Malnutrisi adalah suatu kondisi akut maupun kronis yang terjadi akibat
defisiensi, kelebihan (ketidakseimbangan energi, protein dan nutrien lainnya),
sehingga hal ini menimbulkan gangguan pada fungsi fisiologi tubuh dan dapat
menimbulkan manifestasi klinis.2 Seperti halnya, pada keadaan gizi buruk
terhadap pertembuhan dan perkembangan individu, produktivitas anak hingga
mortalitas dan morbiditas. Anak Balita (Bawah Lima Tahun) merupakan populasi
yang paling rentan mengalami masalah gizi buruk sehingga diharapkan pada usia
tersebut anak harus mendapatkan asupan gizi yang cukup karena usia tersebut
merupakan masa anak sedang mengalami perkembangan. Keterlambatan pada
penanganannya akan berakibat buruk dan sulit ditangani. 2,3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang dapat dilihat untuk
mengetahui apakah seseorang tersebut normal atau bermasalah. Gizi salah
adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan
dan atau keseimbangan zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan,
kecerdasan dan aktivitas atau produktivitas. Status gizi juga dapat merupakan
hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang dimasukkan ke dalam
tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi tersebut.5
a) Diet : makanan bergizi seimbang dalam segi protein dan karhohidrat serta
3
lemak (energi/kalori).6
ii. Marasmus : Diet yang cukup zat gisi esensialnya tetapi kekurangan
energi (kalori).
b) Penyakit/Infeksi6
3. Patofisiologi
A. Karbohidrat
Dipakai jaringan tubuh untuk sebagai bahan bakar, akan tetapi pada
anak gizi buruk, penyimpanan karbohiratnya terbatas dan sangat sedikit.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah menjadi karbohidrat
4
dihepar dan di ginjal.
B. Lemak
Berikut tabel penentuan status fizi menurut kriteria waterlow dan WHO
2006.
5
B. Anamnesis dan pemeriksaan fisik8
C. Pemeriksaan penunjang9
6
B. Fase dalam penatalaksanaan gizi buruk
1. Fase stabilasasi (hari 1-2)
Pada fase stabilasasi, diberikan makanan formula 75 (F-75) dengan
asupan gizi 80-100 kkal/kgBB/hari dan protein 1-1,5 g/KgBB/hari. ASI
tetap diberikan pada anak yang masih mendapatkan ASI.
2. Fase Transisi (hari 3-7)
Pada fase transisi ada perubahan pemberian makanan dari F-75
menjadi F-100. Diberikan makanan formula 100 (F-100) dengan asupan
gizi 100-150 kkal/kgBB/ hari dan protein 2-3 g/KgBB/hari.
3. Fase rehabilitasi (minggu ke 2-6)
Pada fase rehabilitasi, diberikan makanan seperti pada fase transisi
yaitu F-100, dengan penambahan makanan untuk anak dengan BB < 7 kg
diberikan makanan bayi dan untuk anak dengan BB > 7 kg diberikan
makanan anak.
Asupan gizi 150-220 kkal/kgBB/hari dan protein 4-6 g/kgBB/hari.
4. Fase tindak lanjut (minggu ke 7 - 26)
7
Fase tindak lanjut merupakan fase yang dilakukan di rumah. Setelah
anak dari pulang dari pusat pemulihan gizi (PPG), anak tetap dikontrol
secara berkala. Anak tetap melakukan kontrol rawat jalan, pada bulan 1
satu kali/ minggu, bulan II satu kali/ 2 minggu, selanjutnya sebulan sekali
sampai dengan bulan ke-6.
8
1). Mencegah dan mengatasi Hipoglikemia
RENJATAN - Berikan cairan intravena ringer laktat dan dextrosa/glukosa 10% dengan
(Syok) perbandingan 1:1 (=RLG 5%) sebanyak 15ml/KgBB selama 1 jam pertama
atau 5 tetes/menit/KgBB
- selanjutnya, berikan, larutan glukosa 10% secara intravena (iv) sebnyak
5ml/KgBB.
Catatan : laruran gula pasir 10% = 5 gram gula pasir/1 sendok teh munjung + air
matang s/d 50ml.
keadaan suhu aksila < 360C, hal ini disebabkan cadangan energi yang
terbatas sehingga tidak mampu memproduksi panas dan mempertahankan
suhu tubuh normal dan sering terjadi bersamaan dengan hipoglikemia
(menjadi tanda adanya infeksi sistemik yang serius).
9
3. Pertahankan suhu ruangan sekitar 250C - 300C.
4. Usahakan agar anak tetap diselimuti pada malam hari.
5. Jangan membiarkan anak tanpa baju terlalu lama pada saat tindakan
pemeriksaan dan penimbangan.
6. Usahakan tangan dari pemberi perawatan pada saat menangani anak gizi
buruk dalam keadaan hangat.
7. Segeralah ganti baju atau peralatan tidur yang basah oleh karena air
kencing atau keringat, dsb.
8. Bila anak baru saja diberihkan tubuhnya dengan air, segera keringkan
dengan sebaik-baiknya.
9. Jangan menghangati anak dengan air panas dalam botol, hal ini untuk
menghindari bila botolnya lupa dibungkus dengan kain yang menyebabkan
luka bakar.
< 360C 1. Hangati anak untuk mengembalikan suhu badan.
(Hipotermia) 2. Pemanasan tubuh anak dilakukan dengan cara “kanguru”, yang akan
memindahkan panas ibunya ke anaknya yang digendong serta diselimuti
seluruh tubuhnya.
3. Pemanasan tubuh anak juga dapat dilakukan dengan menggunakan
lampu (50cm dari anak).
4. Memonitor suhu tiap 30 menit agar suhu anak tidak terlalu tinggi.
5. Hentikan bila suhu anak mencapai 370C.
10
terhadap kejadian disekelilingnya.
2 Anak gelisah Anak selalu gelisah dan rewel terutama bila disentuh
dan rewel atau dipegang untuk suatu tindakan.
3 Tidak ada air Lihat ada air matanya atau tidak pada saat menangis
mata
4 Mata cekung Mata anak yang gizi buruk selalu tampak cekung, mirip
tanda anak dehidrasi. Tanya ibu apakah mata cekung
tersebut sudah ada seperti biasanya ataukah baru
beberapa saat timbulnya.
5 Mulut dan lidah Raba dengan jari yang kering dan bersih untuk
kering menentukan apakah lidah dan mulutnya kering.
6 Haus Lihat, apakah anak ingin meraih cangkir saat diberikan
ReSoMal saat cangkir itu disingkirkan, lihat apakah
anak masih ingin minum lagi?
7 Kembalinya Gunakan ibu jari dan jari telunjuk saat mencubit kulit
cubitan/ turgor perut bagian tengah antara umbilikus dan sisi perut.
kulit lambat Posisikan tangan anda sejajar/lurus dengan garis tubuh,
bukan melintang. Tarik lapisan kulit dan jaringan bawah
kulit pelan-pelan. Cubit selama 1 detik dan lepaskan.
Jika kulit masih terlipat (belum balik rata selama >2
detik). dikatakan cubitan kulit/turgor kulit lambat.
(catatan: cubitan kulit biasanya lambat pada anak
“wasting”)
Anak dengan gizi buruk memiliki kadar natrium yang tinggi dalam
tubuh, walaupun natrium pada plasma dapat menurun. Defisiensi kalium
11
dan magnesium juga terdapat pada anak dengan gizi buruk dan
setidaknya membutuhkan waktu 2minggu untuk mengoreksinya. Terapi
ketidakseimbangan elektrolit:
5) Mengobati Infeksi
Tatalaksana
12
buruk dengan komplikasi dapat diberikan mebendazole pada hari ke-
setelah rawat inap.
- Imunisasi campak jika balita berusia >= 6 bulan belum pernah
diimunisasi/ belum mendapatkan imunisasi campak sebelum usia 9
bulan. Imunisasi ditunda bila balita dalam keadaan syok.
Jika menggunakan formula 75 dan 100, maka tetap harus hati-hati bila
memberikan obat yang berisiko bagi: fungsi ginjal dan hati yan abnormal,
perubahan kemampuan menghasilkan enzim untuk proses
pengolahan/pembuangan obat (bila berlebihan makan akan dibuang ke
empedu), penurunan lemak tubuh akibat penumpukan obat larut dalam lemak
(pada balita kwashiokor dapat terjadi kerusakan otak).
Dan anak yang perlu diberikan zat besi bila berusia 6 bulan sampai 5
tahun dengan catatan bahwa zat besi/fe telah memasuki fase stabilisasi/hari ke
13
14 dan diberikan tiap hari selama 4 minggu berturut-turut/lebih sampai kadar
hemoglobin normal selama 2 bulan berturut-turut, dosis fe 1-3 mg fe
elemental/kgBB/Hari, dan kontrol Hemoglobin tiap 1 bulan.
14
mental dan perilaku, untuk stimulasi tumbuh dan kembang dibutuhkan :
1. kasih sayang
2. lingkungan yang ceria
3. structured play therapy setiap hari selama 15 - 30 menit
4. aktivitas fisik setelah keadaan anak cukup baik
5. keterlibatan ibu/orang tua apabila memungkinkan (seperti
comforting, bermain, memberi makan).
Dapat dikatakan sembut dari gizi buruk bila WFL (Weight for
Length) diatas 90% (sama dengan -1SD), kemudian di follow up kembali.
Pada balita mengalami selera makan yang baik & segera dihabiskan,
ada perbaikan kondisi mental, sudah tersenyum,duduk, meragkak,
berdiri, berjalan yang sesuai umurya, suhu tubuh berkisar 36,5 0C -37,50C,
tidak muntah & diare, tidak ada edema, kenaikan >5 g/KgBB/hari 3 hari
berurutan/ >50g/KgBB/minggu hingga 2 minggu berturut-turut.
Kemudian, perlu adanya peran pengaruh/orang tua untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Disarankan untuk :
15
Imunisasi 1 2 3 4
BCG Sedini
mungkin
(<1 tahun)
POLIO Waktu lahir 1 buan 1 buan 1 buan
(sedini setelah setelah setelah
mungin) imunisasi imunisasi imunisasi
polio ke-1 polio ke-2 polio ke-3
(interval 4 (interval 4 (interval 4
minggu) minggu) minggu)
DPT 2 bulan 1 buan 1 buan
setelah setelah
imunisasi imunisasi
DPT ke-1 DPT ke-2
(interval 4 (interval 4
minggu) minggu)
CAMPAK 9 bulan
HEPATITIS Waktu lahir 1 buan 1 buan
(sedini setelah setelah
mugkin) imunisasi imunisasi
hepatitis hepatitis
ke-1 ke-2
(interval 4 (interval 4
minggu) minggu)
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
17
Gizi buruk merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak ditemukan
pada negara-negara berkembang seperti !ndonesia. Prevalensi tertinggi adalah
pada anak-anak di bawah umur lima tahun (Balita), dan disusul oleh ibu yang
sedang mengandung atau menyusui. Pada kondisi ini ditemukan berbagai macam
keadaan patologis yang disebabkan oleh kekurangan energi dan protein dalam
tingkat yang bermacam-macam. Dalam menentukan status gizi tersebut dilakukan
pengukuran antropometri terhadap BB dan TB atau PB.
DAFTAR PUSTAKA
18
1. Suwanda AS. Asuhan Keperawatan Keluarga BP.CT Dengan Anak Ai
Menderita Berat Badan Kurang Di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Tahun
2018. Skripsi Thesis: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta; 2018.
5. Siswanto, Hadi, et al. “Berapa besar masalah gizi di !ndonesia dan bagaimana
Menanggulanginya?”. Jurnal data dan informasi kesehatan: 2011; vol 1(1): 9.
7. Kemenkes RI. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Buku 1. Depkes RI:
Jakarta; 2011
8. Kemenkes RI. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Buku 2. Depkes RI:
Jakarta; 2011
19