Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

BAB I KONSEP DASAR SISTEM


1.1 Anatomi fisiologi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana
terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di
pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :


A. Ginjal
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum
abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III,
dan melekat langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya
ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.
Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal
laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut
nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler.
Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu
glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam
komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu
tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul
dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk
gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang
bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel
berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah
– celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal,
bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus
kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian
menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis
disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam
berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai
tubulus kontortus distal.

1) Bagian – Bagian Ginjal


Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa
ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum
ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).
a) Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas
melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada
tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler –
kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut
glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman,
dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut
badan malphigi. Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi,
yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang
terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari
sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang
merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam
sumsum ginjal.
b) Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut
yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks
dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke
bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di
dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah
tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel
(tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan
korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini
berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari
simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine
yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi,
setelah mengalami berbagai proses.

2) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)


Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal,
berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal,
pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang
masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang
langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini
menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor,
urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di
tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).

B. Fungsi Ginjal:
1) Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung
nitrogennitrogen, misalnya amonia.
2) Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya
gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri
dan zat warna).
3) Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4) Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan
kelebihan asam atau basa.
C. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal
1) Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang
mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan
kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian
menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi
ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang
disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut
dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama
dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian
menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.

2) Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis
(vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang
masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar
suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar
buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone
adrenalin dan hormn kortison.

D. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal
ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan
penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen
dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter
terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik


tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam
kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang
dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran,
melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus
psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada
tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis,
pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf
sensorik.

E. Vesikula Urinaria ( Kandung Kemih )


Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang
kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian vesika
urinaria terdiri dari :
a. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah,
bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi
oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu,
peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa,
dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

F. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.\
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah –
tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus
tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki – laki
terdiri dari :
a. Uretra Prostaria
b. Uretra membranosa
c. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan
paling dalam), dan lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak
dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas,
panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika
muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari
vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra
pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina)
dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.

1.2 Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis
didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan
atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas &
Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai
kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh
gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan
elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah merupakan menurunnya fungsi
ginjal yang berlangsung lama dan bertahap, sifatnya progresif dengan
kreatinin klirens (Sidabutar, 1983). Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal
berupa fungsi ekskresi, fungsi pengaturan, dan fungsi hormonal dari ginjal.
Sebagai kegagalan sistem sekresi menyebabkan menumpuknya zat-zat
toksik dalam tubuh yang kemudian menyebabkan sindroma uremia.
Gagal ginjal kronis ( chronic renal failure) adalah kerusakan ginjal
progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan anemia (urea dan
limbah nitrogen yang berada dalam darah). (Nursalam, 2008).
Cronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan ginjal yang
progresif dan irreversibel di mana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
menyebabkan uremia (retensi urin dan sampah nitrogen lain dalam darah)
Cronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Gagal ginjal kronis terjadi dengan
lambat selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dengan penurunan
bertahap dengan fungsi ginjal dan peningkatan bertahap dalam gejala-
gejala, menyebabkan penyakit ginjal tahap akhir (PGTA). Gagal ginjal
kronis biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara
bertahap. Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi glomerulus
yang dapat digolongkan ringan, sedang dan berat.

1.3 Faktor yang mempengaruhi


Gagal ginjal kronik dapat timbul dari hamper semua penyakit. Apapun
sebabnya, dapat menimbulkan perburukan fungsi ginjal secara progresif.
Dibawah ini terdapat beberapa penyebab gagal ginjal kronik.
a. Tekanan Darah Tinggi
Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan
– perubahan stuktur pada arteriol diseluruh tubuh, ditandai dengan
fibrosis dan hialinisasi (sklerosis) di dinding pembuluh darah. Organ
sasaran utama organ ini adalah jantung, otak, ginjal dan mata.
Pada ginjal adalah akibat aterosklerosis ginjal akibat hipertensi
lama menyebabkan nefrosklerosis begina. Gangguan ini merupakan
akibat langsung dari iskemia renal. Ginjal mengecil, biasanya simetris
dan permukaan berlubang – lubang dan berglanula. Secara histology
lesi yang esensial adalah sklerosis arteri arteri kecil serta arteriol yang
paling nyata pada arteriol eferen. Penyumbatan arteri dan arteriol akan
menyebabkan kerusakan glomerulus dan atrofi tubulus, sehingga
seluruh nefron rusak (price, 2005:933).
b. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis terjadi karena adanya peradangan pada
glomerulus yang diakibatkan karena adanya pengendapan kompleks
antigen antibody. Reaksi peradangan diglomerulus menyebabkan
pengaktifan komplemen, sehingga terjadi peningkatan aliran darah dan
peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus dan filtrasi glomerulus.
Protein-protein plasma dan sel darah merah bocor melalui glomerulus.
Glomerulonefritis dibagi menjadi dua yaitu:
a) Gomerulonefritis Akut
Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara
mendadak.
b) Glomerulonefritis Kronik
Glomerulonefritis kronik adalah pradangan yang lama dari sel-
sel glomerulus. (Price, 2009. 924)
c. Lupus Eritematosus Sistemik (SLE)
Nefritis lupus disbabkan oleh kompleks imun dalam sirkulasi yang
terperangkap dalam membrane basalis glomerulus dan menimbulkan
kerusakan. Perubahan yang paling dini sering kali hanya mengenai
sebagian rumbai glomerulus atau hanya mengenai beberapa glomerulus
yang tersebar. (Price, 2009:925)
d. Penyakit Ginjal Polikistik
Penyakit ginjal polikistik (PKD) ditandai dengan kista-kista
multiple, bilateral, dan berekspansi yang lambat laun mengganggu dan
menghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan. Semakin
lama ginjal tidak mampu mempertahankan fungsi ginjal, sehingga
ginjal akan menjadi rusak (GGK) (Price, 2009:937)
e. Pielonefritis
Pielonefritis adalah infeksi yang terjadi pada ginjal itu sendiri.
Pielonefritis itu sendiri dapat bersifat akut atau kronik. Pielonefritis
akut juga bias terjadi melalui infeksi hematogen. Pielonefritis kronik
dapat terjadi akibat infeksi berulang-ulang dan biasanya dijumpai pada
individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau repluks vesikoureter.
(Price, 2005: 938)
f. Diabetes Melitus
Diabetes mellitus adalah penyebab tunggal ESRD yang tersering,
berjumlah 30% hingga 40% dari semua kasus. Diabetes mellitus
menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam bentuk. Nefropati diabetic
adalah istilah yang mencakup semua lesi yang terjadi diginjal pada
diabetes mellitus (Price, 2005:941). Riwayat perjalanan nefropati
diabetikum dari awitan hingga ESRD dapat dibagi menjadi lima fase
atau stadium:
a) Stadium 1 (fase perubahan fungsional dini) ditandai dengan
hifertropi dan hiperfentilasi ginjal, pada stadium ini sering terjadi
peningkatan GFR yang disebabkan oleh banyak factor yaitu,
kadar gula dalam darah yang tinggi, glucagon yang abnormal
hormone pertumbuhan, efek rennin, angiotensin II
danprostaglandin.
b) Stadium 2 (fase perubahan struktur dini) ditandai dengan
penebalan membrane basalis kapiler glomerulus dan penumpukan
sedikit demi sedikit penumpukan matriks mesangial. 
c) Stadium 3 (Nefropati insipient)
d) Stadium 4 (nefropati klinis atau menetap)
e) Stadium 5 (Insufisiensi atau gagal ginjal progresif)

1.4 Ganguan atau masalah yang muncul


Menurut Brunner & Suddart (2009) setiap sistem tubuh pada gagal
ginjal kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan
menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala
bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dan
kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari
aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema
(kaki,tangan,sakrum), edema periorbital, Friction rub perikardial,
pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan
Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut,
anoreksia, mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran
gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,
kelemahan tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
h. Hiperkalemia
Tingginya kandungan kalium di dalam darah. Dan tingginya
kandungan kalium di dalam darah dapat menimbulkan kematian
mendadak, jika tidak ditangani dengan serius.
i. Perikarditis, efusi pericardial; Akibat retensi produk sampah uremik
dan dialisis yang tidak adekuat.
j. Hipertensi, anemia
k. Penyakit tulang; Akibat kadar kalsium serum yang rendah,
metabolisme vitamin D abnormal
l. Endokrin
 Laki laki : kehilangan libido, impotensi, dan penurunan jumlah
serta motilitas sperma
 Wanita : kehilangan libido, berkurangnya ovulasi, dan infertilisasi
 Anak anak: retardasi pertumbuhan
 Dewasa : kehilangan massa otot
1.5 Pathway
Glomerulonefritis, Pielonefritis, Hidronefrosis
Sindroma Nefrotik Tumur Ginjal Menurun

GFR menurun

GGK

Retensi Na

Tekanan kapiler naik

Volume kapiler naik

Edema

Preload naik

Beban jantung naik

Hipertrofi ventrikel kiri

Payah jantung kiri

COP menurun

Suplai O2 jaringan turun aliran darah ginjal turun

Sesak nafas RAA turun

Nyeri dada Retensi Na & H2O naik

Nyeri Akut Kelebihan Volume Cairan


1.6 Kebutuhan Dasar Manusia
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Tamsuri, 2008).
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan. Serangan mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir
yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi
Studi Nyeri Internasional); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat hingga akhir yang dapat diantisipasi atau di
prediksi. (NANDA, 2015). Nyeri kronis serangan yang tiba-tiba atau
lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 3 bulan (NANDA, 2012).
Nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis.
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan
tegangan otot. Sedangkan nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul
secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6
bulan. Termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal,
sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.

2
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1. Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, penanggung biaya, tinggi badan, berat badan,
tanggal masuk RS, diagnose medis dan nomor registrasi.
2. Keluhan Utama
Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya, apakah
secara tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa tindakan yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan, obat apa yang digunakan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di
anamnesa.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji riwayat penyakit yang berhubungan dengan penyakit saat
ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi/mempengaruhi
penyakut saat ini.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami
penyakit yang sama. Bagaimana pola hidup yang biasa di terapkan
dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat infeksi system
perkemihan yang berulang dan riwayat alergi, penyakit hereditas
dan penyakit menular pada keluarga.
6. Riwayat Lingkungan
7. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi kesehatan dan manajemen
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penangan
kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehtan dan pentalaksanaan
kesehtan, kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang
praktik kesehtaan.
b. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit,
nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan,
mual/muntah, makan kesukaan.
c. P ola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekresi, kandung kemih dan kulit.
Kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah
miksi (oliguri, disuri dll), penggunaan kateter, frekuensi
defekasi dan miksi, karakteristik urin, feses, pola input cairan,
infeksi saluran kemih.
d. Pola aktivitas dan latihan
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan
sirkulasi. Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat atau
sakit, gerak tubuh dan kesehatan berhubungan satu sama lain,
Range OF Motion (ROM), riwayat penyakit jantung, frekuensi,
irama, dan kedalaman nafas, bunti nafas riwayat penyakit paru.
e. Pola Kognitif dan Persepsi Sensori
Menjelaskan persepsi sensori kognitif. Pola persepsi sensori
meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan,
penciuman dan kompensasinya. Sedangkan pola kognitif
didalamnya mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap
peristiwa yang telah lama terjadi atau baru terjadi dan
kemampuan orientasi klien terhadap waktu, tempat, dan nama
(orang atau benda yang lain). Tingkat pendidikan, persepsi nyeri
dan penanganan nyeri, kemampuan untuk mengikuti, menilai
nyeri skala 0-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat,
kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat kesadaran,
orientasi pasien, adakah gangguan penglihatan, pendengaran,
persepsi sensori (nyeri), penciuman dan lain-lain.
f. Pola tidur dan Istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi tentang
energi. Jumlah jam tidur pada siang dan malam, maslah selama
tidur, insomnia atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh
letih.
g. Pola Konsep Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri,
harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri. Manusia juga
sebgai mahkluk boi-psiko-sosio-kultural spiritual dan dalam
pandangan secara histolik. Adanya kecemasan, ketakutan atau
penilaian terhadap diri, dampak sakit terhadap diri, kontak mata,
isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya, gugup
atau relaks.
h. Pola Peran-Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien.
Pekerjaan, tempat tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang
passive/agresif terhadap orang lain, masalah keuangan dll.
i. Pola Seksual dan Reproduksi
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau
dirasakan dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap
seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan mamae sendiri, riwayat
penyakit hubungan seksual, pemeriksaan genetalia.
j. Pola manajemen Koping Stress
Menggambarkan kemampuan untuk menangani strees dan
pengguanaan system pendukung. Penggunaan obat untuk
menangani strees, interaksi dengan orang terdekat, menangis,
kontak mata, metode koping yang biasa digunakan, efek
penyakit terhadap tingkat strees.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Mennggambarkan dan menjelaskan polai nilai keyakinan
termasuk spiritual. Menerangkan sikap keyakinan klien dalam
melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya. Agama,
kegiatan keagamaan dan budaya, bergbagi dengan orang lain,
bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari bantuan
spiritual dan pantangan dalam agam selama sakit (Perry,2009)
(Asmadi,2008)
8. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
- Keadaan umum : lemah, sakit ringan/berat, gelisah, rewel,
dll.
- Pemeriksaan kesadaran
- Pemeriksaan TTV
- BB & TB
b. Pemeriksaan Kesadaran
- Secara kualitatif : tingkat kesadaran
- Secara kuantitatif : GCS (Glasgow Coma Scale)
c. Tingkat Kesadaran
- Compos mentis : sadar penuh
- Apatis : acuh tak acuh
- Somnolen : mengantuk, dapat terbangun bila dirangsang
- Sopor/stupor : mengantuk yang dalam
- Coma : sama sekali tidak berespon (GCS = 3)
d. GCS
Komponen GCS :
- Respon membuka mata
- Respon verbal/bicara
- Respon motorik/gerakan
e. Kepala & Leher
- Kepala : Keadaan rambut, wajah, mata, telinga, hidung,
mulut, gigi dan gusi
- Leher : pembesaran kelenjar limfe, tiroid.
f. Jantung & Paru-paru
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
g. Abdomen
- Inspeksi : warna, jaringan parut, striae
- Auskultasi : frekuensi, suara bising usus
- Palpasi : adanya nyeri tekan, teraba massa
- Perkusi
h. Ekstremitas
- Perubahan bentuk tulang
- Kelemahan anggota gerak
- Kekuatan otot
i. Genitalia
- Kebersihan
- Adanya alat invasif ke saluran kemih
- Adanya luka / tanda infeksi
j. Kulit
- Warna
- Perubahan pada kulit
- Turgor
- Integritas
9. Pemeriksaan Penunjang
Dituliskan tanggal pemeriksaan, hasil beserta satuannya dan nilai
normalnya

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas
4. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan kurang asupan
makanan
2.3 Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
a. Kaji lokasi karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri.
b. Monitor TTV sebelum pemberian analgesik
c. Pilih rute intravena untuk pemberian analgesik
d. Ajarkan tentang penggunaan analgesik strategi untuk
menurunkan efek samping dalam pengurangan nyeri
e. Konsulakan dengan dokter jika nyeri semakin parah
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi
a. Kaji adanya tanda dan gejala oeverhidrasi yang memburuk
b. Monitor TTV yang sesuai
c. Lakukan tindakan untuk mengontrol kehilangan elektrolit yang
berlebihan
d. Instruksikan klien dan keluarga mengenai alasan untuk batasan
cairan, tindakan hidrasi, atau administrasi elektrolit tambahan
e. Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala
ketidakseimbangan cairan dan/atau eletrolit menetap atau
memburuk.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas
a. Kaji strategi untuk meningkatkan aktivitas yang diinginkan
b. Monitor aktivitas klien dan jarak aktivitas
c. Berikan bantuan dengan aktivitas fisik secara teratur (misalnya,
ambulansi, berpindah, berputar, dan kebersihan diri) sesuai
dengan kebutuhan
d. Ajarkan pada klien dan keluarga tentang metode-metode untuk
meningkatkan aktivitas fisik yang tepat
e. Kolaborasikan dengan ahli terapis fisik, okupasi dan terapis
rekreasional dalam perencanaan dan pemantauan program
aktivitas.
4. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan kurang asupan
makanan
a. Kaji status gizi dan kemampuan (klien) untuk memenuhi
kebutuhan gizi
b. Monitor kalori dan asupan makanan
c. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkanuntuk
memenuhi persyaratan gizi
d. Anjurkan klien mengenai modifikasi diet yang diperlukan
e. Konsultasikan dengan tenaga kesehatan lain terkait preferensi
makanan yang paling cocok dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide
to Understanding and Management. USA : Oxford University Press.
2010
Nanda International Inc. Diagnosa Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017,
Ed 10/editor, T. Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru : alih bahasa, Budi
Ana Keliat. Jakarta : EGC: 2015
Nursing Innterventions Classification (NIC) 6th edition. Copyright 2013, by Mosby,
an imprint of Elsevier Inc.
Nursing Outcomes Classification (NIC) 6th edition. Copyright 2013, by Mosby, an
imprint of Elsevier Inc.
Potter, Perry. Fundamental keperawatan edisi 7. Jakarta: Salemba medika;2009
Suhardjono. booklet edukasi serba-serbi terapi pengganti ginjal edisi II. Jakarta:
PERNEFRI, ASDI dan Fresenius Kabi;2010
Suwitra K. Penyakit ginjal kronik. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K.
MS, Setiati S, dkk, editor. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta :
Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009

Anda mungkin juga menyukai