Anda di halaman 1dari 12

ATIHAN NAFAS DALAM DAN BATUK EFEKTIF

BAB I

LATIHAN NAFAS DALAM DAN BATUK EFEKTIF

A.    PENGERTIAN BATUK EFEKTIF

Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga
tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara maksimal.

Batuk merupakan gerakan refleks yang bersifat reaktif terhadap masuknya benda asing dalam saluran
pernapasan. Gerakan ini terjadi atau dilakukan tubuh sebagai mekanisme alamiah terutama untuk
melindungi paru paru.

Gerakan ini pula yang kemudian dimanfaatkan kalangan medis sebagai terapi untuk menghilangkan
lendir yang menyumbat saluran pernapasan akibat sejumlah penyakit. Itulah yang dimaksud pengertian
batuk efektif.

Batuk efektif merupakan batuk yang dilakukan dengan sengaja. Namun dibandingkan dengan batuk
biasa yang bersifat refleks tubuh terhadap masuknya benda asing dalam saluran pernapasan, batuk
efektif dilakukan melalui gerakan yang terencana atau dilatihkan terlebih dahulu. Dengan batuk efektif,
maka berbagai penghalang yang menghambat atau menutup saluran pernapasan dapat dihilangkan .

Bentuk Latihan Nafas Dalam,Terdiri atas :

a.          Pernafasan Diafragma


1. Pemberian oksigen bila penderita mendapat terapi oksigen di rumah.
2. Posisi penderita bisa duduk, telentang, setengah duduk, tidur miring ke kiri atau ke kanan, mendatar
atau setengah duduk.
3. Penderita meletakkan salah satu tangannya di atas perut bagian tengah, tangan yang lain di atas
dada. Akan dirasakan perut bagian atas mengembang dan tulang rusuk bagian bawah membuka.
Penderita perlu disadarkan bahwa diafragma memang turun pada waktu inspirasi. Saat gerakan
(ekskursi) dada minimal. Dinding dada dan otot bantu napas relaksasi.
4. Penderita menarik napas melalui hidung dan saat ekspirasi pelan-pelan melalui mulut (pursed lips
breathing), selama inspirasi, diafragma sengaja dibuat aktif dan memaksimalkan protrusi
(pengembangan) perut. Otot perut bagian depan dibuat berkontraksi selama inspirasi untuk
memudahkan gerakan diafragma dan meningkatkan ekspansi sangkar toraks bagian bawah.
5. Selama ekspirasi penderita dapat menggunakan kontraksi otot perut untuk menggerakkan diafragma
lebih tinggi. Beban seberat 0,51 kg dapat diletakkan di atas dinding perut untuk membantu aktivitas ini.

b.          Pursed lips breathing


(b.1) menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung (bukan menarik napas dalam)
dengan mulut tertutup
(b.2) kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut dengan posisi seperti bersiul
(b.3) PLB dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama ekspirasi
(b.4) Selama PLB tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melalui hidung
(b.5) Dengan pursed lips breathing (PLB) akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut,
kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehingga dapat mencegah air
trapping dan kolaps saluran napas kecil pada waktu ekspirasi

Pengobatan Untuk Batuk Efektif

Penatalaksanaan batuk yang paling baik adalah pemberian obat spesifik terhadap etiologinya. 

Tiga bentuk penatalaksanaan batuk adalah : 

1.     Tanpa pemberian obat

Penderita-penderita dengan batuk tanpa gangguan yang disebabkan oleh penyakit akut dan sembuh
sendiri biasanya tidak perlu obat.

2.     Pengobatan spesifik

Pengobatan ini diberikan terhadap penyebab timbulnya batuk.

3.     Pengobatan simtomatik

Diberikan baik kepada penderita yang tidak dapat ditentukan penyebab batuknya maupun kepada
penderita yang batuknya merupakan gangguan, tidak berfungsi baik dan potensial dapat menimbulkan
komplikasi.

Keterangan Bentuk penatalaksanaan :

1 a. Pengobatan Spesifik
Pengobatan spesifik batuk tergantung dari etiologi atau mekanismenya. Asma diobati dengan
bronkodilator atau kortikosteroid. Post nasal drip karena sinusitis diobati dengan antibiotik, obat
semprot hidung dan kombinasi antihistamin-dekongestan, post nasal drip karena alergi atau rinitis non
alergi ditanggulagi dengan menghindari lingkungan yang mempunyai faktor pencetus dan kombinasi
antihistamin-dekongestan. Refluks gastroesofageal diatasi dengan meninggikan kepala, modifikasi diet,
antasid dan simetidin. Batuk pada bronkitis kronis diobati dengan menghentikan merokok. Antibiotik
diberikan pada pneumonia, sarkoidosis diobati dengan kortikosteroid dan batuk pada gagal jantung
kongestif dengan digoksin dan furosemid. Pengobatan spesifik juga dapat berupa tindakan bedah seperti
reseksi paru pada kanker paru, polipektomi, menghilangkan rambut dari saluran telinga luar.

2 a. Pengobatan Simptomatik

Pengobatan simptomatik diberikan apabila :

1. Penyebab batuk yang pasti tidak diketahui, sehingga pengobatan spesifik tidak dapat diberikan.

2. Batuk tidak berfungsi baik dan komplikasinya membahayakan penderita.

Obat yang digunakan untuk pengobatan simptomatik ada dua jenis yaitu antitusif, dan mukokinesis. 

1.     Antitusif

Antitusif adalah obat yang menekan refleks batuk, digunakan pada gangguan saluran nafas yang tidak
produktif dan batuk akibat teriritasi. Secara umum berdasarkan tempat kerja obat antitusif dibagi atas
antitusif yang bekerja di perifer dan antitusif yang berkerja di sentral. Antitusif yang bekerja di sentral
dibagi atas golongan narkotik dan non-narkotik.

1a) Antitusif yang bekerja di perifer,

yaitu Obat golongan ini menekan batuk dengan mengurangi iritasi lokal di saluran nafas, yaitu pada
reseptor iritan perifer dengan cara anastesi langsung atau secara tidak langsung mempengaruhi lendir
saluran nafas.

a.                Obat-obat anestesi

Obat anestesi lokal seperti benzokain, benzilalkohol, fenol dan garam fenol digunakan dalam
pembuatan lozenges. Obat ini mengurangi batuk akibat rangsang reseptor iritan di faring, tetapi hanya
sedikit manfaatnya untuk mengatasi batuk akibat kelainan salauran nafas bawah. Obat anestesi yang
diberikan secara topikal seperti tetrakain, kokain dan lidokain sangat bermanfaat dalam menghambat
batuk akibat prosedur pemeriksaan bronkoskopi. Beberapa hal harus diperhatikan dalam pemakaian
obat anestesi topikal yaitu :

1.      Resiko aspirasi beberapa jam sesudah pemakaian obat.


2.      Diketahui kemungkinan reaksi alergi terhadap obat anestesi.

3.      Peningkatan tekanan jalan nafas sesudah inhalasi zat anestesi.

4.      Resiko terjadinya efek toksis sistemik termasuk aritmia dan kejang terutama pada penderita
penyakit hati dan jantung.

b.                Demulcent

Obat ini bekerja melapisi mukosa faring dan mencegah kekeringan selaput lendir. Obat ini digunakan
sebagai pelarut antitusif lain atau sebagai lozengesyang mengandung madu, akasia, gliserin dan anggur.
Secara objektif tidak ada data yang menunjukkan obat ini mempunyai efek antitusif yang bermakna,
tetapi karena aman dan memberikan perbaikan subjektif obat ini banyak dipakai.

(1b)  Antitusif yang bekerja sentral,

Obat ini berkerja menekan batuk dengan meninggikan ambang rangsangan yang dibutuhkan untuk
merangsang pusat batuk dibagi atas golongan narkotik dan non-narkotik.

a.                 Golongan narkotik

Opiat dan derivatnya mempunyai berbagai macam efek farmakologi sehingga digunakan sebagai
analgesik, antitusif, sedatif, menghilangkan sesak karena gagal jantung dan anti diare. Diantara alkaloid
ini morfin dan kodein sering digunakan. Efek samping obat ini adalah penekanan pusat nafas, konstipasi,
kadang-kadang mual dan muntah, serta efek adiksi. Opiat dapat menyebabkan terjadinya brokospasme
karena pelepasan histamin. Tetapi efek ini jarang terlihat pada dosis terapi untuk antitusif. Kodein
merupakan antitusif narkotik yang paling efektif dan salah satu obat yang paling sering diresepkan. Pada
orang dewasa dosis tunggal 20-60 mg atau 40-160 mg per hari biasanya efektif. Kodein ditolerir dengan
baik dan sedikit sekali menimbulkan ketergantungan. Disamping itu obat ini sangat sedikit sekali
menyebabkan penekanan pusat nafas  dan pembersihan mukosiliar.

b.                Golongan Antitusif Non-Narkotik

                        §  Dekstrometorfan

Obat ini tidak mempunyai efek analgesik dan ketergantungan. Obat ini efektif bila diberikan dengan
dosis 30 mg setiap 4-8 jam, dosis dewasa 10-20 mg setiap 4 jam. Anak-anak umur 6-11 tahun 5-10 mg.
Sedangkan anak umur 2-6 tahun dosisnya 2,5 – 5 mg setiap 4 jam.

                        §  Butamirat sitrat

Obat ini bekerja pada sentral dan perifer. Pada sentral obat ini menekan pusat refleks dan di perifer
melalui aktifitas bronkospasmolitik dan aksi antiinflamasi. Obat ini ditoleransi dengan baik oleh
penderita dan tidak menimbulkan efek samping konstipasi, mual, muntah dan penekanan susunan saraf
pusat. Butamirat sitrat mempunyai keunggulan lain yaitu dapat digunakan dalam jangka panjang tanpa
efek samping dan memperbaiki fungsi paru yaitu meningkatkan kapasitas vital dan aman digunakan
pada anak. Dosis dewasa adalah 3x15 ml dan untuk anak-anak umur 6-8 tahun 2x10 ml sedangkan anak
berumur lebih dari 9 tahun dosisnya 2x15 ml.

                        §  Difenhidramin

Obat ini tergolong obat antihistamin, mempunyai manfaat mengurangi batuk kronik pada bronkitis. Efek
samping yang dapat ditimbulkan ialah mengantuk, kekeringan mulut dan hidung, kadang-kadang
menimbulkan perangsangan susunan saraf pusat. Obat ini mempunyai efek antikolinergik karena itu
harus digunakan secara hati-hati pada penderita glaukoma, retensi urin dan gangguan fungsi paru. Dosis
yang dianjurkan sebagai obat batuk ialah 25 mg setiap 4 jam, tidak melebihi 100 mg/ hari untuk dewasa.
Dosis untuk anak berumur 6-12 tahun ialah 12,5 mg setiap 4 jam  dan tidak melebihi 50 mg/ hari.
Sendangkan untuk anak 2-5 tahun ialah 6,25 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 25 mg / hari

2. Mukoheksin

Retensi cairan yang patologis di jalan nafas disebut mukostasis. Obat-obat yang digunakan untuk
mengatasi keadaan itu disebut mukokinesis. Obat mukokinesis dikelompokkan atas beberapa golongan :

v    Diluent ( cairan )

Air adalah diluent yang pertama berguna untuk mengencerkan cairan sputum. Cairan elektrolit : larutan
garam faal merupakan larutan yang paling sesuai untuk nebulisasi dan cairan lavage  , larutan garam
hipotonik digunakan pada pasien yang memerlukan diet garam

v    Surfaktan

Obat ini bekerja pada permukaan mukus dan menurunkan  daya lengket mukus pada epitel. Biasanya
obat ini dipakai sebagai inhalasi, untuk itu perlu dilarutkan dalam air atau larutan elektrolit lain. Sulit
dibuktikan obat ini lebih baik daripada air atau larutan elektrolit saja pada terapi inhalasi.

v    Mukolitik

Obat ini memecah rantai molekul mukoprotein sehinggaa menurunkan viskositas mukus. Termasuk
dalam golongan ini antara lain ialah golongan thiol dan enzim proteolitik.

a.                Golongan Thiol

Obat ini memecah rantai disulfida mukoprotein, dengan akibat lisisnya mukus. Salah satu obat yang
termasuk golongan ini adalah asetilsistein.

ü  Asetilsistein

Asetilsistein adalah derivat H-Asetil dari asam amino L-sistein, digunakan dalam bentuk larutan atau
aerosol. Pemberian langsung ke dalam saluran napas melalui kateter atau bronkoskop memberikan efek
segera, yaitu meningkatkan jumlah sekret bronkus secara nyata. Efek samping berupa stomatitis, mual,
muntah, pusing, demam, dan menggigil jarang ditemukan.

Dosis yang efektif ialah 200 mg, 2-3 kali per oral. Pemberian secara inhalasi dosisnya adalah 1-10 ml
larutan 20% atau 2-20 ml larutan 10% setiap 2-6 jam. Pemberian langsung ke dalam saluran napas
menggunakan larutan 10-20% sebanyak 1-2 ml setiap jam. Bila diberikan sebagai aerosol harus dicampur
dengan bronkodilator oleh karena mempunyai efek bronkokonstriksi.

Obat ini selain diberikan secara inhalasi dan oral, juga dapat diberikan secara intravena. Pemberian
aerosol sangat efektif dalam mengencerkan mukus.

Di samping bersifat mukolitik, N-Asetilsistein juga mempunyai fungsi antioksidan. N-Asetilsistein


merupakan sumber glutation, yaitu sumber yang bersifat antioksidan. Pemberian N-Asetilsistein dapat
mencegah kerusakan saluran napas yang disebabkan oleh oksidan. Pada perokok kerusakan saluran
napas terjadi karena zat-zat oksidan dalam asap rokok mempengaruhi keseimbangan oksidan dan
antioksidan. Dengan demikian pemberian N-Asetilsistein pada perokok dapat mencegah kerusakan
parenkim paru terhadap efek oksidan dalam asap rokok, sehingga mencegah terjadinya emfisem.  

Penelitian pada penderita penyakit saluran pernapasan akut dan kronik menunjukkan bahwa N-
Asetilsistein efektif dalam mengatasi batuk, sesak napas dan pengeluaran dahak. Perbaikan klinik
pengobatan dengan N-Asetilsistein lebih baik bila dibandingkan dengan bromheksin.

Ø    Enzim Proteolitik

Enzim protease seperti tripsin, kimotripsin, streptokinase, deoksiribonuklease dan streptodornase dapat
menurunkan viskositas mukus. Enzim ini lebih efektif diberikan pada penderita dengan sputum yang
purulen. Diberikan sebagai terapi inhalasi. Tripsin dan kimotripsin mempunyai efek samping iritasi
tenggorokan dan mata, batuk, suara serak, batuk darah, bronkospasme, reaksi alergi umum, dan
metaplasia bronkus. Deoksiribonuklease efek sampingnya lebih kecil, tetapi efektifitasnya tidak melebihi
asetilsistein.

-                   Bronkomukotropik

Obat golongan ini bekerja langsung merangsang kelenjar bronkus. Zat ini menginduksi pengeluaran
seromusin sehingga meningkatkan mukokinesis. Umumnya obat-obat inhalalasi yang mengencerkan
mukus termasuk dalam golongan ini. Biasanya obat ini mempunyai aroma. Contoh obat ini adalah
mentol, minyak kamper, balsem dan minyak kayu putih.

Vicks vapo Rub® mengandung berbagai minyak yang mudah menguap, adalah bronkomukotropik yang
paling populer.
-                   Bronkorrheik

Iritasi permukaan saluran napas menyebabkan pengeluaran cairan. Saluran napas bereaksi terhadap zat-
zat iritasi yang toksik, pada keadaan berat dapat terjadi edema paru. Iritasi yang lebih ringan dapat
berfungsi sebagai pengobatan, yaitu merangsang pengeluaran cairan sehingga memperbaiki 
mukokinesis. Contoh obat golongan ini adalah larutan garam hipertonik.

-                   Ekspektoran

Ekspektoran adalah obat yang meningkatkan jumlah cairan dan merangsang pengeluaran sekret dari
saluran napas. Hal ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui :

§ refleks vagal gaster

§ stimulasi topikal dengan inhalasi zat

§ perangsangan vagal kelenjar mukosa bronkus

§ perangsangan medula

Refleks vagal gaster adalah pendekatan yang paling sering dilakukan untuk merangsang pengeluaran
cairan bronkus. Mekanisme ini memakai sirkuit refleks dengan reseptor vagal gaster sebagai afferen dan
persarafan vagal kelenjar mukosa bronkus sebagai efferen.

Termasuk ke dalam ekspektoran dengan mekanisme ini adalah :

-          Amonium klorida

-          Kalium yodida

-          Guaifenesin ( gliseril guaiakolat )

-          Sitrat ( Natrium sitrat )

-          Ipekak

                              

Ø    Kalium yodida

Obat ini adalah ekspektoran yang sangat tua dan telah digunakan pada asma dan bronkitis kronik. Selain
sebagi ekspektoran obat ini mempunyai efek menurunkan elastisitas mukus dan secara tidak langsung
menurunkan viskositas mukus. Mempunyai efek samping angioderma, serum sickness, urtikaria,
purpura trombotik trombositopenik dan periarteritis yang fatal. Merupakan kontraindikasi pada wanita
hamil, masa laktasi dan pubertas. Dosis yang dianjurkan pada orang dewasa 300 - 650 mg, 3-4 kali sehari
dan 60-250 mg, 4 kali sehari untuk anak-anak.
Ø    Guaifenesin ( gliseril guaiakolat )

Selain berfungsi sebagai ekspektoran obat ini juga memperbaiki pembersihan mukosilia. Obat ini jarang
menunjukkan efek samping. Pada dosis besar dapat terjadi mual, muntah dan pusing. Dosis untuk
dewasa biasanya adalah 200-400 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 2-4 gram per hari. Anak-anak 6-11
tahun, 100-200 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 1-2 gram per hari, sedangkan untuk anak 2-5 tahun,
50-100 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 600 mg sehari.

-           Mukoregulator

Obat ini merupakan mukokinetik yang bekerja pada kelenjar mukus yang mengubah campuran
mukoprotein sehingga sekret menjadi lebih encer, obat yang termasuk golongan ini adalah bromheksin
dan S-karboksi metil sistein.

Ø    Bromheksin

Bromheksin adalah komponen alkaloid dari vasisin dan ambroksol adalah metaboliknya. Obat ini
meningkatkan jumlah sputum dan menurunkan viskositasnya. Juga ia merangsang produksi surfaktan
dan mungkin bermanfaat pada sindrom gawat napas neonatus. Kedua obat ini ditoleransi dengan baik,
tetapi dapat menyebabkan rasa tidak enak di epigastrium dan mual. Harus hati-hati pada penderita
tukak lambung. Dosis bromheksin biasanya 8-16 mg 3 kali sehari, sedangkan ambroksol 45-60 mg sehari.

Ø    S-karboksi metil sistein

Obat ini adalah derivat sistein yang lain, juga bermanfaat menurunkan viskositas mukus. Dosis obat ini
biasanya 750 mg 3 kali sehari. Obat ini memberikan efek setelah diberikan 10-14 hari.

-           Mediator Otonom

Stimulator yang palin poten untuk sekresi saluran napas adalah obat-obat kolinergik seperti asetilkolin
dan metakolin. Kenyataannya obat ini sangat kuat sehingga menimbulkan banyak efek samping antara
lain bronkospasme.

Obat-obat simpatomimetik juga bisa merangsang pengeluaran sekret. Obat Beta 2 agonis juga
menyebabkan bronkodilatasi dan merangsang pergerakan silia. Oleh karena itu menfaat ini dalam
mekanisme pengeluaran sekret tidak diketahui dengan jelas.

B.    TUJUAN
Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi maksimal
yang dimulai dari ekspirasi , yang bertujuan :

a. Merangsang terbukanya sistem kolateral

b. Meningkatkan distribusi ventilasi

c. Meningkatkan volume paru

d. Memfasilitasi pembersihan saluran napas

 Batuk yang tidak efektif menyebebkan :

1. Kolap saluran napas

2. Ruptur dinding alveoli

3. Pneumothoraks

 Latihan pernapasan bertujuan untuk :

1. Mengatur frekuensi dan pola napas sehingga mengurangi air trapping

2. Memperbaiki fungsi diafragma

3. Memperbaiki mobilitas sangkar toraks

                 

C.    INDIKASI BATUK EFEKTIF

Dilakukan pada pasien seperti :COPD/PPOK, Emphysema, Fibrosis, Asma, chest infection, pasien bedrest
atau post operasi.

1. COPD / PPOK

Penyakit paru obstruktif kronik

Penyakit ini sitandai oleh hambatan aliran udara disaluran nafas yang bersifat progresif non reversible
atau reversible parsial. Ppok terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.

2. Emphysema

Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal,
disertai kerusakan dining alveoli.

3. Fibrosis

4. Asma

Merupakan gangguan inflamasi pada jalan nafas yang ditandai oleh opstruksi aliran udara nafas dqan
respon jalan nafas yang berlebihan terhadap berbagai bentuk rangsangan.

5. Chest infection
6. Pasien bedrest atau post operasi

Huff Coughing adalah tehnik mengontrol batuk yang dapat digunakan pada pasien menderita penyakit
paru-paru seperti COPD/PPOK, emphysema atau cystic fibrosis.

·       Huff Coughing :
1. Untuk menyiapkan paru-paru dan saluran nafas dari Tehnik Batuk huff, keluarkan semua udara dari
dalam paru-paru dan saluran nafas. Mulai dengan bernafas pelan. Ambil nafas secara perlahan, akhiri
dengan mengeluarkan nafas secar perlahan selama 3 – 4 detik.
2. Tarik nafas secara diafragma, Lakukan secara pelan dan nyaman, jangan sampai overventilasi paru-
paru.
3. Setelah menarik nafas secra perlahan, tahan nafas selama 3 detik, Ini untuk mengontrol nafas dan
mempersiapkan melakukan batuk huff secara efektif.
4. Angkat dagu agak keatas, dan gunakan otot perut untuk melakukan pengeluaran nafas cepat
sebanyak 3 kali dengan saluran nafas dan mulut terbuka, keluarkan dengan bunyi Ha,ha,ha atau huff,
huff, huff. Tindakan ini membantu epligotis terbuka dan mempermudah pengeluaran mucus.
5. Kontrol nafas, kemudian ambil napas pelan 2 kali.
6. Ulangi tehnik batuk diatas sampai mucus sampai ke belakang tenggorokkan
7. Setelah itu batukkan dan keluarkan mucus/dahak.

·       Postsurgical Deep Coughing

a)     Step 1 :
•Duduk di sudut tempat tidur atau kursi, juga dpat berbaring terlentang dengan lutut agak ditekukkan.
•Pegang/tahan bantal atau gulungan handuk terhadap luka operasi dengan kedua tangan
•Bernafaslah dengan normal

b)     Step 2 :
•Bernafaslah dengan pelan dan dalam melalui hidung.
•Kemudian keluarkan nafas dengan penuh melalui mulut, Ulangi untuk yang kedua kalinya.
•Untuk ketiga kalinya, Ambil nafas secara pelan dan dalam melalui hidung, Penuhi paru-paru sampai
terasa sepenuh mungkin.

c)     Step 3 :
•Batukkan 2 – 3 kali secara berturut-turut. Usahakan untuk mengeluarkan udara dari paru-paru
semaksimalkan mungkin ketika batuk.
•Relax dan bernafas seperti biasa
•Ulangi tindakan diatas.

D.    KONTRAINDIKASI

1. Tension pneumotoraks 
2. Hemoptisis 
3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akutrd infark dan
aritmia. 
4. Edema paru 
5. Efusi pleura yang luas

E.     ALAT DAN BAHAN

1.     sarung tangan

2.     bengkok

3.     antiseptik (jika perlu)

4.     sputum pot

5.     tisu habis pakai

6.     Air Minum Hangat

F.     PROSEDUR

1.     Fase Prainteraksi

a.   Mengecek program terapi

b.   Mencuci tangan

c.   Menyiapkan alat

2.     Fase Orientasi

a.   Memberikan salam dan sapa nama pasien

b.   Menjelaskan tujuan  dan prosedur pelaksanaan

c.   Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien


3.     Fase Kerja

a.   Menjaga privacy pasien

b.   Mempersiapkan pasien

c.   Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen

d.   Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga
mulut tetap tertutup)

e.   Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada punggung)

f.    Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan

g.   Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir seperti meniup)

h.   Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot

i.    Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di dekat mulut bila tidur
miring)

j.    Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi, tahan nafas dan batukkan
dengan kuat

k.   Menampung lender dalam sputum pot

l.    Merapikan pasien

4.     Fase Terminasi

a.   Melakukan evaluasi tindakan

b.   Berpamitan dengan klien

c.   Mencuci tangan

d.   Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai