Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bioetanol merupakan etanol yang dihasilkan dari bahan baku tumbuhan melalui proses
fermentasi. Pembuatan etanol hasil fermentasi telah dilakukan sejak zaman dahulu yang dapat
ditemukan pada minuman beralkohol seperti sake, arak, anggur, wine, dan minuman
memabukan lainnya. Selain sebagai minuman memabukan, bioetanol juga digunakan sebagai
campuran pada bahan bakar kendaraan.
Saat ini, penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar menjadi sangat penting. Semakin
sedikitnya sumber energi fosil yang ada dibumi dan semakin tingginya pencemaran
lingkungan menjadi faktor utama dibutuhkannya energi alternatif yang lebih ramah
lingkungan. Penggunaan bioetanol menjadi bahan bakar kendaraan dapat menjadi sebuah
alternatif yang aman, karena sumbernya berasal dari tumbuhan dan dapat mengurangi
pencemaran lingkungan.
Meskipun memiliki berbagai keuntungan, produksi bioetanol juga dapat menimbulkan
masalah. Bahan baku pembuatan bioetanol seperti tebu, jagung, dan singkong merupakan
tanaman pangan yang banyak dikonsumsi masyarakat. Jika lahan tanaman pangan tersebut
dialihkan menjadi lahan produksi bioetanol, maka produksi pangan akan menurun sehingga
harganya menjadi naik.
Proses pembuatan etanol tergantung bahan bakunya. Bahan yang mengandung gula biasanya
tidak atau sedikit saja memerlukan pengolahan pendahuluan . Tetapi bahan-bahan yang
mengandung pati atau selulosa harus dihidrolisa terlebih dahulu menjadi gula, yaitu menjadi
gula yang dapat difermentasikan. Pada ampas tebu terkandung karbohidrat jenis selulosa.
Maka dari itu untuk bisa memperoleh etanol dari ampas tebu terlebih dahulu selulosa harus
dihidrolisa. Untuk menghidrolisa selulosa dapat dilakukan dengan cara memanaskannya
dengan air. Karena air tedapat H+ yang mampu menghidrolisis selulosa, namun untuk
mendapatkan hasil yang sempurna bisa ditambahkan enzim yang biasa digunakan untuk
penguraian karbohidrat. Jika telah didapatkan selulosa yang terhidrolisa dari bahan yang
digunakan, fermentasi dapat dilakukan dan membutuhkan waktu sekurangnya tujuh hari
untuk mendapatkan etanol. Dan kondisi fermentasi harus benar-benar dalan keadaan anaerob.
Cara paling mudah membuat bioetanol adalah dengan bahan yang banyak mengandung gula,
contohnya adalah tetes tebu atau molases. Tetes tebu merupakan produk samping dari pabrik
tebu yang memiliki kadar gula sangat tinggi (>50%). Pembuatan bioetanol dari tetes tebu
hanya melewati dua tahap utama saja.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pengertian Bioetanol
1.2.2 Bakteri Yang Berperan Dalam Pembuatan Bioetanol Tetes Tebu
1.2.3 Pengolahan Bioetanol Tetes Tebu
1.2.4 Manfaat Bioetanol Tetes Tebu

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui perngertian bioethanol
1.3.2 Untuk mengetahui baktri apa saja yang brperan dalam pembuatan bioetanol tetes tebu
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan bioethanol dari tetes tebu
1.3.4 Untuk mengetahui manfaat dari bioetanol tetes tebu

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bioetanol
Bioethanol dari Tetes
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol merupakan bahan bakar dari
minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium. Untuk pengganti premium,
terdapat alternatif gasohol yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol. Adapun
manfaat pemakaian gasohol di Indonesia yaitu : memperbesar basis sumber daya bahan bakar
cair, mengurangi impor BBM, menguatkan security of supply bahan bakar, meningkatkan
kesempatan kerja, berpotensi mengurangi ketimpangan pendapatan antar individu dan antar
daerah, meningkatkan kemampuan nasional dalam teknologi pertanian dan industri,
mengurangi kecenderungan pemanasan global dan pencemaran udara (bahan bakar ramah
lingkungan) dan berpotensi mendorong ekspor komoditi baru. Untuk pengembangan
bioetanol diperlukan bahan baku diantaranya :
 Nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa, nira
aren, nira siwalan, sari-buah mete
 Bahan berpati : tepung-tepung sorgum biji, jagung, cantel, sagu, singkong/ gaplek, ubi
jalar, ganyong, garut, suweg, umbi dahlia.
 Bahan berselulosa (lignoselulosa): kayu, jerami, batang pisang, bagas, dll.

2.2 Bakteri Yang Berperan Dalam Pembuatan Bioetanol Tetes Tebu


Bakteri pada pembuatan bioetanol terbentuk pada proses fermentasi dengan menggunakan yeast.
Yeast merupakan fungsi uniseluler yang melakukan reproduksi secara pertunasan (budding) atau
pembelahan (fission). Yeast tidak berklorofil tidak berflagella, berukuran lebih besar dari bakteri,
tidak dapat membentuk miselium beruukuran bulat, bulat telur, batang, silinder seperti buah jeruk,
kadang-kadang dapat mengalami diforfisme, bersifat saprofit, namun ada beberapa yang bersifat
parasit yaitu saccharomyces cerevisiae merupakan yeast yang termaksud dalam kelas
Hemiascomycetes, ordo Endomycetales, family saccharoycoideae dan genus saccharomyces.

Jenis mikroba yang dapat digunakan dalam pembuatan bioetanol adalah sebagai berikut:

 Saccharomyces cerevisiae merupakan organism uniseluler yang bersifat makhluk


mikroskopis dan disebut sebagai jasad sakarolitik, yaitu menggunakan gula sebagai sumber
karbon untuk metabolisme. Saccharomyces cerevisiae mampu menggunakan sejumlah gula
diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, mannose, maltose dan maltotriosa.
Saccharomyces cerevisiae merupakan mikroba yang paling banyak digunakan pada
fermentasi alcohol karena dapat berproduksi tinggi, tahan terhadap kadar alcohol yang
tinggi, tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan aktivitasnya pada
suhu 4-320C

 Clostridium thermocellum adalah bakteri termofilik yang anaerobik memiliki kemampuan


mendegradasi selulosa kompleks ke bentuk etanol. Selain Clostridium thermocellum, bakteri
termofilik anaerob lain, Clostridium stercorarium, baru-baru ini diketahui mempunyai pula
sifat selulolitik pula. Menutut Viljoen, et al. (1980) bahwa C thermocellum didapat setelah
mengisolasi dari kotoran kuda. Bakteri Clostridium thermocellum tersebar luas di alam,
habitatnya adalah bahan organik yang di dekomposisi. Clostridium thermocellum dapat pula
ditemukan di pengolahan limbah pertanian, saluran pencernaan, lumpur, tanah, dan mata
air panas . Clostridium thermocellum dapat tumbuh di lingkungan anaerobiosis dan
temperatur termofilik. Suhu optimum untuk pertumbuhan adalah 60-64 °C dan pH optimum
berkisar 6,1-7,5.

 Zymomonas mobilis dapat mengubah gula menjadi etanol melalui fermentasi lebih cepat
dari ragi dan tahan terhadap konsentrasi etanol yang tinggi. Jadi, akan lebih menguntungkan
jika enzim-enzim yang digunakan untuk reaksi hidrolisis pati dan selulosa dapat dimasukkan
ke dalam bakteri Zymomonas mobilis, sehinggal gula yang dihasilkan dapat langsung
difermentasi menjadi etanol.

2.2 Proses Bioetanol Tetes Tebu

Tetes Tebu

Tetes Tebu (molases) adalah hasil samping proses pembuatan gula tebu (Saccharum
officinarum). Tetes tebu berwujud cairan kental yang diperoleh dari tahap pemisahan kristal
gula. Tetes tebu tidak dapat dibentuk gula dengan kadar tinggi (50-60 %), asam amino, dan
mineral. Tingginya kandungan gula dalam tetes berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan
baku bioetanol.

Pada umunya tetes tebu di indonesia di ekspor dalam bentuk cane molases. Ekspor cane
molasses berkontribuasi sekitar 78,4 % dari total ekspor produk tebu.

Tabel II.2 Komposisi kimia tetes tebu

Unsur Kisaran (%) Rata-rata (%)

Air 17-25 20  

Sukrosa 30-40 35

Dekstrosa (glukosa) 4-9 7

Fruktosa 5-12 9

Karbohidrat lain 2-5 3

Abu 7-15 4  

Unsur nitrogen 2-6 12

Unsur bukan nitrogen 2-8 4,5

Pigmen – 0,4

Lilin, sterol, phospolipid 0,1-1 5


Vitamin – –

Ketersediaan tetes tebu sebagai bahan baku bioetanol di Indonesia cukup banyak. Hal ini
berkorelasi dengan luas areal perkebunan tebu yang semakin meningkat. Diperkirakan untuk
setiap ton tebu akan menghasilkan sekitar 2,7 % tetes tebu.

 Sifat fisika dan kimia dari tetes tebu

Bentuk : Kental, coklat kehitaman

pH : 5,3

Titik beku : -18 0C

Titik didih : 107 0C

Specific gravity : 1,4

Kelarutan dalam air : Sangat larut

Viscositas : 4,323 cp

Panas Spesifik : 0,5 kkal/kg 0C

Densitas : 1,47 gr/ml

 Bahan-bahan
1. tetes tebu/molasses (kadar gula 50%)
2. urea
3. NPK
4. Fermipan (ragi roti)
5. Air

 Langkah-langkah pembuatan bioetanol


1. Pengenceran Tetes Tebu
Kadar gula dalam tetes tebu terlalu tinggi untuk proses fermentasi, oleh karena itu perlu
diencerkan terlebih dahulu. Kadar gula yang diinginkan kurang lebih adalah 14 %. Misal:
larutkan 28 kg (atau 22.5 liter) molasses dengan 72 liter air. Aduk hingga tercampur merata.
Volume airnya kurang lebih 94.5 L. Masukkan ke dalam fermentor.
Catatan: jika kandungan gula dalam tetes kurang dari 50%, penambahan air harus disesuaikan
dengan kadar gula awalnya. Yang penting adalah kadar gula akhirnya kurang lebih 14%.

2. Penambahan Urea dan NPK


Urea dan NPK berfungsi sebagai nutrisi ragi. Kebutuhan hara tersebut adalah sebagai berikut:
a. Urea sebanyak 0.5% dari kadar gula dalam larutan fermentasi.
b. NPK sebanyak 0.1% dari kadar gula dalam larutan fermentasi.
Untuk contoh di atas, kebutuhan urea adalah sebanyak 70 gr dan NPK sebanyak 14 gr. Gerus
urea dan NPK ini sampai halus, kemudian ditambahkan ke dalam larutan molasses dan
diaduk.

3. Penambahan Ragi
Bahan aktif ragi roti adalah khamir Saccharomyces cereviseae yang dapat memfermentasi
gula menjadi etanol.Sebaiknya tidak menggunakan ragi tape, karena ragi tape terdiri dari
beberapa mikroba. Kebutuhan ragi roti adalah sebanyak 0.2% dari kadar gula dalam larutan
molasses. Untuk contoh di atas kebutuhan raginya adalah sebanyak 28 gr.
Ragi roti diberi air hangat-hangat kuku secukupnya. Kemudian diaduk-aduk perlahan hingga
tempak sedikit berbusa. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam fermentor. Fermentor ditutup
rapat.

4. Fermentasi
Proses fermentasi akan berjalan beberapa jam setelah semua bahan dimasukkan ke dalam
fermentor. Kalau anda menggunakan fermentor yang tembus padang (dari kaca misalnya),
maka akan tampak gelembung-gelembung udara kecil-kecil dari dalam fermentor.
Gelembung-gelembung udara ini adalah gas CO2 yang dihasilkan selama proses fermentasi.
Kadang-kadang terdengar suara gemuruh selama proses fermentasi ini. Selama proses
fermentasi ini usahakan agar suhu tidak melebihi 36oC dan pH nya dipertahankan 4.5 – 5.
Proses fermentasi berjalan kurang lebih selama 66 jam atau kira-kira 2.5 hari. Salah satu
tanda bahwa fermentasi sudah selesai adalah tidak terlihat lagi adanya gelembung-gelembung
udara. Kadar etanol di dalam cairan fermentasi kurang lebih 7% – 10 %.

5. Distilasi dan Dehidrasi


Setelah proses fermentasi selesai, masukkan cairan fermentasi ke dalam evaporator atau
boiler. Panaskan evaporator dan suhunya dipertahankan antara 79 – 81oC. Pada suhu ini
etanol sudah menguap, tetapi air tidak menguap. Uap etanol dialirkan ke distilator. Bioetanol
akan keluar dari pipa pengeluaran distilator. Distilasi pertama, biasanya kadar etanol masih di
bawah 95%. Apabila kadar etanol masih di bawah 95%, distilasi perlu diulangi lagi (reflux)
hingga kadar etanolnya 95%.
Apabila kadar etanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk
menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Tambahkan kapur
tohor pada etanol. Biarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi hingga kadar airnya kurang
lebih 99.5%.

2.4 Manfaat Bioetanol

Etanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang mempunyai kelebihan dibandingkan BBM.
Berdasarkan siklus karbon, etanol dianggap lebih ramah lingkungan karena CO2 yang dihasilkan oleh
hasil buangan mesin akan diserap oleh tanaman. Etanol dapat juga meningkatkan efisiensi
pembakaran karena mengandung 35% oksigen, selain itu juga etanol ramah lingkungan karena emisi
gas buangannya seperti kadar karbon monoksida, nitrogen oksida, dan gas-gas lain rendah (19-25%).
bensin premium memiliki angka oktan 88. Beberapa keunggulan lain yang dapat diperoleh dari
bioethanol sebagai bahan bakar adalah nilai oktan yang tinggi menyebabkan campuran bahan bakar
terbakar tepat pada waktunya sehingga tidak menyebabkan fenomena knocking, pembakaran tidak
menghasilkan partikel timbal dan benzena yang bersifat karsinogen, serta mempunyai efisiensi yang
tinggi dibandingkan bensin, mengurangi emisi fine-particulates yang membahayakan kehidupan
manusia. Akan tetapi penggunaan bioetanol sebagai pengganti bahan bakar minyak memunyai
kelemahan yaitu mesin memerlukan modifikasi terlebih dahulu jika ingin meenggunakan etanol
murni pada kendaraan dan juga ada kemungkinan etanol akan mengeluarkan emisi polutan beracun.

Selain dapat menggantikan fungsi dari bahan bakar minyak bioetanol juga mempunyai banyak
manfaat lainnya, yaitu :

- Sebagai bahan dasar minuman beralkohol

- Sebagai bahan kimia dasar senyawa organic, pelarut untuk parfum, cat dan larutan obat,
antidote beberapa racun

- Sebagai antiseptic, pengobatan untuk mengobati depresi dan obat bius

- Digunakan untuk pembuatan beberapa deodoran

3.2 Dampak Pembuatan Bioetanol

Dampak positif-negatif dari pembuatan bioetanol terhadap lingkungan produksi bioetanol dari
tanaman dan penggunaannya pada mesin mobil akan menciptakan siklus karbondioksida yang
berarti akan mengurangi laju pemanasan global dan pembakaran yang lebih sempurna ketika
dicampur etanol 10% saja akan memperbaiki kualitas udara di kota-kota padat lalu lintas bioetanol
menjadi pilihan yang paling murah.
Sisi negatifnya produksi bioetanol secara besar-besaran berpotensi menyebabkan penurunan
keanekaragaman hayati melalui monokultur bahan baku berikut praktek-praktek pertanian yang
merusak kualitas lahan
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai