Disusun Oleh :
Nama : Junaidi
NIM : P2002028
c. Otak
Penyumbatan atau robekan pada pembuluh darah otak, pembuluh darah di
otak dapat mengalami stroke dan pendarahan diotak yang mempengaruhi
fungsi normal otak, terjadi perdarahan dan gangguan fungsi otak.
d. Ginjal
Jika pembuluh darah yang mengalirkan darah ke ginjal rusak, maka
jaringan ginjal tidak akan mendapatkan darah yang diperlukan yang
menyebabkan kehilangan fungsi ginjal.
e. Mata
Tekanan darah tinggi menyebabkan gangguan retina pada mata yang
menyebabkan perubahan retina pada mata, tempat dimana mata
mendapatkan gambar visual yang menyebabkan mata kabur, katarak,
bahkan bisa menyebabkan kebutaan.Pembuluh darah pada retina semakin
menyempit, robek dan terjadi perdarahan
C. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,
sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder.
1. Hipertensi Primer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
2. Hipertensi sekunder
Penyebab hipertensi sekunder adalah :
a) Ginjal
- Glomerulonefritis
- Pielonefritis
- Nekrosis tubular akut
- Tumor
b) Vasacular
- Aterosklerosis
- Hiperplasia
- Trombosis
- Aneurisma
- Emboli kolestrol
- Vaskulitis
c) Kelainan endokrin
- DM
- Hipertiroidisme
- Hipotirodisme
d) Saraf
- Stroke
- Ensepalitis
e) Obat – obatan
- Kontrasepsi oral
- Kortikosteroid
D. Manifestasi Klinis
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
b. . Sesak nafas
a. Gelisah
b. Mual
c. Muntah
d. Epistaksis
e. Kesadaran menurun
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat
bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,
yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin
I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk
pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 )
WOC
F. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
G. Klasifikasi
Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan
salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi (disadur dari A Statement by
the American Society of Hypertension and the International Society of
Hypertension 2013)
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Optimal < 120 < 80
Normal < 120 - 129 80 - 84
Normal tinggi 130 - 139 84 – 89
Hipertensi derajat 1 140 - 159 90 – 99
Hipertensi derajat 2 160 – 179 100 – 109
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 < 90
H. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
K. pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis,
jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena
jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
3. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue
perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).
5. Makanan/cairan
Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,
lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir
ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
6. Neurosensori
Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit
kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara
spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur,epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit
kepala.
8. Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja
takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
9. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
L. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Perubahan
Afterload
2. Gangguan Rasa Nyaman Berhubungan dengan agen cidera biologis
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
DAFTAR PUSTAKA
Nurhidayat, S. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi . Ponorogo:
UNMUHPonorogo Press.
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KARDIOVASKULAR NDONESIA. (2015). PEDOMAN
TATALAKSANA HIPERTENSI PADA PENYAKITKARDIOVASKULAR. Jakarta: PERKI.