Anda di halaman 1dari 14

MODUL III

PESAWAT ATWOOD

Nama : Achmad Zidan Faluti

NIM : 101320135

Kelas : PE -1C

Tanggal Praktikum : Jumat, 27 November 2020

Pimpinan Praktikum : Rendy Elmianto, S.T


I. Intisari
Telah dilakukan praktikum Fisika Dasar I “Pesawat Atwood”.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui Memahami peristiwa GLB (Gerak
Lurus Berubah Beraturan) pada pesawat atwood, menentukan percepatan
gerak benda pada gerak lurus berubah beraturan, Menentukan momen inersia
katrol secara teori dan eksperimen, Memahami gerak lurus berdasarkan
besaran-besaran kinematisnya. Praktikum ini dilakukan dengan cara
menambahkan benda pada beban, pencacah waktu serta gerbang cahaya 1 dan
2 untuk menentukan waktu serta E saat beban silinder jatuh. Pelaksanaan
eksperimen dilakukan dengan cara mempersiapkan alat-alat dan bahan
praktikumnya yaitu tali penggantung berbahan nilon,atwood bertiang ganda,
dan Time Counter. Pada praktikum ini didapatkan bahwa momen inersia
katrol sebesar 1,1232 . 10-4 Kg m-2 .Adanya perbedaan pada tiap-tiap
pengukuran dikarenakan perpindahan pada gerbang cahaya 2 sehingga adanya
pengaruh jarak gerbang cahaya pada percepatan dan waktu.
Kata Kunci : GLB,GLBB,Momen Inersia
II. Pendahuluan
2.1 Tujuan
- Memahami peristiwa GLB (Gerak Lurus Beraturan) dan GLBB (Gerak
Lurus Berubah Beraturan) pada pesawat atwood.
- Menentukan percepatan gerak benda pada gerak lurus berubah beraturan
- Menentukan momen inersia katrol secara teori dan eksperimen
- Memahami gerak lurus berdasarkan besaran-besaran kinematisnya.

2.2 Dasar Teori


Hukum I Newton menyatakan “sebuah benda akan berada dalam kedaaan
diam atau bergerak lurus beraturan apabila resultan gaya yang bekerja sama
dengan nol.” Secara matematis dapat dituliskan sebagai
∑ 𝐹 = 0 ….. (Persamaan I)
Hukum diatas menyatakan bahwa jika suatu benda mula-mula diam maka
benda selamanya akan diam. Benda hanya akan bergerak jika pada suatu
benda diberikan gaya luar. Sebaliknya, jika benda sedang bergerak konstan
maka akan selamanya benda tersebut bergerak. Konsep gaya dan massa yang
dijelaskan pada Hukum I Newton mengungkap tentang sifat benda yang
cenderung mempertahankan keadaannya. Sifat ini dapat disebut dengan
“Hukum Kelembaman”. (Kardingan,1995).
Hukum II Newton menyatakan bahwa percepatan dari sistem sebanding
dengan gaya yang bekerja pada sistem. Secara matematis dapat dituliskan.
∑ 𝐹 = 𝑀𝑎 … . . (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐼𝐼)
Kesimpulan pada persamaan diatas adalah arah percepatan benda
sama dengan arah gaya yang bekerja pada benda tersebut. Jadi bila
gayanya konstan maka percepatannya juga konstan. Bila pada benda
bekerja gaya, maka benda akan mengalami percepatan maka tentu akan
ada gaya yang menyebabkannya. Untuk sebuah katrol dengan beban-
beban berlaku
𝑚.𝑔
𝑎= 1 ….. (Persamaan III)
2𝑀+𝑚+ 2
𝑟

Momen inersia (I) adalah ketika sebuah benda dapat bergerak


melingkari porosnya, harganya sebanding dengan massa benda terhadap
porosnya (I = m), dimana harga tersebut adalah harga yang
tetap.(Ganijanti,2014).
Gerak lurus dapat dikelompokkan menjadi gerak lurus berubah beraturan
dan gerak lurus beraturan yang dibedakan ada dan tidaknya percepatan.
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak lurus suatu obyek, dimana
dalam gerak ini kecepatannya tetap atau tanpa percepatan, sehingga jarak
yang ditempuh dalam gerak lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu.
Sementara itu, gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak
dimana suatu obyek dengan kecepatannya berubah terhadap waktu akibat
adanya percepatan yang tetap. Pada umumnya GLBB didasari pada
Hukum II Newton. (Serway,2014).
Pesawat atwood adalah alat yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara tegangan,energi potensial, dan energi kinetik dengan
menggunakan dua pemberat(massa berbeda) dihubungkan dengan tali
pada suatu katrol. Benda yang lebih berat diletakkan lebih tinggi pada
posisinya dibanding denga yang lebih ringan. Jadi benda yang berat akan
turun karena gravitasi dan menarik benda yang lebih ringan karena ada tali
dan katrol.(Sutrisno,1977).
Galileo melakukan pengamatan mengenai benda-benda jauh
bebas. Ia menyimpulkan dari pengamatan-pengamatan yang dia lakukan
bahwa benda - benda berat jatuh dengan cara yang sama dengan benda-
benda ringan. Tiga puluh tahun kemudian, Robert Boyle, dalam sederetan
eksperimen yang dimungkinkan oleh pomba vakum barunya,
menunjukkan bahwa pengamatan ini tepat benar untuk benda-benda jatuh
tanpa adanya hambatan gesek udara. Galileo mengetahui bahwa ada
pengaruh hambatan udara pada gerak jatuh. Tetapi pertanyaannya
walupun mengabaikan gesekan udara, masih cukup sesuai dengan hasil
pengukuran dan pengamatannya dibandingkan dengan yang dipercayai
orang pada saat itu (tetapi tidak diuji dengan eksperimen) yaitu
kesimpulan Aristoteles yang menyatakan bahwa “benda yang beratnya
sepuluh kali bend lain akan sampai ke tanah sepersepuluh waktu dari
waktu benda yang lebih ringan”. (Karami,2008).
Dinamika gerak mempelajari tentang berbagai jenis gerak. Konsep
yang harus dipelajari adalah konsep gerak lurus. Gerak lurus adalah gerak
suatu objek yang lintasannya berupa gerak lurus. Dapat pula gerak ini
disebut dengan suatu translasi beraturan. Pada rentang waktu yang sama
terjadi perpindahan yang besarnya sama.(Andriasani,2013).
Gerak lurus suatu objek dimana kecepatannya berubah terhadap
waktu akibat adanya percepatan yang tetap. Akibat adanya percepatan
jumlah jarak yang ditempuh tidak lagi linier melainkan kuadratik. Pada
umumnya GLBB didasari oleh Hukum Newton II.(Tunissa,2014).
Bangsa Yunani, sejak zaman dahulu telah yakin bahwa tarikan atau
dorongan,yang disebut gaya adalah yang menyebabkan suatu benda
bergerak tanpa adanya gaya, sebuah benda yang sedang bergerak akan
segera berhenti. Sebuah benda yang sedang diam, yang berarti bahwa tidak
ada gaya yang bekerja, sebuah benda akan terus diam. Tampaknya,
pandangan bangsa Yunani ini beralasan, tetapi akan diketahui nanti bahwa
pandangan tersebut tidaklah tepat. Menurut ‘prinsip inersia’ yang
diusulkan galileo, sebuah benda yang bergerak pada permukaan horizontal
yang licin sempurna (tanpa ada gesekan) akan tetap terus bergerak dengan
kelajuan sempurna. Berdasarkan pada pendapat galileo tersebut, pada
tahun 1678 Sir Isaac Newton menyatakan bahwa hukum pertamanya
tentang gerak, yang kita kenal sekarang adalah hukum Newton I.
Kemudian ia pun menggerakan hukum II dan hukum III Newton. Sebuah
benda mula-mula keadaan diam akan dapat bergerak jika mendapat
pengaruh atau penyebab yang bekerja pada benda
tersebut.(Halliday,1996).
Sebuah benda dengan ∑F konstan dan memiliki arah horizontal
yang sama dengan v, maka selama gaya tersebut sedang bekerja,
kecepatan pun berubah dengan tingkat perubahan yang konstan, yang
berarti benda ini bergerak dengan percepatan konstan. Sehingga jumlah
gaya total pada sebuah benda menyebabkan benda mengalami percepatan.
Yang arah gaya totalnya sama dengan arah percepatan, walaupun lintasan
benda lurus maupun melingkar. Sehingga Newton membuat suatu
pernyataan singkat yang dikenal dengan Hukum Newton II tentang gerak,
“Jika suatu gaya luar total bekerja pada sebuah benda, maka benda akan
mengalami percepatan. Arah percepatan tersebut sama dengan arah gaya
total. Vektor gaya total sama dengan massa benda dikalikan dengan
percepatan benda”. (Rizal,2016).
Gerak lurus beraturan (GLB) merupakan garis lurus yang
kelajuannya konstan, artinya benda bergerak lurus dengan percepatan = 0
m/s2. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑣
𝑠 = 𝑡 … … . . (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐼𝑉)
Dimana : s = Jarak tempuh (m)
v = kecepatan benda (m/s)
t = waktu tempuh benda (s)

Gerak lurus beraturan pada pesawat atwood dapat diperoleh


dengan cara menambahkan beban bercelah pada salah satu beban silinder
kemudian beban tersebut ditahan menggunakan penahan beban berlubang
sehingga selanjutnya beban silinder bergerak dengan kecepatan tetap.
Pengukuran waktu untuk GLB dapat dilakukan dengan 2 mode Pewaktu
Pencacah yang berbeda, yaitu TIMING I dan TIMING II yang akan
dilakukan pada percobaan ini.
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) merupakan gerak lurus
dengan kelajuan berubah beraturan, dengan percepatan adalah konstan.
Secara matematis persamaan GLBB dapat dirumuskan
Vt = V0 + at …… (Persamaan V)
Dimana : Vt = kecepatan akhir (m/s)
V0 = kecepatan awal (m/s)
a = percepatan benda (m/s2)
t = waktu tempuh benda (s)
Perubahan kecepatan sebagai fungsi jarak dengan percepatan tetap
dirumuskan dengan :
𝑣𝑡2 = 𝑣02 + 2𝑎𝑠 … … (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑉𝐼)
Dimana : Vt = Kecepatan akhir (m/s)
V0 = Kecepatan awal (m/s)
a = Percepatan benda (m/s2)
s = Jarak tempuh benda (m)
Sedangkan perubahan jarak sebagai fungsi waktu dengan percepatan tetap
dirumuskan dengan :
1
𝑠𝑡 = 𝑠0 + 𝑣0 𝑡 + 2 𝑎𝑡 2 … . . (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑉𝐼𝐼)
Dimana : st = Jarak tempuh akhir benda (m)
S0 = Jarak awal benda (m)
V0 = kecepatan awal benda (m/s)
t = waktu tempuh benda (s)
a = Percepatan benda (m/s2)
Momen Inersia Katrol
Pesawat Atwood yang ideal memiliki katrol yang tidak bermassa
dan berputar tanpa gesekan. Akan tetapi, pada kenyataannya pesawat
Atwood yang digunakan biasanya memiliki katrol dengan massa mk yang
dapat menahan percepatan dan mengurangi gaya tarik benda. Oleh karena
itu, massa dan momen inersia katrol harus diperhitungkan dalam
percobaan. Pada pesawat Atwood terdapat momen gaya yang bekerja
antara katrol dan tali yang menyebabkan katrol berotasi dengan percepatan
sudut tertentu. Hubungan antara momen gaya (𝜏), momen inersia (I), dan
percepatan sudut (𝛼) dinyatakan dalam persamaan berikut :
∑ 𝜏 = 𝐼 𝑎 … . (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑉𝐼𝐼𝐼 )
Persamaan ini identik dengan Hukum II Newton yang telah
dibahas pada percobaan sebelumnya :
Gaya yang bekerja pada M1:

∑ 𝐹 = 𝑇1 − 𝑀1 𝑔 = 𝑀1 𝑎 atau 𝑇1 = 𝑀1 𝑔 + 𝑀1 𝑎 (Persamaan X)
Sedangkan pada M2 gaya yang bekerja sebagai berikut :
∑ 𝐹 = (𝑀2 + 𝑚)𝑔 − 𝑇2 = (𝑀2 + 𝑚)𝑎 atau
𝑇2 = (𝑀2 + 𝑚)𝑎 + (𝑀2 + 𝑚)𝑔 … . (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑋𝐼)
Resultan momen gaya sistem adalah selisih antara T 2 dan T1 dikali
dengan jari - jari katrol :
(𝑇2 − 𝑇1 )𝑅 = 𝐼 𝑎 atau
[(𝑀2 + 𝑚)𝑎 + (𝑀2 + 𝑚)𝑔 − (𝑀1 𝑔 + 𝑀1 𝑎)]𝑅 =
𝐼 𝑎 … (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑋𝐼𝐼)
Percepatan sudut dapat dituliskan sebagai berikut
𝛼
𝑎= … . . (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑋𝐼𝐼𝐼)
𝑅
Maka : [(𝑀2 + 𝑚)𝑎 + (𝑀2 + 𝑚)𝑔 − (𝑀1 𝑔 + 𝑀1 𝑎)]𝑅 =
𝛼
𝐼 𝑅 . . (𝑝𝑒𝑟𝑠𝑋𝐼𝑉)

Sehingga percepatannya menjadi :


(𝑀2 + 𝑚 − 𝑀1 )𝑔
𝑎= … . (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑋𝑉𝐼)
1
(𝑀2 + 𝑚 − 𝑀1 + 2 )
𝑟
Perhitungan waktu untuk menentukan percepatan dapat ditentukan
dengan 2 fungsi Pewaktu Pencacah, yaitu TIMING I dan TIMING II.
TIMING I menghitung waktu selama gerbang cahaya terhalang oleh suatu
objek. Dalam hal ini, data waktu yang diperoleh merupakan waktu saat
beban silinder melewati gerbang cahaya 1 dan 2, yaitu E1 dan E2.
Sedangkan data yang diperoleh dari percobaan dengan fungsi TIMING II
adalah waktu tempuh dari gerbang cahaya 1 ke 2 dengan variasi jarak dari
kedua gerbang cahaya.

2.3 Alat dan Bahan


- Atwood bertiang ganda
Tinggi tiang : 150 cm
Katrol : diameter 12 cm; bahan plexiglass
- Tali penggantung berbahan nilon yang digunakan untuk menghubungkan
2 buah beban silinder, panjang 185 cm
- Dua buah beban berbentuk silinder M1 dan M2 yang massanya sama
(100 gram) diikatkan pada ujung-ujung tali penggantung; terbuat dari
bahan kuningan.
- Beban tambahan bercelah berjumlah 5 buah, masing-masing memiliki
massa 5 gram. Beban dapat diletakkan di atas beban sislinder. Bahan
aluminium.
- Penghenti beban dengan lubang (diameter 3,64 cm), digunakan untuk
menahan beban bercelah untuk percobaan GLB. Bahan baja
- Penghenti beban tanpa lubang, digunakan untuk menahan beban silinder.
Bahan baja. Posisi penghenti beban dengan dan tanpa lubang dapat diatur
dengan muda disepanjang tiang.
- Pemegang beban dengan pegas (pelepas beban) yang digunakan untuk
menahan dan melepas beban silinder
- Pewaktu Pencacah (Time Counter) AT-01 yang digunakan untuk
menghitung waktu perpindahan beban silinder.
- Gerbang cahaya

2.4 Prosedur Percobaan


2.4.1 Percobaan I Gerak Lurus Beraturan Timing I
-Dinyalakan pencacah waktu terlebih dahulu dengan mode
TIMING 1.

- Diatur beban silinder M2 pada skala 20 cm lalu diatur penahan


beban berlubang dengan jarak 10 cm dari beban.
- Ditambahkan 5 keping beban tambahan
- Skala pada gerbang cahaya I diatur pada 100 cm dan gerbang
cahaya II 150 cm
- Beban I dilepaskan sehingga bergerak keatas dan beban II
akan menuju kebawah. Agar beban II tidak bergerak diatas dan
mengubah hasil, maka bebas II ditahan.
- Dicatat hasil pada pencacah waktu
- Percobaan dilakukan sebanyak 5 kali

2.4.2 Percobaan II Gerak Lurus Beraturan Timing II.

 Dinyalakan terlebih dahulu pencacah waktu dengan mode


Timing II.
 Beban silinder II diatur pada skala 20 cm lalu diatur
penahan beban berlubang dengan jarak 10 cm dari ujung
silinder.
 Ditambahkan 5 keping beban tambahan.
 Pada gerbang cahaya I diatur pada skala 80 cm dan gerbang
cahaya II diatur dengan skala 100 cm
 Beban I dilepaskan sehingga bergerak keatas dan Beban II
bergerak kebawah. Pada beban silinder II ditahan agar
tidak bergerak keatas dan merubah nilai.
 Dicatat hasil yang tertera
 Pada gerbang cahaya 2 diubah skalanya menjadi 105 cm
sehingga jarak dengan gerbang cahaya I menjadi 50 cm.
2.4.3 Percobaan III Gerak lurus berubah beraturan dengan
TIMING II.
 Dinyalakan terlebih dahulu pencacah waktu dengan mode
Timing II.
 Pada percobaan ini beban berlubang tidak akan digunakan.
 Pada silinder beban I diatur pada skala 20cm lalu diatur
gerbang cahaya I tepat dibawah beban silinder II,
dipastikan tidak terkena sensor.
 Pada gerbang cahaya II diatur pada posisi sejauh 20cm
dibawah gerbang cahaya I.
 Ditambahkan 5 keping beban tambahan.
 Pada beban I dilepaskan sehingga sistem akan bergerak
keatas dan beban II akan kebawah. Pada beban silinder II
ditahan agar tidak bergerak keatas dan merubah hasil.
 Dicatat hasil pada pencacah waktu.
 Pada posisi gerbang cahaya II ditambahkan skala sebesar 5
cm dari posisi semula sehingga akan terdapat jarak 65 cm
terhadap gerbang cahaya I dan gerbang cahaya II.
III. DATA DAN PENGOLAHAN DATA
1. Gerak Lurus Beraturan
Tabel 3.1.1 Data timing I percobaan gerak lurus beraturan

I. Gerak Lurus Beraturan


Tabel 3.1 Data Timing Ipercobaan Gerak Lurus Beraturan
Panjang Silinder (m) E1 (s) E2 (s) V1 (m/s) V2 (m/s)
0,08250 0,09169 0,51 0,46
0,09107 0,1006 0,46 0,42
0,042 0,09323 0,09873 0,45 0,43
0,09593 0,09842 0,47 0,43
0,09788 0,1004 0,43 0,42
Rata-Rata 0,09 0,09797 0,55 0,43
* Panjang Silinder (s) = 4.2 cm = 0.042 m
𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 0,042 0,042
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 = 𝑉1 = = 0,46 𝑚/𝑠 𝑉2 = = 0,43𝑚/𝑠
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 0,092 0,098

Tabel 3.1.2 Data Timing II percobaan gerak lurus beraturan

s (m) t (s) v (m/s)


0,2 0,4213 0,47
0,25 0,5987 0,42
0,3 0,6251 0,48
0,35 0,7399 0,47
0,4 0,8454 0,47
0,45 0,9639 0,47
0,5 1,058 0,47
𝑠 0,5
𝑣= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑣 = = 0,47𝑚/𝑠
𝑡 1,058

2. Gerak Lurus Berubah Beraturan


Tabel 3.2.1 data Timing II Percobaan Gerak lurus berubah beraturan

II. Gerak Lurus Berubah Beraturan


Tabel 3.3 Data Timing II Percobaan Gerak Lurus Berubah Beraturan
St (m) t (s) t^2 (s^2) v (m/s)
0,2 0,6283 0,39 0,60
0,25 0,6599 0,44 0,63
0,3 0,7923 0,63 0,76
0,35 0,793 0,63 0,76
0,4 0,8573 0,74 0,82
0,45 0,9283 0,86 0,89
0,5 0,9921 0,98 0,95

Kecepatan v dihitung dari hasil kali percepatan hasil regresi linear (a) dengan
waktu tempuh(t), yang berarti kecepatan yang dihitung adalah kecepatan sesaat pada
waktu tersebut.

𝑡 2 = (0,793)2 = 0,63 𝑠 2

𝑣 = 𝑎 𝑡 = 0,96 . 0,793 = 0,76 𝑚/𝑠

Menentukan percepatan (a)

Plot grafik St(m) terhadap t2(s2) !


Gambar 3.2.1 plot grafik St terhadap t2(s2)

St = 0,5111 t2 + 0,0105 𝑎 = 2 𝑥 0,5111 = 1,0002 𝑚/𝑠 2

3. Momen Inersia Katrol


Tabel 3.3.1 Momen Inersia Katrol

III. Momen Inersia Katrol


M1 = 100 gr = 0,10 kg
M2 = 100 gr = 0,10 kg
m= 25 gr = 0,25 kg
R= 6 cm = 0,06 m

Perhitungan Momen Inersia Katrol (I)

Perhitungan Momen Inersia Katrol (I)


I= kg.m^2
(𝑀2 + 𝑚 − 𝑀1 )𝑔
𝐼=[ − (𝑀2 + 𝑚 + 𝑀1 )] 𝑅2
𝑎

(0,1 + 0,025 − 0,1)9,8


𝐼=[ − (0,1 + 0,025 − 0,1)] 0,062
0,9562

𝐼 = [0,2562 − 0,225]0,0036
𝐼 = 0,0312 . 0,0036 = 1,1232 . 10−4 𝑘𝑔/𝑚2

IV. Pembahasan
Terdapat perbedaan kecepatan rata-rata I dan kecepatan rata-rata II,hal itu
dikarenakan waktu yang menghitung kecepatan 1 dan kecepatan 2 karena
jarak sensor 1 dan sensor 2 dan masing-masing dari benda memiliki beban
0,55−0,43
yang yang berbeda. % = 𝑥 100% = 1,2%
0,98
Pada percobaan II rata-rata nilai kecepatannya hampir memiliki nilai yang
sama tetapi tidak semua memiliki kecepatan yang sama, hal itu dikarenakan
pemindahan gerbang cahaya 2 terhadap posisi sebelumnya dan dijauhkan dari
gerbang cahaya 1 hingga 50cm.
Perbedaan kecepatan 1 dan kecepatan 2 pada percobaan pertama
disebabkan akibat gerbang pencacah 1 dan 2 memiliki jarak 20cm,jika pada
percobaan pertama diakibatkan adanya jarak antara gerbang pencacah 1 dan
2,pada percobaan kedua adanya perbedaan kecepatan adalah adanya
penambahan jarak antara gerbang pencacah 1 dan 2.
Hubungan antara jarak dan waktu secara teori adalah berbanding lurus,jika
jaraknya semakin jauh maka dibutuhkan waktu yang lama juga untuk
mencapai jarak tersebut, dapat dibuktikan pada grafik 3.2.1 semakin tinggi
jarak maka semakin lama juga waktu yang dibutuhkan.
Perubahan kecepatan sangat mempengaruhi waktu yang didapatkan,jika
suatu benda bergerak dengan kecepatan yang lamban maka diperlukan waktu
yang lama juga untuk mencapai jarak,sebaliknya jika benda tersebut bergerak
dengan kecepatan yang tinggi maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
jarak tersebut.
Suatu benda dikatakan gerak lurus berubah beraturan apabila benda
tersebut mengalami perubahan kecepatan dan memiliki percepatan yang
konstan.
Beban benda silinder mengalami gerak lurus berubah beraturan, karena
jika memacu dari grafik 3.2.1 yang memiliki grafik linear yang berarti
kecepatan beban tersebut mengalami perubahan.
Nilai momen inersia katrol pada percobaan ini adalah 1,1232 . 10-4
(𝑀2 +𝑚−𝑀1 )𝑔
kg/m2,hasil ini didapatkan dari persamaan 𝐼 = [ − (𝑀2 + 𝑚 −
𝑎
𝑀1 )] 𝑅2 .
Apabila hanya diminta momen inersia katrol maka massa yang digunakan
tidak akan berpengaruh terhadap percepatan,sebaliknya apabila ingin mencari
percepatannya,maka massa katrol akan mempengaruhi nilai.
Variabel yang berpengaruh terhadap nilai suatu momen inersia adalah
massa beban,massa penambah keping dan jari-jari katrol, sebelum
menghitung momen inersia terhadap variabel-variabel tadi, diharuskan untuk
mengecek apakah variabel sudah dalam kondisi satuan internasional atau
belum,jika variabel belum dalam kondisi tersebut maka harus diubah terlebih
dahulu ke satuan internasional.

V. Kesimpulan
- Yang membedakan antara gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah
beraturan adalah pada kecepatannya,jika kecepatan konstan maka
didapatkan bahwa benda tersebut mengalami GLB,jika kecepatannya
berubah maka benda tersebut GLBB. GLB memiliki grafik yang konstan
dan GLBB memiliki grafik linear.
- Untuk menentukan percepatan pada GLBB maka dapat menggunakan
beberapa rumus,jika diketahui waktu maka V t = V0 + at, apabila yang
diketahui jarak masa 𝑣𝑡2 = 𝑣02 + 2𝑎𝑠
- Pada percobaan ini didapatkan momen inersia katrol sebesar 1,1232 . 10 -4
kg/m2
- Dibidang ilmu fisika terbagi menjadi dua gerak yaitu gerak lurus beraturan
dan gerak lurus berubah beraturan,masing-masing gerak memiliki ciri,jika
gerak lurus beraturan memilki kecepatan yang konstan,maka gerak lurus
berubah beraturan memiliki kecepatan yang tidak konstan.

VI. Daftar Pustaka


Halliday, David. 2005. Fundamentals Of Physic, New Jersey: Hoboken.
Harun, Diyono. 2016. Buku Pintar Praktikum Fisika SMA. Jakarta Timur:
Laskar Aksara.
Ruwanto, B. 2007. Asas-asas Fisika. Yogyakarta: Yudhistira.

Soedjo, Peter. 1985. Fisika Dasar. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Paul, Tipler. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta timur : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai