ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performansi pengeringan biji kakao fermentasi dengan
mengkondisikan udara pengering sehingga memiliki kelembaban yang lebih rendah dan suhu yang
lebih tinggi daripada lingkungan. Penelitian ini menggunakan pompa kalor, kolektor surya, evaporator
dan kondensor. Pengeringan berlangsung di posisi 3,36LU - 98.4BT, pada ketinggian 200 meter di
atas permukaan laut dan waktu meridian (GMT + 7), selama tiga (3) hari dengan tiga kali
pengulangan. Selama pengeringan, intensitas radiasi berada pada kisaran 20-803 Watt/m2 dan suhu
ruang pengering dalam kisaran 32-48C dan 35-80%RH. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
efisiensi termal rata-rata solar kolektor adalah 40-51%. Koefisien kinerja (COP) dan total kinerja
pompa kalor, berturut-turut adalah 3,9 dan 9,3. Laju pengeringan, laju penguapan air spesifik dan
konsumsi energi spesifik berturut-turut adalah 0,0481 kg/jam, 0,294 kg/kWh dan 6,12 MJ/kg.
Pengeringan surya dibantu pompa kalor memberikan waktu pengeringan lebih pendek (rata-rata 24
jam) daripada penjemuran langsung (rata-rata 40 jam atau 5 hari).
Kata kunci: pengeringan, tenaga surya, pompa kalor, performansi, mutu biji kakao
ABSTRACT
This research aims to find out the performance of drying of fermented cocoa beans by conditioning
the dryer air so that it has lower humidity and higher temperature than the ambient condition. This
research uses heat pump, solar collector, evaporator and condenser. Drying takes at position 3.36
o
LU - 98.4 oBT, at an altitude of 200 meters above sea level and meridian time (GMT + 7), for three
(3) days with three repetitions. During drying, the radiation intensity is in the range of 20-803 Watts /
m2 and the drying room temperature in the range of 32-48 oC and 35-80% RH. The experimental
results show that the average thermal efficiency of collector solar is 40-51%. The performance
coefficients (COP) and total heat pump performance, respectively, are 3.9 and 9.3. Drying rate,
specific water evaporation rate and specific energy consumption are 0.0481 kg / hour, 0.294 kg / kWh
and 6.12 MJ / kg, respectively. The solar drying assisted heat pump gives shorter drying time (24
hours on average) than direct drying (average 40 hours or 5 days).
Keywords: drying, solar power, heat pump, performance, quality of cocoa beans
PENDAHULUAN
B
erbagai penelitian telah dilakukan mengawetkan biji kakao setelah di panen.
untuk meningatkan mutu biji kakao Kandungan air dalam biji kakao harus
(Bonaparte, 1998; Hii dkk, 2009, dikurangi dari sekitar 60% basis basah
Zahouli dkk, 2010). Pengeringan (bb) menjadi 7,5% bb untuk mendapatkan
merupakan metode paling kuno untuk biji dalam kondisi baik selama
JRTI 21
Vol.12 No.1 Juni 2018
penyimpanan dan transportasi. suatu pengembangan yang relatif baru
Pengeringan juga memfasilitasi penurunan namun dianggap mahal dan pada akhirnya
rasa pahit dan kelat biji kakao serta akan menambah biaya proses.
mendorong pengembangan karakteristik Proses pengeringan dengan udara
warna dan aroma khas kakao dari biji yang (air drying) merupakan metode yang
difermentasi dengan baik. Pengeringan paling umum digunakan namun memiliki
yang tepat juga menjamin bahwa tidak beberapa kelemahan seperti memburuknya
berkembangnya aroma kurang sedap dari rasa, warna dan kandungan gizi produk,
dalam biji(Hii dkk, 2009). peningkatan kadar aflatoksin (racun akibat
Parameter penting yang perlu jamur) serta potensi migrasi zat terlarut ke
dikendalikan selama pengeringan adalah permukaan bahan dikarenakan kondisi dan
laju pengeringan. Laju pengeringan metode pengeringan yang tidak dikontrol
ekstrim harus dicegah karena cenderung dengan baik (Mujumdar dkk, 2010).
memberikan dampak negatif pada biji. Jika Pengeringan terputus (tidak
pengeringan terlalu lambat, menyebabkan kontinyu) menggunakan alat pengering
berkembangnya jamur sehingga ini sebagai gabungan kolektor surya dan penyimpan
pemacu timbulnya aroma kurang sedap panas sensibel dibuktikan telah dapat
yang tidak disukai.Jika pengeringan memperpendek waktu pengeringan dengan
berlangsung sangat cepat, maka oksidasi kualitas kakao yang dapat menyamai
asam asetat menjadi terhalang dan ini kualitas kakao hasil pengeringan terputus
menyebabkan asam tersebut terperangkap (Fagunwa dkk, 2009).Kinerja pengering
di dalam biji. Kandungan asam yang kontinyu menggunakansistem terintegrasi,
berlebih pada akhirnyamempengaruhi energi surya dengan kolektor plat datar-
aroma atau rasa biji (Hii dkk, 2009). Laju bersirip dan desikan pada pengeringan
pengeringan tergantung pada tiga faktor, kakao telah dilakukan untuk melihat
yaitu perpindahan panas kedalam biji, efektifitas pengeringan. Hasil penelitian
pergerakan uap air dari biji ke udara membuktikan bahwa metode kontinyu ini
sekitar dan luas permukaan biji yang dapat memperpendek waktu pengeringan
berhubungan dengan udara. Untuk itu hingga 45% dibanding penjemuran
berbagai metode pengeringan dilakukan langsung (Dina dkk, 2013, 2015).
untuk mengetahui model kinetika dan juga Meskipun teknologi pengeringan
mutu yang dihasilkan (Clement dkk, 2009). seperti yang telah dijelaskan diatas, telah
Pengeringan kakao dapat dicapai dapat mempersingkat waktu pengeringan,
dengan menggunakan dua metode yakni namun faktor alamiah cuaca dapat
secara alami dengan memanfaatkan energi menyebabkan kondisi pengeringan menjadi
matahari (langsung dan tidak langsung) diluar kontrol. Untuk mengantisipasi
maupun buatan melalui pengering biji fluktuasi intensitas radiasi yang dapat
kakao yang dipanaskan. Untuk itu berbagai mempengaruhi kondisi (temperatur dan
rancangan pengering surya untuk RH) udara pengering maka diperlukan
mengeringkan produk pertanian telah energi buatan yang siap untuk
banyak dijumpai (Sharma dkk, 2009). mengendalikan kondisi udara sesuai yang
Metodepengeringan terputus di bawah dibutuhkan untuk pengeringan.
sinar matahari memiliki beberapa Pengeringan surya yang dibantu dengan
kelemahan karena sering dijumpai sebagai pompa kalor adalah jenis
produk rusak akibat hujan, angin, lembab pengeringanhibrida atau pengeringan
dan debu, kehilangan produk akibat gabungan. Proses pengeringan yang
dimakan hewan (burung), serangan dibantu pompa kalor adalah proses hemat
serangga dan jamur dan lain-lain. energy karena panas yang dipulihkan
Pengeringan buatan secara mekanik sehingga dapat menurunkan konsumsi
menggunakan bahan bakar merupakan energy atau dengan kata lain koefisien
JRTI 23
Vol.12 No.1 Juni 2018
mengeringkan 40-50 kg biji kakao dengan kadar air 50-60% (bb).
2 Keterangan Gambar:
1. Kolektor Surya
2. Ruang Pengering
3. Pompa Kalor
4. Panel Kontrol
3
4
Gambar 1. Desain Konfigurasi Mesin Pengering Hibrida
JRTI 25
Vol.12 No.1 Juni 2018
berat biji kakao dan pengukuran Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa
kecepatan udara pada sisi masuk kolektor temperatur udara didalam ruang kolektor
menggunakan anemometer. Sejalan berada pada rentang 36–80C dan
dengan waktu pengujian berlangsung, temperatur lingkungan berada pada
maka proses perekaman data rentang 30-36C. Hal ini telah
diberlakukan. Pengujian akan berakhir membuktikan bahwa sistem isolasi
apabila tidak ada lagi perubahan berat kolektor surya yang dirancang cukup
sampel biji kakao. Pengujian dilakukan efektif untuk mengisolasi panas termal
dengan 3 kali ulangan. yang diserap pelat aluminium (absorber).
Sebagai pembanding dilakukan Hasil perhitungan efisiensi panas
jugapengeringan dengan cara surya untuk masing-masing kolektor dapat
penjemuranlangsung, dimana 1000 gr dilihat pada Gambar 7. Susunan seri dari
(basis basah) dihamparkan membentuk aliran udara melewati 2 (dua) unit kolektor
lapisan tipis diatas rak kasa dan dijemur memberikan waktu tinggal yang lebih
langsung dibawah sinar matahari. Setiap lama sehingga dapat lebih meningkatkan
30 menit dilakukan penimbangan hingga efisiensi termal kolektor surya. Secara
diperoleh berat konstan. garis besar, efisiensi panas rata-rata
selama pengujian untuk kolektor-1 dan
HASIL DAN PEMBAHASAN kolektor-2 masing-masing adalah 37% dan
Hasil Uji Performansi Sistem Kolektor 49%.
Surya dan Pompa Kalor Koefisien kinerja (COP) pada
Pengering surya dibantu pompa pompa kalor dan kinerja total (TP)
kalor hasil pabrikasi memiliki kapasitas 40 dihitung berdasarkan persamaan 10 dan
– 50 kg produk biji-bijian yang 11 serta menggunakan sifat
dihamparkan membentuk lapisan tipis. termodinamika fluida kerja pada kondisi
Secara rinci alat ini dapat dilihat pada pengukuran rata-rata sesuai Tabel 1.
Gambar 3. COP merupakan indikator
Dari hasil pengukuran intensitas efektifitas energi yang digunakan untuk
radiasi matahari selama uji coba yakni dari menghasilkan panas dengan kata lain
jam 9:00 sampai dengan jam 17:00, dapat adalah rasio pemanasan atau pendinginan
dilihat pada Gambar 4. Intentesitas radiasi yang disediakan untuk energi listrik yang
terendah adalah 20 Watt/m2 (jam15:45) dikonsumsi. Oleh karenanya nilai COP
dan tertinggiadalah 803 Watt/m2 (jam tidak pernah kurang dari 1, dan semakin
12:45). tinggi nilai COP maka biaya operasi akan
Kondisi cuaca yang ekstrim ini semakin rendah. Hasil perhitungan nilai
menghasilkan intensitas rata-rata hanya COP rata-rata untuk pompa kalor dari
mencapai 347 Watt/m2. Pola intensitas mesin pengering sistem hibrida adalah
radiasi ini mirip dengan profil temperatur 3,9. Angka ini memberikan pernyataan
udara di dalam ruang kolektor (Gambar bahwa untuk setiap 1kW energi listrik
5). Dari gambar ini dapat menjelaskan yang dibutuhkan untuk menggerakkan
bagaimana intensitas radiasi berkorelasi kompressor akan menghasilkan panas di
positif terhadap suhu udara di dalam kondensor sebesar 3,9 kW. Ditinjau dari
kolektor yang akan diteruskan ke ruang nilai kinerja total atau total performance
pengering. Kolektor surya dirancang terdiri (TP) rata-rata pompa kalor sebesar 9,3
atas dua unit yang masing- mengindikasikan bahwa energi 1kW untuk
masingnyadibuat sedemikian rupa agar menggerakkan kompresor mampu
udara memiliki waktu tinggal lebih lama menghasilkan 9,3 kW untuk proses
didalam ruang kolektor sehigga panas pendinginan di evaporator sehingga
termal yang diserap absorber efektif menurunkan temperatur dan kelembaban
menaikkan suhu udara. udara serta untuk proses pemanasan dan
3
4
*Keterangan Gambar:
1. Kolektor Surya (dua unit), Ukuran/unit: 1500 mm x 3000 mm
2. Ruang Pengering: 2000 x 2000 x 1000 mm, kapasitas 40 – 50 kg
3. Pompa Kalor: 9000 Btu/jam
4. Panel Kontrol
100 80
60
50 40
20
0 0
Waktu Waktu
a) b)
Gambar 5. Hasil Pengukuran Temperatur
a). Kolektor Surya-1
b). Kolektor Surya-2
JRTI 27
Vol.12 No.1 Juni 2018
3 Tekanan refrigerant keluar kondensor kPa 3050
4 Kecepatan udara rata-rata m/det 0,15
5 Suhu rata-rata udara masuk kondensor C 38,00
6 Suhu rata-rata udara keluar kondensor C 48,20
7 Luas penampang saluran udara m2 0,3395
900 Berat=1579.e
-6E-0.t
850 2
R = 0,979
800
750 Malam-1
3 2—
700 Berat= -2E-06.t +0,018.t 59,51.t+63043
2
650 R =0,987
Hari-1
600
550
500
450 Hari-2
Malam-2
400
Hari-3
350
300
0 240 480 720 960 1200 1440 1680 1920 2160 2400 2640 2880 3120 3360 3600
JRTI 29
Vol.12 No.1 Juni 2018
penjemuran langsung. Untuk menimbulkan aroma dan rasa
mengeringkan biji kakao secara tengik(Jumriah dkk, 2011).
penjemuran langsung diperlukan waktu
pengeringan 5 (lima) hari atau setara
dengan 40 jam efektif, sedangkan dengan
pengering sistem hibrida hanya diperlukan
waktu pengeringan lebih singkat 3 (tiga)
hari atau setara dengan 24 jam efektif.
Dengan demikian jika dihitung
berdasarkan laju penguapan, maka laju
penguapan pengeringan hibrida adalah
19,94 gram/jam sedangkan penjemuran
langsung lebih rendah yakni 11,88
gram/jam. a)
pH
Parameter pH tidak dipersyaratkan
didalam SNI maupun Codex . Parameter
ini hanya digunakan untuk membuktikan
apakah biji kakao difermentasi atau tidak.
Pada kakao, pH yang rendah selalu
dihubungkan dengan kandungan asam-
asam volatil yang tinggi. Semakin tinggi
pH kakao yang diperoleh maka semakin
besar laju pengeluaran asam asetat hasil
fermentasi yang terjadi pada saat b)
pengeringan. Kadar asam yang tinggi
pada biji kakao selalu dihubungkan
dengan pH kurang dari 5,2, dan telah
dibuktikan bahwa biji kakao dengan aroma
terbaik dari Afrika Barat selalu mempunyai
pH sekitar 5,5 (Hii dkk, 2011).
Hasil analisis pH biji kakao hasil
pengeringan menunjukkan bahwa baik
sistem hibrida maupun penjemuran
langsung memiliki pH>5,5. Selain itu laju c)
pengeringan yang dikendalikan melalui Gambar 8. Data Kondisi Ruang Pengering
kondisi temperatur dan RH rendah a) Hari-1, b) Hari-2, c) Hari-3
memberikan kesempatan untuk
menguapkan asam-asam volatil didalam Oleh karenanya, keberadaan asam
biji kakao. Hal ini dapat dilihat dari pH biji lemak bebas di dalam lemak kakao harus
sebelum dikeringkan adalah 5,06 dan dibatasi untuk menghindari kerusakan
setelah dikeringkan menjadi 5,62. mutu. Codex Allimentarius,
Asam Lemak Bebas 2001menetapkan toleransi kandungan
Asam lemak bebas (ALB) asam lemak bebas di dalam biji kakao
merupakan parameter kerusakan lemak dengan batas maksimum 1,75 %. Hasil
yang dibebaskan karena terjadinya proses analisis menunjukkan meskipun masih
hidrolisis oleh mikroorganisme pada dalam batas toleransi, namun selama
keadaan lembab dan kotor. Gliserida dari pengeringan terjadi kenaikan kadar ALB
asam-asam lemak berantai pendek yang dibanding biji kakao sebelum dikeringkan.
dihasilkan akibat proses hidrolisa ini Kadar ALB didalam biji kakao hasil
JRTI 31
Vol.12 No.1 Juni 2018
Uji coba telah dilakukan pada and Agriculture Organization of
kondisi cuaca fluktuatif yakni tertinggi 803 United Nations. Geneva.2001.
Watt/m2 dan terendah 20 Watt/m2.Efisiensi Daghigh R, RuslanMH, SulaimanMY,
termal rata-rata kolektor surya berada Kamaruzzaman S,. Review of Solar
pada rentang 40 -51%. Nilai koefisien Assisted Heat Pump Drying Systems
kinerja (COP) dan kinerja total (TP) rata- for Agricultural and Marine
rata dari pompa kalor berturut-turut adalah Products.Renewable and
3,9 dan 9,3.Laju pengeringan selama 3 hari Sustainable Energy Reviews, 2010;
adalah 0,04808 kg/jam dan konsumsi Vol. 14: 2564 – 2579.
energi spesifik 6,12 MJ/kg. pada kondisi Dina SF, Farel HN., Himsar A,. Kajian
rata-rata intensitas radiasi, suhu dan Berbagai Metode Pengeringan
kelembaban ruang pengering berturut-turut Untuk Perbaikan Mutu Biji Kakao
359-434 Watt/m2, 32-48C dan RH 35- Indonesia.Jurnal Riset Industri.
80%.Laju ekstraksi air spesifik dan 2013; Vol. 7, No.1: 35 – 52.
konsumsi energi spesifikadalah 0,294 Dina SF, Ambarita H, Napitupulu FH, Hideki
kg/kWh dan 6,12 MJ/kg. Kawai,. Study on Effectiveness of
Mutu biji kakao yang dihasilkan Continuous Solar Dryer Integrated
adalah lebih baik dibanding dengan with Desiccant Thermal Storage for
penjemuran langsung ditinjau dari nilai Drying Cocoa Beans.Journal Case
kadar air, asam lemak bebas, lemak total Study in Thermal Engineering,
dan kandungan aflatoksin. pH sedikit Elsevier,. 2015; ISSN: 2214-157X,
dibawah nilai penjemuran langsung namun (5): 32-40.
masih diatas nilai biji kakao terbaik dari Duffie A John, Beckman WA,. Solar
Afrika Barat. Engineering of Thermal Processes,
Third Edition. John Wiley & Sons
UCAPAN TERIMAKASIH Inc.: New York, 2005.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fagunwa AO, Koya OA and Faborode MO,.
Badan Penelitian dan Pengembangan Development of an Intermittent
Industri – Kementerian Perindustrian Solar Dryer for Cocoa Beans.
Republik Indonesia yang telah memberikan Agricultural Engineering
dana penelitian melalui Anggaran DIPA TA International: the CIGR Ejournal.
2015. 2009; Manuscript number 1292,
Vol. XI.
DAFTARPUSTAKA Hii CL, Law CL, Cloke M, Suzannah S, .Thin
Bonaparte A, Alikhani Z, CA Madramootoo layer drying kinetics of cocoa and
CA and Raghavan V,. Some Quality dried product quality.Biosystem
Characteristics of Solar-Dried Biji Engineering2009;(102): 153 – 161.
kakao Beans in St Lucia.Journal Hii CL, Law CL, Cloke M, Suzannah S,.
Science Food Agriculture.1998; 76: Improving Malaysian cocoa quality
553-558. through the use of dehumidifiedair
Clement AD, Assidjo NE, Kouame P, and under mild drying conditions.
Yao K B,. Mathematical modelling of Journal of Science of Food and
sun drying kinetics of thin layer Agriculture. 2011; (91): 239 – 246.
cocoa (Theobroma Cacao) Jumriah L, Elly I, Maryati B dan Junaedi M,.
beans.Journal of Applied Sciences Pemetaan Lemak dari Biji Kakao
Research. 2009; Vol. 5, no.9: 1110- (Theobroma cocoa L) di Sulawesi
1116. Selatan. Disertasi, Program
Codex Alimentarius Commision, Codex Pascasarjana Univiversitas
Standard for Cocoa Butter. Codex Hasanuddin, Makassar,
Stan 86-1981, Rev.1-2001, Food Indonesia.2011.
JRTI 33
Vol.12 No.1 Juni 2018