Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER DENGAN


DIAGNOSA MEDIK HIPERTENSI

Disusun Oleh :

Nama : Junaidi

NIM : P2002028

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI

A. Konsep dasar penyakit hipertensi


1. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami
peningkatan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik
(bagian atas) dan angka distolik (bagian bawah) pada pemeriksaan tensi
darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air
raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
Hampir semua consensus/ pedoman utama baik dari dalam walaupun
luar negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi bila
memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah
sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan
diagnosis hipertensi.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), batas normal tekanan
darah sistolik/diastolik adalah 120 – 140/80 – 90 mmHg
Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke
dalam pembuluh nadi atau saat jantung mengkerut
Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan
menyedot darah kembali atau pembuluh nadi mengempis
Tabel 1 : Klasifikasi tekanan darah
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan
Tekanan Sistolik (mmHg) Darah Diastolik (mmHg)
Darah
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Pre hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Stage 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stage 2 >160 mmHg >100 mmHg
B. Anatomi Fisiologi
Hipertensi atau tekanan darah, jantung didalam tubuh memompa
kedalam sel Pembuluh darah yang kemudian membawa darah keseluruh
tubuh. Normal tekanan darah 120/80 mmHg, pada saat terjadinya hipertensi
jantung bekerja keras memompa darah keseluruh tubuh yang diakibatkan
karena dampak pengerasan pembuluh darah, penyempitan arteri juga
gangguan jantung.

Organ yang berpengaruh terhadap hipertensi adalah:


a. Pembuluh Darah
Pembuluh darah menjadi keras, sempit dan kehilangan elastisitasnya. Pada
akhirnya akan mengakibatkan penyumbatan dan robek. Seiring
bertambahnya usia meskipun tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi menyebabkan gangguan pembuluh darah, akibat lain
tekanan darah tinggi berpengaruh terhadap proses perkembangan
arteroklerosis (penebalan dinding pembuluh darah akibat penumpukan
lemak, kolesterol). Jika pembuluh darah semakin kecil dan keras tekanan
yang ada didalam pembuluh darah semakin meningkat dan jantung
berusaha keras memompa untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh.
Akibat jantung terlalu keras bekerjaakan mengganggu fungsi jantung yang
menyebabkan kelainan jantung.
b. Jantung
Jantungnya membesar dan sebagian darah yang seharusnya dipompa untuk
diedarkan keseluruh tubuh tertinggal di dalam bilik atau ventrikel jantung
dan terjadi jantung kongestif, jantung tidak mampu lagi memompa darah
yang ada dibilik atau ventrikelnya.Gejala dari kelainan gagal jantung
kongestif, adanya akumulasi cairan dalam paru dan rongga dada.

c. Otak
Penyumbatan atau robekan pada pembuluh darah otak, pembuluh darah di
otak dapat mengalami stroke dan pendarahan diotak yang mempengaruhi
fungsi normal otak, terjadi perdarahan dan gangguan fungsi otak.
d. Ginjal
Jika pembuluh darah yang mengalirkan darah ke ginjal rusak, maka
jaringan ginjal tidak akan mendapatkan darah yang diperlukan yang
menyebabkan kehilangan fungsi ginjal.
e. Mata
Tekanan darah tinggi menyebabkan gangguan retina pada mata yang
menyebabkan perubahan retina pada mata, tempat dimana mata
mendapatkan gambar visual yang menyebabkan mata kabur, katarak,
bahkan bisa menyebabkan kebutaan.Pembuluh darah pada retina semakin
menyempit, robek dan terjadi perdarahan

C. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,
sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder.

1. Hipertensi Primer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya


perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti


penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
a) Faktor keturunan.
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
b) Ciri perseorangan
yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
- Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
- Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
- Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah:
- Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
- Kegemukan atau makan berlebihan
- Stress
- Merokok
- Minum alkohol
- Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin)

2. Hipertensi sekunder
Penyebab hipertensi sekunder adalah :
a) Ginjal
- Glomerulonefritis
- Pielonefritis
- Nekrosis tubular akut
- Tumor
b) Vasacular
- Aterosklerosis
- Hiperplasia
- Trombosis
- Aneurisma
- Emboli kolestrol
- Vaskulitis

c) Kelainan endokrin
- DM
- Hipertiroidisme
- Hipotirodisme
d) Saraf
- Stroke
- Ensepalitis
e) Obat – obatan
- Kontrasepsi oral
- Kortikosteroid
D. Manifestasi Klinis
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
b. . Sesak nafas
a. Gelisah
b. Mual
c. Muntah
d. Epistaksis
e. Kesadaran menurun

E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat
bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,
yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin
I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk
pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 )

WOC
F. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
G. Klasifikasi
Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan
salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi (disadur dari A Statement by
the American Society of Hypertension and the International Society of
Hypertension 2013)
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Optimal < 120 < 80
Normal < 120 - 129 80 - 84
Normal tinggi 130 - 139 84 – 89
Hipertensi derajat 1 140 - 159 90 – 99
Hipertensi derajat 2 160 – 179 100 – 109
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 < 90

H. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

1. Penatalaksanaan non farmakologis


a. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging, bersepeda atau berenang.
2. Penatalaksanaan farmakologis
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulakn intoleransi.
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi


seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis
kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan.
J. Komplikasi
Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejalagejala sebagai berikut:
pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur,
sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
- gangguan penglihatan,
- gangguan saraf,
- gagal jantung,
- gangguan fungsi ginjal,
- gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang
- pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan,
gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi
komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke lakukan
pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan
pola makan

K. pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas/ Istirahat
 Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
 Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
2. Sirkulasi
 Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
 Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis,
jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena
jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.

3. Integritas Ego
 Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
 Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue
perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
 Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).
5. Makanan/cairan
 Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,
lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir
ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic
 Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
6. Neurosensori
 Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit
kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara
spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur,epistakis).
 Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
7. Nyeri/ketidaknyamanan
 Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit
kepala.
8. Pernafasan
 Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja
takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
 Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
9. Keamanan
 Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
L. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Perubahan
Afterload
2. Gangguan Rasa Nyaman Berhubungan dengan agen cidera biologis
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

Sdki Siki Slki


Resiko penurunan Curah jantung Perawatan jantung
curah jantung
Definisi:Keadekuatan jantung Definisi:Mengidentifikasi,
Definisi : Berisiko memompa darah untuk merawat dan membatasi
mengalami pemompa memenuhi kebutuhan
komplikasi akibat
jantung yang tidak metabolisme tubuh
adekaut untuk memenuhi ketidakseimbangan antara
kebutuhan suplai dan konsumsi
oksigen miokard
Penyebab : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan pasien Tindakan :
a. perubahan irama diharapkan :
jantung 1.1 Identifikasi tanda dan gejala
b. Perubahan frekuensi a. palpitasi (4) primer penurunan curah
jantung b. takikardi (4) jantung
c. Perubahan afterload c. lelah (4) 1.2 Monitor tekanan darah
d. gambaran EKG aritmia 1.3 Monitor aritmia
(4) 1.4 Monitor nilai laboratorium
jantung
e. tekanan darah (4)
1.5 Berikan diet jantung yang
sesuai
1.6 Berikan terapi relaksasi
Keterangan hasil :
untuk mengurangi stres jika
1 = meningkat
perlu
2 = cukup meningkat
1.7 Anjurkan beraktivitas fisik
3 = sedang
sesuai toleransi
4 = cukup menurun
1.8 Rujuk ke program
5 = menurun
rehabilitasi jantung
Gangguan rasa nyaman Status kenyamanan Terapi relaksasi

Definisi : Perasaan Definisi : Keseluruhan rasa Definisi : Menggunakan teknik


kurang senang, lega dan nyaman dan aman secara fisik, perengangan untuk mengurangi
sempurna dalam dimensi piskologis, spiritual, social, tanda dan gejala ketidaknyamanan
fisik, psikopiritual, budaya dan lingkungan seperti nyeri, ketegangan otot dan
lingkungan dan sosial kecemasan.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan pasien
diharapkan :

Penyebab : a. Perawatan sesuai Tindakan :


kebutuhan (4)
a. Gejala penyakit b. Keluhan tidak nyaman 1.1 Identifikasi teknik relaksasi
(4) yang pernah efektif
Gejala dan tanda : c. Gelisah (4) digunakan
1.2 Identifikasi kesediaan,
Keterangan kemampuan dan pengunaan
a. Mengeluh tidak
nyaman hasil : teknik sebelumnya
b. Gelisah 1.3 Monitor respons terhadap
terapi relaksasi
1 = meningkat
1.4 Gunakan relaksasi sebagai
2 = cukup meningkat startegi penunjang dan
3 = sedang analgetik atau tindakan medis
4 = cukup menurun lain jika sesuai
5 = menurun 1.5 Jelaskan tujuan manfaat
batasan dan jenis relaksasi
yang tersedia
1.6 Anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik yang
dipilih
1.7 Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi
Defisit pengethuan Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan

Definisi : Definisi : Definisi :

Ketiadaan atau Kecukupan informasi kognitif Mengajarkan pengelolaan faktor


kurangnya informasi yang berkaitan dengan topik resiko penyakit dan perilaku
kognitif yang berkaitan tertentu hidup bersih dan sehat
dengan topik tertentu
Setelah dilakukan tindakan Tindakan :
keperawatan pasien
diharapkan : 1.1 Identifikasi kesiapan dan
Penyebab : kemampuan menerima
informasi
Kriteria hasil :
a. Kurang terpapar 1.2 Identifikasi faktor yang
informasi dapat meningkatkan dan
a. Perilaku sesuai ajuran menurunkan motivasi
b. Ketidaktahuan
cukup meningkat (2) perilaku hidup bersih dan
menemukan
b. Perilaku sesuai dengan sehat
sumber
pengetahuan (2) 1.3 Sediakan materi dan media
informasi
c. Persepsi yang keliru pendidikan Kesehatan
terhadap masalah (4) 1.4 Berikan kesempatan untuk
bertanya
1.5 Jelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi
Kesehatan
Gejala dan tanda : 1.6 Ajarkan startegi yang dapat
Keterangan digunakan untuk
a. Menanyakan meningkatkan perilaku
hasil :
masalah yang hidup bersih dan sehat.
dihadapi 1 = meningkat
b. Menunjukan 2 = cukup meningkat
persepsi yang 3 = sedang
keliru terhadap
4 = cukup menurun
masalah
5 = menurun

DAFTAR PUSTAKA
Nurhidayat, S. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi . Ponorogo:
UNMUHPonorogo Press.
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KARDIOVASKULAR NDONESIA. (2015). PEDOMAN
TATALAKSANA HIPERTENSI PADA PENYAKITKARDIOVASKULAR. Jakarta: PERKI.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Utara, F. K. (2020). Buku Saku Waspadai Hipertensi Yuk Kenali Penangannya. Sumatera
Utara: UIN Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai