Anda di halaman 1dari 10

Daftari Isi

Pacaran........................................................................................................................................................2
Hukum Berpacaran Dalam islam.............................................................................................................2
PERNIKAHAN...............................................................................................................................................3
DEFINISI NIKAH.........................................................................................................................................3
TUJUAN PERIKAHAN.................................................................................................................................4
HUKUM PERNIKAHAN..............................................................................................................................4
DASAR HUKUM NIKAH.............................................................................................................................4
PEREMPUAN YANG HARAM DINIKAHI......................................................................................................6
PELAKSANAAN PERNIKAHAN....................................................................................................................6
Ta’aruf (Perkenalan)....................................................................................................................................7

1
Pacaran
Hukum Berpacaran Dalam islam
Memang larangan mengenai pacaran di dalam islam tidak dibahas secara gambling. Mungkin
inilah salah satu factor yang mengakibatkan kebanyakan orang awam tidak dapat menerima
atas hukum pelarangan pacaran. Meskipun tidak dijelaskan secara gambling, namun banyak
seklai dalil yang dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pelarangan aktifitas pacaran.
Sebelumnya kita mengetahui bahwa islam adalah agama yang mengharamkkan perbuatan zina,
termasuk juga perbuatan yang mendekati zina.
Dari ibnu abbas r.a. dikatakan:
‘’tidak ada yang ku perhitungkan lebih menjelaskan lebih tentang dosa-dosa kecil dari pada
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: ‘’Allah telah
menentukan bagi anak adam bagiannya dari zina yang pasti dia lakukan. Zinanya mata adalah
melihat (dengan syahwat), zinaya lidah adalah mengucapkan (dengan syahwat), zinanya hati
adalah mengharapkan dan menginginkan (pemenuhan nafsu syahwat),maka farji (kemaluan)
yang membenarkan atau mendustakannya.”
(HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)

‘’ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri


dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan

2
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir’’(QS. AR-RUM:21)
Allah telah menjadikan rasa cinta dalam diri manusia baik pada laki-laki maupun
perempuan dengan adanya rasa cinta, manusia bias hidup berpasang-pasangan. Adanya
pernikahan tentu harus didahului rasa cinta. Seandainya tidak ada cinta,pasti tidak ada
orang yang mau membangun rumah tangga, sebagaimana kita yakini sebagai seorang
muslim bahwa segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah, mesti mempunyai dampak
negative di masyarakat. Oleh karna itu jalan keluar bagi para pemuda yang tidak kuat
menahannya adalah:
a) Menikah, supaya bias menjaga mata dan kehormatan
b) Kalau belum siap menikah, banyakilah berpuasa dan berolahraga
c) Jauhkan mata dan telinga dari segala sesuatu yang akan membangkitkan syahwat
d) Dekatkan diri dengan Allah, dengan membaca Al-Quran

PERNIKAHAN
DEFINISI NIKAH
Kata “nikah” berasal dari kata nakaha dan zawaja. Kedua kata itu menjadi istilah pokok yang digunakan
al-quran untuk menunjukkan pernikahan atau perkawinan. Kata zauj berarti pasangan, sedangkan nikah
berarti menghimpun. Dengan demikian, dari segi bahasa, pernikahan berarti berkumpulnya dua insan
yang semula terpisah dan berdiri sendiri menjadi satu kesatuan yang utuh dan bermitra. Kata zauj juga
memberi makna saling melengkapi

Adapun menurut istilah, nikah adalah nikah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dengan
perempuan yang bukan mahram serta menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya. Sementara,
ditinjau dari substansi syariat, nikah adalah ikatan lahir-batin Antara suami-istri dengan tujuan
menciptakan keluarga yang sakinah,mawaddah, dan rahmah sebagaimana terncantum dalam al-Quran
Surah Al-Rum (30) ayat 21.

Dari perspektif sosiologis, pernikahan adalah penyatuan dua keluarga besar dan terbentuknya pranata
social yang mempertemukan beberapa individu dari dua keluarga yang berada dalam satu jalinan
hubungan. Selain itu, pernikahan dalam arti luas adalah suatu ikatan lahir-batin di antara dua orang (laki-
laki dan perempuan) untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan mendapat keturunan yang
dilangsungkan menurut aturan dan ketentuan syariat Islam.

”Nikah itu sunahku.Barang siapa membenci sunahku,dia bukanlah umatku” (HR Ibnu Majah)

3
TUJUAN PERIKAHAN
Dalam islam,tujuan pernikahan dijelaskan dalam firman Allah,

Dan diantara tanda (kekuasaannya)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan untukmu dari jenismu
sendiri,agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,dan Dia menjadikan di antaramu rasa
kasih dan saying.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berpikir (QS AL-Rum[30]:21)

Berdasarkan ayat tersebut,tujuan pernikahan adalah untuk mencapai kehidupan keluarga yang
sakinah,yaitu keluarga yang tenang,tenteram,damai,dan sejahtera.Di dalam keluarga yang demikian
terdapat rasa kasih saying yang terjalin di antara anggota keluarga,yaitu suami,istri,dan anak-anak.Secara
terperinci tujuan pernikahan sebagimana di maksud ayat tersebut adalah:

1. Melaksanakan perintah Allah Swt.dan Sunnah Rasulullah Saw.


2. Melanjutkan generasi muslim sebagai pengemban risalah Islam.
3. Mewujudkan keluarga muslim yang kelak menjadi masyarakat madani.
4. Mendapatkan cinta dan kasih sayang.
5. Memperoleh ketenangan jiwa dengan menghindarkan diri dari perbuatan maksiat.
6. Mendapatkan kekayaan karena sebaik-baiknya kekayaan adalah istri salehah.
7. Meluaskan kekerabatan dengan mempersatukan dua keluarga yang berbeda.

HUKUM PERNIKAHAN
Hukum-hukum pernikahan antara lain:
1. Mubah (boleh),yaitu hukum dasar menikah,tetapi selanjutnya hukum tersebut bergantung pada
kondisi setiap individu sehingga dapat berubah-ubah.
2. Wajib,yaitu hukum nikah untuk orang yang sudah mampu dan memenuhi syarat,baik harta
maupun ilmu,sedangkan dia tidak mampu mengendalikan hawa nafsu.Jika tidak segera
menikah,dikwatirkan dia terjerumus pada zina
3. Sunnah,yaitu hukum nikah untuk orang yang memenuhi syrat,baik ilmu maupun harta,dan dia
mampu mengendalikan hawa nafsunya dengan baik sehingga tidak di kwatirkan terjerumus pada
zina.
4. Makruh,yaitu hukum nikah untuk orang yang belum mampu atau memenuhi syarat.
5. Haram,yaitu hukum nikah untuk orang yang ingin menikah dengan tujuan menyakiti hati orang
lain dan tidak sesuai dengan tuntutan syariat.

DASAR HUKUM NIKAH


Sebagai suatu syariat,dasar hukum nikah banyak tertuang dalam Al-Quran dan hadis.Berikut ayat-ayat Al-
Quran yang menjadi dasar hukum pernikahan.

1. Surah Al-Nur (24) ayat 32

4
‘’Dan nikahkanlah orang-orang yang masih sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak
(menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan.Jika mereka miskin,Allah
akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-nya.Dan Allah Mahaluas (pemberi-
nya) lagi maha mengetahui.’’
2. Surah Al-Ahzab (33) ayat 36

Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin,apabila Allah dan
Rasul-nya telah menetapkan suatu ketetapan,akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang
urusan mereka.Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-nya,sesungguhnya dia telah
tersesat dengan kesesatan yang nyata.

Dengan ayat-ayat Al-Quran yang menjadi dasar hukum pernikahan antara sesame muslim.selain ayat Al-
Quran,terdapat juga banyak hadis yang menjelaskan pernikahan sebagai suatu ibadah yang dicontohkan
oleh Rasulullah Saw.Hadis-hadis tersebut antara lain:

1) “Nikah itu sunahku;barang siapa membencinya,dia bukan termasuk golonganku” (HR Ibnu Majah
dari ‘a’isyah r.a.).
2) “Empat macam di antara sunnah Rasul adalah berkasih sayang,memakai wangi-
wangian,bersiwak,dan menikah” (HR Al-Tirmidzi).
3) “Nikahilah olehmu kaum wanita itu,maka sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta
(rezeki) bagi kamu” (HR Al-hakim dan Abu Dawud).
4) “Barang siapa diberi seorang istri yang salehah oleh Allah,sesungguhnya dia telah di tolong
separuh agamanya.Dan hendaklah dia bertakwa kepada allah terhadap separuh lainnya” (HR Al-
Baihaqi).
5) “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita salehah” (HR Muslim,Ibnu
Majah,dan Al-nasa’i).
6) “Tiga golongan yang berhak ditolong Allah Swt.Adalah orang yang berjihad di jalan Allah,budak
atau hamba sahaya yang menebus dirinya dari tuannya,dan pemuda atau pemudi yang menikah
karena mau menjauhkan dirinya dari haram” (HR Al-Tirmidzi,Ibnu Hibban,dan Al-hakim).
7) “Wahai para pemuda,jika di antaramu sudah mampu menikah,hendaklah menikah,karena mata
akan lebih terjaga dan kemaluan akan lebih terpelihara” (HR Al-bukhari dan Muslim).

5
8) “Menikahlah dengan wanita yang mencintaimu dan mampu beranak.Sesungguhnya aku akan
membanggakanmu sebagai umat yang terbanyak” (HR Abu Dawud).
9) “Saling menikahlah kalian,saling membuat keturunanlah kalian,dan perbanyaklah
(keturunan).Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlah kalian di tengah umat yang
lain” (HR Abdurrazaq dan Al-Baihaqi).
10) “Shalat sunnah dua rakaat yang diamalkan oleh orang yang sudah berkeluarga lebih baik dari
pada tujuh puluh rakaat yang diamalkan oleh jejaka atau perawan” (HR Ibnu ‘ady).

PEREMPUAN YANG HARAM DINIKAHI


Dalam Islam,ada beberapa kriteria perempuan yang haram dinikahi oleh seorang laki-laki.Hal tersebut
lazim disebut mahram.Kriteria haram tersebut antara lain:

1. Diharamkan karena keturunan


a) Ibu,nenek,dan garis keturunan seterusnya keatas.
b) Anak perempuan,cucu perempuan,dan garis keturunan seterusnya ke bawah.
c) Saudara perempuan sekandung,seayah atau seibu.
d) Bibi (saudara ibu),baik sekandung,seayah,maupun seibu.
e) Bibi (saudara ayah),baik sekandung,seayah maupun seibu
f) Anak perempuan dari saudara laki-laki hingga seterusnya ke bawah.
g) Anak perempuan dari saudara perempuan hingga seterusnya ke bawah.
2. Diharamkan karena sepersusuan.
a) Ibu yang menyusui.
b) Saudara perempuan yang mempunyai hubungan persusuan.
3. Diharamkan karena suatu pernikahan.
a) Ibu dan istri (mertua) dan seterusnya hingga keatas,baik dari keturunan maupun
sepersusuan.
b) Anak tiri ( anak dari istri yang dinikahi laki-laki lain sebelumnya),jika sudah berhubungan
badan dengan ibunya.
c) Istri dari ayah dan seterusnya hingga ke atas.
d) Perempuan yang pernah dinikahi ayah,kakek,dan seterusnya hingga keatas.
e) Istri dari anak laki-laki (menantu) dan seterusnya.
4. Diharamkan untuk sementara waktu.
a) Ikatan pernikahan,yaitu perempuan yang masih berada dalam ikatan pernikahan.

Talak bain kubra,yaitu perempuan yang ditalak tiga.Dia diharam dinikahi mantan suaminya,kecuali
telah dinikahi oleh laki-laki lain serta pernah berhubungan badan sebelumnya.

b) Menikahi dua perempuan bersaudara sekaligus,kecuali dicerai atau meninggal salah satunya.
c) Menikahi lebih dari empat perempuan.
d) Berlainan agama hingga perempuan tersebut masuk islam.

6
PELAKSANAAN PERNIKAHAN
Pernikahan dinyatakan sah apabila syarat dan rukunya terpenuhi.Rukun nikah antara lain adanya kedua
calon mempelai,wali,dua orang saksi,mahar atau maskawin,dan ijab Kabul.Rukun tersebut secara
terperinci akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Dua mempelai
Rukun nikah pertama ialah adanya calon mempelai laki-laki dan perempuan.Calon mempelai
adalah muslim dan muslimah yang tidak diharamkan untuk menikah (bukan mahram).
2. Wali.
Wali adalah orang yang bertanggung jawab menikahkan pengantin perempuan, baik wali
nasab maupun wali hakim. Wali nasab adalah wali yang memiliki hubungan darah dengan
perempuan yang akan dinikahi. Urutan wali nasab bagi perempuan sesuai syariat adalah
sebagai berikut :
a. Ayah kandung
b. Kakek dari pihak ayah
c. Saudara laki-laki seibu-seayah
d. Saudara laki-laki seayah
e. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu-seayah
f. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah
g. Saudara laki-laki seibu-seayah dari ayah
h. Saudara laki-laki seayah dari ayah
i. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu-seayah dari ayah
j. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah dari ayah
3. Saksi
Saksi adalah dua orang laki-laki dewasa yang menjadi saksi atas terjadinya suatu pernikahan.
Kehadiran saksi untuk menguatkan akad nikah yang terjadi dan menjadi saksi keabsahan
keturunan yang lahir dari pernikahan tersebut.
4. Mahar
Mahar adalah pemberian laki-laki kepada perempuan pada saat pernikahan. Jumlah dan jenis
mahar tidak ditentukan oleh ajaran Islam, tetapi dianjurkan untuk disesuaikan dengan
kemampuan laki-laki. Apabila pasangan itu bercerai sebelum berhubungan badan (qabla
dukhul), laki-laki berhak menerima kembali maharnya sebanyak seperdua. Akan tetapi, apabila
perceraian terjadi setelah hubungan badan (ba’da dukhul), perempuan memiliki hak
sepenuhnya terhadap mahar yang diterimanya pada saat pernikahan.
Mahar adalah hak perempuan (istri). Maka, jika istri tidak setuju maharnya digunakan secara
bersama-sama dengan suami, mahar tersebut sepenuhnya milik istri. Jika terjadi percerain,
harta yang menjadi mahar tidak dibagikan kepada suami. Jika suami meninggal lebih dahulu,
mahar tersebut tidak menjadi harta yang dapat diwariskan dari suami. Namu, bila istri rela
maharnya digunakan secara bersama, mahar itu menjadi harta bersama.
5. Ijab Kabul
Ijab adalah ucapan penyerahan dari wali perempuan kepada laki-laki, sedangkan Kabul adalah
ucapan penerimaan laki-laki atas penyerahan perempuan dari walinya.

7
Ta’aruf (Perkenalan)
Ta’aruf berasal dari kata bahasa Arab ‘ta’aarafa”, yang secara bahasa artinya “berkenalan” atau “saling
mengenal”. Proses ta’aruf ini bertujuan agar kamu dan si calon bisa saling mengenal sebelum akhirnya
ada kecocokan untuk lanjut ke jenjang yang lebih serius, yaitu pernikahan.

Tapi ingat, ta’aruf ini bukan untuk ajang modus atau berkenalan dalam konteks yang tidak dibenarkan
oleh syariat. Ta’aruf tidaklah sama dengan pacaran. Dalam proses ta’aruf ada aturan dan batasannya.
Tata cara ta’aruf:

a. Tidak berdua-duaan (berkhalawat) Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Janganlah seorang lelaki


berdua-duaan dengan seorang wanita kecuali jika sang wanita bersama mahramnya.” (HR.Bukhari &
Muslim)
Apabila si calon bilang ke kamu buat ta’arufan tapi ngajakin ketemuan Cuma berdua, di tempat umum sepi
pula, ingat! Kamu patut curiga. Itu seratus persen omongannya isinya modus. #TolakModus
Jadi, tak ada alasan lagi bagi kamu dan si calon untuk ngobrol intens via media sosial, ya. Apalagi harus
dibumbui dengan kata-kata mesra. Yang mananya berdua-duaan, dalam bentuk apa pun, selama belum
halal harus ada batasan.
b. Tidak ihktila, perpegangan tangan, bersentuhan, ataupun berpelukan dengan yang bukan mahram.
c. Melibatkan orangtua/wali/,urobbi, jadi tak ada alasan tuh saling berdua-duaan tanpa disertai mahram.
d. Mengetahui kejelasan visi menikah menurut agama.
e. Boleh melihat calon sebatas yang diperbolehkan oleh syariat.
f. Tak ada paksaan dalam menentukan pilihan. Pilihan didasarkan pada alasan yang logis dan ketertarikan.
g. Apabila ada kebimbangan dalam menentukan pilihan, bisa diselesaikan dengan shalat Istikharah dan
konsultasi.

Referensi: Academia https://tafsirweb.com/7385-surat-ar-rum-ayat-21.html

Fiqih keluarga Ahmad Izzan dan Saehudin

Assalamualaikum jodoh

8
MAKALAH
Pacaran, Pernikahan & Ta’aruf
Pendidikan Agama

Oleh kelompok I :
Muhammad Algi Fari (A010319048)
Muhammad Irsyad (A010319052)
Risfan Noor Hidayat (A010319056)

9
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
BANJARMASIN
2019

10

Anda mungkin juga menyukai