. Jakarta
Raharjo, Pratama. 1990. Uang dan Perbankan. Rineka Cipta. Jakarta
Rachbini, Didi. 2002. Bank Indonesia Menuju Independensi. Mardi,
Ulyo. Jakarta
Sudarsono. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Ekonisia.
Jakarta
Suyatno. 2003. Kelembagaan Perbankan.Gramedia.Jakarta
Wijaya. Faried. Perkreditan, Bank lembaga-lembaga Keuangan.
BPFE. 1999

195
196
BIOGRAFI PENULIS

Ardhansyah Putra Hrp, S.Pd., M.Si. Lahir di


Medan 12 September 1986. Lulus S1 dari
Universitas Negeri Medan Program Studi
Pendidikan Akuntansi pada tahun 2009, lulus
S2 dari Universitas Sumatera Utara Program
Studi Ilmu Akuntansi pada tahun 2014. Saat
ini adalah sebagai dosen tetap pada Fakultas
Ekonomi Program Studi Akuntansi di Universitas
Muslim Nusantara Al Washliyah Medan. Aktif
dalam melakukan penelitian-penelitian dibidang keuangan dan juga
pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh pihak Internal
Universitas maupun DRPM DIKTI. Pernah menerima Hibah Pengabdian
Kepada Masyarakat pada tahun 2018 yang didanai oleh DRPM DIKTI.
Pernah mengikuti TOT Literasi Keuangan Pada Perguruan Tinggi yang
diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dwi Saraswati, S.Pd., M.Si. Dosen tetap Fakultas


Sosial dan Sains Program Studi Akuntansi di
Universitas Pembangunan Pancabudi Medan,
mendapatkan gelar Magister Akuntansi (M.Si)
di Universitas Sumatera Utara pada tahun 2014.
Pernah bekerja sebagai Analys Credit pada salah
satu Bank Swasta di Kota Medan kurun waktu 2011
sampai dengan tahun 2013. Memiliki sertifikasi
CAP (Certified Accurate Professional). Pernah
mengkuti International Conference of ASEAN Prespective and Policy
yang diadakan pada tahun 2018. Aktif dalam melakukan penelitian-
penelitian di bidang keuangan dan pengabdian kepada masyarakat
baik yang diselenggarakan oleh Internal Universitas maupun Eksternal.
Mengampu mata kuliah Akuntansi Keuangan dan Manajemen
Keuangan.

197
198

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai