Abstrak
Praktikum kontrol laju aliran memiliki tujuan agar para praktikan dapat mengoperasi,
mengidentifikasi, dan menganalisis sistem kendali aliran. Dalam praktikum ini terdapat
empat jenis pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan kontroler PID yang
memiliki tiga buah elemen yaitu P, I dan D. Pengukuran yang dilakukan adalah
pengukuran kontrol P, kontrol I, kontrol PI dan kontrol PID. Dari empat pengukuran
tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda serta respon step yang berbeda juga.
Respon atau output yang dihasilkan sistem bergantung pada nilai dari elemen yang di
tonjolkan dalam pengukuran.
Kata kunci : Kontrol P, Kontrol I, Kontrol D, Kontrol PID, respon step, karaktersitik.
1. Pendahuluan
PID (Proportional Integral Derivative) merupakan sebuah kontroler atau pengatur
yang menentukan presisi dari sistem instrumentasi dengan karakteristik adanya
umpan balik pada sistem tersebut. Kontroler ini memiliki tiga jenis yaitu
Proportional, integrative dan derivative. Dari ketiga komponen tersebut, dapat
digunakan secara bersamaan maupun mandiri. Bergantung pada output yang
diinginkan oleh pengguna terhadap suatu plant. (Waluyo et al., 2013, 81)
Jika nilai integrator lebih berubah menjadi lebih besar, sinyal yang relatif kecil
dapat mengakibatkan laju keluaran menjadi lebih besar. Ketika digunakan,
kontroler integral mempunyai beberapa karakteristik seperti berikut :
1. Output dari kontrol I membutuhkan selang waktu tertentu, sehingga
kontroler integral cenderung memperlambat respon.
2. Ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran kontroler akan bertahan
pada nilai sebelumnya.
3. Jika error tidak bernilai nol, output akan menunjukan kenaikan atau
penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki.
4. Konstanta integral yang bernilai besar akan mempercepat hilangnya offset.
Akan tetapi apabila konstanta integral semakin besar akan mengakibatkan
peningkatan osilasi dari outputnya. (Arindya, 2015, 31-33)
Laporan Laboratorium Teknik Fisika III- Modul 3/1
Output yang dihasilkan oleh kontroler ini akan menghasilakn sinyal yang
berbentuk impuls. Apabila menerima input yang berubah naik secara perlahan
(ramp), output akan membentuk fungsi step yang besar. Magnitude-nya sangat
dipengaruhi oleh kecepatan naik dari fungsi ramp dan faktor konstanta
diferensialnya Td.
Karakteristik dari kontrol D adalah sebagai berikut :
1. Kontrol D tidak akan menghasilkan output apabila tidak memiliki
disturbance (berupa sinyal error).
2. Jika sinyal error berubah terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan
kontrol D bergantung pada nilai Td dan laju perubahan sinyal error.
3. Kontrol D menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum pemicu
disturbance menjadi lebih besar. Kontrol D cenderung meningkatkan
stabilitas dari sistem. (Arindya, 2015, 31-33)
Keterangan :
P = gain (pertambahan/pencapaian)
I = reset time
D = rate (laju/kecepatan)
Laporan Laboratorium Teknik Fisika III- Modul 3/2
terhadap berubahnya waktu. Secara umum spesifikasi performansi respon
waktu dibagi atas dua tahapan yaitu :
- Spesifikasi respon transien, merupakan spesifikasi respon sistem
yang diamati mulai saat terjadinya perubahan sinyal
input/gangguan/beban sampai respon masuk dalam keadaan steady
state. Tolak ukur yang digunakan untuk mengukur kualitas respon
transien ini adalah rise time, delay time, peak time, settling time
dan %overshoot.
- Spesifikasi respon steady state, merupakan respon yang mengamati
ketika ada input mulai pada keadaan tunak (steady state) sampai
akhir dari respon sistemnya. Tolak ukur yang digunakan pada
respon ini adalah %error steady state baik untuk eror posisi, eror
kecepatan dan eror percepatan.
b. Karakteristik Respon Frekuensi (Frequency Response)
Frequency response merupakan respon yang performansinya didasarkan
pada pengamatan magnitude dan sudut fase dari gain (output/input) sistem
untuk masukan sinyal sinus, pada rentang frekuensi omega sama dengan
nol sampai dengan omega sama dengan tak terhingga.
2.1 Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Kontrol Laju Aliran adalah Compact
Workstation FESTO C41004. Praktikan hanya menonton video praktikum
menggunakan device masing-masing.
2.2 Metode
2.2.1 Pengukuran Kontrol P
Fungsi dari sistem kontrol laju aliran adalah untuk mengatur laju dari suatu fluida.
Pompa P101 mengalirkan fluida dari tangki penyimpanan B101 kembali ke tangki
penyimpanan B101 melalui sistem perpipaan. Kuantitas fluida pada pompa P101
adalah nilai yang dimanipulasi. Nilai sebenarnya dari laju aliran diukur
menggunakan sensor laju aliran. (Tim LAB TF III, 2020)
3.2 AnalisisPompa
Pompa P101 yang digunakan dalam Compact Workstation C41001 ini adalah
centrifugal pump.
Selain pompa P101 (Centrifugal Pump) , ada beberapa pompa yang digunakan di
dalam sistem Compact Workstation 41004 yaitu submersible pump, diaphragm
pump d an air pump ( Festo Didactic, 2015)
Centrifugal pump banyak digunakan karena memiliki desain dan juga cara
penggunaan yang sederhana. Tidak hanya itu saja, pompa ini juga memiliki
kelebihan-kelebihan lainnya yaitu :
- Memiliki konstruksi yang sederhana dan kuat
- Jarang terjadi aus
- Dapat digunakan pada suhu yang tinggi
- Memiliki kapasitas yang cukup besar
- Tidak ada mekanisme katup
- Aliran zat cair tidak terputus-putus
Kelemahan Centrifugal pump :
Power 26 W
Dimensions :
Length 170 mm
Width 62 mm
Height 75 mm
Weight 0.53 Kg
Sistem akan mulai beroperasi ketika tekanan pada sistem adalah nol. Untuk
membuat tekanan pada sistem berharga nol adalah dengan cara mengaturnya
dengan kompresor. Laju aliran diukur menggunakan sensor dengan satuan yang
digunakan adalah liter/menit. Butuh waktu untuk process value untuk mencapai
set point atau posisi tunaknya. Dibutuhkan rise time sekitar 1,5 detik bagi sistem
untuk mencapai posisi tunaknya.
1 Kp 1
2 Kp 2
3 Kp 5
4 Kp 10
(a)
(c)
(d)
Gambar 3.4.1 Kurva Kontrol P ; (a) Kp=1, (b) Kp=2, (c) Kp=5, (d) Kp=10
Pada kurva (a), untuk PV mencapai set point atau posisi tunaknya sinyal keluaran
masih mengalami osilasi dan membutuhkan rise time dan peak time. Pada kurva
(b), PV sudah tidak mengalami rise time l agi karena PV langsung mencapai peak
time dan berosilasi sehingga mengalami settling time dan pada akhirnya mencapai
posisi tunaknya. Sedangkan pada kurva (c) dan (d) grafik tidak bisa mencapai
posisi tunak dan terus menerus mengalami osilasi yang berlebihan, sehingga
hanya memiliki nilai peak time dan settling time.
Semakin besar konstanta yang digunakan pada sistem, maka sinyal error pada
sistem menjadi semakin tinggi. Sinyal error yang semakin intensif terjadi karena
Diantara keempat input, Kp=1 memiliki sinyal output paling baik. Meskipun
respon sistem yang dihasilkan sistem sedikit lambat dibandingkan yang lainnya,
akan tetapi sinyalnya menampilkan sistem yang bekerja dengan lebih stabil
dibandingkan dengan inputan yang lainnya. Hal ini tentu saja disebabkan oleh
karakteristik dari kontrol P sendiri yang tidak bisa menerima inputan yang terlalu
besar, karena akan menyebabkan sistem berjalan dengan tidak stabil.
1 Ti 1s
2 Ti 2s
3 Ti 5s
4 Ti 10s
Keterangan : Ti = Waktu Integral
(a)
(c)
(d)
Gambar 3.5.1 Kurva hasil pengukuran Kontrol I ; (a) Ti=1, (b) Ti=2, (c) Ti=5,
(d) Ti=10
Pada grafik (a) PV langsung mendapatkan peak time dan membutuhkan rise time
lebih lama untuk mencapai posisi tunaknya. Sedangkan pada tiga grafik lainnya,
rise time y ang dibutuhkan oleh PV untuk mencapai posisi tunaknya hampir
bernilai nol begitu pula dengan settling time-nya.
Dari keempat sinyal hasil dari pengukuran kontrol I, karakteristik yang didapatkan
adalah overdamped. Hal ini berarti output dari sistem membutuhkan waktu yang
sedikit lebih lama atau dalam waktu tertentu untuk mendapatkan respon sistem.
Pada gambar 3.5.1 grafik (a), dapat dilihat bahwa sinyal keluaran pada awalnya
Nilai parameter yang lebih besar akan membuat sistem lebih cepat menghilangkan
eror atau offset. Akan tetapi, apabila nilai parameternya terlalu besar akan
meningkatkan osilasi pada sinyal keluaran.
Dari keempat pengukuran yang dilakukan, semakin besar parameter yang diinput
maka akan semakin cepat nilai errornya hilang. Hal ini berarti, parameter 10
masih merupakan titik aman dari kontrol I dan merupakan nilai yang paling baik
untuk digunakan pada sistem dibanding yang lainnya.
Kp Ti
1 1 2
2 1 1
3 2 2
4 2 1
Pada pengukuran kontrol PI, Ti bukan lagi berperan sebagai waktu integral
melainkan sebagai waktu reset. Hal ini karena nilai waktu untuk kontrol I
digabungkan dengan parameter lain yaitu Kp.
(b)
(c)
Gabungan dari dua elemen kontroler yaitu P dan I yang memiliki keunggulan satu
sama lain. Sistem kontrol P yang menimbulkan steady state error (offset) apabila
nilai konstanta terlalu besar. Sedangkan Kontrol I yang memberikan aksi kontril
sebanding dengan jumlah eror dan menimbulkan respon yang baik untuk
penghilangan offset tetapi memiliki efek transien yang buruk.
Perubahan dari parameter tidak terlalu mempengaruhi respon sistem dan juga
sinyal keluaran yang dihasilkan. Akan tetapi, laju aliran yang dilihat secara fisik
memiliki perubahan yang lebih terlihat. Dengan inputan Kp yang lebih besar,
maka sistem akan merespon dengan membuat laju aliran menjadi lebih cepat.
Sedangkan apabila nilai inputan dari Ti lebih besar, maka waktu yang diperlukan
untuk mencapai posisi tunak akan lebih cepat.
Kp Ti Td
Keluaran yang dihasilkan oleh pengukuran kontrol PID sudah sangat baik. Rise
time dan juga settling time untuk mencapai posisi tunaknya hampir mirip dengan
poin 3.8, karena tidak membutuhkan waktu lama bagi sistem untuk membuat PV
mendekati set point-n ya. Dengan digabungkannya tiga buah elemen yang dapat
saling mendukung satu sama lain untuk menstabilkan sinyal keluaran yang
dihasilkan. Kontrol P untuk mempercepat laju aliran, Kontrol I untuk
meminimalisir error steady state atau offset dan Kontrol D untuk mempercepat
respon awal dari suatu sistem. Dari ketiga karakteristik yang digabungkan, maka
keluaran akan lebih cepat mencapai posisi tunaknya dengan keadaan sistem yang
stabil.
4. Kesimpulan
Berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh sistem kontrol D yang sudah
disebutkan pada poin 1.3, kontroler ini pada umumnya hanya dipakai untuk
mempercepat respon awal dari suatu sistem, akan tetapi tidak memperkecil offset.
Selain itu kerja kontrol D hanya efektif pada lingkup yang sempit, yaitu ketika
periode peralihan. Oleh karena itu kontrol D tidak pernah digunakan tanpa adanya
pengontrol lain pada sebuah sistem. (Arindya, 2015)
Referensi
Arindya, R. (2015). Seminar Nasional Cendekiawan 2015. Penalaan Kendali PID
Untuk Pengendali Proses, 1(2460-8696), 31-33.
https://media.neliti.com/media/publications/172853-ID-penalaan-kendali-
pid-untuk-pengendali-pr.pdf