Anda di halaman 1dari 13

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING TENAGA SURYA

MENGGUNAKAN POMPA KALOR (HIBRIDA) UNTUK PENGERINGAN BIJI


KAKAO

DESIGN AND PERFORMANCE TEST OF SOLAR ASSISTED HEAT PUMP


DRYER FOR COCOA BEAN DRYING
Sari Farah Dina, Harry P. Limbong, Siti Masriani Rambe
Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan,
Jl. Sisingamangaraja No. 24 Medan, Indonesia, telp. 061-7363471
e-mail:sfdina1@yahoo.com

Diterima : 05-04-2018 Direvisi : 07-05-2018 Disetujui : 17-05-2018

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performansi pengeringan biji kakao fermentasi dengan
mengkondisikan udara pengering sehingga memiliki kelembaban yang lebih rendah dan suhu yang
lebih tinggi daripada lingkungan. Penelitian ini menggunakan pompa kalor, kolektor surya, evaporator
dan kondensor. Pengeringan berlangsung di posisi 3,36LU - 98.4BT, pada ketinggian 200 meter di
atas permukaan laut dan waktu meridian (GMT + 7), selama tiga (3) hari dengan tiga kali
pengulangan. Selama pengeringan, intensitas radiasi berada pada kisaran 20-803 Watt/m2 dan suhu
ruang pengering dalam kisaran 32-48C dan 35-80%RH. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
efisiensi termal rata-rata solar kolektor adalah 40-51%. Koefisien kinerja (COP) dan total kinerja
pompa kalor, berturut-turut adalah 3,9 dan 9,3. Laju pengeringan, laju penguapan air spesifik dan
konsumsi energi spesifik berturut-turut adalah 0,0481 kg/jam, 0,294 kg/kWh dan 6,12 MJ/kg.
Pengeringan surya dibantu pompa kalor memberikan waktu pengeringan lebih pendek (rata-rata 24
jam) daripada penjemuran langsung (rata-rata 40 jam atau 5 hari).

Kata kunci: pengeringan, tenaga surya, pompa kalor, performansi, mutu biji kakao

ABSTRACT

This research aims to find out the performance of drying of fermented cocoa beans by conditioning
the dryer air so that it has lower humidity and higher temperature than the ambient condition. This
research uses heat pump, solar collector, evaporator and condenser. Drying takes at position 3.36
o
LU - 98.4 oBT, at an altitude of 200 meters above sea level and meridian time (GMT + 7), for three
(3) days with three repetitions. During drying, the radiation intensity is in the range of 20-803 Watts /
m2 and the drying room temperature in the range of 32-48 oC and 35-80% RH. The experimental
results show that the average thermal efficiency of collector solar is 40-51%. The performance
coefficients (COP) and total heat pump performance, respectively, are 3.9 and 9.3. Drying rate,
specific water evaporation rate and specific energy consumption are 0.0481 kg / hour, 0.294 kg / kWh
and 6.12 MJ / kg, respectively. The solar drying assisted heat pump gives shorter drying time (24
hours on average) than direct drying (average 40 hours or 5 days).

Keywords: drying, solar power, heat pump, performance, quality of cocoa beans

PENDAHULUAN

B
erbagai penelitian telah dilakukan mengawetkan biji kakao setelah di panen.
untuk meningatkan mutu biji kakao Kandungan air dalam biji kakao harus
(Bonaparte, 1998; Hii dkk, 2009, dikurangi dari sekitar 60% basis basah
Zahouli dkk, 2010). Pengeringan (bb) menjadi 7,5% bb untuk mendapatkan
merupakan metode paling kuno untuk biji dalam kondisi baik selama

JRTI 21
Vol.12 No.1 Juni 2018
penyimpanan dan transportasi. suatu pengembangan yang relatif baru
Pengeringan juga memfasilitasi penurunan namun dianggap mahal dan pada akhirnya
rasa pahit dan kelat biji kakao serta akan menambah biaya proses.
mendorong pengembangan karakteristik Proses pengeringan dengan udara
warna dan aroma khas kakao dari biji yang (air drying) merupakan metode yang
difermentasi dengan baik. Pengeringan paling umum digunakan namun memiliki
yang tepat juga menjamin bahwa tidak beberapa kelemahan seperti memburuknya
berkembangnya aroma kurang sedap dari rasa, warna dan kandungan gizi produk,
dalam biji(Hii dkk, 2009). peningkatan kadar aflatoksin (racun akibat
Parameter penting yang perlu jamur) serta potensi migrasi zat terlarut ke
dikendalikan selama pengeringan adalah permukaan bahan dikarenakan kondisi dan
laju pengeringan. Laju pengeringan metode pengeringan yang tidak dikontrol
ekstrim harus dicegah karena cenderung dengan baik (Mujumdar dkk, 2010).
memberikan dampak negatif pada biji. Jika Pengeringan terputus (tidak
pengeringan terlalu lambat, menyebabkan kontinyu) menggunakan alat pengering
berkembangnya jamur sehingga ini sebagai gabungan kolektor surya dan penyimpan
pemacu timbulnya aroma kurang sedap panas sensibel dibuktikan telah dapat
yang tidak disukai.Jika pengeringan memperpendek waktu pengeringan dengan
berlangsung sangat cepat, maka oksidasi kualitas kakao yang dapat menyamai
asam asetat menjadi terhalang dan ini kualitas kakao hasil pengeringan terputus
menyebabkan asam tersebut terperangkap (Fagunwa dkk, 2009).Kinerja pengering
di dalam biji. Kandungan asam yang kontinyu menggunakansistem terintegrasi,
berlebih pada akhirnyamempengaruhi energi surya dengan kolektor plat datar-
aroma atau rasa biji (Hii dkk, 2009). Laju bersirip dan desikan pada pengeringan
pengeringan tergantung pada tiga faktor, kakao telah dilakukan untuk melihat
yaitu perpindahan panas kedalam biji, efektifitas pengeringan. Hasil penelitian
pergerakan uap air dari biji ke udara membuktikan bahwa metode kontinyu ini
sekitar dan luas permukaan biji yang dapat memperpendek waktu pengeringan
berhubungan dengan udara. Untuk itu hingga 45% dibanding penjemuran
berbagai metode pengeringan dilakukan langsung (Dina dkk, 2013, 2015).
untuk mengetahui model kinetika dan juga Meskipun teknologi pengeringan
mutu yang dihasilkan (Clement dkk, 2009). seperti yang telah dijelaskan diatas, telah
Pengeringan kakao dapat dicapai dapat mempersingkat waktu pengeringan,
dengan menggunakan dua metode yakni namun faktor alamiah cuaca dapat
secara alami dengan memanfaatkan energi menyebabkan kondisi pengeringan menjadi
matahari (langsung dan tidak langsung) diluar kontrol. Untuk mengantisipasi
maupun buatan melalui pengering biji fluktuasi intensitas radiasi yang dapat
kakao yang dipanaskan. Untuk itu berbagai mempengaruhi kondisi (temperatur dan
rancangan pengering surya untuk RH) udara pengering maka diperlukan
mengeringkan produk pertanian telah energi buatan yang siap untuk
banyak dijumpai (Sharma dkk, 2009). mengendalikan kondisi udara sesuai yang
Metodepengeringan terputus di bawah dibutuhkan untuk pengeringan.
sinar matahari memiliki beberapa Pengeringan surya yang dibantu dengan
kelemahan karena sering dijumpai sebagai pompa kalor adalah jenis
produk rusak akibat hujan, angin, lembab pengeringanhibrida atau pengeringan
dan debu, kehilangan produk akibat gabungan. Proses pengeringan yang
dimakan hewan (burung), serangan dibantu pompa kalor adalah proses hemat
serangga dan jamur dan lain-lain. energy karena panas yang dipulihkan
Pengeringan buatan secara mekanik sehingga dapat menurunkan konsumsi
menggunakan bahan bakar merupakan energy atau dengan kata lain koefisien

22 Sari Farah Dina, Harry P. Limbong, Siti Masriani Rambe


Rancangan dan Uji Performansi Alat Pengering Tenaga Surya
Menggunakan Pompa Kalor (Hibrida) untuk Pengeringan Biji Kakao
As Food Ingredients
kinerja pompa kalor adalah tinggi (Daghigh pengering yaitu: ekonomis, produktifitas
dkk, 2010). tinggi, mudah pembuatan, kuat dan mudah
Teknologi pengeringan biji kakao dioperasikan.
menggunakan pompa kalor pada skala
laboratorium telah dilakukandan telah Rancangan Alat Pengering Hibrida
menunjukkan adanya perbaikan yang Pengeringan hibrida seperti
signifikan ditinjau dari parameter uji pH, uji ditunjukkan oleh Gambar 1 terdiri atas 3
belah dan rasa (Hii dkk, 2011). (tiga) bagian (unit), yakni kolektor surya,
Pengeringan dengan sistem hibrida ini juga pompa kalor dan ruang pengering.
telah dilakukan untuk mengeringkan biji Kolektor surya terdiri atas dua unit yang
jagung telah menunjukkan adanya terhubung secara seri dan masing-
penurunan konsumsi energi spesifik (1,24 masingnya memiliki ukuran pelat absorber
kWh/ton uap air) pada rentang 1500mm x 3000mm. Sebagai isolator
kelembaban 13,6% – 37,7% dan suhu digunakan poliuretan (terluar), styrofoam
ruang pengering 8,9 C lebih tinggi dari (tengah) dan rockwool (terdalam) dengan
lingkungan (Li Y., dkk, 2011). ketebalan masing-masing 5, 50 dan 50mm.
Pengering surya yang dibantu Pelat absorber dibuat dari aluminium
pompa kalor terdiri dari ruang pengering dengan tebal 0,50mm. Agar tidak terjadi
konvensional dengan system sirkulasi refleksi serta memiliki absorbsivitas yang
udara, unit kolektor surya, unit kompresi, maksimum maka dilakukan pelapisan pada
unit evaporasi dan kondensor. Unit permukaan absorber dengan cat semprot
evaporasi berfungsi untuk mengembunkan warna hitam kusam. Tinggi bukaan celah
uap air yang dikandung udara, kemudian antara pelat absorber dan penutup
udara kering dipanaskan kembali oleh unit kolektor adalah 100mm. Penutup kolektor
kondensor dan akhirnya melewati kolektor berfungsi untuk meneruskan radiasi
surya untuk pemanasan akhir yang matahari dan mencegah terjadinya refleksi
optimal. radiasi ke lingkungan yang dapat
Penelitian ini bertujuan untuk menyebabkan kehilangan panas. Untuk itu,
mengetahui performansi pengeringan biji dibuat dari lembaran polikarbonat dengan
kakao fermentasi dengan mengkondisikan ketebalan 3mm.
udara pengering sehingga memiliki Pompa kalor berfungsi untuk
kelembaban yang lebih rendah dan suhu memindahkan panas dari suatu lokasi ke
yang lebih tinggi daripada lingkungan. lokasi lainnya menggunakan kerja mekanis.
Dengan sistem hibrida pompa kalor Dalam proses memindahkan panas
utamanya berfungsi menurunkan dihasilkan uap kering dan juga bersuhu
kelembaban udara pengering dan sedang. Ini yang dimanfaatkan untuk
selanjutnya suhu udara dinaikkan ketika proses pengeringan. Pompa kalor terdiri
melewati kolektor surya. Salah satu atas unit evaporator, kompresor,
parameter penting dalam menjaga kondensor, katup ekspansi, memiliki
efektifitas pengerigan adalah konsentasi spesifikasi beban pendinginan setara 9000
uap air di udara. Btu/jamdan fluida kerja adalah refrigerant
jenis R-22.
METODOLOGI Ruang pengering dibuat dari dua
Rancangan Alat lapisan pelat seng (ketebalan 0,3 mm) dan
Perencanaan alat pengering hibrida diantara pelat seng diberi isolator yang
bertujuan untuk membantu para petani dalam hal ini digunakan styrofoam dengan
dalam mengolah hasil produksi perkebunan ketebalan 25 mm. Ruang pengering
dan pertanian. Oleh karena itu memiliki dimensi panjang x lebar x tinggi
pertimbangan yang perlu diperhatikan yakni 2000mmx2000mmx1000mm. Jumlah
dalam rancangan alat dan perencanaan rak 4 buah dan direncanakan mampu

JRTI 23
Vol.12 No.1 Juni 2018
mengeringkan 40-50 kg biji kakao dengan kadar air 50-60% (bb).

2 Keterangan Gambar:
1. Kolektor Surya
2. Ruang Pengering
3. Pompa Kalor
4. Panel Kontrol
3

4
Gambar 1. Desain Konfigurasi Mesin Pengering Hibrida

Uji Performansi Alat Pengering poliuretan (lapisan terluar/terbawah pelat


Uji Performansi Kolektor Surya absorber-1(T1), temperatur didalam
Pengujian dimulai dengan kolektor-1 (T2), temperatur permukaan
menghubungkan kabel-kabel termokopel polikarbonat (T3), temperatur lingkungan
data logger dan parameter-parameter (T4), temperatur permukaan pelat
yang akan diukur temperaturnya. Data absorber (T5) dan temperatur didalam
logger terhubung dengan komputer/LAN kolektor-1 (T6). Parameter diatas
yang akan mencatat dan menyimpan data digunakan untuk menghitung besarnya
selama pengukuran. nilai energi panas yang hilang pada
Adapun beberapa parameter yang kolektor surya dan nilai dari efisiensi
diukur seperti ditunjukkan pada Gambar 2 kolektor surya.
adalah sebagai berikut: temperatur

Gambar 2. Set-Up percobaan Uji Performansi Kolektor Surya

Kehilangan panas keseluruhan yang diterima dihitung sebagai energy


dihitung berdasarkan besarnya total radiasi yang diserap oleh kolektor surya
kehilangan panas konveksi melalui udara dikurangi dengan panas yang hilang dari
lingkungan terhadap permukaan kolektor(Duffie, 2005):
poliuretan, kehilangan panas konveksi
melalui udara didalam kolektor terhadap Q r  F IA    Q l (1)
permukaan pelat, kehilangan panas pada
sisi alas (poliuretan) dan sisi atas dan Dimana F’ adalah faktor efisiensi kolektor
kehilangan panas radiasi.Energi matahari yang dalam hal ini diasumsikan sebesar

24 Sari Farah Dina, Harry P. Limbong, Siti Masriani Rambe


Rancangan dan Uji Performansi Alat Pengering Tenaga Surya
Menggunakan Pompa Kalor (Hibrida) untuk Pengeringan Biji Kakao
As Food Ingredients
0,9, dan I, A,  dan  berturut-turut COP 
Qcd (7)
adalah intensitas radiasi (Watt/m2), luas Wc
Qcd  Qev
pelat absorber dari kolektor (m2), TP  (8)
transmisivitas penutup kolektor dan Wc
absorpsivitas pelat absorber. Total panas SMER 
md
(9)
yang hilang dari kolektor (Ql) dihitung Wc
menggunakan persamaan sebagai SEC 
1
(10)
berikut(Yunus A. Cengel, 2003): SMER

Q l  Q w  Q b  Q t (2) Dimana Qcd, Qev, Wc dan md berturut-turut


adalah panas yang dilepas kondensor
(kW), panas yang diserap evaporator
Dimana Qw (Watt), Qb (Watt) dan Qt
(kW), kerja kompresor dan blower (kW)
(Watt) berturut-turt adalah panas yang
serta laju pengeringan (kg/jam).
hilang dari dinding, alas dan atas kolektor.
Kehilangan ini dihitung menggunakan
Hasil Uji Performansi Pengeringan
analogi tahanan termal seperti yang
Sampel biji kakao ditimbang
disajikan dalam gambar 2 dan dihitung
seberat 1000 gr (basis basah) selanjutnya
menggunakan persamaan sebagai
diletakkan didalam rak kasa.
berikut(Yunus A. Cengel, 2003):
Alat pengering kolektor surya
dipersiapkan (kolektor surya diletakkan
Q w  Uw Aw T p  T  (3) pada posisi dimana semua permukaannya

Q b  U b Ab Tp  T  (4) menerima radiasi matahari. Pastikan
Q  U A T  T
t t t p   (5)
semua alat ukur yang dibutuhkan (Sensor
RH/T-meter, anemometer, timbangan,
power meter) telah diaktifkan.
Dimana Uw, Ub dan Ut (Watt/m2.K) adalah Sensor RH/T meter dimasukkan
koefisien perpindahan panas keseluruhan kedalam ruang pengering untuk merekam
dari sisi dinding, alas dan atas (penutup perubahan konsentrasi uap air dan
polikarbonat), A adalah luas masing- temperatur didalam ruang pengering
masing sisi, Tp dan Tu masing-masing selama proses pengeringan berlangsung.
adalah temperatur pelat absorber dan Kabel-kabel termokopel dari
udara ambien. Agilentdatalogger dipasangkan pada
Efisiensitermal () kolektor dihitung kolektor surya sesuai Gambar 2. Pompa
berdasarkan perbandingan antara panas kalor di on-kan dan panel kontrol akan
yang diterima absorber (Qr) dan panas mengatur dengan sendirinya.
matahari yang sampai ke bumi, dihitung Pengujian dimulai ketika
menggunakan persamaan sebagai kompresor mulai bekerja dan dapat dilihat
berikut(Yunus A. Cengel, 2003): melalui pressure gaugeyang akan
menampilkan tekanan rendah, sedang dan

Qr
x100% (6) tinggi. Pompa kalor diatur sedemikian rupa
Qi sehingga hanya bekerja pada saat kondisi
Uji performansi pompa kalor ruang pengering belum mencapai
direpresentasikan dengan menghitung temperatur yang diinginkan. Jika suplai
nilai koefisien kinerja (COP), kinerja total energi termal surya dapat memenuhi
(TP), laju ekstraksi uap air spesifik (SMER) kebutuhan tersebut maka secara otomatis
dan konsumsi energy spesifik yang kompresor pompa kalor tidak bekerja.
dihitung sebagai berikut(Tjukup M. dkk, Pengujian dilakukan dari pukul
2012): 09:00 pagi hingga pukul 17:00 WIB dan
setiap 30 menit dilakukan penimbangan

JRTI 25
Vol.12 No.1 Juni 2018
berat biji kakao dan pengukuran Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa
kecepatan udara pada sisi masuk kolektor temperatur udara didalam ruang kolektor
menggunakan anemometer. Sejalan berada pada rentang 36–80C dan
dengan waktu pengujian berlangsung, temperatur lingkungan berada pada
maka proses perekaman data rentang 30-36C. Hal ini telah
diberlakukan. Pengujian akan berakhir membuktikan bahwa sistem isolasi
apabila tidak ada lagi perubahan berat kolektor surya yang dirancang cukup
sampel biji kakao. Pengujian dilakukan efektif untuk mengisolasi panas termal
dengan 3 kali ulangan. yang diserap pelat aluminium (absorber).
Sebagai pembanding dilakukan Hasil perhitungan efisiensi panas
jugapengeringan dengan cara surya untuk masing-masing kolektor dapat
penjemuranlangsung, dimana 1000 gr dilihat pada Gambar 7. Susunan seri dari
(basis basah) dihamparkan membentuk aliran udara melewati 2 (dua) unit kolektor
lapisan tipis diatas rak kasa dan dijemur memberikan waktu tinggal yang lebih
langsung dibawah sinar matahari. Setiap lama sehingga dapat lebih meningkatkan
30 menit dilakukan penimbangan hingga efisiensi termal kolektor surya. Secara
diperoleh berat konstan. garis besar, efisiensi panas rata-rata
selama pengujian untuk kolektor-1 dan
HASIL DAN PEMBAHASAN kolektor-2 masing-masing adalah 37% dan
Hasil Uji Performansi Sistem Kolektor 49%.
Surya dan Pompa Kalor Koefisien kinerja (COP) pada
Pengering surya dibantu pompa pompa kalor dan kinerja total (TP)
kalor hasil pabrikasi memiliki kapasitas 40 dihitung berdasarkan persamaan 10 dan
– 50 kg produk biji-bijian yang 11 serta menggunakan sifat
dihamparkan membentuk lapisan tipis. termodinamika fluida kerja pada kondisi
Secara rinci alat ini dapat dilihat pada pengukuran rata-rata sesuai Tabel 1.
Gambar 3. COP merupakan indikator
Dari hasil pengukuran intensitas efektifitas energi yang digunakan untuk
radiasi matahari selama uji coba yakni dari menghasilkan panas dengan kata lain
jam 9:00 sampai dengan jam 17:00, dapat adalah rasio pemanasan atau pendinginan
dilihat pada Gambar 4. Intentesitas radiasi yang disediakan untuk energi listrik yang
terendah adalah 20 Watt/m2 (jam15:45) dikonsumsi. Oleh karenanya nilai COP
dan tertinggiadalah 803 Watt/m2 (jam tidak pernah kurang dari 1, dan semakin
12:45). tinggi nilai COP maka biaya operasi akan
Kondisi cuaca yang ekstrim ini semakin rendah. Hasil perhitungan nilai
menghasilkan intensitas rata-rata hanya COP rata-rata untuk pompa kalor dari
mencapai 347 Watt/m2. Pola intensitas mesin pengering sistem hibrida adalah
radiasi ini mirip dengan profil temperatur 3,9. Angka ini memberikan pernyataan
udara di dalam ruang kolektor (Gambar bahwa untuk setiap 1kW energi listrik
5). Dari gambar ini dapat menjelaskan yang dibutuhkan untuk menggerakkan
bagaimana intensitas radiasi berkorelasi kompressor akan menghasilkan panas di
positif terhadap suhu udara di dalam kondensor sebesar 3,9 kW. Ditinjau dari
kolektor yang akan diteruskan ke ruang nilai kinerja total atau total performance
pengering. Kolektor surya dirancang terdiri (TP) rata-rata pompa kalor sebesar 9,3
atas dua unit yang masing- mengindikasikan bahwa energi 1kW untuk
masingnyadibuat sedemikian rupa agar menggerakkan kompresor mampu
udara memiliki waktu tinggal lebih lama menghasilkan 9,3 kW untuk proses
didalam ruang kolektor sehigga panas pendinginan di evaporator sehingga
termal yang diserap absorber efektif menurunkan temperatur dan kelembaban
menaikkan suhu udara. udara serta untuk proses pemanasan dan

26 Sari Farah Dina, Harry P. Limbong, Siti Masriani Rambe


Rancangan dan Uji Performansi Alat Pengering Tenaga Surya
Menggunakan Pompa Kalor (Hibrida) untuk Pengeringan Biji Kakao
As Food Ingredients
menurunkan kelembaban udara udara pada kondensor.

3
4

Gambar 3. Pengering Surya Dibantu Pompa Kalor

*Keterangan Gambar:
1. Kolektor Surya (dua unit), Ukuran/unit: 1500 mm x 3000 mm
2. Ruang Pengering: 2000 x 2000 x 1000 mm, kapasitas 40 – 50 kg
3. Pompa Kalor: 9000 Btu/jam
4. Panel Kontrol

Gambar 4. Intensitas Radiasi Vs Waktu


150 120 Poliuretan Kolektor
Poliuretan Kolektor Penutup
Lingkungan Absorber Penutup Lingkungan
100 Absorber
Temperatur, C
Temperatur, C

100 80
60
50 40
20
0 0

Waktu Waktu
a) b)
Gambar 5. Hasil Pengukuran Temperatur
a). Kolektor Surya-1
b). Kolektor Surya-2

Tabel 1. Data Hasil Pengukuran padaSistem Pompa Kalor


No Variabel Terukur Satuan Nilai

1 Tekanan refrigerant masuk kompresor kPa 550


2 Tekanan refrigerant keluar kompresor kPa 3100

JRTI 27
Vol.12 No.1 Juni 2018
3 Tekanan refrigerant keluar kondensor kPa 3050
4 Kecepatan udara rata-rata m/det 0,15
5 Suhu rata-rata udara masuk kondensor C 38,00
6 Suhu rata-rata udara keluar kondensor C 48,20
7 Luas penampang saluran udara m2 0,3395

Gambar 6. Hasil Perhitungan EfisiensiTermal Kolektor Surya

Hasil Pengujian Pengeringan


Profil Hasil Uji Mutu Pengeringan periode ini, kadar air masih tinggi dan
Biji Kakao hadir di permukaan biji kakao. Setelah uap
Profil laju pengeringan biji kakao air ini menguap, kandungan uap
seperti ditunjukkan pada Gambar 8 terjadi airdidalambiji kakao (dibawah
hanya pada siang hari. Pompa kalor permukaan)akan berdifusi ke permukaan
dioperasikan bertujuan untuk menurunkan dan ini membutuhkan waktu. Dengan
kandungan uap air udara pengering, demikian, proses pengeringan akan
sehingga membantu proses perpindahan berjalan lambat (hari-3).
massa uap air dari biji kakao keudara Dengan kondisi rentang rata-rata
pengering. intensitas radiasi selamapengeringan
Pengeringan berlangsung adalah adalah 359-434 Watt/m2 (Gambar
sepanjang hari sedangkan pada malam 4) diperlukan waktu pengeringan 3 (tiga)
hari (jam 17:00 sampai dengan jam 09:00 hari terputus dengan total waktu efektif
keesokan hari) biji kakao tidak dikeringkan pengeringan adalah 24 jam. Pemafaatan
dan dibiarkan didalam ruang pengering pengeringan teruputus, dimaksudkan
dalam keadaan ditutup agar tidak terjadi untuk menurunkan humiditas udara
absorpsi. Pada hari pertama dan kedua, pengeringan dan selanjutnya dipanaskan
laju penurunan berat biji kakao adalah lanjut dengan melewatkannya di kolektor
secara eksponensial dan pada hari ketiga surya untuk menaikkan suhu udara.
menunjukkan profil polinomial. Proses Dengan demikian diperoleh udara dengan
pengeringan dapat dibagi menjadi dua kondisi humiditas mutlak rendah dan suhu
periode, yakni periode laju pengeringan lebih tinggi dari lingkungan.
tetap dan periode laju pengeringan Tinggi rendahnya intensitas radiasi
menurun (Dina dkk, 2015). sangat mempengaruhi perubahan
Pada awal pengeringan (hari-1 dan temperatur udara didalam ruang
hari-2) dapat dikategorikan sebagai pengering.
periode pengeringan meningkat. Dalam

28 Sari Farah Dina, Harry P. Limbong, Siti Masriani Rambe


Rancangan dan Uji Performansi Alat Pengering Tenaga Surya
Menggunakan Pompa Kalor (Hibrida) untuk Pengeringan Biji Kakao
As Food Ingredients
1100
1050 Berat = 1002. e-7E-0.t
1000 2
R =0,997
950
Berat Biji Kakao, gram

900 Berat=1579.e
-6E-0.t

850 2
R = 0,979
800
750 Malam-1
3 2—
700 Berat= -2E-06.t +0,018.t 59,51.t+63043
2
650 R =0,987
Hari-1
600
550
500
450 Hari-2
Malam-2
400
Hari-3
350
300
0 240 480 720 960 1200 1440 1680 1920 2160 2400 2640 2880 3120 3360 3600

W aktu Pengeringan, menit

Gambar 7. Penurunan Berat Biji Kakao Selama Pengeringan Vs Waktu

Hasil pengukuran temperatur dan berturut-turut 0,294 kg/kWh dan 6,12


humiditas relatif (RH) didalam ruang MJ/kg. Nilai ini menggambarkan berapa
pengering seperti yang disajikan pada energi yang dibutuhkan untuk
Gambar 8 memberikan gambaran kondisi menguapkan 1 kg air dari biji kakao. Jika
proses pengeringan (perpindahan panas dibandingkan dengan penelitian terdahulu
dan perpindahan massa) berlangsung. (Dina dkk, 2015) menggunakan energi
Hasil pengukuran menunjukkan suhu surya dan termokimia (13,16 MJ/kg),
ruang pengering adalah 32-48C dan RH maka nilai konsumsi energi spesifik dari
35-80%. RH pada pagi hari tinggi dan mesin pengering sistem hibrida termal
menurun setelah aliran udara melewati surya dan pompa kalor adalah lebih
sistem pompa kalor (evaporator dan rendah.
kondensor) dan kolektor surya. Semakin
rendah nilai RH pada temperatur rendah Hasil Uji Mutu Biji Kakao
(dibawah 50C) akan memiliki konsentrasi Perbandingan hasil pengujian mutu
uap air lebih rendah sehingga proses biji kakao sebelum dikeringkan, biji kakao
perpindahan massa dari permukaan biji hasil pengeringan sistem hibrida dan biji
kakao ke udara pengering semakin efektif. kakao hasil penjemuran langsung dapat
Uji performansi pengeringan telah dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut.
ditentukan dengan menghitung 3 (tiga)  Kadar Air
parameter yakni laju pengeringan, laju Hasil analisis mutu biji kakao
ekstraksi air spesifik dan konsumsi energi seperti ditunjukkan pada Tabel 2 dapat
spesifik. Hasil perhitungan menunjukkan dilihat bahwa kadar air awal biji kakao
bahwa laju pengeringan secara sebelum dikeringkan memiliki kadar air
menyeluruh adalah sebesar 0,04808 51,04%. Kadar air akhir setelah
kg/jam. Dengan mengetahui laju dikeringkan dengan mesin pengering
pengeringan dan perhitungan neraca sistem hibrida adalah 6,12%. Pada saat
massa, kita dapat memprediksi waktu dan yang bersamaan juga dilakukan
kadar air akhir bahan yang akan pengeringan dengan cara penjemuran
dikeringkan. langsung dan kadar air akhir biji yang
Nilai laju ekstraksi air spesifik dan dikeringkan adalah 6,69%. Hal ini dapat
konsumsi energi spesifik hasil perhitungan membuktikan bahwa pengeringan dengan
(asumsi kompresor pompa kalor adalah sistem hibrida memberikan pola laju
pengeringan lebih cepat dibanding dengan

JRTI 29
Vol.12 No.1 Juni 2018
penjemuran langsung. Untuk menimbulkan aroma dan rasa
mengeringkan biji kakao secara tengik(Jumriah dkk, 2011).
penjemuran langsung diperlukan waktu
pengeringan 5 (lima) hari atau setara
dengan 40 jam efektif, sedangkan dengan
pengering sistem hibrida hanya diperlukan
waktu pengeringan lebih singkat 3 (tiga)
hari atau setara dengan 24 jam efektif.
Dengan demikian jika dihitung
berdasarkan laju penguapan, maka laju
penguapan pengeringan hibrida adalah
19,94 gram/jam sedangkan penjemuran
langsung lebih rendah yakni 11,88
gram/jam. a)
 pH
Parameter pH tidak dipersyaratkan
didalam SNI maupun Codex . Parameter
ini hanya digunakan untuk membuktikan
apakah biji kakao difermentasi atau tidak.
Pada kakao, pH yang rendah selalu
dihubungkan dengan kandungan asam-
asam volatil yang tinggi. Semakin tinggi
pH kakao yang diperoleh maka semakin
besar laju pengeluaran asam asetat hasil
fermentasi yang terjadi pada saat b)
pengeringan. Kadar asam yang tinggi
pada biji kakao selalu dihubungkan
dengan pH kurang dari 5,2, dan telah
dibuktikan bahwa biji kakao dengan aroma
terbaik dari Afrika Barat selalu mempunyai
pH sekitar 5,5 (Hii dkk, 2011).
Hasil analisis pH biji kakao hasil
pengeringan menunjukkan bahwa baik
sistem hibrida maupun penjemuran
langsung memiliki pH>5,5. Selain itu laju c)
pengeringan yang dikendalikan melalui Gambar 8. Data Kondisi Ruang Pengering
kondisi temperatur dan RH rendah a) Hari-1, b) Hari-2, c) Hari-3
memberikan kesempatan untuk
menguapkan asam-asam volatil didalam Oleh karenanya, keberadaan asam
biji kakao. Hal ini dapat dilihat dari pH biji lemak bebas di dalam lemak kakao harus
sebelum dikeringkan adalah 5,06 dan dibatasi untuk menghindari kerusakan
setelah dikeringkan menjadi 5,62. mutu. Codex Allimentarius,
 Asam Lemak Bebas 2001menetapkan toleransi kandungan
Asam lemak bebas (ALB) asam lemak bebas di dalam biji kakao
merupakan parameter kerusakan lemak dengan batas maksimum 1,75 %. Hasil
yang dibebaskan karena terjadinya proses analisis menunjukkan meskipun masih
hidrolisis oleh mikroorganisme pada dalam batas toleransi, namun selama
keadaan lembab dan kotor. Gliserida dari pengeringan terjadi kenaikan kadar ALB
asam-asam lemak berantai pendek yang dibanding biji kakao sebelum dikeringkan.
dihasilkan akibat proses hidrolisa ini Kadar ALB didalam biji kakao hasil

30 Sari Farah Dina, Harry P. Limbong, Siti Masriani Rambe


Rancangan dan Uji Performansi Alat Pengering Tenaga Surya
Menggunakan Pompa Kalor (Hibrida) untuk Pengeringan Biji Kakao
As Food Ingredients
penjemuran langsung lebih tinggi menurunan hingga <200 Watt/m2
dibanding hasil pengeringan sistem sehingga menjadi pemicu terjadinya
hibrida. Hal ini disebabkan selama proses hidrolisis oleh mikroorganisme
pengeringan berlangsung terutama pada (Jumriah dkk, 2011).
hari-1, intensitas radiasi setelah jam 14:30

Tabel 2. Hasil Uji Mutu Biji Kakao


Biji Kakao Sebelum Biji Kakao Hasil Biji Kakao Hasil
Parameter Uji Satuan Dikeringkan Percobaan Penjemuran Langsung
Kadar Air % 51,04 6,12 6,69
pH - 5,06 5,62 5,67
Asam Lemak % 0,31 0,79 1,13
Bebas
Lemak Total % 32,88 40,45 35,28
Aflatoxin ppb 2,80 2,35 3,25

 Lemak Total antara 24 sampai 35C (Utami T, dkk,


Parameter lemak total tidak 2012).
dipersyaratkan didalam SNI dan Codex. Meskipun pada biji kakao belum
Namun parameter ini penting untuk melihat ditetapkan batasan maksimal kadar
kualitas biji kakao dan mempengaruhi nilai aflatoksin, namun pada jagung yang
jualnya. digunakan sebagai pakan ternak telah
Hasil analisis biji kakao sebelum diatur dalam SNI kadarnya tidak melebihi
dikeringkan memiliki kadar lemak cukup 50 ppb.
rendah (32,88%) dan setelah dikeringkan Berdasarkan hasil analisis aflatoksin
dengan sistem hibrida naik hingga 40,45% pada penelitian ini, dapat dilihat bahwa
sedangkan dengan penjemuran langsung baik dari biji kakao yang masih basah
memiliki kadar lemak lebih rendah yakni maupun biji kakao hasil pengeringan
35,28%. Rendahnya kadar lemak hasil mengandung aflatoksin cukup rendah.
percobaan ini dikarenakan kadar lemak Kadar aflatoksin lebih tinggi dijumpai pada
buah kakao yang belum dikeringkan sudah biji kakao hasil penjemuran langsung yakni
cukup rendah sehingga ketika kadar air 3,25 ppb dibanding biji kakao hasil
berkurang akibat pengeringan, kadar lemak pengeringan hibrida yakni 2,35 ppb.
akan naik namun kenaikannya tidak terlalu Penjemuran langsung di alam terbuka lebih
tinggi. Menurut persyaratan dari Pusat memungkinkan terjadinya kontaminasi
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, kadar mikotoksin pada makanan berprotein. Hal
lemak biji kakao yang baik adalah minimal inidikarenakan pada pada penjemuran
55%. Oleh karenanya kadar lemak biji langsung dimana lingkungan memiliki
kakao yang dihasilkan tidak memenuhi kondisi suhu 10 – 40 C, pH 4 – 8 dan
persyaratan. kelembaban relatif >70% merupakan
 Aflatoksin kondisi yang sangat kondusif untuk
Aflatoksin merupakan kelompok pertumbuhan fungi (Lanyasunya TP dkk,
metabolit sekunder yang dapat 2005).
memberikan efek berbahaya bagi
kesehatan karena bersifat karsinogenik, KESIMPULAN
mutagenik, teratogenik dan Dari penelitian yang telah dilakukan
immunosupresif. Ini disebabkan aktifitas dapat diambil kesimpulan pengering surya
kapang Aspergillus flavus, Aspergillus dibantu pompa kalor memberikan laju
parasiticus dan Aspergillus nomius. pengeringan biji kakao lebih tinggi (19,94
Cemaran ini tumbuh pada berbagai biji- gram/jam) dibanding penjemuran langsung
bijian dan kacang-kacangan pada suhu (11,88 gram/jam).

JRTI 31
Vol.12 No.1 Juni 2018
Uji coba telah dilakukan pada and Agriculture Organization of
kondisi cuaca fluktuatif yakni tertinggi 803 United Nations. Geneva.2001.
Watt/m2 dan terendah 20 Watt/m2.Efisiensi Daghigh R, RuslanMH, SulaimanMY,
termal rata-rata kolektor surya berada Kamaruzzaman S,. Review of Solar
pada rentang 40 -51%. Nilai koefisien Assisted Heat Pump Drying Systems
kinerja (COP) dan kinerja total (TP) rata- for Agricultural and Marine
rata dari pompa kalor berturut-turut adalah Products.Renewable and
3,9 dan 9,3.Laju pengeringan selama 3 hari Sustainable Energy Reviews, 2010;
adalah 0,04808 kg/jam dan konsumsi Vol. 14: 2564 – 2579.
energi spesifik 6,12 MJ/kg. pada kondisi Dina SF, Farel HN., Himsar A,. Kajian
rata-rata intensitas radiasi, suhu dan Berbagai Metode Pengeringan
kelembaban ruang pengering berturut-turut Untuk Perbaikan Mutu Biji Kakao
359-434 Watt/m2, 32-48C dan RH 35- Indonesia.Jurnal Riset Industri.
80%.Laju ekstraksi air spesifik dan 2013; Vol. 7, No.1: 35 – 52.
konsumsi energi spesifikadalah 0,294 Dina SF, Ambarita H, Napitupulu FH, Hideki
kg/kWh dan 6,12 MJ/kg. Kawai,. Study on Effectiveness of
Mutu biji kakao yang dihasilkan Continuous Solar Dryer Integrated
adalah lebih baik dibanding dengan with Desiccant Thermal Storage for
penjemuran langsung ditinjau dari nilai Drying Cocoa Beans.Journal Case
kadar air, asam lemak bebas, lemak total Study in Thermal Engineering,
dan kandungan aflatoksin. pH sedikit Elsevier,. 2015; ISSN: 2214-157X,
dibawah nilai penjemuran langsung namun (5): 32-40.
masih diatas nilai biji kakao terbaik dari Duffie A John, Beckman WA,. Solar
Afrika Barat. Engineering of Thermal Processes,
Third Edition. John Wiley & Sons
UCAPAN TERIMAKASIH Inc.: New York, 2005.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fagunwa AO, Koya OA and Faborode MO,.
Badan Penelitian dan Pengembangan Development of an Intermittent
Industri – Kementerian Perindustrian Solar Dryer for Cocoa Beans.
Republik Indonesia yang telah memberikan Agricultural Engineering
dana penelitian melalui Anggaran DIPA TA International: the CIGR Ejournal.
2015. 2009; Manuscript number 1292,
Vol. XI.
DAFTARPUSTAKA Hii CL, Law CL, Cloke M, Suzannah S, .Thin
Bonaparte A, Alikhani Z, CA Madramootoo layer drying kinetics of cocoa and
CA and Raghavan V,. Some Quality dried product quality.Biosystem
Characteristics of Solar-Dried Biji Engineering2009;(102): 153 – 161.
kakao Beans in St Lucia.Journal Hii CL, Law CL, Cloke M, Suzannah S,.
Science Food Agriculture.1998; 76: Improving Malaysian cocoa quality
553-558. through the use of dehumidifiedair
Clement AD, Assidjo NE, Kouame P, and under mild drying conditions.
Yao K B,. Mathematical modelling of Journal of Science of Food and
sun drying kinetics of thin layer Agriculture. 2011; (91): 239 – 246.
cocoa (Theobroma Cacao) Jumriah L, Elly I, Maryati B dan Junaedi M,.
beans.Journal of Applied Sciences Pemetaan Lemak dari Biji Kakao
Research. 2009; Vol. 5, no.9: 1110- (Theobroma cocoa L) di Sulawesi
1116. Selatan. Disertasi, Program
Codex Alimentarius Commision, Codex Pascasarjana Univiversitas
Standard for Cocoa Butter. Codex Hasanuddin, Makassar,
Stan 86-1981, Rev.1-2001, Food Indonesia.2011.

32 Sari Farah Dina, Harry P. Limbong, Siti Masriani Rambe


Rancangan dan Uji Performansi Alat Pengering Tenaga Surya
Menggunakan Pompa Kalor (Hibrida) untuk Pengeringan Biji Kakao
As Food Ingredients
Lanyasunya TP, Wamae LW, Musa HH, 67.140.30.
Olowofeso O, and Lokwaleput IK. Tjukup Marnoto, Endang S, Mahreni, Syahri
The risk of mycotoxins M,. The Characteristic of Heat Pump
contamination of dairy feed and DehumidifierDrier in the Drying of
milk.on smallholder dairy farms in Red Chili(Capsium annum L).
Kenya. Pakistan Journal of Nutrition International Journal of Science and
2005; Vol. 4 (3): 162-169. Engineering. 2012.Vol. 3 (1):22-25.
Li Y, Li HF, Dai YJ, Gao SF, Lei Wei, Li ZL, Utami T, Fx. Hartanta AN, Sri U, Sri M,
Odinez IG, Wang RZ,. Experimental Endang SR,. Penurunan Kadar
investigation on a solar assisted Aflatoksin B1 pada Sari Kedelai oleh
heat pump in-store drying system. Sel Hidup dan Sel Mati Lactobacillus
Applied Thermal Engineering. 2011; acidophilus SNP-2. J. Teknologi dan
Vol. 31 (2011): 1718 – 1724. Industri Pangan. 2012; Vol XXIII,
Mujumdar AS, Chung LL, Drying no.1: 58-63.
Technology: Trends and Yunus A Cengel, Heat Transfer APractical
Applications in Postharvest.Food Approach. Second Edition.
and Bioprocess Technology. 2010; Singapore: Mc.Graw-Hill.Inc., 2003.
Vol. 3, Issue 6: 843-852. Zahouli GIB, Tagro Guchi S, Monk’e Fae,
Sharma A, Chen CR, Nguyen Vu Lan,. Ban-Koffi L and Gnopo Nemlin J, .
Solar-energy drying systems: A Effect of Drying Methods on the
review.Renewable and Sustainable Chemical Quality Traits of Cocoa
Energy Reviews. 2009;Vol. 13: 1185 Raw Material.Advance Journal of
– 1210. Food Science and Technology.2010;
SNI 2323-2008: Biji kakao, Badan 2(4): 184 – 190.
Standardisasi Nasional, ICS

JRTI 33
Vol.12 No.1 Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai