1&2 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Jl. HR. Soebrantas Panam KM. 15 No. 155 Tampan Pekanbaru, 28293
e-mail : harkaneri@gmail.com
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tinjauan Islam
mengenai pendapatan non halal sebagai sumber dan penggunaan dana qardhul hasan
pada perbankan syariah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi dimana data diperoleh dengan melakukan wawancara
mendalam dengan informan yang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling.
Pemilihan informan untuk penelitian fenomenologi ini dikategorikan dari ulama,
praktisi perbankan syariah dan akademisi.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa adanya unsur riba pada bunga yang
merupakan sumber pendapatan non halal. Penggunaan pendapatan non halal dalam
dana qardhul hasan selayaknya tidak disalurkan dalam bentuk pinjaman bergulir
(qardhul hasan) sebab adanya hukum haram yang melekat pada bunga. Sehingga
penggunaanya secara khusus disalurkan pada kepentingan umum yang bersifat non
komsumtif yang berfungsi untuk membersihkan dana haram pada perbankan syariah.
Kata Kunci : Pendapatan Non Halal, Qardhul Hasan, Fenomenologi, Perspektif Islam
102
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051
6 BCA Syariah 1 1 1
103
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051
104
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051
105
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051
penerimaan jasa giro atau bunga yang yang dijadikan objek penelitian, yaitu PT.
berasal dari bank konvensional. Bank Muamalat, PT. Bank Syariah Mandiri,
PT. BNI Syariah, PT. BRI Syariah, PT. Bank
METODE Syariah Bukopin, PT. Bank Jabar Banten
Penelitian ini menggunakan metode Syariah, PT. Bank BCA Syariah, PT. Bank
kualitatif dengan pendekatan Mega Syariah dan PT. Bank Maybank
fenomenologi. Menurut Martono Syariah Indonesia.
(2015:206) penelitian fenomenologi Teknik pengumpulan data yang
(phenomenology research) adalah tipe digunakan dalam dalam penelitian ini yaitu,
penelitian yang menggambarkan wawancara, dokumentasi dan studi
pemaknaan beberapa individu mengenai kepustakaan. Semua metode tersebut
pengalaman hidupnya, pemaknaan mereka digunakan dalam penelitian guna
mengenai konsep atau fenomena tertentu. memperoleh data yang relevan dan
Jenis dan sumber data yang berkualitas.
digunakan dalam penelitian ini adalah data Informan merupakan orang yang
primer dan data sekunder. Data primer memberikan penjelasan atau informasi
adalah sekumpulan informasi yang secara rinci dalam proses
diperoleh peneliti langsung dari lokasi penelitian(Martono, 2015: 120). Dalam
penelitian melalui sumber pertama (seperti penelitian ini, pemilihan informan
informan melalui wawancara) atau melalui menggunakan teknik purposive sampling.
hasil pengamatan yang dilakukan sendiri Peneliti sengaja memilih informan yang
oleh peneliti (Martono,2015:65). Untuk telah dibagi dan disesuaikan berdasarkan
menjawab riset question atas penelitian bidang dan keahliannya, yaitu sebagai
yang dilakukan maka peneliti memperoleh berikut :
data dengan wawancara kepada informan. a. Praktisi perbankan syariah yang
Data Sekunder dalam penelitian ini dipilih adalah pimpinan salah satu
misalnya laporan keuangan perbankan cabang utama di salah satu daerah di
syariah terutama laporan sumber dan Indonesia.
penggunaan dana kebajikan di perbankan b. Ulama, informan yang mempunyai
syariah. pekerjaan atau keahlian sebagai
Objek penelitian dalam penelitian ulama yang memahami tafsir, hadist
ini adalah perbankan syariah di Indonesia. dan fiqh.
Kemudian dalam penelitian ini, perbankan c. Akademisi, kriteria informan
syaariah dipilih berdasarkan kriteria akademisi yaitu yang memiliki gelar
sebagai berikut : (1) merupakan Bank atau keahlian dalam bidang
Umum Syariah; (2) BUS harus muamalat syariah dan akuntansi
mengungkapkan Laporan Sumber dan syariah.
Penggunaan Dana Kebajikan dalam 3 tahun Menurut Sugiyono (2013:369)
teraqkhir dari 2012-2014; (3) dan BUS menyatakan bahwa triangulasi diartikan
harus Memiliki pendapatan non halal pada sebagai pengecekan data dari berbagai
salah satu sumber dana kebajikan dalam sumber dengan berbagai cara dan berbagai
jangka waktu 3 tahun terakhir. Sehingga waktu, berikut penjelasannya.
berdasarkan kriteria di atas, ada 9 BUS
106
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051
107
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051
dana kita yang kita pakai di Pendapatan non halal dalam laporan
konvensional, satu atau dua hari. Di sumber dan penggunaan dana kebajikan
kasih bunga. Itu kita kategorikan non pada perbankan syariah cenderung
halal.” meningkat. Hal ini dapat dilihat pada
diagram tiga tahun terakhir di bawah ini.
Gambar 1. Pendapatan Non Halal dalam Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Kebajikan pada Perbankan Syariah Selama 3 Tahun
Pendapatan Non halal (dalam jutaan rupiah)
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
2012 2013 2014
BM 0 1048 1637
BSM 454 191 442
BNIS 254 121 1
BRIS 47 337 161
BSB 75 58 130
BCAS 1 1 1
BJBS 4 98 220
BMS 53 128 166
Sumber:OtoriasJ aKeuang (OJK).DiolahPenlit
BMSI 11 28 27
108
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051
Dalam hal ini peneliti akan yang suci. Lalu saat itu apa fungsiuang
memaparkan sudut pandang dari ahli itu? Mengembalikan uang umat
ulama. Adalah Ustaz H. Abdul Shomad, LC., kepada umat. Umat ini
D.E.S.A, informan berprofesi sebagi ulama dianggap umat yang satu. Awalnya
serta dosen di salah satu Universitas Negeri uang ini milik si ‘A’, ‘B’, ‘C’ dan lain-
di Indonesia.Menurutkeputusan Majma’ al lain. Lalu diberikan kepada ‘F’, ‘G’, ‘H’,
Fiqh al-Islamy, fatwa Mufti al-Azhar (Syekh ‘I’, ‘J’, ‘K’. Diberikan uang si ‘Ini’ kepada
Abdulathif Hamzah), mufti ulama besar si ‘Ini’. Ini masih diangggap satu umat.
Saudi Arabia, Syekh Hisam ‘Afanah, dikutip Yang tak boleh itu, uang hasil bunga
oleh Ustaz H. Abdul Shomad, LC., D.E.S.A, itu saya makan untuk saya. Maka
maka informan berpendapat bahwa hendaklah ia menyerahkan kepada
penggunaan pendapatan non halal boleh orang banyak dan untuk kepentingan
digunakan namun tidak tergolong sebagai umum. Yang dinikmatin orang banyak.
sedekah. Bukan dinikmati person (perorang).
Dari keputusan fatwa ulama-ulama Karena tak boleh dia makan,haram!
tersebut mengungkapkan bahwa semua Jadi fungsi uang saat itu bukan sebagai
harta yang berasal dari bunga bank maka sedekah, mengembalikan uang umat
haram menurut syariat Islam, baik bagi kepadaumat. Karena itu milik
penerima bunga maupun bagi pihak lain bersama. Disitu letak
seperti keluarga namun ada pengecualian persimpangannya, mirip tampaknya.
dari pernyataan tersebut. Bahwa bunga Loh dimakan tak boleh, disedekahkan
bank boleh dimanfaatkan tetapi untuk fakir kok boleh?Bukan sedekah. Makanya
miskin, dan kepentingan umum. disitu tidak boleh dengan niat
Sebagaimana yang dinyatakan Antonio sedekah.Gak boleh dengan niat
(2013: 133) pemanfaatan bunga ini sedekah. Karena tak boleh sedekah,
didasarkan pada kaidah akhaffu dhararain lalu kalo dibuang? Dibuang haram.
(mengambil mudharat yang lebih kecil) bila Maka dipakai untuk kepentingan
dibandingkan dengan dana tersebut umum,untuk orang banyak. Fakir
digunakan oleh perbankan konvensional miskin, anak yatim, membangun
dalam bisnis utamanya yang hanya amah- murafik, membangun sekolah,
berprosentase pada bunga dan akhirnya MDA, musytafaya (rumah sakit).Tidak
bunga akan menimbulkan bunga lainnya. dianggap sebagai sedekah. Mensucikan
Ustaz H. Abdul Shomad, LC., D.E.S.A diri dari yang haram, dikembalikan
menyatakan hal yang serupa pada hasil kepada umat.”
wawancara yang telah dilakukan.
Berdasarkan asumsi informan bahwa Berdasarkan yang dinyatakan Ustaz
penggunaan pendapatan non halal layak H. Abdul Shomad, LC., D.E.S.A dapat diambil
digunakan untuk kepentingan umum dan suatu kesimpulan bahwa beliau sependapat
fakir miskin. Berikut pernyataannya. dengan fatwa ulama-ulama yang setuju
“..... lalu diserahkan kepada fakir (pro) pada penggunaan pendapatan
miskin bukan sebagai sedekah. Karena nonhalal sebagai sumber dana qardhul
Allah tidak menerima yang kotor. Allah hasan. Menurut informan secara implisit
Maha Suci, Allah menerima kecuali menyatakan bahwa pendapatan non halal
104
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051
tidak diakui sebagai pendapatan oleh bank disebut tadi mengembalikan dana umat
syariah bahkan untuk disedekahkan. kepada umat. Sebab sumber awalnya
Selanjutnya,dengan adanya penepatan dana berasal dari umat dan dikembalikan kepada
pada perbankan konvensional umat. Informan menyatakan bahwa umat
menimbulkan bunga yang tidak dapat disini maknanya umat yang satu. Untuk
dihindari. Dalam hal ini bunga (interest) melihat alur distribusi pendapatan non
tidak diakui sebagai pendapatan pada halal dalam makna mengembalikan dana
perbankan syariah, melainkan umat kepada umat dapat di lihat pada
dimanfaatkan untuk umat seperti gambar 2 berikut ini :
masyarakat umum (ekonomi lemah). Maka
Tujuan mengembalikan dana umat kepada syariah dari pendapatan haram ini. Karena
umat dijelaskan oleh informan bahwa Allah tidak menganggap sebuah pahala atas
bukan tergolong sebagai sedekah sumber sedekah kecuali yang thoyib (suci).
melainkan untuk mensucikan perbankan Hal ini didasarkan pada sebuah pernyataan
105
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051
informan yang menjelaskan bahwa “Allah misalnya seratus juta, jangan diputar
Maha Suci, Allah menerima kecuali yang lagi. Saya lebih condong pendapat
suci.” mayoritas. Murni konsumtif. Untuk
biaya anak sekolah, untuk
Penggunaan secara konsumtif bukan pembangunan MDA, jangan diputar
produktif (Pinjaman bergulir) dengan pinjaman lalu dikembalikan.
Dalam ED PSAK 101 (revisi): ....Saya lebih setuju yang untuk dana
Penyajian Laporan Keuangan Syariah secara konsumtif, habis.”
khusus mengenai laporan sumber dan Pencampuran penerimaan
penggunaan danakebajikan menjelaskan pendapatan halal dan pendapatan non halal
bahwa penggunaan dana qardhul hasan (haram) pada sumber dana qardhul hasan
pada perbankan syariah digunakan untuk menjadi dilematik. Hukum haram yang
pinjaman, sedekah, dan lainnya. melekat pada bunga diakui sebagai
Penggunaan dana qardhul hasan disalurkan kewajiban yang wajib dikeluarkan oleh
untuk kepentingan umum,dan sedekah entitas untuk kepentingan sosial. Dalam
sebagai pemberdayaan masyarakat penelitan Solehudin, Auliyah dan Zuhdi
ekonomi lemah bisa disebut bersifat (2014) mengungkapkan bahwa pendapatan
konsumtif. Dalam hal ini, bersifat konsumtif non halal sudah selayaknya mencatat dan
maksudnyapenyaluran dana untuk melaporkan pendapatan non halal secara
pemberdayaan masyarakat ekonomi lemah terpisah dari laporan sumber dan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya penggunaan dan kebajikan. Sebab kehati-
yang habis pakai. Berbeda dengan hatian dan ketelitian dalam pengelolaan
penggunaan secara produktif dalam bentuk pendapatan non halal haruslah terjaga oleh
pinjaman atau qardh. Ada pun, Ustaz H. perbakan syariah. Bukan hanya karena
Abdul Shomad, LC., D.E.S.A dalam hal ini menjaga dan menghindari salah catat atau
cenderung dana qardhul hasan kekeliruan yang materialistas dalam sebuah
dimanfaatkan untuk kepentingan umum, laporan keuangan, namun sebagai tanggung
dan untuk secara konsumtif alih-alih jawab terhadap sebuah pengelolaan yang
produktif.Karena berdasarkan pendapatan bijak dan bajik mengingat bahwa bunga
dari fatwa-fatwa ataupun mufti ulama- adalah sumber bencana ekonomi.
ulama menyatakan secara jelas Ada pun jika dibuat sebuah skema
pemanfaatan bunga bank boleh digunakan pengalokasian dana kebajikan secara
bahkan ada yang mengatakanwajib konsumtif untuk pemberdayaan fakir
dialokasikan untuk kepentingan umum dan miskin dan penggunaan untuk kepentingan
asyarakat ekonomi lemah. umum, serta dalam bentuk pinjaman lunak
“Saya lebih setuju, kalo dalam semester (qardhul hasan) akan terlihat seperti pada
ini dapat dana non halal dapat gambar 3 berikut ini :
104
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051
Pendapatan
Diberikan Penggunaan
Non Halal
Fakir Miskin & Memenuhi Kebutuhan
Kepentingan & Membangun Fasilitas
Umum Umum
Denda
Pengalokasian
Dana
Infak
Pengembalian pinjaman saat jatuh
tempo sesuai akad di awal
Peminjaman Mengelola
(Pinjaman Bergulir) Usaha Mikro
Lainnya
Sumber: Analisis hasil wawancara peneliti dengan Ustaz Abdul Shomad (Informan)
Dapat dilihat pada gambar 3 bahwa Pemanfaatan pendapatan non halal:
penyaluran dana secara konsumtif tidak ahsan digunakan sebagai sumber
penggunaan untuk kepentingan umum dana qardhul hasan
diberikan secara sukarela. Sehingga, dalam Haram Diambil Haram Pula Diberikan
hal ini sesuai dengan mengembalikan dana Dalam sebuah kaidah menyebutkan
umat kepada umat. Kondisi yang berbeda bahwa “Apa saja yang diharamkan untuk
jika dana qardhul hasan disalurkan dalam mengambilnya maka diharamkan pula
bentuk pinjaman produktif. Adanya memakannya dan diberikan kepaada orang
kewajiban penerimaan dana untuk lain.” Kaidah ini dikutip oleh Prof. Dr.
mengembalikan dana tersebut pada saat Akhmad Mujahidin, M. Ag. sebagai dasar
jatuh tempo. Sehingga tujuan perbankan argumen informan yang menyatakan
syariah untuk membersihkan diri dari bahwa bukanlah tindakan yang bijak
penerimaan non halal belum sesuai dengan menggunakan pendapatan non halal
yang diharapkan. Sebab pendapatan non tersebut pada salah satu sumber qardhul
halal belum seutuhnya bersih dari hasan.
perbankan syariah. “Uda salah kalau ini, seharusnya harus
spin off. Ga boleh ada pendapatan non
halal lagi. Ini continuity. Haram
104
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051
jadinya. ....Maka di sini ada sebuah infak, sedekah. Kenapa harus dicampur
kaidah. “Apa saja yang diharamkan dengan non halal.”
untuk mengambilnya maka Selanjutnya, Prof. Dr. Akhmad
diharamkan pula memakannya dan Mujahidin, M.Ag menguatkan argumen
memberikannya kepada orang lain.” dengan pernyataan di atas. Pencampuran
Ada pun, maksud kaidah ini adalah dana halal dan non halal dalam sumber
dua kegiatan yang kausalitas (sebab-akibat) dana qardhul hasan yang dilakukan
yang terikat satu sama lain, maka perbankan syariah seharusnya dihindari.
hukumnya dipararelkan. Jika suatu akibat Jika perbankan syariah memprioritaskan
dari aktifitas kegiatan yang dinilai haram, menjalankan prinsipnya secara
maka aktifitas sebelumnya yang komprehensif (kaffah) walaupun dengan
merupakan sebab munculnya keharaman, bertahap.
maka diharamkan pula. Ini sebagai Hal yang senada disampaikan oleh Dr.
konsekuensi logis untuk mewujudkan Aji Dedi Mulawarman, informan menolak
kemaslahatan yang lebih komprehensif dari secara mutlak pemanfaatan bunga dalam
sebuah pelarangan (Ramadhansyah, 2013). dana qardhul hasan digunakan untuk
Pernyataan informan tersebut masyarakat ekonomi lemah. Untuk itu
menegaskan bahwa haram hukumnya perbankan syariah harus menghindari
pendapatan non halal dimanfaatkan untuk penerimaan bunga dalam operasionalnya.
memperdayakan masyarakat ekonomi Sebab secara eksplisit, informan
lemah, sebagaimana diharamkan mengakui menyatakan bahwa untuk menghindari riba
bunga sebagai pendapatan operasional dalam perbankan syariah maka yang
perbankan syariah. Sebab bukan suatu dilakukan adalah tidak mengambil sesuatu
alasan pembenaran atas pemanfaatan riba ukuran berbasis interest (kepentingan),
untuk upaya pemberdayaan masyarakat dalam hal ini bunga adalah kepentingan.
ekonomi lemah. Sehinggga menghindari transaksi yang
Sebagaimana hukum haram yang menimbulkan bunga pada bank syariah
melekat pada bunga, upaya penghentian merupakan wujud dari pelaksanaan prinsip
penerimaan dana non halal harusnya syariah secara komprehensif (kaffah).
menjadi suatu prioritas. Seperti dalam “Kalau segala sesuatu diambil
pernyataan informan bahwa spin off atas ukurannya berbasis pada
penerimaan bunga harus dilakukan sebagai kepentingan/interest. Wong riba itu
bentuk harga diri bank syariah untuk kan interest. Interest itu kan
menjaga prinsip syariah yang bebas riba. kepentingan. Jadi kalo bank itu cara
“Ya pendapatan non halal kok berpikirnya riba, ya sudah pasrah. Itu
diterima, ya ga boleh. Kalau mau yang kalo melihat pendapatan non halal,
sebenarnya. Ga ada mudharat untuk yah lumayan itu pakai aja. Kan itu
kita jika kita tidak menerima. Tidak kepentingan. Kalau pun katanya untuk
ada. Ini kita bisa dijengkali sama dana kebajikan. Namun, namanya
konvensional. ‘Ente.... mau juga bunga sudah barang rongsok, ini kan
kami’. Disitu kita ga bisa begak namanya menjebak orang dalam
jadinya. Qardhul hasan itu dari zakat, keburukan.”
104
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051
105
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051
106
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051
107
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051
108
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051
109
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051
110