Anda di halaman 1dari 10

JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.

1, April 2018

KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN CABAI MERAH


(Capsicum annum L) PADA DAERAH PESISIR DAN DATARAN RENDAH

Muhammad Yusuf Tanjung1, E. Nanik Kristalisasi2, Betti Yuniasih2


1
Mahasiswa Fakultas Pertanian STIPER
2
Dosen Fakultas Pertanian STIPER.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, dan dominansi hama penyakit
pada tanaman cabai pada daerah pesisir dan dataran rendah. Penelitian dilakukan di Desa Paingan,
Maguwoharjo Kec. Depok, Kabupaten Sleman dan di Desa Gadingsari, Kec. Sanden, Kabupaten
Bantul. Yogyakarta. Pada bulan Maret sampai April 2017. Penelitian ini menggunakan metode
survey deskriptif. Pengamatan hama dan penyakit dilakukan pada 1 petak tanaman cabai pada
daerah pesisir dan dataran rendah. Pengambilan sampel menggunakan plot dengan pemilihan plot
dilakukan dengan cara purposive. Pengamatan dilakukan pagi hari, 2 kali seminggu. Hama dan
penyakit tanaman cabai daerah pesisir dan dataran rendah dengan lingkungan cabai yang terserang
hama di daerah pesisir dan dataran rendah adalah ulat grayak (Spodoptera litura), kutu daun (Myzus
persicae Sulz), lalat buah (Dacus sp), thrips (Thrips sp), tungau (Tetranychus spp), kepik
(Paraeucosmetus dallas). Urutan populasi hama tanaman cabai di dataran rendah dari yang tertinggi
berdasarkan nilai SDR yaitu ulat grayak, kutu daun, thrips sedangkan daerah pesisir adalah ulat
grayak, kutu daun, kepik hitam. Penyakit tanaman cabai di daerah pesisir dan dataran rendah adalah
bercak daun (Cercospora capsici), busuk buah (Phytopthora capsici), patek, layu bakteri
(Pseudomonas solannaccarum), busuk antraknosa, embung tepung (Oidium sp). Urutan penyakit
tanaman cabai di dataran rendah dari tertinggi berdasarkan nilai SDR yaitu bercak daun, busuk
antraknosa sedangkan daerah pesisir yaitu, bercak daun, embun tepung, busuk antraknosa.

Kata kunci : Hama, penyakit, cabai merah, pesisir, dataran rendah.

PENDAHULUAN suhu dan curah hujan sangat berpengaruh


Cabai merah (Capsicum annum L) terhadap pola hidup spesies, dinamika
merupakan salah satu produk hortikultura populasi, perpindahan habitat alami, serta
yang memiliki nilai ekonomi penting di struktur dan komposisi ekosistem (Haryono,
Indonesia. Selain dijadikan sayuran atau 2012).
bumbu masak, cabai juga mempunyai nilai Salah satu faktor penghambat
jual yang tinggi, sehingga dapat peningkatan produksi cabai adalah adanya
meningkatkan pendapatan petani. Cabai juga serangan hama dan penyakit. Kehilangan
bisa digunakan sebagai bahan baku industri, hasil akibat serangan hama dan penyakit
sehingga dapat membuka kesempatan kerja berkisar 5-30%. Bahkan jika serangan
bagi masyarakat luas (Setiadi, 2004). tersebut sangat fatal dapat mengakibatkan
Hama dan penyakit tanaman (HPT) gagal panen. Oleh karena itu pengendalian
merupakan salah satu faktor pembatas hama dan penyakit merupakan tahap yang
produksi tanaman secara fisik, sedangkan harus dilakukan untuk menunjang
penyakit menimbulkan gangguan fisiologis keberhasilan usaha budidaya cabai (Pracaya,
pada tanaman. Perikehidupan HPT di 1994).
pengaruhi oleh faktor iklim, terutama suhu Hama yang sering dijumpai pada
dan kelembapan udara. Faktor iklim tersebut tanaman cabai adalah lalat buah, thrips,
berpengaruh langsung terhadap kemampuan tungau, nematode. Hama-hama ini biasanya
bertahan hidup (survival rate) dan keperidian menyerang pada waktu musim kemarau,
(fecundity) hama, serta perbanyakan dan sedangakn penyakit biasanya menyerang
penyebaran penyakit. Menurut FAO (2008), tanaman cabai pada musim hujan. Penyakit
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

penting yang sering dijumpai tanaman cabai Alat dan Bahan


tidak hanya candawan, bakteri atau virus saja. Alat yang digunakan adalah alat tulis,
Penyakit cabai bisa karena kekurangan atau pinset, meteran, jaring, ajir plot, camera,
kelebihan unsur-unsur makanan. Dan kertas lamilating, buku pengamatan.
penyakit yang paling merugikan adalah Bahan yang digunakan adalah buku
penyakit kriting atau mosaic. Penyakit ini budidaya tanaman cabai merah (Capsicum
disebabkan oleh virus. Tetapi ada juga annum L).
penyakit lain yang merugikan, penyakit
akar,penyakit bercak daun, dan penyakit Pelaksanaan Penelitian
busuk buah (Pracaya, 1994). Metode yang digunakan dalam
Kecamatan Sanden dan Maguwoharjo penelitian inilah adalah Metode survey
merupakan dua kecamatan yang menjadi deskriptif yaitu suatu penelitian yang
salah satu pusat produksi sayuran, dengan memusatkan diri pada pemecahan masalah-
salah satu komoditas utamanya adalah masalah yang ada sekarang dengan cara data
tanaman cabai. Budidaya tanaman dilakukan dikumpulkan , disusun, dijelaskan, kemudian
secara monokultur dan terus menerus. Teknik dianalasis. Pengamatan hama dan penyakit
budidaya yang dilakukan secara monokultur dilakukan pada 1 petak tanaman cabai pada
dan terus menerus ini akan sangat lokasi pesisir dan dataran rendah.
mempengaruhi kemelimpahan hama dan Pengambilan sampel menggunakan plot
penyakit tanaman (Sulastri, 2013). dengan pemilihan plot dilakukan dengan cara
Secara umum, kedua kecamatan purposif yaitu sesuai dengan kemauan
tersebut memiliki tofografi, kondisi peneliti. Plot sampling dengan berukuran 3.6
lingkungan dan teknik budidaya yang x 3 m yang dilakukan dengan 6 kali ulangan
berbeda. Kecamatan Sanden merupakan tiap petak lokasi pengamatan. Setiap plot
daerah pesisir (±20 m dpl). Budidaya tanaman terdiri dari dari 12 tanaman. Desain
cabai merah dilakukan di daerah kawasan peletakkan plot sampel di lampiran.
pesisr pantai dengan cara budidaya yang
harus mengikuti aturan pengelolaan kawasan Data Primer
pesisir pantai. Kecamatan Maguwoharjo Data primer diperoleh dari hasil
merupakan daearah dataran rendah (± 118 m pengamatan langsung di lahan budidaya
dpl). Teknik budidaya tanaman cabai merah tanaman cabai yang beru pa serangan hama
yang dilakukan mengikuti teknik budidaya dan penyakit, serta mengamati jenis penyakit
yang umumnya dilakukan petani sayuran di yang ada di lahan.
daerah teresbut. Menurut Zahara dan Harahap
(2007), lahan pertanian dengan tofografi, Pelaksanaan Penelitian
kondisi lingkungan, dan teknik budidaya yang 1. Penelitian dilakukan pada satu petak
berbeda akan mempunyai kemelimpahan jenis yang memliki historis yang memiliki
penyakit dan hama yang tentu akan berbeda. serangan hama dan penyakit. Penelitian
ini diawali dengan melakukan survei
METODE PENELITIAN pada lokasi pengambilan sampel. Pada
Tempat dan Waktu pengambilan sampel dilakukan pada
Penelitian ini dilakukan di lahan areal tanaman cabai dataran rendah dan
tanaman cabai milik petani yang berada di pesisir. Pengambilan sampel dilakukan
Desa Paingan, Maguwoharjo Kec. Depok, pada pertanaman cabai yang sudah
Kab. Sleman dan di Desa Gadingsari, Kec. memasuki massa vegetatif. Luas lahan
Sanden, Kab. Bantul, Yogyakarta Pengamatan yang diamati pada lahan pertanian
dilakukan pada bulan April sampai Mei dataran rendah 15 x 19 m dan pada
2017. lahan pesisir 16 x 20 m. Pada petak
tanaman dataran rendah, jarak tanam
yang dipakai 40 x 60 cm dan petak
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

tanaman pesisir berukuran 50 x 60 cm. Dominance Ratio (SDR) spesies hama


Jumlah bedengan masing-masing sebagai berikut:
berbeda, petak tanaman dataran rendah jumlah besaran nisbi yang dihitung
SDR = banyaknya parameter yang dihitung
10 bedengan dengan jumlah tanaman
840 dan pesisir 14 bedengan jumlah d. Perhitungan Indeks Smilaritas
tanaman 824. Data kelompok pada dua lokasi
2. Pendataaan jenis dan jumlah hama dan yang berbeda nantinya akan
penyakit. Hama yang telah tertangkap diperbandingka dengan menggunkan
oleh jaring waktu pengamatan dicatat Indeks Smilaritas (IS) Sorensen.
jenis dan jumlah hama yang IS Sorenson = 2w/ A+B x 100%
terperangkap dan setiap gejala penyakit Keterangan:
diamati kemudian dicocokkan dengan W = besarnya nilai kuantitatif
buku petunjuk identifikasi penyakit. terkecil dari suatu spesies pada dua
3. Pengamatan lokasi yang diperbandingkan
Pengamatan di lakukan seminggu A = total nilai kuantitatif pada
dua kali pada hari Sabtu di lokasi lokasi pertama
Bantul dan Minggu di Sleman. B = total nilai kuantitatif pada
selanjutnya pengamatan hari Rabu di lokasi kedua
Bantul dan Kamis di Sleman.
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Parameter Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Hama dan penyakit yang ditemukan Budidaya tanaman cabai merah di
diamati, di identifikasi sekaligus dataran rendah yang dimiliki petani Bapak
dihitung jumlahnya. Sugeng. Terletak di Desa Paingan,
2. Gejala penyakit dan gejala serangan Maguwoharjo Kecamatan Depok, Kabupaten
hama Sleman luas 68 m2 pada ketinggian 118 mdpl,
Pengamatan hama dan penyakit jenis tanah latosol, varieatas F 1 Gada MK.
dilakukan dengan mengamati secara Adapun Batas petak tanaman cabai merah
langsung yang ada pada petak yang yang dimiliki, sebelah utara tanaman padi,
telah ditentukan sebelumnya. Gejala sebelah selatan tanaman padi, sebelah timur
serangan hama dan penyakit yang tanaman jagung, sebelah barat tanaman padi.
ditemukann kemudian dikumpulkan dan Lokasi kedua tanaman cabai merah
diidentifikasi dengan menggunakan yang di daerah pesisir terletak di Desa Gading
buku petunjuk identifikasi hama dan sari, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul
penyakit. seluas 72 m2 pada ketinggian 20 mdpl, jenis
tanah pasiran, varietas Lado. Adapun Batas
Analisis Data: petak tanaman cabai cabai merah yang
Tahapan terakhir adalah analisis data dimiliki, sebelah utara tanaman padi, sebelah
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: selatan tanaman padi, sebelah timur tanaman
a. Frekuensi nisbi suatu jenis jagung, sebelah barat tanaman padi
kerapatan mutlak jenis itu Kecamatan Sanden dan Maguwoharjo
x 100% merupakan central bercocok tanaman
jumlah kerapatan mutlak semua jenis
b. Dominansi nisbi suatu jenis hortikultura semusim yang bertujuan
frekuensi mutlak jenis meningkatkan pendapatan petani, sehingga
x 100%
𝑗𝑢mlah frekuensi mutlak semua jenis tercapai Sleman swasembada, dan sebagai
c. Dominansi nisbi suatu jenis peluang kerja bagi masyarakat luas. Budidaya
dominasi mutlak jenis hama itu
x 100% tanaman dilakukan secara monokultur dan
dominasi mutlak semua jenis
Dari KN, FN dan DN dapat ditentukan terus menerus. Tindakan pengendalian dapat
nisbah dominan berjumlah atau Summed digunakan berbagai cara yaitu secara
fisik/mekanik, secara biologi, khemis. Cara
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

pengendalian yang relatif cepat dan praktis Hasil analisis, distribusi dan
adalah dengan cara khemis, tetapi sering kali kemelimpahan hama yang terserang pada
menimbulkan efek samping. petak tanaman cabai merah dataran rendah
dan pesisir. Dapat dilihat tabel 1 dan 2
Analisis, Distribusi dan Kemelimpahan dibawah berikut.
Hama

Tabel 1. Hasil Analisis Identitifikasi Hama Pada Tanaman Cabai di Dataran Rendah
Hama Nama Latin KM KN (%) FM FN (%) SDR
(%)
Ulat grayak Spodoptera L 54 36.99 6 20 28.89
Kutu daun Myzus persicaeb S 35 23.97 6 20 21.99
Lalat buah Dacus sp 16 10.96 6 20 15.48
Thrips Thrips sp 28 19.18 6 20 19.59
Tungau Tetranychus spp 13 8.90 6 20 14.45

Tabel 2. Hasil Analisis Identitifikasi Hama Pada Tanaman Cabai di Pesisir


Hama Nama Latin KM KN (%) FM FN (%) SDR(%)
Ulat grayak Spodoptera L 46 26.59 6 16.67 21.63
Kutu daun Myzus persicaeb S 32 18.50 6 16.67 17.58
Lalat buah Dacus sp 13 7.51 6 16.67 12.09
Thrips Thrips sp 28 16.18 6 16.67 16.43
Tungau Tetranychus spp 19 10.98 6 16.67 13.82
Kepik hitam Paraeucosmetus 35 20.23 6 16.67 18.45
dallas

Tabel 1 dan 2 menunjukkan tanaman (Paraeucosmetus dallas). Adapun hama


cabai di dataran rendah terdapat 5 macam dengan nilai SDR tertinggi yang ditemukan di
hama sedangkan di pesisir 6 macam hama. dataran rendah yaitu, ulat grayak (28.89%),
Macam-macam hama yang terserang adalah; kutu daun (21.99%), Thrips (19.59%).
ulat grayak (Spodoptera L), kutu daun (Myzus Sedangkan di pesisir SDR yang tertinggi
persicaeb S), lalat buah (Bactrocera ditemukan ulat grayak (21.63%), kepik hitam
dorsalis), thrips (Thrips sp), tungau (18.45%), thrips (16.43%).
(Tetranychus spp), kepik hitam

Tabel 3. Perbandingan Dominansi Hama Di Dataran Rendah dan Pesisir.


SDR(%)
No. Dataran
Nama Lokal Nama Latin Pesisir
Rendah
1. Ulat grayak Spodoptera L 28.89 21.63
2. Kutu daun Myzus persicaeb S 21.99 17.58
3. Lalat buah Dacus sp 15.48 12.09
4 Thrips Thrips sp 19.59 16.43
5. Tungau Tetranychus spp 14.45 13.82
6. Kepik hitam Paraeucosmetus dallas 0 18.45
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

Berdasarkan hasil perbandingan buah- buah cabai yang menunjukkan serangan


dominansi hama di dataran rendah dan pesisir tanda- tanda terserang sebaiknya segera
pada tabel 3. Hama yang memiliki nilai SDR dipetik dan dimusnahkan, termasuk buah
tertinggi baik di dataran rendah dan pesisir yang telah jatuh. Pengendalian secara kimia
adalah ulat grayak, di dataran rendah SDR dapat dilakukan dengan menggunakan lalat
ulat grayak lebih tinggi dari pada di Pesisir dewas ditangkap dengan menggunakan
(28.89%). Dengan demikian ulat grayak antractan, misalnya dengan methyl eugenol.
merupakan hama yang memiliki nilai penting Secara alami dapat menggunakan ekstrak
atau pengaruh besar di antara hama yang lain. daun selasih.
Namun tidak ada satu pun jenis hama yang Thrips (Thrips sp) pada tanaman di
menjadi spesies hama dominan baik di dataran rendah dan pesisir tidak begitu besar
dataran rendah maupun pesisir yang ditandai dalam serangannya dan masih kategori
dengan tidak adanya nilai SDR hama yang sedikit. Pada saat pengamatan thrips terdapat
lebih dari 50%. beberapa plot. Akibat serangan warna
Ulat grayak (Spodoptera L) pada setiap kulitnya bewarna hitam mengeras, busuk
petak pengamatan yang dilakukan sangat sehingga mengurangi kuantitas dan kualitas
sering dijumpai. Dari data analisis yang hasil produksinya, dan akan gugur sebelum
diperoleh hasil serangan hama ulat grayak waktunya. Kegiatan Pengendalian jarang
pada lokasi pesisir lebih sedikit dari pada dilakukan petani karena untuk serangan masih
dataran rendah. Hal ini dipengaruhi sedikit sehingga belum menurunkan produksi
pengendalian hama ulat grayak yang masih pada tanaman cabai.
kurang maksimal. Hama tungau (Tetranychus spp) yang
Kutu daun (Myzus persicae S) pada menyerang tanaman cabai di dataran rendah
setiap petak pengamatan tanaman cabai di dan pesisir masih berada pada serangan
dataran rendah maupun di pesisir dengan ringan atau sedikit, sehingga belum begitu
kategori tidak begitu besar serangannya dan mengganggu produktivitas tanaman cabai.
masih dalam kategori sedikit yang ditemukan Tungau menyerang daun-daun muda dengan
dilapangan lebih besar dari ulat grayak. cara menghisap cairan tanaman dan
Serbuan kutu daun dapat menghancurkan menyebabkan kerusakan sehingga terjadi
seluruh tanaman, dan jika tidak ditangani, perubahan bentuk menjadi abnormal dan
mereka dapat menyebar keliling tanaman. perubahan warna seperti daun menebal dan
Hama ini menghisap getah daun, batang, dan berubah warna menjadi tembaga atau
bunga bunga dalam prosesnya. Cairan manis kecoklatan. Namun untuk penyebaran hama
yang mereka keluarkan ketika mereka makan tungau tersebut tergolong sedikit. Tungau
dapat menyebabkan tumbuhnya jamur merah yang merupakan family Tetranychidae
berjelaga, dan beberapa kutu daun bahkan terdiri dari spesies yaitu Tetrancyhus
dapat menyebabkan virus virus pada tanaman cinnabarius memiliki tubuh berwarna merah.
ketika mereka makan. Imago T. cinnabarius berukuran 0,5 mm
Lalat buah (Dacus sp) pada petak dengan warna merah tua, serta dengan dan
tanaman dataran rendah dan pesisir tidak mulut berwarna putih. T.cinnabarius
begitu besar dalam serangan dan masih dianggap sebagai sinonim dari polimorfik. Di
kategori sedikit. Pada setiap pengamatan pada duga pengendalian tidak dilakukan karena
plot terserang lalat buah. Akibat serangan untuk serangannya sendiri masih sedikit
munculnya titik berwarna hitam pada kulit sehingga dianggap belum menurunkan
buah cabai. serangan lalat buah akan produksi pada tanaman cabai.
menyebabkan buah cabai mengalami Kepik hitam (Paraeucosmetus dallas)
pembusukkan dan gugur. yang menyerang tanama cabai di pesisir
Langkah-langkah untuk mengendalikan masih dalam kategori ringan atau sedikit.
hama lalat buah yang dilakukan petani tidak Didataran rendah dalam pengamatan tidak
ada. Adapun pengendalian lalat buahberikut: terdapat hama kepik hitam. Sedangkan
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

dipesisir terdapat kepik berwarna hitam. Hal Pengendalian yang dilakukan petani bantul
ini disebabkan karena banyak lahan rawa dan untuk kepik hitam menggunakan bahan aktif
berpasir, yang merupakan tempat tinggal Brodifakum pada saat massa vegetatif. Untuk
kepik hitam itu sendiri. Namun untuk pengendalian jarang dilakukan karena
penyebaran masih tergolong serangan sedikit. serangan masih sedikit.
Tabel 4. Perbandingan Dominansi Hama Tanaman Cabai Dataran Rendah Dan Pesisir
No. Jumlah Individu
Jenis hama Dataran Rendah Pesisir
1. Ulat grayak (Spodoptera) 9 8
2. Kutu daun (Myzus persicaeb Sulz) 6 5
3. Lalat buah (Dacus sp) 3 2
4. Thrips (Thrips sp) 5 5
5. Tungau (Tetranychus spp) 2 3
6. Kepik (Paraeucosmetus dallas) 6
Total 24 29
IS Sorenson 83.01% 83.01%
ID = 16.98%
IS Sorenson merupakan indeks similaritas lingkungan berbeda tidak mempengaruhi
yang bisa digunakan untuk membandingkan komposisi hamanya.
dua lokasi yang berbeda. Berdasarkan IS
Sorenson diketahui bahwa untuk komposisi Analisis, Distribusi Dan Kemelimpahan
penyusun hama di dataran rendah dan pesisir Hasil analisis, distribusi dan
memiliki nilai IS Sorenson sebesar 83.01%. IS kemelimpahan penyakit yang menyerang
Sorenson menunjukkan tingkat similaritas yang pada petak tanaman cabai merah dataran
tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan rendah dan pesisir. Dapat dilihat tabel 5 dan 6
bahwa komposisi hama di dataran rendah dan dibawah berikut.
pesisir sama. Dengan demikian kondisi

Tabel 5. Hasil Analisis Identitifikasi Penyakit Pada Tanaman Dataran Rendah


Penyakit Pathogen KM KN (%) FM FN (%) SDR(%)
Bercak daun Cercospora capsici 56 39.01 6 21.43 30.22
Busuk buah Phytopthora sp 34 23.69 6 21.43 22.56
Patek Genus begomovirus 1.4 0.95 3 10.71 5.83
Pseudomonas
Layu bakteri 0.2 0.13 1 3.57 1. 85
solanaccarum
Colletotrichum
Antraknosa 21 14.63 6 21.43 18.03
capsici
Embun tepung Oidium sp 31 21.60 6 21.43 21.51

Tabel 6. Hasil Analisis Identitifikasi Penyakit Pada Tanaman Pesisir


Penyakit Pathogen KM KN (%) FM FN (%) SDR(%)
Bercak daun Cercospora capsici 61 44.14 6 20.69 32.42
Busuk buah Phytopthora sp 27 19.54 6 20.69 20.11
Patek Genus begomovirus 0.7 0.53 3 10.39 5,44
Pseudomonas
Layu bakteri 0.5 0.33 2 6.90 3.61
solanaccarum
Colletotrichum
Antraknosa 21 15.20 6 20.69 17.94
capsici
Embun tepung Oidium sp 28 20.26 6 20.69 20.48
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

Tabel 5 dan 6 menunjukkan tanaman (Oidium sp). Adapun penyakit dengan SDR
cabai pada dataran rendah dan pesisir terdapat tertinggi yang ditemukan di Pesisir yaitu,
6 penyakit. Macam-macam penyakit yang bercak daun (32.42%), embun tepung
terserang adalah: bercak daun (Cercospora (20.48%) dan busuk buah (20.11%).
capsici), busuk buah (Phytopthora sp), patek Sedangkan di dataran rendah SDR yang
(Genus begomovirus), layu bakteri tertinggi ditemukan bercak daun (30.22%),
(Pseudomonas solanaccarum), antraknosa busuk buah (22.56%), embun tepung
(Colletotrichum capsici), embung tepung (21.51%).

Tabel 7. Perbandingan dominansi penyakit tanaman cabai dataran rendah & pesisir
SDR(%)
No. Dataran
Penyakit Pathogen Pesisir
Rendah
1. Bercak daun Cercospora capsici 30.22 32.42
2. Busuk buah Phytopthora sp 22.56 20.11
3. Patek Genus begomovirus 5.83 5.44
4. Layu bakteri Pseudomonas solanaccarum 1.85 3.61
5. Antraknosa Colletotrichum capsici 18.03 17.94
6. Embun tepung Oidium sp 21.51 20.48

Tabel 7 menunjukkan penyakit yang petani menggunakan fungisida Bahan Baycor


memiliki nilai SDR tertinggi di dataran 300 EC (dosis 1 cc/l air), namun di aplikasi
rendah maupun pesisir adalah bercak daun, di hanya 1 kali dalam masa vegetatif karena
dataran rendah terdapat SDR bercak daun serangan tidak terlalu tinggi (Syamsuddin,
lebih tinggi dari pada di pesisir (30.22%), 2007).
(32.42%). Dengan demikian bercak daun Busuk buah (Pyhtopthora sp) tidak
merupakan penyakit yang memiliki nilai begitu besar dalam serangannya dan masih
penting atau pengaruh paling besar diantara kategori sedikit, hanya ada beberapa plot yang
penyakit yang lainnya.Namun tidak ada satu terserang penyakit busuk buah. Faktor yang
jenis penyakit yang menjadi serangan mempengaruhi penyakit dalam keadaan
penyakit dominan di dataran rendah maupun lembab, jamur ini dapat berkembang biak
pesisir dengan tidak ada nilai SDR penyakit dengan cepat. Penyebaran spora dari sumber
yang lebih dari 50%. infeksi ke tempat lain dibantu oleh percikan
Penyakit bercak daun (Cercospora air dari tanah ke buah bagian bawah,
capsici) cabai adalah salah satu penyakit kemudian dari buah yang terinfeksi kebuah
terpenting yang menyerang cabai di yang sehat dengan perantara serangga dan
Indonesia. Penyakit ini distimulir oleh kondisi akibat gesekan antar buah yang sakit dengan
lembab dan suhu relatif tinggi. Penyakit buah yang sehat dalam kondisi yang baik
bercak daun cabai dapat menyebabkan (Tuhumury dan Amanupunyo, 2013)
kerusakan sejak dari persemaian sampai Penyakiit patek dari data yang diperoleh
tanaman cabai berbuah. Jamur Cercospora dilapangan antara dataran rendah dan pesisir,
capsici dapat terbawa biji dan mungkin dapat penyakit ini hanya terdapat di tengah tengah
bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit selama plot yang telah ditentukan. Dan tidak bisa
satu musim. Penyakit ini menyebabkan pungkiri setiap petak tanaman terdapat
masalah serius terhadap perkembangan serangan penyakit virus kuning. Gejala
tanaman cabai. Penyakit ini menyebabkan diawali dengan menguningnya tulang daun,
masalah serius terhadap perkembangan atau terjadinya jalur kuning sepanjang tulang
tanaman cabai. Pengendalian yang dilakukan daun. Daun menjadi belang hijau muda dan
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

hijau tua serta ukuran daun menjadi lebih Penyebaran penyakit ini terjadi melalui
kecil dan sempit daripada daun normal. Jika percikan air, baik air hujan maupun alat
tanaman terinfeksi pada waktu masih sangat semprot. Suhu optimum bagi perkembangan
muda, tanaman terhambat pertumbuhannya cendawan ini berkisar antara 20–24° C.
dan kerdil. Tanaman sakit menghasilkan buah Penyakit ini menyerang bagian buah cabai,
yang kecil-kecil dan sering tampak berjerawat baik buah yang masih muda maupun yang
(Semangun, 2007). sudah masak. Cendawan ini termasuk salah
Layu bakteri (Pseudomonas satu patogen yang terbawa oleh benih.
solanacearum) menyerang dan menginfeksi Penyebaran penyakit ini terjadi melalui
area perakaran, pangkal, batang, tunas dan percikan air, baik air hujan maupun alat
daun tanaman cabai, awal serangan ini tiba semprot. Suhu optimum bagi perkembangan
tiba daun melayu. Untuk serangan layu cendawan ini berkisar antara 20–24° C. tidak
bakteri dataran rendah dan pesisir masih ada pengendalian fungisida yang yang
dalam kategori ringan, hanya terdapat 2 dilalukan petani.Embun tepung yang
tanaman cabai pada sleman sedangkan bantul menyerang tanaman cabai di dataran rendah
3 tanaman. Akan tetapi tanaman yang dan pesisir masih berada pada serangan
terserang di bagian pinggir tanaman baik di sedikit. Penyakit menyerang daun, ditandai
dua tempat itu. Untuk pengendalian dilakukan dengan dengan munculnya tepung-tepung
baik secara kultur tekhnis dan fungisida tdak berwarna putih yang menyelimuti bagian-
ada di lakukan petani. Adapun untuk bagian tanaman yang diserang akan muncul
mengantispasi serangan penyakit petani benang-benang yang menyelimuti bagian tadi.
menggunakan benih yang sehat dan rendan Benang ini merupakan miselium hialin yang
terhadap penyakit dan saniatsi dengan membentuk haustoria yang menebus
mencabut dan memusnahkan tanaman yang epidermis dan mengambil makanan dari sel-
sakit. sel tanaman yang diserangnya. Daun yang
Antraknosa menyerang bagian buah terserang akan menggulung, mongering,
cabai, baik buah yang masih muda maupun kemudian mati. Pengendalian yang dilakukan
yang sudah masak. Cendawan ini termasuk petani setiap tempat tidak ada.
salah satu patogen yang terbawa oleh benih.

Tabel 8. Perbandingan Densitas Penyakit Pada Pertanaman Cabai Dataran Rendah Dan Pesisir
No. Jumlah individu
Jenis Penyakit
Pesisir Dataran rendah
1. Bercak daun (Cercospora capsici) 10 9
2. Busuk buah (Phytopthora sp) 5 6
3. Patek 0.1 0.2
4. Layu bakteri (Pseudomonas solanaccarum) 0.1 0.03
5. Antraknsa (Colletotrichum capsici) 3 4
6. Embun tepung (Oidium sp) 4 5
Jumlah 23 25
Is Sorenson 92.14% 92.14%
ID =7.86%

ISSorenson merupakan indeks similaritas similaritas yang tinggi. Dengan demikian


yang bisa digunakan untuk membandingkan dapat di simpulkan bahwa komposisi penyakit
lokasi yang berbeda berdasarkan ISSorenson di Sleman serta Bantul sama. Dengan
diketahui bahwa untuk komposisi penyusunan demikian kondisi lingkungan berbeda tidak
penyakit di dataran rendah dan pesisir sebesar mempengaruhi komposisi penyakitnya.
92.12% ISSorenson tersebut menunjukan tingkat
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

900
800
700
Curah Hujan

600
500
400
300
200
100
0

BPP Sanden BPP Maguwoharjo

Gambar 1. BPP sanden dan BPP Maguwoharjo Curah hujan bulanan 2017.

Dari gambar diatas BPP Sanden dan berproduksi dengan optimal. Hal ini
BPP Maguwoharjo data curah hujan bulanan menunjukkan tanaman cabai sebenarnya
tahun 2017. Terlihat curah hujan pada bulan toleran terhadap beraneka ragam curah hujan.
april dan Mei untuk BPP Sanden yakni 301 Varietas cabai yang ada saat ini sudah
mm dan 31 mm. Artinya apabila di mengakomodasi berbagai daerah dan curah
klasifikasikan menurut Oldemen ( tanaman hujan. Secara umum curah hujan optimum
semusim) pada bulan April termasuk bulan untk tanaman cabai adalah anatara 500-300
basah. Sementara bulan Mei termasuk bulan mm/tahun (Endah, 2003).
kering. Musim kemarau terjadi pada bulan Curah hujan yang tinggi pada daerah
Mei sampai September sedangkan musim pesisir dan dataran rendah meningkat jumlah
penghujan terjadi pada bulan selain itu. Untuk populasi hama pada kedua lokasi. Hama saat
jumlah rerata curah hujan dalam 12 bulan berpengaruh terhadapat suhu, kelembapan dan
ialah 264,7 mm. curah hujan. Menurut Bonaro et al. (2007)
Pada daerah Maguwoharjo dari data hama seperti mahluk hidup lainnya
BPP diperoleh jumlah curah hujan untuk perkembangannya dipengaruhi oleh faktor
bulan April 186 mm dan bulan Mei 80 mm. faktor iklim baik langsung maupun tidak
Artinya pada bulan april termasuk bulan langsung. Temperatur, kelembaban udara
lembab dan Mei termasuk bulan kering. relatif dan foroperiodisitas berpengaruh
Sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan langsung terhadap siklus hidup, keperidian,
mei sampai oktober, karena termasuk bulan lama hidup, serta kemampuan diapause
kering yang curah hujannya kurang dari 100 serangga. Sebagai contoh hama kutu kebul
mm sedangkan sisa bulan lainnya adalah (Bemisia tabaci) mempunyai suhu optimum
musim penghujan. Adapun jumlah rerata 32,5º C untuk pertumbuhan populasinya.
curah hujan selama 12 bulan adalah 182,6 Sedangkan hubungan iklim dengan
mm. perkembangan penyakit terlihat dari konsep
Tanaman cabai dapat tumbuh di segitiga penyakit, tampak jelas bahwa iklim
berbagai daerah pesisir pantai dan dataran sebagai faktor lingkungan fisik sangat
rendah. Dengan berbagai kondisi curah hujan berpengaruh terhadap proses timbulnya
diatas 2.500 mm/tahun, tanaman ini masih penyakit. Pengaruh faktor iklim terhadap
dapat tumbuh. Sebaliknya dengan curah hujan patogen bisa terhadap siklus hidup patogen,
dibawah 1.500 mm/tahun, tanaman ini virulensi (daya infeksi), penularan, dan
JURNAL AGROMAST, Vol.3, No.1, April 2018

reproduksi patogen. Pengaruh perubahan Endah, H. 2003. Mengendalikan Hama dan


iklim akan sangat spesifik untuk masing Penyakit Tanaman. Agromedia
masing penyakit. Pustaka. Jakarta..
Pitojo, S. 2003. Benih Cabai. Kanisius.
KESIMPULAN Yogyakarta. 23-24 hlm
Berdasarkan analisis data yang di dapat Pracaya, 1994. Bertanam Lombok. Penerbit
dan telah dibahas, diperoleh beberapa Kanisius, Yogyakarta.
kesimpulan sebagai berikut: Rachmah, M. 2015. Epidemiologi beberapa
1. Hama dan penyakit tanaman cabai penyakit penting pada tanaman
daerah pesisir dan dataran rendah cabai (Capsicum annumL.) di Desa
dengan lingkungan yang berbeda tidak Ciputri Kecamatan Pacet Kabupaten
mempngaruhi komposisi hama dan Cianjur. Skripsi. Fakultas Pertanian
penyakit. IPB. Bogor.
2. Hama tanaman cabai di daerah pesisir Semangun, H. 2004. Pengantar Ilmu Penyakit
dan dataran rendah adalah ulat grayak Tumbuhan. University Gadjah Mada
(Spodoptera L), kutu daun (Myzus Press. Yogyakarta. 120 hlm.
persicae Sulz), lalat buah (Dacus sp), Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit
thrips (Thrips sp), tungau (Tetranychus Tanaman Hortikultura di Indonesia.
spp), kepik (Paraeucosmetus dallas). Gajah Mada University Press.
3. Urutan populasi hama tanaman cabai di Yogyakarta. 50 hlm.
dataran rendah dari yang tertinggi Setiadi. 2004. Bertanam Cabai. Penebar
berdasarkan nilai SDR yaitu ulat Swadaya. Jakarta 21Hlm.
grayak, kutu daun, thrips sedangkan Sulastri, S. 2003. Identifikasi Penyakit yang
daerah pesisir adalah ulat grayak, kutu disebabkan jamur danintensitas
daun, kepik hitam. serangannya pada tanaman cabai
4. Penyakit tanaman cabai yang terserang (Capsicum annum L) di Kebun
daerah pesisir dan dataran rendah Percobaan Fakultas Pertanian,
adalah; bercak daun (Cercospora Universitas Riau. Skripsi. Faultas
capsici), busuk buah (Phytopthora Pertanian Universitas Riau.
capsici), patek, layu bakteri Tjahjadi, N. 1989. Hama Dan Penyakit
(Pseudomonas solannaccarum), busuk Tanaman. Kanisius. Yogyakarta
(Antraknosa), embung tepung (Oidium Warisno dan K. Dahana. 2010. Peluang
sp) Usaha Dan Budidaya Cabai.
5. Urutan penyakit tanaman cabai di Penerbit PT Gramedia Pustaka
dataran rendah dari tertinggi Utama, Jakarta
berdasarkan nilai SDR yaitu bercak Zahara, H. & L.H.Harahap. 2007. Identifikasi
daun, busuk buah, antraknosa cabai jenis cendawan pada tanaman cabai
sedangkan daerah pesisir yaitu, bercak (casicum annum L) pada tofografi
daun, embun tepung, busuk buah. yang berbeda. Balai Besar Karantina
Tumbuhan Belawan. Medan.
DAPTAR PUSTAKA
Bonaro, O., A Lurette,, C Vidal, J Fargues.
2007. Modelling temperature-
dependent bionomics of Bemisia
tabaci (Q-biotype) Physiological
Entomology,32: 50-55

Anda mungkin juga menyukai