Anda di halaman 1dari 10

FINAL TEST

Nama : Risnah

Nim : 1810115120020

Mata Kuliah : Geografi Perdesaan

Kode mata kuliah : ABKA542

Dosen pengampu : Eva Alviawati, S.Pd, M.Sc.

Akhmad Munaya Rahman, M.Pd

Soal

1. Jelaskan penggunaan lahan di pedesaan yang dekat tempat tinggal kalian!

2. Bagaimana sebuah desa menjalankan fungsinya sebagai penyokong daerah sekitarnya?

3. Mengapa desa-desa yang ada di daerah Kalimantan Selatan, mengalami perkembangan yang
kurang pesat?

4. Jelaskan proses terjadinya urbanisasi, serta berikan upaya pengendaliannya!

Jawabannya

1. Desa Muara Lambakan berada dalam wilayah Kecamatan Long Kali, Kabupaten Paser,
Provinsi Kalimantan Timur. Sebelah utara desa berbatasan dengan Desa Tanjung Soke
dan Desa Gerengung. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pinang Jatus. Sebelah
timur dengan Desa Muara Toyu dan Desa Perkuwen. Sebelah barat dengan Desa Kepala
Telake dan Kampong Muluy. Kelima desa yang berada di perbatasan selatan, timur dan
barat Desa Muara Lambakan ini masuk dalam wilayah kecamatan Longkali. Sedangkan
desa yang ada di batas utara masuk dalam wilayah Kecamatan Bongan. Secara
keseluruhan, Desa Muara Lambakan memiki luas 34.150 ha. Mayoritas masyarakat Desa
Muara Lambakan berprofesi sebagai petani berladang dengan sistim perladangan bergilir.
Mereka menanam tanaman padi sebagai tanaman utama. Padi ini tidak dipakai oleh
mereka untuk dijadikan komoditas, melainkan untuk pemenuhan kebutuhan pokok
sehari-hari (subsisten). Selain berladang, mereka biasanya mengambil hasil-hasil hutan
sepeti buah-buahan, kulit kayu, kayu, madu, dan hewan buruan.

Hampir seluruh lahan di Desa Muara Lambakan berstatus hutan produksi, yang
merupakan tanah Negara. Lahan yang berstatus sebagai Area Penggunaan Lain (APL)
hanya 196,23 ha yang difungsikan sebagai pemukiman pada tahun 2014. Berdasarkan
pembagian fungsi kawasan, 196,23 ha wilayah Desa Muara Lambakan ditetapkan sebagai
Area Penggunaan Lain (APL). Menurut masyarakat, wilayah ini ditetapkan pemerintah
sebagai tempat pemukiman. Itu pun baru sejak tahun 2014

Penggunaan lahan di desa lambakan yaitu untuk perkebunan kelapa sawi karena
mayoritas penduduknya bermata pencarian sebagai petani sehingga masyarakat di sana
membuka hutan untuk menanam sawit dan untuk berkebun sayur-sayuran. Dan juga
didesa tersebut terdapat pabrik kayu yaitu PT. Fajar Surya Swadaya (FSS) yang
merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan pulp, kertas, dan rayon.
Perusahaan ini didirikan oleh kelompok industri kertas Fajar Surya (PT. Surabaya
Industri Pulp dan Kertas dan PT. Fajar Surya Wisesa) bekerjasama
dengan Group Djarum yang tergabung dalam PT. Agra Bareksa Indonesia, dan Yayasan
Kejuangan Panglima Besar Sudirman (YKPBS) Jakarta. Salah satu tujuan pembangunan
usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada perkebunan kayu oleh PT. FSS ialah untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku industri pulp dan kertas di wilayah Kalimantan Timur
dengan kapasitas 300.000 ton/tahun.
Sejak rentang waktu 2009-2016, hutan alam yang berada didalam konsesi PT. FSS telah
berkurang seluas 17.791 ha. Deforestasi yang terjadi didalam area konsesi PT. FSS
terjadi akibat alih fungsi hutan menjadi perkebunan kayu. Hutan yang ditebang untuk
penyiapan lahan dimanfaatkan oleh PT. FSS dengan menjual kayu bulat hutan alam ke
pihak ketiga. Untuk dapat memanfaatkan kayu dari hutan alam, PT. FSS telah
mendapatkan sertifikat SVLK dan PHPL sejak Desember tahun 2013. Sertifikat tersebut
berlaku sampai dengan Desember 2018. Dari data RKUPHHK-HT PT. FSS tercatat
bahwa terdapat 1.272.349 meter kubik kayu dari hutan alam yang akan dipanen
perusahaan tersebut. Dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) PT. FSS tahun 2014, juga
terdapat 55.903 meter kubik kayu hutan alam yang akan dipasarkan atau dijual kepada
pihak ke tiga(Tyas & Damayanti, 2018)

2. Untuk menjalankan fungsi desa sebagai penyokong daerah sekitarnya maka masyarakat
sekitar desa harus memanfaatkan potensi yang ada di desa baik potensi fisiknya maupun
potensi non fisiknya. potensi desa bisa berupa potensi fisik maupun potensi nonfisik.
Berikut penjelasannya:

Potensi fisik di desa

 Tanah, faktor penting bagi kehidupan warga desa

 Air, digunakan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Bisa juga menjadi sumber
pembangkit listrik

 Manusia, menjadi tenaga kerja yang menggerakkan perekonomian. Bisa


diberdayakan agar terampil dan mandiri.

 Cuaca dan iklim, berperan menentukan mata pencaharian warga desa

 Ternak, menjadi sumber tenaga hewan. Bisa meringankan pekerjaan manusia,


atau menjadi sumber pangan.

 Keindahan, alam desa yang masih terjaga berpotensi sebagai wisata


Potensi nonfisik desa

 Gotong royong masyarakat, dapat menjadi kekuatan produksi dan


pembangunan desa
 Aparatur desa atau pamong desa, menjadi sumber ketertiban dan
kelancaran desa
 Lembaga sosial desa, mendorong partisipasi warga dalam pembangunan
secara aktif

Dan juga Disini desa bertindak sebagai daerah penyokong atau penyuplai kebutuhan
penduduk kota. Desa menjadi pendukung pemekaran daerah kota. Seperti halnya ibu kota
Jakarta memasok susu kuda liar dari desa di Sumbawa Ini berarti Kota Jakarta disokong
pula kebutuhannya oleh desa yang jauh di Flores sana. Serta jaringan jalan maupun
jaringan lalu lintas memegang peranan penting untuk daerah yg menjadi suatu hinterland
atau daerah pendukung. perkembangan sebuah kota tidaklah terlepas dari daya dukung
wilyah yg ada disekitarnya seperti wilayah desa, sebab desa memiliki keberagaman
potensi yg digunakan sebagi pendukung atau daerah hinterland bagi kota. potensi desa yg
kerap dijadikan bahan pendukung yaitu berupa bahan pokok dalam memenuhi kebutuhan
sehari hari penduduk kota, desa pula banyak memiliki penduduk usia produktif yg dapat
di jadikan sebagai sumber tenaga kerja bagi kota, namun tenaga kerja dari desa
kebanyakan berada pada sektor umum yg tidak membutuhkan keahlian khusus seperti
tenaga kasar atau buruh.  maka desa walaupun dalam bentuk pemerintahan terkecil dari
suatu pemerintahan namun desa juga merupakan sebuah mitra dalam pembangunan suatu
kota. sehingga desa di sebut sebagai daerah hinterland atau daerah belakang yg berfungsi
dalam mendukung perkembangan kota(Soleh, 2017)

3. Mengapa desa-desa yang ada di daerah Kalimantan Selatan, mengalami perkembangan


yang kurang pesat?
Karena di desa-desa daerah Kalimantan selatan masyarakatnya kurang mampu
mengelola potensi yang ada di desa tersebut hal ini karena sumber daya manusianya
masih rendah dan juga kurangnya akan kesadaran masyarakat desa untuk
mengembangkan potensi yang ada di desa mereka serta kebanyakan penduduk di desa
masih memegang kebudayaan nenek moyang yaitu kebudayaan tradisional yang mereka
masih pegang saat ini seperti seperti kegiatan pertanian misalnya masyrakat dalam
mengelolaa perkebunan masih menggunakan alat-alat yang masih tradisional dan juga
banyak masyarakat di desa-desa masih kurang bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar sehingga sulit berbaur dengan masyarakat diluar daerah merekan dan karena
mereka masih masih jarang menggunakan teknologi yang modern saat ini yang membuat
desa tersebut sulit untuk maju. Selain itu peran pemerintah juga sangat penting untuk
memejukan desa-desa yang ada di wilayhnya sehingga apabila pemerintah tidak berperan
dengan baik terhap didesa-desa wilayahnya maka sulit bagi desa tersebut untuk maju.

Infrastruktu atau akses menuju desa yang masih kurang memadai sehingga apabila di
desa tersebut terdapat potensi yang ada dise misalnya objek wisata air terjun tetapi akses
menunju ke objek wisata tersebut terlalu jauh dan jalannya menuju objek wisata tersebut
kurang mendukung sehingga objek wisata yang ada di desa tersebut tidak mengalami
perkembangan. Sama hal nya di daerah Kalimantan selatan masih banyak desa-desa yang
infrastruktunyaa kurang memadai.

Dan juga kebanyakan masyarakat di desa juga kurang untuk saling bekerja sama untuk
memajukan desanya sehingga potensi yang ada di desa tersebut tidak dapat berkembang
dengan pesat seperti kebanyakan di desa-desa yang di luar Kalimantan contohnya
kampong inggris yang ada di jawa yang desa nya berkembang pesat dengan mengelola
potensi sumber daya manusia dan di dukung dengan sumber daya alam misalnya objek
wisatanya. Sehingga desa tersebut berkembang sangat pesat selain itu di desa tersebut
memiliki ciri khas yang mana setiap orang harus berbahasa inggris jika berbica berbeda
dengan di desa-desa di Kalimantan selatan tidak memiliki ciri khas pada desa sehingga
kurang berkembang selainn itu kurangnya perhatian oleh pemerintah setempat dalam
mengembangkan potensi yang ada di desa tersebut.
4. Jelaskan proses terjadinya urbanisasi, serta berikan upaya pengendaliannya!

Ada 2 proses terjadinya urbanisasi, yaitu :

a. Proses Urbanisasi merupakan Proses Ekonomi

Negara Sedang Berkembang- urbanisasi pada negara berkembang dimulai sejak PD


II, urbanisasi merupakan titik tolak terjadinya industri (kebalikan dari negara industri
maju)- penduduk kota meningkat cepat- urbanisasi tidak terbagi rata, semakin besar
kotanya, semakin cepat proses urbanisasinya,adanya konsep “Primate City”

b. Proses Urbanisasi Bersifat Demografi”

Dari uraian di atas, jelas bahwa sejak PD II, proses urbanisasi di negara berkembang
terjadi terlebih dulu dan kemudian menjadi titik tolak terjadinya industrialisasi. Pada
kenyataannnya,saat ini seperti yang terjadi di Cibinong, urbanisasi terjadi setelah
adanya industri (dibangunnyadaerah-daerah industri baru). Selain itu pada daerah
pinggiran Jakarta dibangun beberapa daerah industri yang berfungsi untuk
mendukung kegiatan kota Jakarta, selain itu juga terjadi peningkatan ekonomi
wilayah pinggiran tersebut sehingga wilayah tersebut berangsur-angsur menjadi kota.
Oleh karena itu konsep bahwa urbanisasi merupakan titik tolak terjadinya industry
menjadi kurang tepat karena sesungguhnya keduanya saling mempengaruhi.Selain itu
telahdisebutkan bahwa urbanisasi adalah proses kenaikan proporsi jumlah penduduk
kota, dalam bukuKota Indonesia Masa Depan Masalah dan Prospek, oleh BN
Marbun, disebutkan bahwa kenaikan jumlah penduduk ini diantaranya disebabkan
oleh:- gejala alami, yaitu kelahiran- masuknya orang-orang yang pindah dari daerah
pedesaan ke perkotaan, ataupun dari daerah perkotaan ke daerah perkotaan yang lebih
besar atau yang disebut migrasi (rural-urban, urban-urban).Kedua hal ini biasanya
disebut sebagai komponen urbanisasi.

Dari kedua komponen tersebut biasanya, pengaruh perpindahan penduduk dari


pedesaan ke perkotaan ataupun perpindahan daeri perkotaan ke kota yang lebih besar
akan mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan pengaruh jumlah
kelahiran.Banyak orang berpendapat bahwa alasan utama kepindahan seseorang atau
sekelompok orang dari daerahnya ke tempat lain adalah karena terdorong oleh faktor-
faktor penarik daerahkota atau daerah tersebut serta anggapan dari masyarakat desa
bahwa kota dapat memberikanlapangan/ kesempatan kerja dengan memberikan upah
yang besar. Namun dalam kenyataannyasebagian besar penyebab terjadinya migrasi
ini adalah karena tidak adanya pekerjaan yang sesuaidengan keahlian yang mereka
miliki, sehingga timbul kecenderungan untuk keluar dari desa ataudaerah mereka
untuk pindah ke kota(Haris, 2015).

proses Terjadinya Urbanisasi di karenakan faktor urbanisasi, antara lain factor – factor
urbanisai di bagi menjadi 2 yakni :
a. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
 Kehidupan kota yang lebih modern
   Sarana dan prasarana kota lebih lengkap
   Banyak lapangan pekerjaan di kota
 Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih baik dan berkualitas
b. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi
 Lahan pertanian semakin sempit
  Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
  Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
 Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
  Diusir dari desa asal
 Memiliki impian kuat menjadi orang kaya

Terjadinya perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor,
perkembangan daerah perkotaan melalui sektor industri dan perdagangan serta keinginan untuk
memperoleh penghasilan merupakan faktor penyebab terjadinya urbanisasi. Proses urbanisasi
terjadi akibat kebijakan dan peraturan di daerah perkotaan, terutama bidang ekonomi yang
dikembangkan oleh pemerintah kota. Hubungan positif antara konsentrasi penduduk terhadap
kegiatan akan menyebabkan semakin besarnya area konsentrasi penduduk, sehingga
menimbulkan permasalahan pada daerah perkotaan. Urbanisasi juga disebabkan oleh faktor
momentum, seperti hari raya, bencana alam maupun momentum lain yang menyebabkan
masyarakat berfikir bahwa membutuhkan kehidupan baru di perkotaan Momentum yang paling
memicu urbanisasi di Indonesia adalah hari raya, terutama pada hari raya idul fitri. Munculnya
niat untuk pindah dari desa ke kota pasca hari raya umumnya sangat dipengaruhi oleh ajakan,
kesalahan menerima informasi media massa, impian pribadi, dan terdesak kebutuhan ekonomi.
Laju urbanisasi ini sangat mengkhawatirkan dikarenakan kualitas masyarakat yang melakukan
urbanisasi masih rendah jika dilihat dari tingkat pendidikan, keahlian maupun kesadaran akan
lingkungan. Urbanisasi cepat atau lambat akan berdampak pada permasalahan kependudukan
dan lingkungan, permasalahan paling utama yang di sebabkan oleh urbanisasi besar – besaran
pasca hari raya adalah tata perkotaan dan daya dukung kota. Pertambahan penduduk kota yang
“dipaksa terjadi” begitu pesat akan sulit diikuti kemampuan daya dukung kota. Saat ini, lahan
kosong di perkotaan sangat jarang ditemui. sarana dan prasarana yang telah ada seperti Ruang
Terbuka Hijau (RTH) dan trotoar bagi pedestrian beralih fungsi menjadi ruang untuk tempat
tinggal maupun berjualan kaki lima, ruang untuk lalu lintas kendaraan, dan tempat parkir lahan
kosong yang terdapat di daerah perkotaan baik yang di tengah kota maupun yang di pinggiran
kota seperti di Daerah Aliran Sungai (DAS) dimanfaatkan sebagai lahan pemukiman,
perdagangan, dan perindustrian yang illegal (Saefulloh, 2013). DAS yang seharusnya bermanfaat
untuk menyerap air hujan justru menjadi penyebab terjadinya banjir karena tidak dapat lagi
menampung air hujan. Bencana alam seperti banjir dapat terjadi dengan cepat begitu hujan turun
dengan volume yang besar.

Dampak jangka panjang dari urbanisasi yang secara terus menerus setiap tahunnya pasca hari
raya adalah permasalahan lingkungan, lingkungan pemukiman menjadi kumuh dan tidak layak
huni serta tidak sehat karena sering terkena banjir dan asap polusi kendaraan yang tinggi.
Pergerakan penduduk daerah lain ke kota besar untuk mengadu nasib tidaklah menjadi masalah
apabila penduduk yang datang mempunyai keterampilan tertentu yang dibutuhkan. Namun,
kenyataannya banyak di antara mereka yang urbanisasi tanpa memiliki keterampilan kecuali
bertani. Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka
terpaksa bekerja sebagai buruh harian, penjaga malam, pembantu rumah tangga, tukang becak,
dan pekerjaan lain yang sejenis. Bahkan masyarakat yang gagal memperoleh pekerjaan memilih
atau terpaksa tinggal di kota dan menjadi tunakarya, tunawisma, dan tunasusila.
Alasan utama yang menjadi pemicu meningkatnya urbanisasi pasca hari raya adalah keinginan
untuk mengubah keadaan hidup menjadi lebih baik, dan pandangan masyarakat bahwa
kehidupan masyarakat perkotaan lebih baik dari pada kehidupan masyarakat di perdesaan. Hal
ini menyebabkan urbanisasi besar-besaran tanpa dukungan sumber daya manusia yang memadai
serta kesalahan asumsi bahwa berpindah ke perkotaan akan memperbaiki kehidupan, sehingga
terjadi peningkatan pengangguran, kriminalitas, dan masalah sosial di kota besar(Malau, 2013)

Upaya dalam mengatasi urbanisasi

cara untuk menekan urbanisasi, adalah dengan mempercepat pembangunan desa. Tujuannya
adalah untuk mengembangkan dan memajukan perekonomian desa dan menciptakan sebanyak-
banyaknya lapangan kerja bagi warga desa dengan penghasilan yang layak. juga menciptakan
berbagai peluang usaha atau bisnis di desa yang nantinya bisa menarik warga desa lainnya untuk
ikut bekerja. di desa juga mudah sekali ditemukan warga yang memiliki keahlian atau kreativitas
tertentu, seperti ukir, batik, tenun, bordir, bisa dikembangkan menjadi produk kreatif desa yang
unik dan bernilai jual tinggi. Adapun desa yang memiliki kekayaan alam yang indah, sangat
potensial dikembangkan menjadi desa wisata. Demikian pula desa yang memiliki sumber daya
alam seperti sumber mata air besar, bisa mengembangkannya menjadi bisnis air minum yang
memberikan keuntungan komersial bagi desa, bisa memberikan pelayanan air bersih bagi warga
desa, juga bisa membuka lapangan kerja dan peluang usaha terkait yang bisa diisi oleh warga
desa. . dan SPemerintah perlu mengeluarkan kebijakan yang orientasinya adalah membangun
daerah pedesaan dengan menciptakan lapangan kerja serta perputaran ekonomi yang tinggi di
pedesaan. Beberapa kebijakan pemerintah perlu di intensifkan dan di perbaiki seperti Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) pedesaan yang di prioritaskan untuk
kewirausahaan dan pembangunan ekonomi jangka panjang sehingga masyarakat desa tidak
tertarik lagi untuk pindah ke perkotaan dan memilih untuk membangun desa,(Mardiansjah et al.,
2018)
Referensi

http://fwi.or.id/muara-lambakan-bertahan-di-tengah-kepungan-konsesi/ diakses pada tanggal 11 mei


2020.

Haris, A. (2015). Studi Media Dan Perpustakaan Tentang Urbanisasi. Jupiter, XIV(1), 60–65.

Malau, W. (2013). Dampak Urbanisasi Terhadap Pemukiman Kumuh (Slumarea) Di Daerah


Perkotaan. Jupiis, 5(2), 39–47. https://doi.org/10.1038/nature02900.1.
Mardiansjah, F. H., Handayani, W., & Setyono, J. S. (2018). Pertumbuhan Penduduk Perkotaan
dan Perkembangan Pola Distribusinya pada Kawasan Metropolitan Surakarta. Jurnal
Wilayah Dan Lingkungan, 6(3), 215. https://doi.org/10.14710/jwl.6.3.215-233
Soleh, A. (2017). Strategi Pengembangan Potensi Desa. Jurnal Sungkai, 5(1), 35–52.
Tyas, N. W., & Damayanti, M. (2018). Potensi Pengembangan Desa Kliwonan sebagai Desa
Wisata Batik di Kabupaten Sragen. Journal of Regional and Rural Development Planning,
2(1), 74. https://doi.org/10.29244/jp2wd.2018.2.1.74-89

Anda mungkin juga menyukai