Disusun Oleh :
PRODI D3 KEBIDANAN
Tahun 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masa nifas atau puerperium berasal dari bahasa latin puer yang artinya bayi
dan parous yang artinya melahirkan. Definisi masa nifas adalah masa di mana ibu
melakukan adaptasi setelah persalinan, meliputi perubahan kondisi ibu hamil ke
kondisi sebelum hamil. Masa ini di mulai setelah plasenta lahir dan sebagai penanda
berakhirnya masa nifas adalah ketika alat-alat kandungan sudah kembali ke keadaan
sebelum hamil. Sebagai acuan, rentang masa nifas berdasarkan penanda tersebut
adalah 6 minggu atau 40 hari (Astuti, 2015).
Asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis bagi ibu maupun
bayinya. Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu
terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% kematian pada masa nifas terjadi pada 24
jam pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi
pada masa nifas (Walyani dan Purwoastuti, 2015)
Kematian ibu dan bayi masih menjadi masalah kesehatan yang besar di
Indonesia. Angka kematian ibu di Indonesia tahun 2015 mencapai 305 per 100.000
kelahiran hidup, Sedangkan AKB di Indonesia tahun 2017 adalah 24 per 1000
kelahiran hidup, keduannya belum memenuhi target SDG’s yang menekan AKI
70/10.000 KH dan AKB 12/1000 KH (Kemenkes RI, 2018). Pada tahun 2017, AKI
provinsi Jawa Timur mencapai 91,92 per 100.000 Kelahiran Hidup dan Angka
Kematian Bayi di Jawa Timur tahun 2017 pada posisi 23,1 per 1.000 Kelahiran
Hidup, belum mencapai target SDG’s (dinas kesehatan provinsi jawa timur, 2018)
Tiga penyebab tertinggi kematian ibu dijawa timur pada tahun 2017 adalah
penyebab lain-lain yaitu 29,11% atau 154 orang, pre eklamsia/eklamsi yaitu sebesar
28,92% atau sebanyak 153 orang dan perdarahan yaitu 26,28% atau sebanyak 139
orang. Sedangkan penyebab paling kecil adalah infeksi sebesar 3,59% atau sebanyak
19 orang. Penyebab lain-lain ini cenderung di sebabkan oleh penyakit penyerta
kehamilan (dinas kesehatan provinsi jawa timur, 2018)
Upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu terdiri dari : (1) pelayanan kesehatan
ibu hamil, (2) pelayanan imunisasi tetanus teksoid wanita usia subur dan ibu hamil,
(3) pelayanan kesehatan ibu bersalin, (4) pelayanan kesehatan ibu nifas, (5)
puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K), dan (6) pelayanan kontrasepsi (Kemenkes RI, 2018)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas menggunakan
standart asuhan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu nifas
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa dan masalah pada ibu nifas
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan pada ibu nifas
d. Mahasiswa mampu mengimplementasikan pada ibu nifas
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan pada ibu nifas
f. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama dibangku kuliah. Serta
mendapatkan pengalaman dalam melakukan asuhan kebidanan secara langsung
pada ibu nifas.
2. Bagi Institusi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Sebagai bahan pustaka dan bahan pertimbangan dalam menyusun materi
pembelajaran tentang ilmu kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada ibu
nifas.
3. Bagi Klien
Agar klien memahami dan kooperatif kepada petugas kesehatan (khususnya
bidan) dalam pelaksanaan masa nifas dapat di jadikan sebagai pedoman untuk
masa nifas berikutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
a) Autoliysis
b) Atrofi jaringan
c) Efek oksitosin
3) Serviks
c. Perubahan perkemihan
Dieresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Hal ini merupakan
salah satu pengaruh selama kehamilan dimana saluran urinaria mengalami
dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum. Pada
awal postpartum kandung kemih mengalami odema, kongesti dan hipotonik,
hal ini disebabkan karena adanya overdistensi pada saat kala II persalinan
dan pengeluaran urin yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada
uretra di sebabkan karena adanya trauma saat persalinan berlangsung dan
trauma ini akan berkurang selama 24 jam postpartum. Kadang-kadang odema
dari trigonium menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering dan terjadi
retensio urine. Kandung kemih saat puerperium sangat kurang sensitive dan
kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau sesudah buang
air kecil masih tertinggal urineresidual (normal 15cc). Sisa urin dan trauma
pada kandung kemih waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG, HPL, secara
berangsur menurun dan normal setelah 7 hari postpartum. HCG tidak
terdapat dalam urin ibu setelah 2 hari postpartum. HPL tidak lagi terdapat
dalam plasma.
3) Tekanan darah
4) Pernapasan
1) Payudara penuh : rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila
diperiksa ASI keluar, dan tidak ada demam.
2) Payudara bengkak: payudara oedema, sakit, puting susu kencang, kulit
mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa/diisap ASI tidak
keluar. Badan biasa demam setelah 24 jam. Untuk mencegah maka
diperlukan: menyusui dini, perlekatan yang baik, menyusui “on
demand”. Bayi harus sering lebih disusui. Apabila terlalu tegang, atau
bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar
ketegangan menurun.
A. Kesimpulan
Setelah mempelajari teori dan melakukan praktek langsung asuhan
kebidanan ibu nifas normal pada Ny “S” di Puskesmas Gemarang, penulis
melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan. Penulis mendapatkan
keadaan umum ibu baik, TTV dalam batas normal, kesadaran ibu stabil,
mobilisasi membaik dan tidak ditemukan tanda bahaya maupun infeksi.
Faktor pendukung tercapainya tujuan dalam asuhan kebidanan ini adalah
terjalinnya kerjasama yang baik antara ibu, penulis, keluarga dan tenaga
kesehatan yang ada, sedangkan faktor yang menghambat adalah
keterbatasan waktu, pengetahuan dan pengalaman penulis.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas
2. Bagi Institusi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Diharapkan dapat meningkatkan
3. Bagi Klien
Diharapkan mampu memahami asuhan kebidanan yang dilakukan,
sehingga ibu mampu memenuhi kebutuhan pada masa nifas, mampu
merawat bayi dan mampu mempertahankan kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Jawa Timur. 2018. Dinkes Jatim. 2018. Profil Kesehatan Profinsi Jawa
Timur Tahun 2017. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur