Definisi Pendapatan
Sesuai definisi di PSAK 23 (REVISI 2010) Pendapatan, pendapatan adalah arus masuk kotor dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Sesuai definisi
pendapatan, perusahaan hanya mengakui pendapatan yang berasal dari manfaat ekonomi yang diterima
atau dapat diterima oleh entitas untuk entitas itu sendiri.
Pengukuran
Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Nilai wajar imbalan
yang diakui sebagai pendapatan dalam transaksi tersebut diukur dengan mendiskonto seluruh
penerimaan masa depan dengan menggunakan tingkat bunga tersirat (imputed). Tingkat bunga yang
dapat digunakan adalah mana yang lebih jelas dan mudah ditentukan antara tingkat bunga yang berlaku
instrument (wesel tagih) serupa atau tingkat bunga yang mendiskonto nilai nominal instrument tersebut
ke harga jual tunai saat ini dari barang atau jasa yang diperdagangkan. Selisih yang timnul dari
perbedaan antara nilai wajar dan jumlah imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga.
PT Bigi memiliki kesepakatan dengan pelanggannya, jika dalam periode 12 bulan yang berakhir 31
Desember, mereka membeli barang dagang paling sedikit senilai Rp 100.000.000, maka mereka akan
menerima diskon 2%. Sejak 1 januari sampai 31 Oktober, mereka telah menjual kepada pelanggan
tersebut senilai Rp 90.000.000. Diperkirakan pada akhir Desember nanti, penjualan akan mencapai nilai
lebih dari Rp 100.000.000. Berapa pendapatan yang harus diakui PT Bigi?
PT Bigi harus mengakui pendapatan setelah diskon 2% dari nilai Rp 90.000.000, sehingga pendapatan
yang diakui adalah Rp 88.200.000
Jika pelanggan tersebut tidak mencapai batas pemberian diskon, sehingga diskon batal diberikan, maka
PT Bigi mencatat sebagai berikut.
Kas Rp 90.000.000
Piutang Usaha Rp 88.200.000
Pendapatan Lain-diskon
tidak diambil Rp 1.800.000
Contoh 17.2 penjualan dengan pembayaran tertunda
PT raddin menjual barang dengan biaya Rp 10.000.000 kepada PT Startet seharga Rp 14.000.000 dengan
memberikan periode kredit selama 6 bulan. Untuk penjualan yang dilakukan secara tunai untuk jenis
barang yang sama, PT Raddin mengenakan harga tunai sebebsar Rp 12.000.000.
Berdasarkan transaksi tersebut, PT Raddin secara efektif telah memberikan fasilitas pembiayaan kepada
PT Starter selama 6 bulan tenggat waktu periode pembayaran. Diketahui bahwa harga normal/harga
tunai adalah Rp 12.000.000. dengan demikian, pendapatan yang diakui adalah sebesar nilai diskonto
dari Rp 14.000.000 ke harga jual tunai, yaitu sebesar Rp 12.000.000 . selisih antara nilai nominal imbalan
sebesar Rp 14.000.000 dan nilai diskonto Rp 12.000.000, yaitu sebesar Rp 2.000.000 akan diakui sebagai
pendapatan bunga selama periode 6 bulan.
Setiap akhir bulan (selama 6 bulan), entitas mengakui pendapatan bunga akrual sebagai berikut :
Jika pembayaran dilakukan secara cicilan, maka prinsipnya tetap sama, pendapatan diakui sebesar nilai
wajar yaitu nilai kini imbalan yang akan diterima.
Misalnya PT Gema menjual peralatan dengan cara pembayaran cicilan. Pelanggan diberikan
kesempatanuntuk mencicil sebanyak 14 kali dengan cicilan masing-masing sebesar Rp 1.000.000. jika
barang diserahkan kepada pelanggan pada saat penjualan awal dan saat yang sama dengan pembayaran
cicilan pertama, maka pendapatan yang diakui adalah sebagai berikut. Asuransi tingkat diskonto adalah
10%
Piutang 8.103.356
Penjualan 8.103.356
Kas 1.000.000
Piutang 1.000.000
*(Rp 1.000.000 cicilan pertama dan nilai kini dari 13 kali cicilan berikutnya Rp 7.103.356)
**(cicilan pertama)
Pendapatan bunga yang diakui selama periode cicilan adalah sebesar selisih antara nilai penjualan Rp
14.000.000 dengan Rp 8.103.356. Pendapatan Bungan diakui menggunakan metode bunga efektif.
Period Jumah Bunga (10% dari Cicilan pokok (Rp1.000.000 – Nilai terutang
e Cicilan nilai terutang cicilan bunga)
8.103.356
1 1.000.000 - 1.000.000 7.103.356
2 1.000.000 710.336 289.664 6.813.692
3 1.000.000 681.369 318.631 6.495.061
4 1.000.000 649.506 350.494 6.144.567
5 1.000.000 614.457 385.543 5.759.024
6 1.000.000 575.902 424.098 5.334.926
7 1.000.000 533.493 466.507 4.868.419
8 1.000.000 486.842 513.158 4.355.261
9 1.000.000 435.526 564.474 3.790.787
10 1.000.000 379.079 620.921 3.169.865
11 1.000.000 316.987 683.013 2.486.852
12 1.000.000 248.685 751.315 1.735.537
13 1.000.000 173.554 826.446 909.091
14 1.000.000 90.909 909.091 (0)
Kas Rp 1.000.000
Piutang Rp 289.664
Pendapatan bunga Rp 710.336
Pengakuan Pendapatan
Mengacu kepada prinsip pengakuan unsur laporan keuangan di Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan (KDP2LK), dengan demikian, pendapatan diakui ketika besar kemungkinan
bahwa manfaat ekonomi akan mengalir ke dalam perusahaan dan nilai nilai manfaat tersebut dapat
diukur dengan andal. Untuk masing-masing jenis pendapatan, berikut adalah penjelasan mengenai saat
kapan umumnya kedua kondisi tersebut terpenuhi untuk dapat diakui sebagai pendapatan.
1. Penjualan barang: umumnya pendapatan diakui pada saat penjualan yaitu saat penyerahan
barang.
2. Pendapatan jasa: umumnya pendapatan diakui pada saat penyerahan jasa yang dapat
ditagihkan.
3. Pendapatan yang berasal dari penggunaan asset, misalnya pendapatan bunga, sewa atau
royalty: umumnya pendapatan dapat diakui pada saat berlalunya waktu atau pada saat asset
digunakan.
4. Pendapatan yang berasal dari penjualan asset selain persediaan : umumnya pendapatan
(keuntungan dari pelepasan asset) diakui pada saat penjualan
Beberapa contoh pengakuan pendapatan selain saat penyerahan adalah sebagai berikut:
PT Abadi menjual beberapa peralatan dengan harga tunai senilai Rp 10.000.000 untuk peralatannya saja
atau Rp 13.000.000 jika termasuk jasa perawatan peralatan tersebut selama 2 tahun. Dalam kasus ini, PT
Abadi akan mengakui pendapatan dari penjualan barang sebesar Rp 10.000.000 pada saat penyerahan
barang, sedangkan Rp 3.000.000 akan diakui selama 2 tahun sebagai pendapatan jasa.
Kas Rp 13.000.000
Penjualan peralatan Rp 10.000.000
Pendapatan jasa ditangguhkan Rp 3.000.000