Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DEPARTEMEN KEPERWATAN JIWA

ISOLASI SOSIAL

OLEH :

TUTIK ALAWIYAH

201710300511015

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TAHUN 2020
A. DEFINISI
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain (Purba, dkk. 2008).

Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan


mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan
cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami,
dkk. 2009). 

Isolasi social merupakan pengalaman kesendirian seorang individu yang


diterima sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang
negative dan mengancam (Wilkinson, 2007)

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami


penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat,
2006 ). Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Budi
Kelliat, 2006). Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor
predisposisi terjadinya perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Keliat, 2006).

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ISOLASI SOSIAL


a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus
dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas
perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat
masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat
pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi,
kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada
bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa
ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku
curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar
anak tidak mersaa diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi
untuk mengembangkan gangguan tingkah laku.
 Sikap bermusuhan/hostilitas
 Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan
anak
 Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi
kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya.
 Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan
pada pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota
keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka,
terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan
secara terbuka dengan musyawarah.
 Ekspresi emosi yang tinggi
 Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan
saat bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya
meningkat)
3) Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan
merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan
berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-
norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
4) Factor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan
jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga
yang anggota keluarga yang menderita skizofrenia.
Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila
salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%,
sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan
pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur
limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
b. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh
faktor internal maupun eksternal, meliputi:
1) Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan
pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat
dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan
isolasi sosial.
2) Stressor Biokimia
a) Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal
dan mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan
indikasi terjadinya skizofrenia.
b) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam
darah akan meningkatkan dopamin dalam otak. Karena
salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang
menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga
dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
c) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah
ditemukan pada pasien skizofrenia. Demikian pula
prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh
dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun
penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan
dengan tingkah laku psikotik.
d) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan
gejala-gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang
dapat merubah stuktur sel-sel otak.
3) Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia
sering terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan
maupun biologis.
4) Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
Intesitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah
akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan
pada tipe psikotik.
Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien
sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu
kesepian nyata yang mengancam dirinya. Strategi koping yang
sering digunakan pada masing-masing tingkah laku adalah
sebagai berikut:
 Tingkah laku curiga: proyeksi
 Dependency: reaksi formasi
 Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
 Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
 Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
C. POHON MASALAH

D. TANDA DAN GEJALA


Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat
ditemukan dengan wawancara, adalah:
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang
lain
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan
orang lain
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Pasien merasa tidak berguna
g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

E. AKIBAT YANG DITIMBULKAN


Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya
perubahan persepsi sensori halusinasi. Perubahan persepsi sensori
halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus
eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan
seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya
tidak ada. Hal tersebut akan mengakibatkan munculnya halusinasi pada
klien.

F. PENATALAKSANAAN
a. Terapi Psikofarmaka
1) Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya
ingat norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam
fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi. Gangguan perasaan 
dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat
dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja,
berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai
efek samping gangguan otonomi (hypotensi) antikolinergik
atau parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia
akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin
(amenorhe). Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis.
Biasanya untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi
terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan
jantung (Andrey, 2010).
2) Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi
mental serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki
efek samping seperti gangguan miksi dan parasimpatik,
defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra meninggi,
gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit
hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey,
2010).
3) Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis
dan idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya
reserpina dan fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya
mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah,
bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi
urine. Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil
(THP), glaukoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis
(Andrey, 2010).
b. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat
diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan
masing-masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP
satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi
dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila
berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan
cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-
bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua,
perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi
kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan
satu orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan
berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan
harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang
atau lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan hariannya (Purba, dkk. 2008)
c. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami
ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu:
1) Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari yang meliputi:
 Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien
sewaktu bangun tidur.
 Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu
semua bentuk tingkah laku/perbuatan yang berhubungan
dengan BAB dan BAK.
 Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi,
dalam kegiatan mandi dan sesudah mandi.
 Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
keperluan berganti pakaian.
 Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada
waktu, sedang dan setelah makan dan minum.
 Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan
dengan kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan
dengan kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-
lain.
 Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien
mengerti dan dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri,
seperti, tidak menggunakan/menaruh benda tajam
sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat
ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
 Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien
untuk pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku
pergi tidur ini perlu diperhatikan karena sering merupakan
gejala primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal
ini yang dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur)
tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
2) Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan
sosial pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
 Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien
untuk melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien,
misalnya menegur kawannya, berbicara dengan kawannya
dan sebagainya.
 Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien
untuk melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti
tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya
jika ada kesulitan dan sebagainya.
 Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu
berbicara dengan orang lain seperti memperhatikan dan
saling menatap sebagai tanda adanya kesungguhan dalam
berkomunikasi.
 Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
kemampuan bergaul dengan orang lain secara kelompok
(lebih dari dua orang).
 Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan
dengan ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan
rumah sakit.
 Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
tata krama atau sopan santun terhadap kawannya dan
petugas maupun orang lain.
 Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien
yang bersifat mengendalikan diri untuk tidak mengotori
lingkungannya, seperti tidak meludah sembarangan, tidak
membuang puntung rokok sembarangan dan sebagainya.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
b. Gangguan Isolasi Sosial : Menarik Diri
c. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
H. ASUHAN KEPERAWATAN
STRATEGI PELAKSANAAN
Diagnosa Keperawatan Pasien Keluarga

Isolasi sosial SP I SP I

1. Mengidentifikasi 1. Mengidentifikasi kesulitan


penyebab isolasi sosial keluarga saat merawat
pasien HDR di rumah
2. Mengidentifikasi
keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan
2. Memberikan pendidikan
orang lain
kesehatan tentang pengertian,
3. Melatih bercakap jenis, yang dialami pasien,
cakap antara pasien dan tanda dan gejala ISOS
perawat atau keluarga

4. memasukkan dalam
3. Menjelaskan tentang cara-
jadwal latihan bercakap-
cara merawat pasien ISOS di
cakap
rumah sakit agar mampu
diterapkan dirumah

4. Memberi kesempatan
keluarga untuk bertanya

SP II SP II

1. Mengevaluasi tanda dan 1. Memberi kesempatan


gejala isolasi sosial kepada keluarga untuk
memperagakan cara merawat
2. Memvalidasi
pasien langsung di hadapan
kemampuan bercakap-
pasien
cakap pasien dan
perawat / keluarga

3. Melatih berinteraksi 2. Memberi feedback tentang


pasien dengan 2 orang kemampuan keluarga dalam
mempraktikkan merawat
4. Melatih bercakap-cakap
pasien
saat melakukan 2
kegiatan harian

5. Memasukkan dalam
jadwal berinteraksi
dengan 2 orang saat
melakukan 2 kegiatan
harian

SP III SP III

1. Mengevaluasi tanda dan 1. Membuat perencanaan


gejala isolasi sosial pulang dengan keluarga

2. Memvalidasi
kemampuan bercakap-
2. Menganjurkan untuk terus
cakap pasien dan
minum obat dan kontrol
perawat / keluarga
secara rutin
3. Melatih berinteraksi
pasien dengan 4-5 orang
3. Mampu mengenal tanda-
4. Melatih bercakap-cakap
tanda jika pasien kambuh dan
saat melakukan 2
segera membawa ke fasilitias
kegiatan harian
kesehatan
5. Memasukkan dalam
jadwal berinteraksi
dengan 4-5 orang saat 4. Menyelesaikan aministrasi
melakukan 4 kegiatan
harian perawatan

SP IV

1. Mengevaluasi tanda dan


gejala isolasi sosial

2. Memvalidasi
kemampuan bercakap-
cakap pasien dan
perawat / keluarga

3. Melatih berinteraksi
pasien dengan 7-8 orang

4. Melatih bercakap-cakap
saat melakukan 4
kegiatan harian

5. Memasukkan dalam
jadwal berinteraksi
dengan 7-8 orang saat
melakukan 6 kegiatan
harian

I. RENCANA TINDAKAN

Dx Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Intervensi

Evaluasi

Isolasi sosial TUM :Klien


dapat
1. Setelah...x 1.1 Bina hubungan saling percaya
berinteraksi
interaksi klien dengan:
dengan orang
menunjukkan  Beri salam setiap
lain.
tanda-tanda interaksi.
TUK : percaya kepada/  Perkenalkan nama, nama
terhadap panggilan perawat dan
1. klien dapat
perawat: tujuan perawat
membina
 Wajah cerah, berkenalan.
hubungan
tersenyum  Tanyakan dan panggil
saling
 Mau berkenalan nama kesukaan klien.
percaya.
 Ada kontak mata  Tunjukkan sikap jujur dan
 Bersedia menepati janji setiap kali
menceritakan berinteraksi.
perasaan.  Tanyakan perasaan klien
 Bersedia dan masalah yang
mengungkapka dihadapi klien.
n masalahnya.  Buat kontrak interaksi
yang jelas.
 Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi
perasaan klien.
2. Klien 2. setelah...x 2.1 Tanyakan pada klien tentang :
mampu interaksi klien
 orang yang tinggal serumah/
menyebutka dapat
teman sekamar klien.
n penyebab menyebutkan
 Orang yang paling dekat
menarik diri minimal satu
dengan klien dirumah atau
penyebab
di ruang perawatan.
menarik diri
dari :  Apa yang membuat klien
 diri sendiri dekat dengan orang
 orang lain tersebut.
 lingkungan  Orang yang tidak dekat
dengan klien di rumah atau
di ruang perawatan.
 Apa yang membuat klien
tidak dekat dengan orang
tersebut.
 Upaya yang sudah dilakukan
agar dekat dengan orang
lain.
2.2 diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri atau tidak
mau bergaul dengan orang lain.

2.3 beri pujian terhadap


kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya.

3. klien mampu 3. setelah...x tanyakan pada klien tentang


menyebutka interaksi dengan  manfaat hubungan sosial
n klien dapat  kerugian menarik diri
keuntungan menyebutkan diskusikan bersama klien
berhubungan keuntungan tentang manfaat berhubungan
sosial dan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri
krerugian sosial, misalnya beri pujian terhadap
menarik diri.  banyak teman kemampuan klien
 tidak kesepian mengungkapkan perasaanya.
 bisa diskusi
 saling
menolong.
Dan kerugian
menarik diri
misalnya :

 sendiri
 kesepian
 tidak bisa diskusi
4. klien dapat 5. setelah...x observasi perilaku klien saat
melaksanaka interaksi klien berhubungan sosial
n hubungan dapat beri motivasi dan bantu klien
sosial secara melaksanakan untuk berkenalan atau
bertahap hubungan sosial berkomunikasi dengan :
secara bertahap  perawat lain
dengan :  klien lain
 perawat  kelompok
 perawat lain Libatkan klien dalam Terapi
 klien lain aktivitas kelompok sosialisasi
 kelompok Diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan klien
bersosialisasi.
Beri motivasi klien untuk
melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang telah dibuat.
Beri pujian terhadap
kemampuan klien memperluas
pergaulannya melalui aktivitas
yang dilaksanakan.
1. klien 2. setelah...x 5.1 diskusikan dengan klien
mampu interaksi tentang perasaanya setelah
menjelas klien dapat berhubungan sosial dengan :
kan menjelaskan
 orang lain
perasaan perasaanya
 kelompok
nya setelah
setelah berhubungan 5.2 beri pujian terhadap
berhubun sosial dengan kemampuan klien
gan : mengungkapkan perasaannya.
sosial.  orang lain
 kelompok
6. klien setelah...x diskusikan pentingnya peran
mendapat pertemuan keluarga serta keluarga sebagai
dukungan dapat menjelaskan poendukung untuk mengatasi
keluarga tentang : perilaku menarik diri
dalam  pengertian diskusikan potensi keluarga
memperluas menarik diri untuk membantu klien mengatasi
hubungan  tanda dan perilaku menarik diri.
sosial. gejal menarik Jelaskan pada keluarga
diri tentang:
 penyebab dan  Pengertian menarik diri
akibat  Tanda dan gejala menarik
menarik diri diri
 cara merawat  Penyebab dan akibat
klien menarik menarik diri
diri.  Cara merawat klien
setelah...x menarik diri
pertemuan keluarga latih keluarga cara merawat
dapt mempraktekkan klien menarik diri
cara merawat klien tanyakan perasaan keluarga
kenarik diri. setelah mencoba cara yang
dilatihkan.
Beri motivasi keluarga agar
membantu klien untuk
bersosialisasi.
Beri pujian kepada keluarga
atas keterlibatannya merawat
klien dirumah sakit.
3. klien setelah...x 7.1 diskusikan dengan klien
dapat interaksi klien tentang manfaat dan kerugian
memanfa menyebutkan: tidak minum obat, nama, warna,
atkan  manfaat dosis, cara, efek terapi, dan efek
obat minum obat. samping penggunaan obat.
dengan  Kerugian
7.2 pantau klien saat penggunaan
baik. tidak minum
obat
obat.
 Nama, warna, 7.3 beri pujian jika klien
dosis, efek menggunakan obat dengan benar.
samping dan
7.4 diskusikan akibat berhenti
efek terapi
minum obat tanpa konsultasi
obat.
dengan dokter.
setelah...x
interaksi klien 7.5 anjurkan klien untuk

mendemonstrasikan konsultasi kepada dokter/ perawat

penggunaan obat jika terjadi hal-hal yang tidak


dengan benar. diinginkan.

Setelah...x
interaksi klien
menyebutkan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi
dokter.

DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Medical
Book.
Lilik Ma’rifatul A (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Graha Ilmu.
Trimelia (2011). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. CV. Trans Info
Media.

Anda mungkin juga menyukai