Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU

NIFAS NY. S UMUR 25 TAHUN P20001 6 HARI POSTPARTUM DI


PUSKESMAS GEMARANG

Dosen Pembimbing : Yeni Utami, M.Kes.

Disusun Oleh :

Ira Puji Rahayu (201801017)

PRODI D3 KEBIDANAN

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

Tahun 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masa nifas atau puerperium berasal dari bahasa latin puer yang artinya bayi
dan parous yang artinya melahirkan. Definisi masa nifas adalah masa di mana ibu
melakukan adaptasi setelah persalinan, meliputi perubahan kondisi ibu hamil ke
kondisi sebelum hamil. Masa ini di mulai setelah plasenta lahir dan sebagai penanda
berakhirnya masa nifas adalah ketika alat-alat kandungan sudah kembali ke keadaan
sebelum hamil. Sebagai acuan, rentang masa nifas berdasarkan penanda tersebut
adalah 6 minggu atau 40 hari (Astuti, 2015).

Ketika masa nifas terjadi perubahan-perubahan penting, salah satunya yaitu


timbulnya laktasi. Laktasi adalah pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Laktasi
terjadi oleh karena pengaruh hormon estrogen dan progesterone yang merangsang
kelenjar-kelenjar payudara ibu. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 ini sangat penting diberikan kepada bayi sejak
bayi dilahirkan hingga selama enam bulan, tanpa menambahkan atau mengganti
dengan makanan atau minuman.

Asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis bagi ibu maupun
bayinya. Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu
terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% kematian pada masa nifas terjadi pada 24
jam pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi
pada masa nifas (Walyani dan Purwoastuti, 2015)

Kematian ibu dan bayi masih menjadi masalah kesehatan yang besar di
Indonesia. Angka kematian ibu di Indonesia tahun 2015 mencapai 305 per 100.000
kelahiran hidup, Sedangkan AKB di Indonesia tahun 2017 adalah 24 per 1000
kelahiran hidup, keduannya belum memenuhi target SDG’s yang menekan AKI
70/10.000 KH dan AKB 12/1000 KH (Kemenkes RI, 2018). Pada tahun 2017, AKI
provinsi Jawa Timur mencapai 91,92 per 100.000 Kelahiran Hidup dan Angka
Kematian Bayi di Jawa Timur tahun 2017 pada posisi 23,1 per 1.000 Kelahiran
Hidup, belum mencapai target SDG’s (dinas kesehatan provinsi jawa timur, 2018)

Tiga penyebab tertinggi kematian ibu dijawa timur pada tahun 2017 adalah
penyebab lain-lain yaitu 29,11% atau 154 orang, pre eklamsia/eklamsi yaitu sebesar
28,92% atau sebanyak 153 orang dan perdarahan yaitu 26,28% atau sebanyak 139
orang. Sedangkan penyebab paling kecil adalah infeksi sebesar 3,59% atau sebanyak
19 orang. Penyebab lain-lain ini cenderung di sebabkan oleh penyakit penyerta
kehamilan (dinas kesehatan provinsi jawa timur, 2018)

Upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu terdiri dari : (1) pelayanan kesehatan
ibu hamil, (2) pelayanan imunisasi tetanus teksoid wanita usia subur dan ibu hamil,
(3) pelayanan kesehatan ibu bersalin, (4) pelayanan kesehatan ibu nifas, (5)
puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K), dan (6) pelayanan kontrasepsi (Kemenkes RI, 2018)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas menggunakan
standart asuhan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu nifas
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa dan masalah pada ibu nifas
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan pada ibu nifas
d. Mahasiswa mampu mengimplementasikan pada ibu nifas
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan pada ibu nifas
f. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama dibangku kuliah. Serta
mendapatkan pengalaman dalam melakukan asuhan kebidanan secara langsung
pada ibu nifas.
2. Bagi Institusi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Sebagai bahan pustaka dan bahan pertimbangan dalam menyusun materi
pembelajaran tentang ilmu kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada ibu
nifas.
3. Bagi Klien
Agar klien memahami dan kooperatif kepada petugas kesehatan (khususnya
bidan) dalam pelaksanaan masa nifas dapat di jadikan sebagai pedoman untuk
masa nifas berikutnya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Nifas


1. Pengertian
Masa nifas atau puerperium berasal dari bahasa latin puer yang artinya bayi
dan parous yang artinya melahirkan. Definisi masa nifas adalah masa di mana ibu
melakukan adaptasi setelah persalinan, meliputi perubahan kondisi ibu hamil ke
kondisi sebelum hamil. Masa ini di mulai setelah plasenta lahir dan sebagai
penanda berakhirnya masa nifas adalah ketika alat-alat kandungan sudah kembali
ke keadaan sebelum hamil. Sebagai acuan, rentang masa nifas berdasarkan
penanda tersebut adalah 6 minggu atau 40 hari (Astuti, 2015)
Kala puerperium yang berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari merupakan
waktu yang diperlukan untuk pulihnya organ kandungan pada keadaan yang
normal (Manuaba, 2013)
2. Tahapan masa nifas
Menurut Suprijati (2014), masa nifas dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
a. Puerperium dini
Yaitu suatu masa kepulihan ibu dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri
dan jalan-jalan.
b. Puerperium intermedial
Yaitu suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi
selama kurang lebih enam sampai delapan minggu.
c. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan ibu untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi.
3. Fisiologis masa nifas
Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan penting yang
menyertainya, antara lain sebagai berikut :
a. Perubahan system reproduksi
1) Involusi

Involusi uterus adalah kembalinya uterus ke keadaan sebelum


hamil. Baik dalam bentuk maupun posisi. Selain uterus, vagina, ligament
uterus dan otot dasar panggul juga kembali ke keadaan sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

a) Autoliysis

Merupakan proses penghancuran diri sendiri di dalam otot


uterus. Enzin proteotelik akan memendekkan jaringan otot yang telah
mengenduR hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar
dari semula selama kehamilan.

b) Atrofi jaringan

Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam


jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap
penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta.
Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus lapisan desidua akan
mengalami atrofi dan terlepas akan meninggalkan lapisan basal yang
akan beregenerasi menjadi endomtriumyang baru.

c) Efek oksitosin

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera


setelah bayi baru lahir, di duga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan intra uterin yang sangat besar. Hormone oksitosin yang di
lepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus, mengompres pembuluh darah dan membantu proses
hemostatiskontraksi dan retraksi otot membantu mengurangi
perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8
minggu untuk sembuh.
Tahapan involusi uteri

Waktu involusi Tinggi fundus Berat uterus


Plasenta lahir Sepusat 1000
7 hari Pertengahan pusat-simpisis 500
14 hari Tidak teraba 350
42 hari Sebesar hamil 2 minggu 50
56 hari normal 30
Sumber : Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan, dan KB
2) Lochea

Lochea adalah pengeluaran cairan rahim selama nifas. Lochea


mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus. Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah menstruasi,
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya beda-beda. Lochea
yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.

Perubahan lokhea pada masa nifas

Lokhea Waktu Warna Ciri-ciri


Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari darah segar,
(krenta) kehitaman jaringan sisa-sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi,
lanugo (rambut bayi), dan
sisa mekonium.
Sanguinolenta 4-7 hari Merah Sisa darah bercampur
kecoklatan lender
dan berlendir
Serosa 7-14 hari Kuning Lebih sedikit darah dan
kecoklatan lebih banyak serum, juga
terdiri dari leukosit dan
robekan/laserasi plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, sel
Postpartum desidua dan sel epitel,
selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang
mati.
Sumber : Manuaba, 2013

3) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna


serviks sendiri merah kehitam-hitaman, karena penuh pembuluh darah.
Konsistensinya lunak kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan
kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak
pernah kembali pada keadaan sebelum hamil.

4) Ovarium dan tuba fallopi

Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan progesteron


menurun, sehingga menimbulkan mekanisme timbal balik dari siklus
menstruasi. Dimana di mulainya kembali proses ovulasi sehingga wanita
bisa hamil kembali.

5) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang


sangat besar selama persalinan dan akan kembali selama 6-8 minggu
postpartum. Penurunan kadar estrogen sangat membantu dalam penipisan
mukosa vagina dan hilangnya rugae.

b. Perubahan system pencernaan

Setelah kelahiran plasenta maka terjadi pula penurunan produksi


progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan konstipasi
terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi hal demikian
karena inaktifitas motilitas usus karena kurangnya keseimbangan persalinan
selama masa persalinan dan adanya reflek hambatan defekasi karena adanya
rasa nyeri pada perineum karena adanya luka episiotomy, pengeluaran cairan
berlebihan saat persalinan, kurang makan.

c. Perubahan perkemihan

Dieresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Hal ini merupakan
salah satu pengaruh selama kehamilan dimana saluran urinaria mengalami
dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum. Pada
awal postpartum kandung kemih mengalami odema, kongesti dan hipotonik,
hal ini disebabkan karena adanya overdistensi pada saat kala II persalinan
dan pengeluaran urin yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada
uretra di sebabkan karena adanya trauma saat persalinan berlangsung dan
trauma ini akan berkurang selama 24 jam postpartum. Kadang-kadang odema
dari trigonium menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering dan terjadi
retensio urine. Kandung kemih saat puerperium sangat kurang sensitive dan
kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau sesudah buang
air kecil masih tertinggal urineresidual (normal 15cc). Sisa urin dan trauma
pada kandung kemih waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.

d. Perubahan system endoktrin

Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG, HPL, secara
berangsur menurun dan normal setelah 7 hari postpartum. HCG tidak
terdapat dalam urin ibu setelah 2 hari postpartum. HPL tidak lagi terdapat
dalam plasma.

e. Perubahan tanda-tanda vital


1) Suhu badan

24 jam post partum suhu badan naik sedikit (37,5-38) sebagai


kerja keras saat melahirkan, kehilangan cairan serta kelelahan, apabila
keadaan normal suhu tubuh akan kembali normal lagi. Pada hari ketiga
postpartum suhu tubuh akan kembali meningkat karena adanya
pembentukan ASI.
2) Nadi

Sehabis melahirkan denyut nadi akan lebih cepat. Setiap denyut


nadi yang melebihi 100 kali permenit adalah abnormal, hal ini mungkin
dikarenakan adanya infeksi atau perdarahan post partum yang tertunda.

3) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah menjadi


rendah setelah persalinan karena adanya perdarahan. Tekana darah tinggi
setelah persalinan menandakan adanya preeklamsia postpartum.

4) Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan


denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernapasan juga
akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernapasan.

f. Perubahan system kardiovaskuler

Kardiak output meningkat selama persainan dan berlangsung sampai


kala III ketika volume darah uterus di keluarkan.penurunan terjadi pada
beberapa hari pertama postpartum, dan akan kembali normal pada akhir
minggu ke tiga postpartum. Pada persalinan pervaginam kehilangan darah
kira kira 200-300 cc. Bila kelahiran melalui sc maka kehilangan darah dapat
2 kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi akan
naik dan pada sc hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal
setelah 4-6 minggu.

g. Perubahan system hematologi

Leukositosis mungkin terjadi selama persalinan, sel darah merah


berkisar 15.000 selama persalinan. Peningkatan sel darah putih berkisar
antara 25.000-30.000 merupakan manifetasi adanya infeksi pada persalinan
lama, dapat meningkat pada awal nifas yang terjadi bersamaan dengan
peningkatan tekanan darah, volume plasma dan volume sel darah merah.
Pada 2-3 hari postpartum konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau
lebih. Total kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas berkisar antara
1500-2000 ml. 200 ml hilang saat persalinan, 500-800 ml hilang saat minggu
pertama postpartum, 500 ml hilang saat masa nifas.

h. Perubahan system muculoskeletal

Ligament, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu


persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
retrofleksi, karena ligament rotundum menjadi kendor. Stabilitas secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat
putusnya serat-serat elastic kulit dana distensi yang berlangsung lama akibat
besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur
untuk sementara waktu. Pemulihan di bantu dengan latihan (Wulandari,
2011)

4. Perubahan psikologi masa nifas


Tahapan rubin dalam adaptasi psikologi masa nifas :
a. Fase take in
Lamanya 3 hari pertama setelah melahirkan. Fokus pertama pada diri ibu
sendiri, tidak pada bayi, ibu membutuhkan waktu untuk tidur dan istirahat.
Pasif, ibu mempeunyai ketergantungan dan tidak bisa membuat keputusan.
Ibu memerlukan bimbingan dalam merawat bayi dan merasa takjub ketika
melihat bayinya yang lahir.
b. Fase taking hold
Akhir hari ke 3 sampai hari ke 10. Aktif, mandiri, dan bisa membuat
keputusan. Memulai aktifitas perawatan diri, fokus pada perut, dan kandung
kemih. Fokus pada bayi dan menyusui. Merespon instruksi tentang perawatan
bayi dan perawatan diri, dapat mengungkapkan kurangnya kepercayaan diri
dalam merawat bayi.
c. Fase leting go
Terakhir hari ke 10 sampai 6 minggu postpartum. Ibu sudah mengubah
peran barunya. Menyadari bayi merupakan bagian dari dirinya. Ibu sudah
dapat menjalankan perannya (Astuti, 2015)

5. Kebutuhan dasar pada masa nifas


Kebutuhan dasar pada ibu nifas menurut sebagai beri (Jannah, 2011) sebagai
berikut :
a. Kebersihan diri / perinium
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan
meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Perawatan luka perinium bertujuan
untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat
penyembuhan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu postpartum dalam menjaga
kebersihan diri, antara lain sebagai berikut :
1) Mandi teratur minimal 2 kali sehari
2) Mengganti pakaian dan alas tempat tempat tidur
3) Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal
4) Melakukan perawatan perineum
5) Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari
6) Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia.
b. Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas
sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya
antara lain :
1) Anjurkan ibu untuk cukup istirahat
2) Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan
3) Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur
Kurang istirahat dapat menyebabkan :
a) Jumlah asi berkurang
b) Memperlambat proses involusi uteri
c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi
sendiri.
c. Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomy
telah sembuh dan lochea telah berhenti. Hendaknya pada hubungan seksual
dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah persalinan, karena
pada waktu itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali. Ibu
mengalami ovulasi dan mungkin mengalami kehamilan sebelum haid yang
pertama timbul setelah persalinan. Untuk itu bila senggama tidak mungkin
menunggu sampai hari ke 40, suami/istri perlu melakukan usaha untuk
mencegah kehamilan. Pada saat inilah waktu yang tepat untuk memberikan
konseling tentang pelayanan KB.
d. Nutrisi dan Cairan
Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi
kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk memenuhi
produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akan gizi,
sebagai berikut;
1) Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari
2) Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
4) Mengkonsumsi tablet zat besi selama 40 hari post partum
5) Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit
e. Eliminasi
1) Buang Air Kecil
a) Dalam 6 jam pertama postpartum, pasien sudah harus dapat buang
air kecil
b) Jika semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih, dapat
mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi.
c) Bidan harus dapat meyakinkan pasien bahwa kencing sesegara
mungkin setelah melahirkan akan mengurangi komplikasi
postpartum.
d) Berikan dukungan mental pada pasien bahwa ia pasti mampu
menahan sakit pada luka jalan lahir akibat terkena air kencing
karena ia pun sudah berhasil berjuang untuk melahirkkan bayinya.
2) Buang Air Besar
a) Dalam 24 jam pertama postpartum, pasien harus sudah dapat buang
air besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus, semakin
sulit baginya untuk buang air besar secara lancar.
b) Semakin lama feses di dalam usus, feses semakin mengeras karena
cairan yang terkandung alam feses akan selalu terserap oleh usus.
c) Anjurkan pasien untuk makan tinggi serat dan banyak minum air
putih
6. Tanda bahaya masa nifas
Tanda bahaya nifas menurut Wulandari (2011) :
a. Perdarahan pervaginam : kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih
dari traktus genetalia setelah melahirkan
b. Infeksi nifas : nyeri pelvic, demam 38,5℃ atau lebih, rabas bagian yang
abnormal, rabas vagina yang berbau busuk, keterlambatan dalam
penurunan uterus.
c. Kelainan payudara : bendungan air susu (payudara keras benjol-benjol),
mastitis (menggigil, sushu tubuh meningkat, payudara keras kemerahan
dan nyeri)
d. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
e. Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
f. Merasa sedih dan tidak mampu mengasuh bayinya dan dirinya sendiri
g. Sakit kepala, nyeri epigastrik dan penglihatan kabur
h. Pembengkakan di wajah dan ekstremitas
i. Demam, muntah dn nyeri saat berkemih.
7. Masalah menyusui pada masa nifas dini
Masalah menyusui pada masa nifas dini menurut Jannah, (2011) :
Ketika ibu menyusui bayinya, ia akan mengalami masalah masalah tertentu
diantaranya ialah:
a. Puting susu nyeri
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui.
Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut
bayi dan puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera hilang.
Cara menangani:
1) Pastikan posisi menyusui sudah benar.
2) Mulailah menyusui pada puting susu yang tidak sakit, guna membantu
mengurangi sakit pada puting susu sakit.
3) Segeralah setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di puting
susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai
puting susu kering.
b. Puting susu lecet
Terkadang, puting payudara ibu terasa perih karena lecet. Untuk
mengatasi hal ini, ibu bisa melakukan berbagai tindakan berikut:
1) Ibu mulai menyusui bayi menggunakan puting payudara yang tidak
lecet.
2) Ibu menyusui bayi sebelum ia merasa lapar.
3) Ibu tidak membersihkan puting payudara menggunakan sabun atau
alkohol.
4) Ibu menyusui bayi dengan posisi yang tepat.
5) Ibu berupaya agar bayi mengisap puting payudara hingga areola.
6) Ibu melepas mulut bayi dari puting payudara secara perlahan.
7) Mengajarkan pada ibu cara melepas isapan bayi: jari kelingking
dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu ditekan
kebawah.
8) Ibu mengeluarkan sedikit ASI untuk dioleskan pada puting payudara
setelah menyusui bayi.
9) Ibu membiarkan puting payudara mengering terlebih dahulu sebelum
mengenakan bra.
10) Bila puting susu yang lecet tidak sembuh dalam seminggu, hendaknya
ibu berkonsultasi dengan dokter.
c. Payudara bengkak
Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa
penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara
bersamaan dengan ASI mulai di produksi dalam jumlah banyak.
Penyebab bengkak:
1) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah.
2) Produksi ASI berlebihan. (3) Terlambat menyusui. (4) Pengeluaran
ASI yang jarang.
3) Waktu menyusui yang terbatas

Perbedaan payudara penuh dengan payudara bengkak adalah:

1) Payudara penuh : rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila
diperiksa ASI keluar, dan tidak ada demam.
2) Payudara bengkak: payudara oedema, sakit, puting susu kencang, kulit
mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa/diisap ASI tidak
keluar. Badan biasa demam setelah 24 jam. Untuk mencegah maka
diperlukan: menyusui dini, perlekatan yang baik, menyusui “on
demand”. Bayi harus sering lebih disusui. Apabila terlalu tegang, atau
bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar
ketegangan menurun.

Untuk mencegah maka diperlukan: menyusui dini, perlekatan yang baik,


menyusui “on demand”. Bayi harus sering lebih disusui. Apabila terlalu
tegang, atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu,
agar ketegangan menurun.
d. Mastitis atau Abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi
merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh
meningkat. Di dalam terasa ada masa padat (lump), dan diluarnya kulit
menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah
persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut.
Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau
penghisapan yang tak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan
payudara dengan jari atau karena baju/BH.
Tindakan yang dapat dilakukan:
1) Kompres hangat/panas pemijatan.
2) Rangsang oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu
stimulasi puting susu, pijat leher punggung dan lain-lain.
3) Pemberian antibiotik : flucloxacilin atau erythromycin selama 7-10
hari.
4) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa
nyeri.
5) Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin perlu
tindakan bedah

8. Cara Perawatan Payudara

Cara perawatan payudara menurut Suprijati (2014):

Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama


pada masa nifas untuk memperlancarkan pengeluaran ASI. Perawatan
payudara adalah perawatan payudara setelah ibu melahirkan dan menyusui
yang merupakan suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air
susu keluar dengan lancar (Suririnah, 2007) Dalam Buku Asuhan Kebidanan
Pada Masa Nifas, 2014.

9. Cara Menyusui Yang Benar

Cara menyusui yang benar menurut Jannah, (2011) :


a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu dan payudara.
1) Ibu duduk atau berbaring dan santai. Bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (kaki ibu tidak tergantung) dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi
2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala
bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah)
dan bokong bayi ditahan dengan telapal tangan.
3) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di
depan.
4) Perut bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu didepan.
5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
6) Ibu menatap bayidengan kasih sayang
c. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di
bawah, jangan menekan puting susu atau areolanya saja.
d. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh
pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi.
f. Melepaskan isapan bayi.
g. Setelah menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya.
h. Menyendawakan bayi.
10. Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali yaitu pada 6
jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu walaupun ada literatur yang mengajukan
3 kali kunjungan nifas hal ini tidak menjadi harga mati yang pasti dalam hal
ini tujuan utama asuhan masa nifas terlaksana. Kunjungan ini bertujuan untuk
menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi, serta
menangani masalah-masalah yang terjadi.

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan


1. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang akurat,
relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien,
yaitu meliputi data subyektif dan data obyektif.
a. Data Subyektif
1). Identitas
a) Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.
b) Umur: Semakin tua usia seseorang berpengaruh terhadap semua fase
penyembuhan luka sehubungan dengan adanya gangguan sirkulasi dan
koagulasi, respon inflamasi yang lebih lambat dan penurunan aktivitas
fibroblast.
c) Suku/Bangsa: Asal daerah atau bangsa seorang wanita berpengaruh
terhadap pola pikir mengenai tenaga kesehatan, pola kebiasaan sehari-
hari (Pola nutrisi, pola eliminasi, personal hygiene, pola istirahat dan
aktivitas) dan adat istiadat yang dianut.
d) Agama: Untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat membimbing
dan mengarahkan ibu untuk berdoa sesuai dengan keyakinannya.
e) Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu sehingga tenaga
kesehatan dapat melalukan komunikasi dengan istilah bahasa yang
sesuai dengan pendidikan terakhirnya, termasuk dalam hal pemberian
konseling.
f) Pekerjaan: Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pencapaian
status gizinya. Hal ini dapat dikaitkan antara status gizi dengan proses
penyembuhan luka ibu. Jika tingkat sosial ekonominya rendah,
kemungkinan penyembuhan luka pada jalan lahir berlangsung lama.
Ditambah dengan rasa malas untuk merawat dirinya.
g) Alamat: Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam
melakukan follow up terhadap perkembangan ibu.
2). Keluhan Utama: Persoalan yang dirasakan pada ibu nifas adalah rasa nyeri
pada jalan lahir, nyeri ulu hati, konstipasi, kaki bengkak, nyeri perut
setelah lahir, payudara membesar, nyeri tekan pada payudara dan puting
susu, puting susu pecah-pecah, keringat berlebih serta rasa nyeri selama
beberapa hari jika ibu mengalami hemoroid
3). Memenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a). Pola Nutrisi: Ibu nifas harus mengkonsumsi makanan yang bermutu
tinggi, bergizi dan cukup kalori untuk mendapat protein, mineral,
vitamin yang cukup dan minum sedikitnya 2-3 liter/hari. Selain itu, ibu
nifas juga harus minum tablet tambah darah minimal selama 40 hari
dan vitamin A.
b). Pola Eliminasi: Ibu nifas harus berkemih dalam 4-8 jam pertama dan
minimal sebanyak 200 cc. Sedangkan untuk buang air besar,
diharapkan sekitar 3-4 hari setelah melahirkan
c). Personal Hygiene: Bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi yang
dilakukan dengan menjaga kebersihan tubuh, termasuk pada daerah
kewanitaannya dan payudara, pakaian, tempat tidur dan lingkungan.
d). Istirahat: Ibu nifas harus memperoleh istirahat yang cukup untuk
pemulihan kondisi fisik, psikologis dan kebutuhan menyusui bayinya
dengan cara menyesuaikan jadwal istirahat bayinya.
e). Aktivitas: Mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin jika tidak ada
kontraindikasi, dimulai dengan latihan tungkai di tempat tidur, miring
di tempat tidur, duduk dan berjalan. Selain itu, ibu nifas juga
dianjurkan untuk senam nifas dengan gerakan sederhana dan bertahap
sesuai dengan kondisi ibu.
f). Hubungan Seksual: Biasanya tenaga kesehatan memberi batasan rutin 6
minggu pasca persalinan untuk melakukan hubungan seksual.
4). Data Psikologis
a). Respon orangtua terhadap kehadiran bayi dan peran baru sebagai
orangtua: Respon setiap ibu dan ayah terhadap bayinya dan terhadap
pengalaman dalam membesarkan anak berbeda-beda dan mencakup
seluruh spectrum reaksi dan emosi, mulai dari tingginya kesenangan
yang tidak terbatas hingga dalamnya keputusasaan dan duka. Ini
disesuaikan dengan periode psikologis ibu nifas yaitu taking in, taking
hold atau letting go.
b). Respon anggota keluarga terhadap kehadiran bayi: Bertujuan untuk
mengkaji muncul tidaknya sibling rivalry.
c). Dukungan Keluarga: Bertujuan untuk mengkaji kerja sama dalam
keluarga sehubungan dengan pengasuhan dan penyelesaian tugas
rumah tangga.
b. Data Obyektif
1). Pemeriksaan Umum
a). Keadaan Umum: Baik
b). Kesadaran: Bertujuan untuk menilai status kesadaran ibu.
Composmentis adalah status kesadaran dimana ibu mengalami
kesadaran penuh dengan memberikan respons yang cukup terhadap
stimulus yang diberikan.
c). Keadaan Emosional: Stabil.
d). Tanda-tanda Vital: Segera setelah melahirkan, banyak wanita
mengalami peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolik
kemudian kembali secara spontan setelah beberapa hari. Pada saat
bersalin, ibu mengalami kenaikan suhu tubuh dan akan kembali stabil
dalam 24 jam pertama pasca partum. Denyut nadi yang meningkat
selama persalinan akhir, kembali normal setelah beberapa jam pertama
pasca partum. Sedangkan fungsi pernapasan kembali pada keadaan
normal selama jam pertama pasca partum.
2). Pemeriksaan Fisik
a). Payudara: Bertujuan untuk mengkaji ibu menyusui bayinya atau tidak, tanda-
tanda infeksi pada payudara seperti kemerahan dan muncul nanah dari puting
susu, penampilan puting susu dan areola, apakah ada kolostrom atau air susu
dan pengkajian proses menyusui. Produksi air susu akan semakin banyak
pada hari ke-2 sampai ke-3 setelah melahirkan.
b). Perut: Bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya nyeri pada perut. Pada
beberapa wanita, linea nigra dan strechmark pada perut tidak menghilang
setelah kelahiran bayi. Tinggi fundus uteri pada masa nifas dapat dilihat pada
tabel 2.8 untuk memastikan proses involusi berjalan lancar.
c). Vulva dan Perineum
(1)Pengeluaran Lokhea: jenis lokhea diantaranya adalah:
(a). Lokhea rubra (Cruenta), muncul pada hari ke1-3 pada masa nifas,
berwarna merah kehitaman dan mengandung sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium serta sisa darah.
(b). Lokhea sanguilenta, lokhea ini muncul pada hari ke3 – 7 pada masa
nifas berwarna putih bercampur merah karena mengandung sisa darah
bercampur lendir.
(c). Lokhea serosa, muncul pada hari ke-7 – 14 pada masa nifas, berwarna
kekuningan atau kecoklatan dan mengandung lebih banyak serum,
leukosit dan tidak mengandung darah lagi.
(d). Lokhea alba, muncul pada hari ke- > 14 pada masa nifas, berwarna
putih dan mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut
jaringan yang mati.
(e). Bila pengeluaran lokhea tidak lancar disebut Lochiastasis.
(2)Luka Perineum : Bertujuan untuk mengkaji nyeri, pembengkakan,
kemerahan pada perineum, dan kerapatan jahitan jika ada jahitan
d) Ekstremitas: Bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya edema, nyeri dan
kemerahan. Jika pada masa kehamilan muncul spider nevi, maka akan menetap
pada masa nifas.
3) Pemeriksaan Penunjang
a). Hemoglobin: Pada awal masa nifas jumlah hemoglobin sangat bervariasi
akibat fluktuasi volume darah, volume plasma dan kadar volume sel darah
merah.
b). Protein Urine dan glukosa urine: Urine negative untuk protein dan glukosa.
2. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
Perumusan diagnosa masa nifas disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan,
seperti P2A0 usia 22 tahun postpartum fisiologis. Perumusan maalah
disesuaikan dengan kondisi ibu. Ketidaknyamanan yang dirasakan pada ibu
nifas adalah nyeri perut setelah lahir, payudara membesar, nyeri tekan pada
payudara dan puting susu, puting susu pecah-pecah, keringat berlebih serta rasa
nyeri selama beberapa hari jika ibu mengalami hemoroid.
3. Perencanaan
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi ibu,
tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara komprehensif. Rencana
tindakan asuhan kebidanan pada masa nifas disesuaikan dengan kebijakan
program nasional, antara lain :
a). Periksa tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, lokhea dan cairan pervaginam
lainnya serta payudara.
b). Berikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai kebutuhan
nutrisi, eliminasi, kebersihan diri, istirahat, mobilisasi dini dan aktivitas,
seksual, senam nifas, ASI eksklusif, cara menyusui yang benar, perawatan
payudara dan keluarga berencana.
c). Berikan pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas disesuaikan dengan rencana
asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien
dan aman berdasarkan evidence based kepada ibu dan atau keluarga dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelaksanaan asuhan
kebidanan pada masa nifas, adalah:
a. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, lokhea dan
cairan pervaginam lainnya serta payudara.
b. Memberikan KIE mengenai kebutuhan nutrisi, eliminasi, kebersihan diri,
istirahat, mobilisasi dini dan aktivitas, seksual, senam nifas, ASI eksklusif,
cara menyusui yang benar, perawatan payudara dan keluarga berencana.
c. Memberikan pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.
5. Evaluasi
Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai dengan kondisi ibu kemudian dicatat, dikomunikasikan dengan ibu dan
atau keluarga serta ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi ibu.
a. Telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, lokhea
dan cairan pervaginam lainnya serta payudara.
b. Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali mengenai kebutuhan nutrisi,
eliminasi, kebersihan diri, istirahat, mobilisasi dini dan aktivitas, seksual,
senam nifas, ASI eksklusif, cara menyusui yang benar, perawatan payudara
dan keluarga berencana.
c. Ibu telah memilih metode kontrasepsi dan telah mendapatkannya.
6. Dokumentasi
Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara lengkap, akurat, singkat
dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada formulir yang tersedia dan ditulis dalam
bentuk SOAP.
a. S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa dengan klien.
b. O adalah data obyektif, mencatat hasil-hasil pemeriksaan terhadap klien.
c. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan maalah kebidanan.
d. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan, seperti tindakan antisipatif, tindakan
segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi,
evaluasi dan rujukan(Handayani,2017).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah mempelajari teori dan melakukan praktek langsung asuhan
kebidanan ibu nifas normal pada Ny “S” di Puskesmas Gemarang, penulis
melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan. Penulis mendapatkan
keadaan umum ibu baik, TTV dalam batas normal, kesadaran ibu stabil,
mobilisasi membaik dan tidak ditemukan tanda bahaya maupun infeksi.
Faktor pendukung tercapainya tujuan dalam asuhan kebidanan ini adalah
terjalinnya kerjasama yang baik antara ibu, penulis, keluarga dan tenaga
kesehatan yang ada, sedangkan faktor yang menghambat adalah
keterbatasan waktu, pengetahuan dan pengalaman penulis.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas
2. Bagi Institusi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Diharapkan dapat meningkatkan
3. Bagi Klien
Diharapkan mampu memahami asuhan kebidanan yang dilakukan,
sehingga ibu mampu memenuhi kebutuhan pada masa nifas, mampu
merawat bayi dan mampu mempertahankan kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Dinkes Jawa Timur. 2018. Dinkes Jatim. 2018. Profil Kesehatan Profinsi Jawa
Timur Tahun 2017. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Dinkes Kabupaten Madiun 2018. Dinkes Madiun. 2018. Profil Kesehatan


Kabupaten Madiun Tahun 2017. Madiun: Dinkes Kabupaten Madiun

Handayani, S. 2017. Dokumentasi Kebidanan. Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia.
Jannah, S. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia

Manuaba, Ida A. C. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan KB Untuk


Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Prawirohardjo, S . 2018. IlmuKebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.


Suprijati. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Ponorogo: HMP Press

Anda mungkin juga menyukai