Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia saat ini muncul sebuah istilah baru yang sangat tren di media massa, yaitu
socio-preneur. Banyak masyarakat yang belum memahami apa itu socio-preneur yang
sebenarnya. Socio-preneur merupakan wirausaha yang melakukan kegiatan usahanya dengan
tujuan untuk membantu masyarakat kecil yang kurang mampu secara ekonomi maupun
jasmani. Mereka tidak semata-mata hanya memikirkan keuntungan pribadi saja, tetapi juga
memikirkan untuk membangun dan mengembangkan komunitasnya agar lebih berdaya.
Secara istilah Social Entrepreneur adalah sosoknya wirausaha yang social driven,
bergerak tidak dimotivasi profit, melainkan misi mengatasi problem egara yang ada. Mereka
adalah orang-orang yang berupaya menciptakan perubahan positif atas persoalan yang
menimpa masyarakat: baik itu pendidikan, kesehatan, atau masalah kemasyarakatan lain,
terutama ekonomi secara entrepreneurially, atau dengan kata lain wirausaha yang ulet dan
berani ambil risiko. Orang-orang yang disebut J.G. Dees sebagai spesies khusus dalam genus
wirausaha (Dees,  1998). Dan jiwa yang mengikat itu semua adalah social entrepreneurship,
spirit kewirausahaan egara, spirit memberikan value untuk masyarakat dengan cara
menerapkan prinsip-prinsip entrepreneurial. Social Entrepreneurship pada dasarnya tidak
terbatas pada suatu aksi egara sebuah lembaga, organisasi atau perusahaan melalui
program CSR, Corporate Social Responsibility atau lembaga egara lainnya. Dari spirit-
nya Social.
Sebenarnya melalui sociopreneur, dapat mengurangi dua masalah di Indonesia. Pertama
adalah masalah kemiskinan dan yang kedua adalah masalah pengangguran yang tidak pernah
ada habisnya. Sebab, seorang sociopreneur akan mempekerjakan dan memberikan modal
serta pembagian profit usaha kepada orang-orang yang kurang berpendidikan yang hanya
memiliki keterampilan tertentu. Sehingga, seorang sociopreneur akan merasa bahagia karena
telah membantu orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kewirausahaan Sosial?
2. Siapa pelaku kewirausahaan sosial?
3. Apa saja batasan kewirausahaan sosial?
4. Apa saja karakteristik kewirausahaan sosial?
5. Apa saja Tantangan Implementasi Social Entrepreneur?
6. Bagaimana Peran Social Entrepreneur Bagi Masyarakat?
7. Bagaimana Peluang Kewirausahaan Sosial?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Kewirausahaan Sosial.
2. Mengetahui pelaku kewirausahaan sosial.
3. Mengetahui batasan kewirausahaan sosial.
4. Mengetahui karakteristik kewirausahaan sosial
5. Mengetahui Tantangan Implementasi Social Entrepreneur
6. Memahami Peran Social Entrepreneur Bagi Masyarakat
7. Memahami Peluang Kewirausahaan Sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kewirausahaan sosial


Social Entrepreneurship merupakan sebuah istilah turunan dari kewirausahaan.
Gabungan dari dua kata, social yang artinya kemasyarakatan dan Enterpreneurship yang
artinya kewirausahaan. Pengertian sederhana dari kewirausahaan sosial adalaah seseorang
yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk
melakukan perubahan sosial (social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan
(welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare).1
Social entrepreneurship adalah sosok wirausaha yang social driven, bergerak tidak di
motivasi oleh profit, melainkan misi mengatasi masalah yang ada. Mereka adalah orang-
orang yang berupaya untuk menciptakan perubahan positif atas persoalan yang menimpa
masyarakat baik itu pendidikan, kesehatan atau masalah masyarakat lainnya terutama
ekonomi secara wirausahawan yang ulet dan berani mengambil resiko.
Kewiausahaan sosial merupakan istilah dari segala bentuk aktivitas yang bermanfaat
secara sosial. Kewirausahaan sosial adalah orang-orang yang mampu menciptakan sesuatu
yang dapat mempengaruhi paradigm dan memebuhi kebutuhan masyarakat.
Seorang wirausahawan sosial berbeda dengan wirausaha bisnis karena
kewirausahawan sosial bukan hanya mendapatkan sesuatu keuntungan tetapi juga merubah
masyarakat menjadi lebih baik. Jadi yang terpentingnya adalah faktor sosialnya yaitu
masyarakat. Seorang wirausahawan sosial sangat memperhatikan dampak yang akan terjadi
bukan pada penciptaan kekayaan. Kekayaan hanya sarana untuk mencapai tujuan bagi para
pengusaha sosial. Sebaliknya wirausaha bisnis yang selalu dituntut oleh pasar untuk
menghasilkan seberapa besar nilai tambah yang mereka peroleh dari hasil usaha sebagai
ukuran keberhasilan mereka.2

Berikut adalah empat faktor yang membuat konsep kewirausahaan sosial berbeda
dengan konsep kewirausahaan secara umum:
1
Muhammad Anwar, Pengantar Kewirausahaan teori dan aplikasi, (Jakarta: prenada media, 2014) hlm 6
2
Kusnadi dan yulia novita, kewirausahaan, (Pekanbaru: Cahaya firdaus, 2017), hlm 76-77
1. Dorongan misi: segala bentuk kegiatan dan keputusan yang dilakukan berdasarkan
misi melayani nilai sosial.
2. Melakukan tindakan kewirausahaan melalui kombinasi karakteristik yang
membedakan mereka dari pengusaha lainnya.
3. Tindakan dan kegiatan dalam organisasi berorientasi kewirausahaan dengan
melakukan inovasi keterbukaan.
4. Organisasi mandiri secara financial. Memiliki strategi dan perencanaan untuk
menghasilkan pendapatan3.

B. Pelaku Kewirausahaan Sosial


Wirausaha sosial adalah indivisu atau kelompok yang menciptakan perubahan bagi
masyarakat dengan menangkap peluang yang hilang memperbaiki sistem melalui
pendekatan-pendekatan baru dan menciptakan solusi untuk mengubah masyarakat menjadi
lebih baik. Dengan solusi inovatif masalah sosial yang paling mendesak di masyarakat dapat
terselesaikan. Wirausaha sosial bisa juga disebut sebagai orang-orang yang bermimpi dan
bertanggung untuk menjalankan ide inovatif yang membawa perubahan sosial yang positif
dan mengantar ide dari mimpi menjadi realita. Wirausaha sosial membuat perubahan
mendasar dengan keberanian mereka menyerang langsung ke penyebab masalah, bukan
hanya mengobati gejalanya saja. Dengan demikian mereka berusaha untuk menciptaan
perubahan dan perbaikan yang sistemik, holistic dan berkelanjutan.
Noruzi, dkk mendefinisikan delapan asumsi dasar tentang sumber dasar tujuan dan
strategi wirausaha sosial seperti berikut ini4:
1. Wiarausaha sosial tidak harus menjadi invidu, mereka juga bisa menjadi kelompok-
kelompok kecil atau individu, kelompok organisasi, jaringan atau bahkan komunitas yang
bersatu untuk menciptakan perubahan.
2. Wirausaha sosial membuat perubahan dalam skala besar dan berkelanjutan.
3. Kewirausahaan sosial dapat melibatkan ide, menggunakan pola atau tren yang terjadi di
masyarakat untuk mengatasi masalah sosial dengan signifikan.
4. Pengusaha sosial berada didalam dan diatara semua sector.

3
Wawan dhewanto, dkk, inovasi dan kewirausahaan sosial. (Bandung: Alfabeta, 2013) hlm 48
4
Ibid, hlm 52
5. Wirusaha sosial tidak perlu terlibat dalam usaha sosial atau menggunakan alat berbasis
pasar untuk menjadi sukses.
6. Jumlah kewirausahaan sosial dapat dangat bervariasi diseluruh individu dan entitas.
7. Intensitas kewirausahaan sosial dapat membawa perubahan dan tidak pasang surut dari
waktu kewaktu.
8. Wirausaha sosial kadang-kadang gagal, meskipun pada tingkat yang belum atau akan
ditentukan.

Pengusaha sosial mencari metode yang paling efektif untuk melayani misi sosial mereka.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan seperti bank pembangunan masyarakat,bank mikro kredit,
yayasan pendidikan, lembaga pelatihan dan pengembangan yang membuka peluang
pekerjaan untuk masyarakat. Di Indonesia lembaga yang bergrak dalam bidang
kewirausahaan sosial antara lain misalnya Dompet Dhuafa, dan yayasan Asoka Indonesia.
Gregory Dees mengungkapkan bahwa seorang wirausahaan sosial harus berperan sebagai
agen perubahan. Sebagai agen perubahan wirausaha sosial harus memiliki beberapa kriteria
sebagai berikut5:
1. Mengadopsi misi untuk menciptakan dan mempertahankan niali sosial (bukan hanya nilai
pribadi).
2. Mengenali dan terus-menerus mengejar peluang baru untuk melayani misi tersebut
3. Terlibat dalam proses inovasi yang berkelanjutan ,adaptasi, inovasi dan pembelajaran
4. Bertindak dengan berani tanpa dibatasi oleh sumber daya.
5. Menunjukkan akuntabilitas dan penghargaan yang tinggi kepada konstituen yang dilayani
dan untuk hasil yang diciptakan.

C. Batasan Kewirausahaan Sosial


Menurut Saifan yang dikutip wawan dkk, ia mengusulkan batasan-batasan yang dapat
digunakan untuk mendefinisikan kewirausahaan sosial, yang mana definisi kewirausahaan

5
Ibid, hlm 53
sosial tidak mencakup dermawan, aktifis, perusahaan dengan yayasan, atau organisasi yang
menjalankan tanggung jawab sosial/Corporate Responsibility (CSR). Terdapat dua batasan
yang membedakan perusahaan dalam hal motivasi bisnis yang dilakukan oleh perusahaan
sebagai berikut:
1. Organisasi Non-profit dengan strategi mencari pendapatan: tujuan dari usaha sosial
adalah menyelesaikan permasalahan sosial dengan menggunakan kegiatan
kewirausahaan, sehingga perusahaan menghasilkan pendapatan (kemandirian perusahaan
secara financial). Dalam hal ini, seorang pengusaha sosial menjalankan usaha sosialnya
untuk dikomersialkan. Pendapatan dan keuntungan yang dihasilkan hanya digunakan
untuk lebih meningkatkan penyampaian nilai-nilai sosial.
2. Organisasi profit dengan strategi dorongan misi: tujuan dari usaha sosial adalah dalam
melakukan bisnis sosial dan komersial kegiatan kewirausahaan dilakukan secara
bersamaan untuk mencapai keberlanjutan. Dalam hal ini, seorang pengusaha sosial
menjalankan sebuah organisasi yang bersifat sosial dan komersial, sehingga organisasi
dapat mandiri secara financial dan para pendiri dan investor bisa mendapatkan
keuntungan dari keuntungan perusahaannya6.

Dalam membahas social entrepreneurship terdapat tiga jenis pengabdian yang berbeda yaitu :
1. Social service provider
Social service provider adalah bentuk pengabdian melakukan tindakan langsung.
Tindakan tersebut dilakukan oleh individu berupa program yang dapat dirasakan secara
langsung oleh subyek penerimannya. Contohnya adalah pembangunan panti jompo, panti
asuhan dan sekolah, penyantunan anak yatim,dll. Tantangannya adalah kegiatan sosial
semacam ini terbatas pada orang atau subyek yang dituju pada saat itu.Hal tersebut yang
membedakan dengan kewirausahaan sosial karena hanya memenuhi satu aspek yaitu
direct action. Keterbatasan tersebut jika dianggap sebagai suatu yang baik akan
memberikan kualitas pada programnya, dengan berkonsentrasi pada tindakan tersebut dan
subyek penerimanya.
2. Social activism

6
Ibid, hlm 49
Seorang aktivis sosial adalah bentuk pengabdian tidak secara langsung
mengambil tindakan di lapangan tetapi dengan cara mempengaruhi elemen lain yang ada
di masyarakat seperti pemerintah, Non- Govermental Organization (NGO), pekerja, dan
lain sebagainya. Yanng bertujuan untuk melakukan gebrakan terhadap sistem yang sudah
mapan untuk melakukan perubahan sosial dalam rangka pembelaan hak – hak masyarakat
luas.Jadi aktivis sosial juga hanya memenuhi satu aspek yaitu ekuilibrium
(keseimbangan) baru. 
Menurut saya, Para aktivis sosial memiliki dua tantangan utama yaitu adanya
batasan batasan dalam melakukan tindakan, ada penentuannya, dan terdapat dominasi
dari pihak yang lebih kuat yang mungkin merasa terancam dirugikan.Mengatasi
tantangan-tantangan ini membutuhkan pengetahuan teknis dan sosial dan keterampilan.
Sesungguhnya individu-individu berbakat dapat mengelola sendiri. Strategis berpikir,
bimbingan dan dukungan orang sekitar sangat penting, dan kontak dikembangkan melalui
jaringan bisa sangat berharga bertahan dalam tantangan kedua.
3. Social entrepreneur
Kewirausahaan sosial merupakan gabungan antara social service provider dan
social activis. Yaitu menggabungkan aspek pembentukan equilibrium baru dan
menerapkan direct action sebagai cara pelaksanaannya. Proses tersebut menunjukan
bahwa seorang enterpreneur sosial bekerja secara tidak langsung yaitu dalam hal
mempengaruhi sistem seperti yang dilakukan social activis tetapi juga langsung terjun
kepada masyarakat. Tantangan nya tentu lebih berat daripada dua lainnya. Seorang
enterpreneur menurut saya bahkan harus menyumbangkan dirinya untuk benar-benar
mengabdi pada masyarakat. Seorang enterpreneur sosial harus memiliki banyak waktu,
harus berkonsentrasi penuh dengan apa yang mereka inginkan yaitu perubahan terbaik
yang terjadi di masyarakat.7

D. Karakteristik Kewirausahaan Sosial

7
Buchari alma dan donni JP, Manajemen Bisnis Syariah, (bandung: alfabeta, 2014) hlm 30
Karakteristik yang dimiliki social entrepreneur menurut Borstein (2006) dijelaskan
sebagai berikut:
1. Orang-orang yang mempunyai visi untuk memecahkan masalah masalah kemasyarakatan
sebagai pembaharu masyarakat dengan gagasan-gagasan yang sangat kuat untuk
memperbaiki taraf hidup masyarakat.
2. Umumnya bukan orang terkenal, misal : dokter, pengacara, insinyur, konsultan
manajemen, pekerja sosial, guru dan wartawan.
3. Orang-orang yang memiliki daya transformatif, yakni orang-orang dengan gagasan baru
dalam menghadapi masalah besar, yang tak kenal lelah dalam mewujudkan misinya,
menyukai tantangan, punya daya tahan tinggi, orang-orang yang sungguh-sungguh tidak
mengenal kata menyerah hingga mereka berhasil menyebarkan gagasannya sejauh
mereka mampu.
4. Orang yang mampu mengubah daya kinerja masyarakat dengan cara terus memperbaiki,
memperkuat, dan memperluas cita-cita.
5. Orang yang memajukan perubahan sistemik: bagaimana mereka mengubah pola perilaku
dan pemahaman.
6. Pemecah masalah paling kreatif.
7. Mampu menjangkau jauh lebih banyak orang dengan uang atau sumber daya yang jauh
lebih sedikit, dengan keberanian mengambil resiko sehingga mereka harus sangat inovatif
dalam mengajukan pemecahan masalah.
8. Orang-orang yang tidak bisa diam, yang ingin memecahkan masalahmasalah yang telah
gagal ditangani oleh pranata (negara dan mekanisme pasar) yang ada.
9. Mereka melampaui format-format lama (struktur mapan) dan terdorong untuk
menemukan bentuk-bentuk baru organisasi.
10. Mereka lebih bebas dan independen, lebih efektif dan memilih keterlibatan yang lebih
produktif8.

Ditambahkan lagi oleh Emerson (dalam Nicholls 2006) juga mendefinisikan tipe dari
pelaku social entrepreneurship, yakni:

8
Kusnadi dan yulia novita, op. cit. hlm 84-85
1. Civic innovator (Inovator dari kalangan sipil)
2. Founder of a revenue generating social enterprise  (Pendiri social enterprise yang
mampu meningkatkan penerimaan)
3. Launcher of a related revenue generating activity to create a surplus to support social
vision. (Para aktor yang melaksanakan aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan
penerimaan yang menciptakan surplus untukmendukung visi sosial).
4. Socio Entrepreneurship9

E. Tantangan Implementasi Social Entrepreneur


Berbagai tantangan yang dihadapi oleh Social Entrepreuners  antara lain adalah masalah
pendanaan, pendidikan untuk para pemimpin dimasa mendatang yang menyadari tentang
pentingnya social entrepreneurship, dan kurangnya insentif yang diberikan oleh pemerintah
untuk meringankan beban lembaga-lembaga yang bergerak dibidang sosial. Oleh karena
itu Social Entrepreneurs  harus didukung oleh Social Investor agar inovasinya dapat
diwujudkan (Kusumah, 2011). Tetapi haruslah disadari bahwa Social
Entrepreneurship bukanlah satu-satunya obat untuk mengatasi permasalahan sosial yang
dihadapi, karena dalam kenyataannya sangat dipengaruhi oleh kerangka dan struktur
perekonomian yang berlaku di suatu negara. Namun seharusnya muncul keberanian untuk
mulai membentuk change makers  sehingga setiap setiap individu harus diupayakan untuk
dapat menjadi change maker di lingkunganya (Kusumah, 2011). Lebih lanjut Austin dkk
(dalam Nicholls. 2006) mengemukakan sejumlah tantangan perusahaan dalam
menjalankan Corporate Social Entrepreneurship, yaitu10: 
1. Leadership; dengan tiga dimensi penting yaitu :
a. Visi, pemimpin harus memiliki visi dimana dimensi sosial merupakan pusat dan
bagian integral dari kehidupan perusahaan
b. Legitimasi, pemimpin harus menciptakan lingkungan internal yang tepat dan sesuai
harapan dari proses Social Entrepreneurship diperusahaan
c. Pemberdayaan, pemimpin harus memberi peluang pemimpin dan agen perubahan
lainnya di perusahaan agar mampu membangun dan memutuskan suatu proses.
2. Strategy; dengan tiga elemen untuk Social Entrepreneurship di perusahaan, yaitu:
9
Ibid, hlm 86
10
Ibid, hlm 86-87
a. Alignment, dimensi sosial dan dimensi bisnis dalam strategi perusahaan harus seiring
satu sama lainnya.
b. Leveraging core competencies,  fokus pada menemukan upaya kreatif dalam
memobilisasi dan menyebarluaskan aset kunci perusahaan, komponen keberhasilan
bisnis, sehingga akan tercipta hubungan nilai sosial dan bisnis yang berlipat ganda
untuk terciptanya nilai ekonomi dan sosial yang lebih besar lagi.
c. Partnering, bermitra dan menciptakan aliansi dengan entitas usaha lainnya akan lebih
memperkuat proses Socio Enteprenurship di perusahaan.
3. Structures; struktur yang dibuat harus mengikuti strategi yang dipilih,
sehingga Corporate Social Entrepreneur harus membuat bentuk organisasi yang inovatif
dalam perusahaan dalam rangka memajukan dimensi sosial baru.
4. Systems; sistem yang dibuat harus mengikuti struktur, sehingga CSE dapat membentuk
seperangkat sistem yang:
a. Meningkatkan pembelajaran mengenai proses pembuatan keputusan mengenai
dimensi sosial dan ekonomi;
b. Memungkinkan eksekusi yang efektif
c. Suatu proses efektifitas komunikasi nilai-nilai ekonomi dan sosial

F. Peran Social Entrepreneur Bagi Masyarakat


Social entrepreneur yang merupakan suatu tindakan penggunaan kemampuan
entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial sangat dibutuhkan bagi masyarakat.
Bertolak dari adanya kesenjangan sosial di masyarakat yang seringkali menimbulkan
permasalahan dalam ekonomi keluarga. Berkembangnya social entrepreneur akan sangat
membantu masyarakat mampu membantu dirinya untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya. Diperkuat lagi bahwa sesungguhnya social entrepreneur adalah agen perubahan
yang mampu (Santosa, 2007):
1. melaksanakan cita-cita mengubah dan memperbaiki nilai-nilai sosial,
2. menemu kenali berbagai peluang untuk melakukan perbaikan,
3. selalu melibatkan diri dalam proses inovasi, adaptasi, pembelajaran yang terus
menerus,
4. bertindak tanpa menghiraukan berbagai hambatan atau keterbatasan yang
dihadapinya,
5. memiliki akuntabilitas dalam mempertanggungjawabkan hasil yang dicapainya,
kepada masyarakat.11

Mengacu pada konsep kewirausahaan, seorang wirausaha sosial berperan dalam


menyediakan lapangan kerja bagi para pencari kerja. Dengan terserapnya tenaga kerja dari
kesempatan kerja yang disediakan oleh seorang wirausaha sehingga diharapkan tingkat
pengangguran secara nasional menjadi berkurang. Menurunnya tingkat pengangguran
berdampak terhadap naiknya pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat, serta
tumbuhnya perekonomian secara nasional. Berikut adalah peran wirausaha sosial dalam
perekonomian suatu negara adalah:
1. menciptakan lapangan kerja
2. mengurangi pengangguran
3. meningkatkan pendapatan masyarakat
4. mengombinasikan faktor-faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal, dan keahlian)
5. meningkatkan produktivitas nasional12

G. Peluang Kewirausahaan Sosial


Sebuah ide harus disesuaikan dengan peluang atau kebutuhan yang tersedia. Peluang
usaha sendiri dapat diartikan sebagai kesempatan atau waktu yang tepat untuk dimanfaatkan
wirausaha guna mendapatkan keuntungan. Untuk menangkap peluang usaha perlu kerja keras
dan pengorbanan. Tanpa kerja keras dan keberanian mengambil resiko maka peluang itu
hanya akan peluang semata tanpa menghasilkan apapun. Howorth menjabarkan proses yang
harus dilakukan oleh pengusaha sosial untuk menjalankan usahanya:
1. Mencari kesempatan
2. Mengembangkan konsep bisnis
3. Mencari tau apa arti sukses dan bagaimana mengukurnya
4. Memperoleh sumber daya yang tepat
5. Peluncuran dan tumbuh
11
Ibid, hlm 88
12
Muhammad Anwar, op. cit. hlm 10
6. Mencapai tujuan13
Untuk menjadi wirausaha sosial tidaklah mudah. Wirausaha sosial melihat permasalahan
sosial sebagai peluang usaha, setelah melihat peluang wirausahawan sosial harus berfikir
kreatif serta berani mengambil resiko untuk menyelasaikan permasalahan sosial yang ada
dimasyarakat. Pengertian peluang menurut KBBI sama dengan kesempatan. Jadi yang
dimaksud dengan peluang usaha adalah kesempatan yang diambil atau dimanfaatkan
pengusaha/wirausaha untuk melakukan usaha yang mendapatkan keuntungan. Sedangkan
bagi wirausaha sosial yang dimaksud dengan peluang adalah kesempatan yang dapat
digunakan untuk mengatasi permasalahan sosial dalam rangka membantu masyarakat.
Menurut Martin dan Osberg, kewirausahaan sosial memiliki tiga komponen sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi keseimbangan yang stabil meskipun menyebabkan pengecualian
didalamnya, marginalisasi, atau penderitaan kemanusiaan yang tidak memiliki sarana
keuangan atau kekuatan politik untuk mencapai manfaat perubahan itu sendiri.
2. Mengidentifikasi peluang dalam keseimbangan yang salah, mengembangkan proporsisi
nilai sosial, dan membawa tanggungan untuk menantang hegemoni negara yang stabil.
3. Membangun hal yang baru, keseimbangan yang stabil yang melepaskan beban atau
meredakan penderitaan kelompok sasaran, meniru pemikiran dan penciptaan ekosistem
yang stabil serta memastikan masa depan yang lebih baik untuk kelompok sasaran dan
bahkan masyarakat secara keseluruhan.14

13
Wawan dhewanto, dkk, op. cit. hlm 64
14
Ibid, hlm 65
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kewiausahaan sosial merupakan istilah dari segala bentuk aktivitas yang bermanfaat
secara sosial. Kewirausahaan sosial adalah orang-orang yang mampu menciptakan sesuatu
yang dapat mempengaruhi paradigm dan memebuhi kebutuhan masyarakat.
Socio entrepreneur memiliki tujuan menciptakan nilai sosial bagi pelanggan perlu
mendapat dukungan berbagai pihak seperti pemerintah, swasta maupun akademisi. Socio
entrepreneur sangat bermanfaat dan akan selalu dibutuhkan masyarakat luas dalam
menanggulangi permasalahan sosial yang selama ini masih terkesan terabaikan. Melalui
kegiatan socio entrepreneur diharapkan kesejahteraan masyarakat baik dibidang ekonomi,
pendidikan maupun kesehatan meningkat secara signifikan.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
penulis mengharapkan saran dan kritik pembaca yang sifatnya membangun untuk
kedepannya dapat menjadi perbaikan bagi penulis agar menjadi jauh lebih baik lagu dalam
memberikan penjelasan.
DAFTAR PUSTAKA

Buchari alma dan donni JP. 2014. Manajemen Bisnis Syariah. bandung: alfabeta

Kusnadi dan yulia novita. 2017. Kewirausahaan. Pekanbaru: Cahaya firdaus

Muhammad Anwar. 2014. Pengantar Kewirausahaan teori dan aplikasi. Jakarta: prenada
media

Wawan dhewanto, dkk. 2013. inovasi dan kewirausahaan sosial. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai