Anda di halaman 1dari 19

REFERAT 05 AGUSTUS 2020`

PENATALAKSANAAN GIZI BURUK

Nama : Try Putra Agung Sulastra

No. Stambuk : N 111 19 045

Pembimbing : dr. Haryanty Kartini Huntoyungo,


M. Biomed, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Malnutrisi merupakan masalah utama dan paling sering ditemui dalam bidang
kesehatan, khususnya pada negara berkembang. Dan berdasarkan data dari
UNICEF tahun 2018 yang di dapatkan bahwa penyebab lebih dari 1/3 dari 9,2 juta
kematian pada anak-anak dibawah usia 5 tahun di dunia. UNICEF juga
melaporkan bahwa terdapat kemunduran signifikan dalam kematian anak secara
global pada tahun 2007, tetapi rentang yang sangat jauh antara negara maju dan
berkembang terutama pada Afrika dan Asia tenggara.1

Malnutrisi adalah suatu kondisi akut maupun kronis yang terjadi akibat
defisiensi, kelebihan (ketidakseimbangan energi, protein dan nutrien lainnya),
sehingga hal ini menimbulkan gangguan pada fungsi fisiologi tubuh dan dapat
menimbulkan manifestasi klinis.2 Seperti halnya, pada keadaan gizi buruk
terhadap pertembuhan dan perkembangan individu, produktivitas anak hingga
mortalitas dan morbiditas. Anak Balita (Bawah Lima Tahun) merupakan populasi
yang paling rentan mengalami masalah gizi buruk sehingga diharapkan pada usia
tersebut anak harus mendapatkan asupan gizi yang cukup karena usia tersebut
merupakan masa anak sedang mengalami perkembangan. Keterlambatan pada
penanganannya akan berakibat buruk dan sulit ditangani. 2,3

Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi bangsa dalam


menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, produktif. Petugas
kesehatan harus mampu mengatasi kasus gizi buruk secara cepat, tepat dan
profesional Penulis. Mengingat pentingnya pengetahuan dan pemahaman tentang
gizi buruk, terutama mengenai penatalaksanaanya, maka penulis tertarik untuk
membuat referat mengenai tatalaksana gizi buruk pada anak. Sebagai upaya
penatalaksanaan gizi kurang atau gizi buruk, instansi kesehatan menerapkan
asuhan keperawatan pada pasien gizi kurang atau buruk. Asuhan keperawatan
merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan secara langsung kepada klien/pasien di berbagai tatanan pelayanan
kesehatan.4

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Status Gizi Buruk

Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang dapat dilihat untuk
mengetahui apakah seseorang tersebut normal atau bermasalah. Gizi salah
adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan
dan atau keseimbangan zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan,
kecerdasan dan aktivitas atau produktivitas. Status gizi juga dapat merupakan
hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang dimasukkan ke dalam
tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi tersebut.5

2. Etiologi Gizi Buruk

a) Diet : makanan bergizi seimbang dalam segi protein dan karhohidrat serta

3
lemak (energi/kalori).6

i. Kwasiokor : Diet yang cukup energi (Kalori) tetapi kekurangan


protein.

ii. Marasmus : Diet yang cukup zat gisi esensialnya tetapi kekurangan
energi (kalori).

iii. Marasmik-Kwarshiorkor : yaitu bentuk malnutrisi energi protein


berat yang merupakan kombinasi keduanya termasuk kombinasi
tanda dan gejala marasmus dan kwasiokor.

b) Penyakit/Infeksi6

Infeksi pada gastrointestinal (diare, radang usus dan penyakit celiac),


infeksi cacing tambang (menyerap nutrisi dan darah dari usus), Penyakit
autoimun (kanker dan HIV/AIDS), penyakit yang meningkatkan
metabolisme dan kebutuhan energi (Hipertiroidisme), dan malabsorbsi.

c) Penyebab lain : sosial ekonomi dan kepadatan penduduk (sebab


utamanya adalah krisis pangan).6

3. Patofisiologi

Malnutrisi yang merupakan sindrom dari banyak faktor, hal ini


berhubungan dengan faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent
(kuman) dan lingkungan (enviroment). faktor diet yang paling mempengaruhi
peranan penting, karna yang paling digunakan adalah karbohidrat, protein dan
lemak. Dan berikut peran penting protein:6

A. Karbohidrat

Dipakai jaringan tubuh untuk sebagai bahan bakar, akan tetapi pada
anak gizi buruk, penyimpanan karbohiratnya terbatas dan sangat sedikit.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah menjadi karbohidrat

4
dihepar dan di ginjal.

B. Lemak

Kurangnya intake makanan, jaringan lemak akan dipecah jadi asam


lemak, gliserol, dan keton bodies. Setelah lemak tidak dapat mencukupi
kebutuhan energi, maka otot akan menggunakan gliserol dan keton
bodies untuk memenuhi kebutuhan makanan, dan bila tak dapat lagi
memenuhi kebuthannya juga, maka protein hanya akan memenuhi
metabolisme tubuh dan butuh adaptasi terhadap ketidakcukupan asupan
energi dan protein.

4. Penetuan Status gizi

Berikut tabel penentuan status fizi menurut kriteria waterlow dan WHO
2006.

Status gizi BB/TB (Median) BB/TB WHO 2006


Obesitas >120 >+3SD
Overweight 110-120 >+2SD sampai +3SD
Normal 90-110 +2SD sampai -2SD
Gizi kurang 70-90 <-2SD sampai -3SD
Gizi buruk <70 <-3SD

5. Diagnosis Gizi buruk

A. Kriteria gizi buruk7

a. Gizi kurang : BB/TB <-2SD sampai +2SD, Terlihat kurus

b. Gizi buruk tanpa komplikasi : BB/TB <-3SD, terlihat sangat kurus,


adanya edema, lingkar lengan atas <11,5cm untuk anak 6-59 bulan.

c. Gizi buruk dengan komplikasi : memenuhi kriteria gizi buruk tanpa


kompliakasi disertai dengan anorexia, pneumonia berat, anemia berat,
dehidrasi berat, demam sangat tinggi dan penurunan kesadaran.

5
B. Anamnesis dan pemeriksaan fisik8

C. Pemeriksaan penunjang9

 Tes darah, untuk mengindentifikasi penyebab malnutrisi, misalnya


infeksi HIV, serta untuk menilai kadar glukosa, protein (albumin),
vitamin, dan mineral di dalam tubuh penderita.
 Tes tinja (feses), untuk melihat keberadaan parasit atau cacing yang
bisa menyebabkan malnutrisi energi protein.
 Rontgen dada, untuk melihat ada tidaknya peradangan dan infeksi
pada paru.

6. Tatalaksana Gizi Buruk8

A. Alur pemeriksaan dan penanganan gizi buruk

Sebagai berikut adalah alur pemeriksaan yang dapat digunakan untuk


menentukan langkah-langkah yang dilakukan dalam menangani penemuan
kasus anak gizi buruk:

6
B. Fase dalam penatalaksanaan gizi buruk
1. Fase stabilasasi (hari 1-2)
Pada fase stabilasasi, diberikan makanan formula 75 (F-75) dengan
asupan gizi 80-100 kkal/kgBB/hari dan protein 1-1,5 g/KgBB/hari. ASI
tetap diberikan pada anak yang masih mendapatkan ASI.
2. Fase Transisi (hari 3-7)
Pada fase transisi ada perubahan pemberian makanan dari F-75
menjadi F-100. Diberikan makanan formula 100 (F-100) dengan asupan
gizi 100-150 kkal/kgBB/ hari dan protein 2-3 g/KgBB/hari. 
3. Fase rehabilitasi (minggu ke 2-6)
Pada fase rehabilitasi, diberikan makanan seperti pada fase transisi
yaitu F-100, dengan penambahan makanan untuk anak dengan BB < 7 kg
diberikan makanan bayi dan untuk anak dengan BB > 7 kg diberikan
makanan anak. 
Asupan gizi 150-220 kkal/kgBB/hari dan protein 4-6 g/kgBB/hari.
4. Fase tindak lanjut (minggu ke 7 - 26)

7
Fase tindak lanjut merupakan fase yang dilakukan di rumah. Setelah
anak dari pulang dari pusat pemulihan gizi (PPG), anak tetap dikontrol
secara berkala. Anak tetap melakukan kontrol rawat jalan, pada bulan 1
satu kali/ minggu, bulan II satu kali/ 2 minggu, selanjutnya sebulan sekali
sampai dengan bulan ke-6.

C. 10 Langkah Essensial Penanganan Gizi Buruk

8
1). Mencegah dan mengatasi Hipoglikemia

Keadaan dimana kadar glukosa darah sangat rendah (<3mmol/L atau


<54 mg/dl). Tanda dari hipoglikemia adalah letargis, nadi lemah, dan
kehilangan kesadaran dan Gejalanya adalah berkeringat dan pucat (jarang
dijumpai). dan kematiaanya didahului tanda mengantuk saja.

TANDA CARA MENGATASI


SADAR (tidak - berikan larutan glukosa 10% / laturan gula pasir 10% secara oral/NGT
letargis) sebanyak 50ml.
TIDAK - Berikan larutan glukosa 10% secara intravena (iv) sebnyak 5ml/KgBB.
SADAR - selanjutnya, berikan larutan glukosa 10% / laturan gula pasir 10% secara
(Letargis) oral/NGT sebanyak 50ml.

RENJATAN - Berikan cairan intravena ringer laktat dan dextrosa/glukosa 10% dengan
(Syok) perbandingan 1:1 (=RLG 5%) sebanyak 15ml/KgBB selama 1 jam pertama
atau 5 tetes/menit/KgBB
- selanjutnya, berikan, larutan glukosa 10% secara intravena (iv) sebnyak
5ml/KgBB.

Catatan : laruran gula pasir 10% = 5 gram gula pasir/1 sendok teh munjung + air
matang s/d 50ml.

2) Mencegah dan mengatasi Hipotermia

keadaan suhu aksila < 360C, hal ini disebabkan cadangan energi yang
terbatas sehingga tidak mampu memproduksi panas dan mempertahankan
suhu tubuh normal dan sering terjadi bersamaan dengan hipoglikemia
(menjadi tanda adanya infeksi sistemik yang serius).

SUHU TUBUH TINDAKAN


0 0
36 C - 37 C 1. Tutuplah tubuh anak termasuk kepalanya.
2. Hindari adanya hembusan angin dari ruangan perawatan.

9
3. Pertahankan suhu ruangan sekitar 250C - 300C.
4. Usahakan agar anak tetap diselimuti pada malam hari.
5. Jangan membiarkan anak tanpa baju terlalu lama pada saat tindakan
pemeriksaan dan penimbangan.
6. Usahakan tangan dari pemberi perawatan pada saat menangani anak gizi
buruk dalam keadaan hangat.
7. Segeralah ganti baju atau peralatan tidur yang basah oleh karena air
kencing atau keringat, dsb.
8. Bila anak baru saja diberihkan tubuhnya dengan air, segera keringkan
dengan sebaik-baiknya.
9. Jangan menghangati anak dengan air panas dalam botol, hal ini untuk
menghindari bila botolnya lupa dibungkus dengan kain yang menyebabkan
luka bakar.
< 360C 1. Hangati anak untuk mengembalikan suhu badan.
(Hipotermia) 2. Pemanasan tubuh anak dilakukan dengan cara “kanguru”, yang akan
memindahkan panas ibunya ke anaknya yang digendong serta diselimuti
seluruh tubuhnya.
3. Pemanasan tubuh anak juga dapat dilakukan dengan menggunakan
lampu (50cm dari anak).
4. Memonitor suhu tiap 30 menit agar suhu anak tidak terlalu tinggi.
5. Hentikan bila suhu anak mencapai 370C.

3) Mencegah dan mengatasi Dehidrasi

Keadaan berbahaya yang ditandai dengan tubuh sangat lemah, letargi,


ekstremitas dan nadi lemah cepat dan lemah. Penyebab yang paling sering
adalah diare yang disertai dehidrasi, perdarahan, dan sepsis. Dan capilary
refill time >3 detik.

No. Tanda Cara melihat dan menentukan


1 Letargis Anak yang letargis tidak bisa bangun dan apatis. Dia
tampak mengantuk dan tidak menunjukan ketertarikan

10
terhadap kejadian disekelilingnya.
2 Anak gelisah Anak selalu gelisah dan rewel terutama bila disentuh
dan rewel atau dipegang untuk suatu tindakan.
3 Tidak ada air Lihat ada air matanya atau tidak pada saat menangis
mata
4 Mata cekung Mata anak yang gizi buruk selalu tampak cekung, mirip
tanda anak dehidrasi. Tanya ibu apakah mata cekung
tersebut sudah ada seperti biasanya ataukah baru
beberapa saat timbulnya.
5 Mulut dan lidah Raba dengan jari yang kering dan bersih untuk
kering menentukan apakah lidah dan mulutnya kering.
6 Haus Lihat, apakah anak ingin meraih cangkir saat diberikan
ReSoMal saat cangkir itu disingkirkan, lihat apakah
anak masih ingin minum lagi?
7 Kembalinya Gunakan ibu jari dan jari telunjuk saat mencubit kulit
cubitan/ turgor perut bagian tengah antara umbilikus dan sisi perut.
kulit lambat Posisikan tangan anda sejajar/lurus dengan garis tubuh,
bukan melintang. Tarik lapisan kulit dan jaringan bawah
kulit pelan-pelan. Cubit selama 1 detik dan lepaskan.
Jika kulit masih terlipat (belum balik rata selama >2
detik). dikatakan cubitan kulit/turgor kulit lambat.
(catatan: cubitan kulit biasanya lambat pada anak
“wasting”)

4) Memperbaiki gangguan Keseimbangan Elektrolit

Hal ini masih berkaitan dengan dehidrasi, bahwa semua balita


dengan dengan diare/penurunan jumlah urin dianggap mengalami
dehidrasi ringan (hipovolemia dapat terjadi bersamaan dengan edema),
hal ini akan menggangu keseimbanga elektrolit.

Anak dengan gizi buruk memiliki kadar natrium yang tinggi dalam
tubuh, walaupun natrium pada plasma dapat menurun. Defisiensi kalium

11
dan magnesium juga terdapat pada anak dengan gizi buruk dan
setidaknya membutuhkan waktu 2minggu untuk mengoreksinya. Terapi
ketidakseimbangan elektrolit:

• Kalium ekstra 3-4 mmol/kgBB/hari


• Magnesium ekstra 0,4-0,6 mmol/kgBB/hari
• Saat rehidrasi, berikan cairan rendah natrium (contoh: ReSoMal)
• Berikan makanan tanpa garam

5) Mengobati Infeksi

Balita dengan infeksi sering tidak ditemukan tanda/gejala infeksi bakteri,


seperti demam. Namun hipoglikemia dan hipotermia dianggap menjadi
penanda bahwa terjadi infeksi berat.

Tatalaksana

- Berikan antibiotik spektum luas.


o Bila tanpa komplikasi, beri amoxicilin (15mg/Kg/oral tiap 8
jam) selama 5 hari.
o Bila terdapat komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, penurunan
kesadaran/letargi, atau terlihat sakit) atau terdapat komplikasi
lainnya, maka diberikan antibiotik (IM/IV) :
 Ampisilin (50mg/kg IM atau IV tiap 6 jam) selama 2
hari, kemudian dilanjutkan engan amoksisilin oral (25-
40 mg/kg tiap 8 jam selama 5 hari); ditambah
 Gentamicin (7,5 mg/kg IM atau IV) sehari sekali
selama 7 hari.
- Berikan Piratel pamoat dosis tunggal/ albendazole sois tunggal/
mebendazole 100 mg per oral dua kali sehari selama 3 hari pada balita
gizi buruk dengan komplkasi yang menderita kecacingan (tinja +
worm/cacing) dan yang tidak menderita kecacingan pada bayi gizi

12
buruk dengan komplikasi dapat diberikan mebendazole pada hari ke-
setelah rawat inap.
- Imunisasi campak jika balita berusia >= 6 bulan belum pernah
diimunisasi/ belum mendapatkan imunisasi campak sebelum usia 9
bulan. Imunisasi ditunda bila balita dalam keadaan syok.

6) Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro

Anak gizi buruk akan mengalami defisiensi vitamin dan mineral.


Meskipun terdapat anemia, zat besi belum bisa diberikan diarenakan zat besi
dapat memperburuk infeksi terlalu dini, jadi zat besi dapat diberikan setelah
anak punya nafsu makan yang baikdan mulai bertambah berat badannya
(biasanya mniggu ke-2)

Jika menggunakan formula 75 dan 100, maka tetap harus hati-hati bila
memberikan obat yang berisiko bagi: fungsi ginjal dan hati yan abnormal,
perubahan kemampuan menghasilkan enzim untuk proses
pengolahan/pembuangan obat (bila berlebihan makan akan dibuang ke
empedu), penurunan lemak tubuh akibat penumpukan obat larut dalam lemak
(pada balita kwashiokor dapat terjadi kerusakan otak).

Suplemen multivitamin yang diberikan adalah ;

• Asam folat 1 mg/hari (berikan -5mg pada hari pertama)


• Zinc 2 mg/kgBB/hari
• Copper 0,3 mg/kgBB/hari
• Zat besi 3 mg/kgBB/hari (zat besi diberikan setelah memasuki fase
rehabilitasi)

Dan anak yang perlu diberikan zat besi bila berusia 6 bulan sampai 5
tahun dengan catatan bahwa zat besi/fe telah memasuki fase stabilisasi/hari ke

13
14 dan diberikan tiap hari selama 4 minggu berturut-turut/lebih sampai kadar
hemoglobin normal selama 2 bulan berturut-turut, dosis fe 1-3 mg fe
elemental/kgBB/Hari, dan kontrol Hemoglobin tiap 1 bulan.

7) Memberikan makanan stabilasasi dan transisi

Pada masa stabilisasi, terdapat beberapa poin penting, yaitu


- makan dengan porsi sedikit, namun sering, rendah osmolar dan
rendah laktosa
- makanan diberikan secara oral/NGT
- 100 kkal/KgBB/Hari dan Protein 1-1,5 g/KgBB/Hari
- Cairan 130 ml/KgBB/Hari (anak dengan edema berat berikan
cairan 100 ml/KgBB/Hari)

8) Memberikan makanan untuk tumbuh kejar

Memberikan makanan untuk tumbuh kejar dimulai pada fase rehabilitasi.


Target fase rehabilitasi adalaha penambahan berat badan >10g/KgBB/Hari

9) Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang

Pada anak dengan gizi buruk, akan terdapat keterlambatan perkembangan

14
mental dan perilaku, untuk stimulasi tumbuh dan kembang dibutuhkan :

1. kasih sayang
2. lingkungan yang ceria
3. structured play therapy setiap hari selama 15 - 30 menit
4. aktivitas fisik setelah keadaan anak cukup baik
5. keterlibatan ibu/orang tua apabila memungkinkan (seperti
comforting, bermain, memberi makan).

10) Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah

Dapat dikatakan sembut dari gizi buruk bila WFL (Weight for
Length) diatas 90% (sama dengan -1SD), kemudian di follow up kembali.

Pada balita mengalami selera makan yang baik & segera dihabiskan,
ada perbaikan kondisi mental, sudah tersenyum,duduk, meragkak,
berdiri, berjalan yang sesuai umurya, suhu tubuh berkisar 36,5 0C -37,50C,
tidak muntah & diare, tidak ada edema, kenaikan >5 g/KgBB/hari 3 hari
berurutan/ >50g/KgBB/minggu hingga 2 minggu berturut-turut.
Kemudian, perlu adanya peran pengaruh/orang tua untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Disarankan untuk :

1. Membawa kembali/kontrol secara teratur:


Bulan 1 : 1x/minggu
Bulan 2 : 1x/2minggu
Bulan 3-4 : 1x/bulan
2. Vit.A dosis tinggi tiap 6 bulan (< 6 bulan : 50.000 SI [1/2 kapsul
biru], 6-11 bulan : 100.000 SI [1 kapsul biru], 1-5 tahun : 200.000
SI [1 kapsul merah])
3. Dapat diberikan imunisasi dasar

15
Imunisasi 1 2 3 4
BCG Sedini
mungkin
(<1 tahun)
POLIO Waktu lahir 1 buan 1 buan 1 buan
(sedini setelah setelah setelah
mungin) imunisasi imunisasi imunisasi
polio ke-1 polio ke-2 polio ke-3
(interval 4 (interval 4 (interval 4
minggu) minggu) minggu)
DPT 2 bulan 1 buan 1 buan
setelah setelah
imunisasi imunisasi
DPT ke-1 DPT ke-2
(interval 4 (interval 4
minggu) minggu)
CAMPAK 9 bulan
HEPATITIS Waktu lahir 1 buan 1 buan
(sedini setelah setelah
mugkin) imunisasi imunisasi
hepatitis hepatitis
ke-1 ke-2
(interval 4 (interval 4
minggu) minggu)

7. Komplikasi gizi buruk

Komplikasinya akan menggangu pertumbuhan dan perkembangan bayi


seperti stunting (perawakn pendek daripada anak/usia seharusnya) yang
diawali dengan gangguan pada fungsi motoriknya, dan juga anak bisa
mendapatkan penyakit penyerta seperti gangguan penglihatan (defisiensi
vitamin A), gangguan pada kulit, diare peresisten, anemia, tuberkulosis, HIV
& malaria.

16
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

17
Gizi buruk merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak ditemukan
pada negara-negara berkembang seperti !ndonesia. Prevalensi tertinggi adalah
pada anak-anak di bawah umur lima tahun (Balita), dan disusul oleh ibu yang
sedang mengandung atau menyusui. Pada kondisi ini ditemukan berbagai macam
keadaan patologis yang disebabkan oleh kekurangan energi dan protein dalam
tingkat yang bermacam-macam. Dalam menentukan status gizi tersebut dilakukan
pengukuran antropometri terhadap BB dan TB atau PB.

Dan untuk penatalaksanaannya terdapat empat fase dalam tatalaksana gizi


buruk, yaitu fase stabilisasi (hari ke 1-2), fase transisi (hari ke 3-7), fase
rehabilitasi (minggu ke 2-6) dan fase tindak lanjut (minggu ke 7-26). dan sepuluh
langkah penting dalam penatalaksanaan gizi buruk adalah: 1). mencegah dan
mengatasi hipoglikemia; 2). mencegah dan mengatasi hipotermia; 3). mencegah
dan mengatasi dehidrasi; 4). memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit; 5).
mengobati infeksi; 6). memperbaiki kekurangan zat gizi mikro; 7). memberikan
makanan untuk stabilisasi dan transisi; 8). memberikan makanan untuk tumbuh
kejar; 9). memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang; 10). mempersiapkan
untuk tindak lanjut di rumah. Kondisi gizi buruk dapat menimbulkan komplikasi
berupa gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak serta munculnya penyakit
penyerta lainnya hingga meningkatnya mortalitas.

DAFTAR PUSTAKA

18
1. Suwanda AS. Asuhan Keperawatan Keluarga BP.CT Dengan Anak Ai
Menderita Berat Badan Kurang Di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Tahun
2018. Skripsi Thesis: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta; 2018.

2. Jonkers C, Kouwenoord K, et al. Guideline screening and treatment of


malnutrition. Dutch malnutrition streeting group: Amsterdam; 2011.

3. Hidayat A, Alimul A. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan


Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta; 2008.

4. Hidayat A, Alimul A. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba Medika:


Jakarta; 2012.

5. Siswanto, Hadi, et al. “Berapa besar masalah gizi di !ndonesia dan bagaimana
Menanggulanginya?”. Jurnal data dan informasi kesehatan: 2011; vol 1(1): 9.

6. Behrman RE, RM Kliegman, HB Jenson. Food !nsecurity, Hunger, and


Undernutrition in Nelson Textbook of Pediatric. ed ke-18:2004; 225-232

7. Kemenkes RI. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Buku 1. Depkes RI:
Jakarta; 2011

8. Kemenkes RI. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Buku 2. Depkes RI:
Jakarta; 2011

9. Morley JE. Protein-Energy Undernutrition (PEU). MSD Manual; 2018

10. National Health Service. Malnutrition; 2017

19

Anda mungkin juga menyukai