Anda di halaman 1dari 58

UNIT OPERASI 2020/2021

(TLI 331/3 SKS)

MIXING

Dosen:
Budhi Primasari, MSc

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
1
Air baku dari air permukaan
umumnya KERUH 2
Flokulasi?:

Hujan umumnya
memperparah
KEKERUHAN AIR 3
Pengendapan partikel dalam air

4
Various sizes of particles in raw water
Particle diameter (mm) Type Settling velocity

GravIty settlIng
10 Pebble 0.73 m/s
1 Course sand 0.23 m/s
0.1 Fine sand 0.6 m/min
0.01 Silt 8.6 m/d
0.0001 (10 micron) Large colloids 0.3 m/y
0.000001 (1 nano) Small colloids 3 m/million y

Colloids – so small: gravity settling not possible


5
Dispersi koloid bersifat
memendarkan cahaya, sifat
pemendaran ini terukur sebagai
tingkat kekeruhan

Partikel tersuspensi susah


terendapkan secara alami

6
Pentingnya menjernihkan air:
 Estetika dan Kesehatan
 Koloid→memberikan warna dan
kekeruhan thd air
 Mikroba→umumnya dalam koloid
juga

7
Typical layout of a water treatment plant

8
9
10
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

Pencampuran dibedakan atas dua:


 Mixing, merupakan suatu operasi yang
dimaksudkan untuk mencampur dua atau
lebih materi hingga mencapai tingkat
keseragaman yang diinginkan biasanya
digunakan untuk proses koagulasi.
 Agitasi dimaksudkan untuk memperoleh
turbulensi didalam cairan. Agitasi ditujukan
untuk pertumbuhan flok yang biasa disebut
flokulasi.

11
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

 Pertama, memanfaatkan pengadukan alami


dengan terjunan air, putaran aliran melewati
baffle vertikal maupun horizontal. Hal ini
dikenal dengan pengadukan hidrolis.
 Kedua dengan cara mekanis, menggunakan
alat-alat pembantu berupa pedal yang
digerakan dengan motor.
 Ketiga dengan pneumatis, meniupkan
gelembung udara ke dalam cairan hingga akan
menyebabkan turbulensi aliran.

12
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

Proses yang terjadi saat pengadukan dalam


pengolahan air minum:
→ Kontak antara zat penggumpal/koagulan (biasanya
digunakan Aluminium Sulfat, Al2(SO4)3) dengan partikel
yang bersifat koloid atau flokulen yang tersuspensi dalam
air olahan,proses ini disebut dengan koagulasi.
→ Kontak tersebut diharapkan akan membentuk flok yang
akan mengendap akibat gaya beratnya sendiri, proses ini
dikenal dengan flokulasi. Kecepatan suatu partikel
berbentuk sferik atau mendekati sferik akan meningkat
sejalan dengan peningkatan ukuran partikel. Karenanya
stabilitas suspensi yang menyebabkan tumbukan antara
partikel tersuspensi yang terjadi akan menghasilkan
sedimentasi.
13
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

 Pada gambar 2.1 terlihat bahwa dengan menganggap partikel-


partikel berukuran DP1 dan DP2, tersuspensi di dalam suatu
cairan dengan kondisi aliran adalah viskos.

14
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

Agar terjadi kontak, titik tengah


kedua partikel harus ada dalam jarak
½ (DP1 + DP2) antara satu sama lainnya.
Konsekuensinya, jumlah partikel
berdiameter DP2 yang akan kontak
dengan partikel berdiameter DP1 per
satuan waktu adalah sama dengan
jumlah parttikel kedua N2 per satuan
volume cairan yang mengalir melalui
radius sferik ½ (DP1 + DP2) dalam
15
satuan waktu.
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

 Untuk suatu gradien kecepatan titik du/dy, volume cairan


yang mengalir secara laminer melalui ketebalan dx dalam
satuan waktu adalah :
 du 
dq =  x 2(r − x ) dx .....2.1
2 2 0,5

 dy 
q = 2 2(r − x ) xdx
r du 2 2 0,5

0
dy
 Aliran total melalui sferik akan :
1 du
q= (D + D ) .....2.2
P1 P2
3

6 dy

 Dengan demikian jumlah kontak yang dibuat oleh


partikel- partikel N2 berdiameter DP2 dengan partikel-
partikel berdiameter DP1 adalah:
16
1 du
N = N
'
(D + D
2 P1 P2
) .....2.3
3

6 dy
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

 Untuk partikel-partikel N1 persatuan volume diameter DP1,


jumlah total persatuan waktu adalah :
1 du
N"= N (D + D
1 P1 P2
) .....2.4
3

6 dy

 Dan dalam sistem keseluruhan:


1 du
N"= N N 1
(D + D ) .....2.5
2 P1 P2
3

6 dy

❑ dengan: du/dy = G = gradien kecepatan rata-rata di dalam


sistem.
 Menurut persamaan (2.5), laju flokulasi berbanding langsung
terhadap gradien kecepatan rata-rata yang terjadi di dalam
sistem. Laju mencapai nilai tertinggi untuk konsentrasi tinggi
dan partikel-partikel berukuran besar. 17
GRADIEN KECEPATAN (G)

Gradien Kecepatan:

18
Gradien Kecepatan:
adalah kecepatan relatif suatu partikel
terhadap partikel yang lain dengan jarak
tertentu. Apabila terdapat 2 buah partikel
didalam suatu tangki berjarak 0.1ft dan
salah satu pertikel tersebut bergerak
dengan kecepatan relatif sebesar 1ft/dt,
maka gradien kecepatan antara kedua
partikel tersebut adalah 10/dt.

19
Kecepatan pengadukan dinyatakan dengan gradien kecepatan, yang
merupakan fungsi dari tenaga yang disuplai (P):

𝑊 𝑃
𝐺= =
𝜇 𝜇. 𝑉

dalam hal ini:


W= daya per satuan volume air (N-m)/(s.m3)
P = suplai daya ke air (N.m/s)
V = volume air yang diaduk, m3
µ = viskositas absolut air, N.s/m2

20
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

PENGADUKAN HIDROLIS
→ Kelebihan lebih mudah dalam operasional
dan biaya
→ Kekurangan membutuhkan lahan lebih luas.

Pengadukan hidrolis dapat dilakukan dengan 3


cara :
Terjunan Air

Aliran dalam pipa

Saluran terbuka berbentuk baffle 21


TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

 Terjunan Air  Aliran dalam pipa

22
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

 Saluran terbuka berbentuk baffle

23
24
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

Gradien kecepatan untuk koagulasi


(pengadukan cepat) berkisar antara
200-1200/dt dan waktu detensinya
90-120 dt, sedangkan untuk proses
flokulasi (pengadukan lambat)
berkisar antara 10-900/dt dan
waktu detensinya 600-1200 dt.
25
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

Contoh soal:
Pada sebuah proses pengadukan, air olahan disalurkan pada
baffle channel (45 ft x 2,5 ft x 8 ft) dengan kecepatan 0,5 fps
dan kecepatan aliran pada belokan 2 fps. Jumlah belokan
dalam bak 19 buah. Tentukan
a) headloss dengan mengabaikan faktor gesekan saluran,
b) power,
c) gradien kecepatan (G) dan nilai Gtd dengan debit 6,46 mgd
(10 cfs), dengan waktu detensi 30 m, temperatur 500F,
μ = 2,74 x 10-5 lb-f. sec/ ft2 (atau μ = 8.81x10-4 lb/(ft.s))
d) beban saluran (Q/V)!
Diketahui densitas air = 62,4 lb/ft3 dan gravitasi adalah 32,17 ft/s2

PAHAMI SOAL DI ATAS, DAN JELASKAN!


PENYELESAIANNYA. Masing-masing kelompok
diberi waktu 15 menit untuk memahami. 26
 Penyelesaian:
20𝑥(𝑂,5𝑓𝑡/𝑠)2 (2 𝑓𝑡/𝑠)2
 a) 𝐻𝐿 = + 20 − 1 𝑥 = 1,26 𝑓𝑡
2𝑥32.17𝑓𝑡/𝑠 2 2𝑥32,17𝑓𝑡/𝑠 2
1 MGD = 1.547 ft3/s
6,46 MGD = 10 ft3/s
𝑓𝑡 3 𝑙𝑏 𝑓𝑡 𝑓𝑡.𝑙𝑏.𝑓𝑡/𝑠
 b) 𝑃 = 𝑄. 𝜌. 𝑔. ℎ = 10 𝑥62,4 3 𝑥32,17 2 𝑥1,26𝑓𝑡 = 25294
𝑠 𝑓𝑡 𝑠 𝑠2
𝑓𝑡.𝑙𝑏.𝑓𝑡/𝑠
𝑃 25284 39,88
𝑠2
 c) 𝐺 = = 𝑙𝑏 = = 5,65/𝑠
𝜇𝑥𝑉 8,81𝑥10−4 𝑓𝑡.𝑠𝑥(45𝑥2,5𝑥8)𝑓𝑡 3 𝑠2

 G.td = 5,65/s x (30 menit x 60 s/menit) = 10166


 d) Q/V = 6,46 gpd / ((45x2,5x8)ft3)) = 7177 gpd/ft3

PAHAMI SOAL DI ATAS, DAN JELASKAN!


PENYELESAIANNYA. Masing-masing kelompok
27
diberi waktu 15 menit untuk memahami.
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

Pengadukan Mekanis

Banyak tipe mekanis yang dapat


digunakan dalam operasi mixing dan
agitasi ini. Diantaranya:
❑Paddle
❑Turbine
❑Propeller
28
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

1. Paddle
Impeller paddle bervariasi dalam desain. Dari paddle
tunggal dan datar pada shaft vertikal sampai flokulator
banyak blade yang dipasang pada shaft horizontal yang
panjang seperti terlihat pada gambar berikut:

29
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

1. Paddle
1. Paddle dapat berjalan pada kecepatan
rendah sampai sedang (2 sampai 150 rpm)
2. Terutama digunakan sebagai agitator
untuk melarutkan suspensi atau sebagai
pencampur pada aplikasi viskositas tinggi.
3. Arus utama yang diperoleh merupakan
radial dan tangensial terhadap rotating
paddle.
30
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

2. Turbine
Turbine impeller merupakan istilah yang digunakan untuk berbagai macam
bentuk impeller. Contoh:

Gambar 2.6 Turbine Impeller


Jenis ini terdiri dari beberapa blade lurus yang terpasang vertikal pada suatu
piringan datar. Rotasi berlangsung pada kecepatan sedang dan aliran fluida
terbentuk pada arah radial dan tangensial
31
32
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

3. Propeller
1. Impeler tipe marine propeller
merupakan yang berukuran kecil
2. berkecepatan tinggi (400 rpm
untuk propeller beerdiameter
besar sampai 175 rpm untuk yang
berdiameter kecil)
3. Digunakan secara luas dalam
aplikasi viskositas rendah.
4. Impeller ini mempunyai laju
pemindahan aliran tinggi dan
menghasilkan arus kuat pada Gambar 2.7 Propeller

arah aksial. 33
BAHAN DISKUSI (SGD)
1. Perhatikan gambar analisis
gaya-gaya pada proses mixing di
samping ini:
a. Peranan masing-masing gaya
di atas
b. Dengan menganalisis gaya-
gaya di atas, jelaskan
bagaimana agar terjadi
koagulasi dan flokulasi yang
optimal

2. Dalam proses mixing, akan timbul pola aliran radial, longitudinal


atau aksial dan tangensial serta fenomena Vortex:
a. Jelaskan pengertian dan gambarkan pola aliran di atas
b. Jelaskan penyebab fenomena vortex
c. Apa efek negatif timbulnya vortex dan bagaimana mengatasi nya?

3. Jelaskan beda antara : 34


Paddle, turbine dan propeller.
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

Hal-hal yang perlu diperhitungkan dalam


mendesain pengadukan menggunakan
alat mekanis, antara lain:

•Baffling
•Fluid Regime
•Kurva Daya
•Scale up

35
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

1. Aliran tangensial yang diinduksi oleh rotating impeller


memberikan pergerakan rotasi yang lebih dikenal
dengan vorteks disekitar tiang impeller.
2. Vorteks menghalangi operasi pengadukan dengan cara
mengurangi kecepatan impeller relatif terhadap cairan.
Vorteks dapat dikurangi dengan baffling yang tepat.
3. Pembatas vertikal ditempatkan sepanjang dinding
tangki untuk memecah pergerakan rotasi dengan
mengalihkan cairan kembali terhadap tiang impeller.
Untuk operasi turbin impeller, kelebaran baffle harus
lebih kecil 1/10 sampai 1/12 diameter tangki.. 36
37
38
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

1. Rotating impeller dalam suatu massa fluida menyebabkan


terbentuknya pola aliran yang diakibatkan tidak hanya oleh bentuk,
ukuran dan kecepatan impeller tetapi juga karena karakteristik
kontainer fluida dan adanya baffling. Jika aliran bersifat viskos,
tidak ada mixing yang terjadi kecuali hanya akibat difusi. Namun
jika aliran turbulen, partikel fluid bergerak dalam semua arah dan
pengadukan terjadi terutama akibat dari perpindahan vertikal.
Transfer moment yang berhubungan dengan perpindahan ini
menghasilkan tegangan geser yang kuat di dalam fluida.
2. Fluid regime merujuk ke pola aliran dan keseluruhan penjumlahan
aliran-aliran massa yang ada dalam suatu pergerakan fluida.
3. Kebanyakan turbulensi dihasilkan dari adanya kontak antara
aliran fluida berkecepatan tinggi dengan yang berkecepatan rendah.
39
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

Terdapat korelasi langsung antara fluid regime dan hasil yang


diinginkan. Sehingga untuk mendesain operasi mixing diperlukan:

❑Identifikasi fluida regime yang dibutuhkan dengan melihat:


Pertama, hubungan yang ada antara gaya-gaya yang
terlibat dalam menghasilkan suatu fluid regime. Proses
ini menghasilkan persamaan geometrik, kinematik dan
dinamik seperti pada operasi scaling up.
Kedua, beberapa indeks seperti power input per unit
volume suatu liquid yang dibutuhkan untuk
menghasilkan proses yang diinginkan. Proses ini kurang
lengkap karena hanya menghasilkan persamaan
geometrik dan kinematik saja;
❑ Sintesa suatu operasi untuk menghasilkan regime
40
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

Ketika Fluida regime telah terbentuk akibat rotating impeller, maka gaya-
gaya mayor yang terjadi dalam fluida adalah:
•Gaya inersia yang ditandai dengan Power Number

P.g
N = .....2.12
c
P
 .n .D 3 5

•Gaya viskos yang digambarkan dalam Bilangan Reynold

2
n.D .
N = .....2.13
Re 
Dimana :
K = konstanta 41
p, q = Eksponen
nilai K,p dan q tergantung situasi pengadukan.
•Gaya gravitasi yang dideskripsikan dengan Bilangan Froude

D.n 2
N = .....2.14
Fr g
Hubungan yang dapat disimpulkan dari ketiga gaya tersebut :

N = K .N p .N q .....2.15
P Re Fr
dimana :
P = Power, ft.lb force/sec
n = rps
D = diameter of impeller, ft
ρ= Berat jenis fluida, lb massa/ft3
μ = viskositas absolut fluida, lb/sec.ft
gc = faktor konversi hukum newton, 32,17 ft.lb massa/sec2.lb force
g = percepatan gravitasi, ft/sec2
Dimana :
42
K = konstanta
p, q = Eksponen
nilai K,p dan q tergantung situasi pengadukan.
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

Gaya gravitasi yang digambarkan dalam bilangan Froude menjadi efektif


hanya jika aliran turbulen dan jika vorteks terbentuk disekitar impeller.
Plotting logaritmik persamaan (2.15) untuk impeller tertentu diperlihatkan
pada gambar 2.8 berikut. Disini bilangan Reynold diplotkan terhadap fungsi
daya (ф):

43

Gambar 2.8 Karakteristik Daya Mixing Impeller


TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

❑Kurva ABCD menggambarkan hubungan fungsi daya


dan bilangan Reynold Jika vorteks tidak terbentuk. Untuk kontainer
baffle tanpa vorteks : P.g
=N = c .....2.16
P
.n3.D5
❑Kurva ABE memberikan hubungan jika terjadi vorteks. Dan jika
vorteks terbentuk:
−q
NP P.g c  D.n 2

= = 
5 
 .....2.17
N Fr
q
 .n .D  g
3

Pada bilangan reynold rendah, kedua kurva bertemu, menunjukkan


eksponen q sama dengan nol dan persamaan di bawah berlaku untuk
kedua kurva :
 = N P = K .N Re .....2.18
p

44
❑Sampai pada bilangan reynold 10, kemiringan kurva daya
mendekati–1. Substitusi nilai ini untuk p pada persamaan 2.18

P.g   
N = = K c
.....2.19
P
 .n .D 3
 D. .n. 
5 2

K
P= . .n .D .....2.20 2 3

g c

❑ Jika kondisi turbulen sepenuhnya terjadi di dalam kontainer


dimana vorteks telah dihilangkan (dari C ke D pada kurva ABCD)
nilai eksponen p adalah nol.

K
 = N P = K .....2.21 P = . .n 3 .D 5 .....2.22
gc
45
Dalam sistem diatas, turbulensi terjadi pada bilangan reynold =
100.000.
Bagian kurva ABE yang terjadi pada daerah aliran turbulen adalah
irregular. Konsekuensinya, tidak ada persamaan yang dapat dibuat
untuk input daya jika aliran turbulen dan adanya pembentukkan
vorteks.

Nilai konstanta K tergantung pada bentuk, ukuran impeller serta


jumlah baffle dan variabel lainnya yang tidak termasuk dalam
persamaan daya. Berikut tabel nilai konstanta K pada beberapa
jenis impeller untuk persamaan 2.20 dan 2.22:
Tabel 2.1 Viskos Range dan Turebulent Range Beberapa Impeller

46
Soal:
Operasi mixing dilakukan pada tanki yang
dilengkapi dengan turbine impeller 2 ft dengan
6 plat yang secara geometri sama dengan data
pada tabel 2.1. Temperatur cairan sekitar 60 F
(μ= 8.04 x 10-4 lb/(sec)(ft)). Vortex telah
dihilangkan dengan baffle.
1. Tentukan kecepatan rotasi (rps) impeller
sehingga terjadi turbulensi.
2. Hitung konsumsi power (ft.lbf/sec)

PAHAMI SOAL DI ATAS, DAN JELASKAN!


PENYELESAIANNYA. Masing-masing kelompok
diberi waktu 15 menit untuk memahami. 47
1. Turbulensi terjadi pada NRe = 100000,
n.D 2 .
N = .....2.13
Re 

n = (8.04 x 10-4 lb/(sec)(ft))*105 / 22 (ft2)*62.4


= 0.324 rps

2. Power pada 0.324 rps


K
P = . .n .D .....2.22 3 5

g c

P = (K/32.2) * 62.4 * (0.324)3 * 25 = 2.1K


K = 6.3 dari tabel 2.1, maka
48
P = 2.1 * 6.3 = 13.2 ft.lbf/sec
1. Hanya terdapat informasi yang terbatas tentang hubungannya
operasi pengadukan dengan kinerja proses. Sehingga, identifikasi
fluid regime yang optimum untuk mencapai hasil proses yang
diinginkan harus diturunkan dari investigasi laboratorium atau
pilot plant.
2. Jika fluid regime optimum teridentifikasi, maka dibutuhkan
metode scaling up dari operasi skala kecil untuk mendesain operasi
dengan ukuran yang diinginkan yang memiliki dinamika yang
sama.
3. Untuk pemakaian daya tertentu, rasio aliran massa-intensitas geser
dapat divariasikan dengan menggunakan impeller dengan ukuran
berbeda dan secara geometrik sama. Sehingga pada tingkat pilot
plant, perlu ditentukan rasio diameter impeller-tangki yang
memberikan hasil proses optimum. Pengaruh ukuran impeller
terhadap laju reaksi pada dua jenis proses dapat dilihat pada
grafik berikut: 49
Proses yang terjadi saat pengadukan dalam
pengolahan air minum:

50

Gambar 2.9 Grafik Pengaruh Ukuran Impeller terhadap Laju Reaksi


pada Input Daya yang Sama
ika impeller dirotasikan pada kecepatan berbeda dalam
kisaran aliran yang sepenuhnya turbulen (dari C ke D
gambar 2.5), data yang diperoleh akan memberikan
hubungan seperti pada gambar 2.10 berikut:

51

Gambar 2.10 Korelasi Koefisien Laju, Sifat Fluida dan Gerakan Fluida
Bilangan Reynold diplot terhadap ψ:
h.D  c . 
−w

=   .....2.27
P

k  k 
Dimana : h = koefisien Transfer panas (BTU)/(ft2)(jam)(oF)
K= kondukrivita termal (BTU)(ft)/(ft2)(jam)(oF)
cp= panas spesifik pada tekanan konstan (BTU)/(lb)(oF)
w= eksponen

Dalam bentuk persamaan hubungannya adalah:


 D .n.   c . 
m w
2
h.D
= K '   P
 .....2.28 Dimana : m = kemiringan kurva korelasi
k     k 
Untuk menghasilkan nilai tertentu dari koefisien transfer h
dalam sistem secara geometris sama untuk ukuran berbeda,
hubungan scale up dapat diperoleh dengan membagi hubungan
pada persamaan (2.28) yang diekspresikan dalam perbandingan
ukuran yang satu terhadap yang lain, jika fluida tidak berubah:
( 2 m −1 ) / m )
n D 
=  
2 1
......2.29
n D 
1 2

52

Dimana : 1 dan 2 merujuk pada ukuran yang berbeda.


kebutuhan daya yang harus dipenuhi pada scale up ditentukan dari
hubungan yang dikembangkan dengan mengkombinasikan persamaan
(2.22) dan (2.29):
(3− m ) / m
P2  D2 
=   ......2.30
P1  D1 
Contoh soal:
Investigasi awal menunjukkan bahwa impeller-tank-
diameter ratio optimum pada power input yang sama =
0.4. Studi selanjutnya dengan impeller 6 in dalam tanki
15 in menghasilkan data yang sama spt gbr 2.10.
Transfer rate diharapkan diperoleh pada 360 rpm dan
pada power input 51.6 ft.lbf/sec. Jika slope korelasi
kurva 0.7, maka pada kecepatan berapakah 2 ft
impeller berputar untuk menghasilkan transfer rate
yang sama? Dan berapa konsumsi power pada
kecepatan ini? 53
( 2 m −1 ) / m )
1. n D 
=  
2 1
......2.29
n D 
1 2

n2 = 360 (0.5/2)(1.4-1)/0.7 = 163 rpm

2. (3− m ) / m
P2  D2 
=   ......2.30
P1  D1 

P = 51.6 (2/0.5)(3-0.7)/0.7 = 4850 ft.lbf/sec 54


Pengadukan Pneumatis
Keuntungan lebih yang didapatkan bila dibanding dua cara
sebelumnya:
1. Pengadukan lebih besar (G dari pneumatis tinggi);
2. Penambahan oksigen terlarut ke dalam air olahan.
3. Diameter gelembung udara yang akan dimanfaatkan harus lebih
kecil dari 2 mm, sedangkan gelembung udara normal berkisar antara
3-8 mm sehingga cara ini jarang dipakai.

Power yang dibutuhkan untuk menghasilkan pengadukan dengan


pneumatis ini adalah sebesar

 h + 34 
p = 81,5.Qu .Log  ......2.30
 34 

55
Dimana : Qu /Ga = Debit alir udara
h = Kedalaman diffuser.
Contoh soal :
Pada sebuah bak koagulasi dasar berbentuk
bujursangkar, dengan rasio kedalaman air
terhadap lebar bak = 1,25, debit olahan 2 mgd,
gradien kecepatan 790 /dt. Waktu detensi 40
dt, temperatur air 500F μ = 2,74 x 10-5 lb. force.
sec/ ft2 dan letak diffuser 0,5 ft diatas dasar
bak. Tentukan (a) dimensi bak, (b) power
yang dibutuhkan, (c) debit udara yang
dibutuhkan!

56
57
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS ANDALAS

58

Anda mungkin juga menyukai