Anda di halaman 1dari 10

ANALISA PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN

TERHADAP PENDAPATAN INDIVIDU DI SUMATERA


BARAT

Dedi Julianto,Puti Annisa Utari


Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Dharma Andalas,
Jl. Sawahan No. 103A Simpang Haru, Padang. Sumatera Barat
Email : dedijulianto1987@gmail.com, puti.annisa@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan yang
ditamatkan terhadap tingkat pendapatan individu di Sumatera Barat. Selain itu juga meneliti
penghasilan seseorang jika dilihat berdasarkan usia, jenis kelamin dan daerah tempat tinggalnya.
Metode analisis yang dipakai di dalam penelitian ini adalah gabungan antara analisa deskriptif dan
analisa kuantitatif. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data SUSENAS 2016. Untuk
mendukung penelitian ini penulis juga menggunakan sumber lain berupa jurnal atau artikel-
artikel, buku-buku, dan literatur-literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini
Hasil penelitian mendapatkan bahawa Tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pendapatan individu, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan, tingkat pendapatan juga akan
meningkat. Faktor usia juga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan. Untuk pengujian kelompok
usia dibawah 30 tahun tingkat pendapatannya lebih kecil dibandingkan kelompok usia lainnya.
Faktor jenis kelamin juga berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan
pekerja laki laki lebih besar dibandingkan pekerja perempuan. Berdasarkan lokasi, tingkat
pendapatan di daerah perkotaan lebih tinggi dibanding daerah pedesaan.

Kata kunci : Tingkat Pendidikan, Usia, Jenis Kelamin, Domisili dan Pendapatan Individu.

ABSTRACT
This study aims to determine how much influence the level of education that is completed on the
level of individual income in West Sumatra. In addition, it also examines a person's income when
viewed based on age, gender and area of residence.
The analytical method used in this study is a combination of descriptive analysis and quantitative
analysis. The types and sources of data used are SUSENAS 2016. To support this research the
author also uses other sources in the form of journals or articles, books, and other literature related
to this research.
The results of the study found that the level of education has a significant effect on the level of
individual income, where the higher the level of education, the level of income will also increase.
The age factor also affects the level of income. For testing under 30 years age groups the income
level is smaller than other age groups. Gender factors also have a significant effect on income
levels. The income level of male workers is greater than female workers. Based on location, the
level of income in urban areas is higher than in rural areas.

Keywords: Level of Education, Age, Gender, Domicile and Individual Income.

1. PENDAHULUAN akan pendidikan terus meningkat seiring


perkembangan zaman. Hal ini erat kaitannya
dengan kondisi pasar kerja yang mengalami
Pendidikan merupakan salah satu pergeseran permintaan dari tenaga kerja tak
bentuk konsumsi dari masyarakat. Kebutuhan

122 IKRAITH EKONOMIKA VOL 2 NO 2 BULAN JULI 2019


terdidik menjadi tenaga kerja terdidik akibat Hal tersebut juga berlaku di
proses industrialisasi. Dalam jangka panjang Sumatera Barat. Dari total 217 ribu angkatan
hal ini ditanggapi oleh penduduk dengan yang bekerja yang menganggur, 140 ribu
melakukan investasi dibidang pendidikan merupakan tamatan SLTA dan perguruan
dengan cara bersekolah atau melanjutkan tinggi. 45 ribu atau sekitar 20 persen dari
pendidikan kejenjang yang lebih tinggi total angka pengangguran diantaranya
dengan harapan bisa mendapatkan merupakan angkatan kerja yang
penghasilan yang lebih tinggi (Diah berpendidikan perguruan tinggi. Jika
Widyawati, 1994). dibandingkan dengan total angkatan kerja
Pendidikan erat kaitannya dengan berpendidikan perguruan tinggi, sekitar 25
analisis pasar kerja. Secara teori dapat persennya merupakan pengangguran terbuka
disimpulkan bahwa berdasarkan berbagai (unemployment). Hal ini tentu menjadi
pandangan telah disimpulkan terjadinya masalah tersendiri bagi perekonomian di
segmentasi upah yang berkaitan dengan Sumatera Barat. Tamatan perguruan tinggi
karakteristik pendidikan para pekerja. yang diharapkan menjadi penggerak
Sehingga pendidikan yang tinggi akan perekonomian, malah menyumbang angka
memberikan pendapatan yang tinggi pula. pengangguran yang cukup besar. Dengan
Pendidikan yang tinggi secara tidak langsung semakin ketatnya persaingan dalam dunia
akan membawa konsekuensi terhadap kerja investasi dalam bidang pendidikan akan
pilihan-pilihan individu dalam mendapatkan semakin diperlukan sehingga mampu
pekerjaan. Maka, lapangan pekerjaan yang meningkatkan tingkat produktifitas.
menghasilkan pendapatan tinggi cenderung Berdasarkan latar belakang tersebut
diambil oleh tenaga berpendidikan. penulis tertarik meneliti dampak dan
Untuk Sumatera Barat berdasarkan pengaruh pendidikan terhadap penghasilan,
data yang dikeluarkan oleh BPS, tamatan dimana penulis mencoba melihat apakah
perguruan tinggi umumnya bekerja disektor pendidikan berpengaruh terhadap penghasilan
formal seperti pada jasa kemasyarakatan, yang diterima dan memasukkan faktor faktor
perbankan, asuransi, dan lapangan kerja lain seperti usia dan jenis kelamin, dengan
sektor modern lainnya. Mereka yang bekerja mengangkat hal tersebut dalam suatu karya
disektor formal sekitar 70 persen dari ilmiah yang berjudul :
keseluruhan total pekerja tamatan perguruan ”ANALISA PENGARUH TINGKAT
tinggi. Untuk tamatan SLTA, hanya sekitar PENDIDIKAN TERHADAP
31 persen bekerja di sektor tersebut. PENDAPATAN INDIVIDU DI
Sedangkan pada sektor tradisional, seperti SUMATERA BARAT”
pertanian keluarga dan usaha usaha
wiraswasta didominasi oleh pekerja yang 2. METODOLOGI
berpendidikan SD dan SLTP. Sektor
pertanian merupakan lapangan kerja utama 2.1 Data dan Sumber Data
dimana hampir 50 persen masyarakat bekerja Dalam penelitian ini data yang
di sektor ini. digunakan adalah data SUSENAS 2016.
Akibat rendahnya tingkat investasi Susenas adalah survey yang dilakukan BPS
dan rendahnya tingkat kualitas sumber daya untuk mengumpulkan keterangan-keterangan
menyebabkan rendahnya tingkat permintaan rumah tangga dan penduduk. Untuk
tenaga kerja. Hal ini berlanjut dengan mendukung penelitian ini penulis juga
semakin tingginya lulusan sekolah yang menggunakan sumber lain berupa jurnal atau
menganggur. Bahkan ini juga berlaku bagi artikel-artikel, buku-buku, dan literatur-
lulusan perguruan tinggi yang merupakan literatur lainnya yang berkaitan dengan
tenaga kerja terdidik. Hal ini lebih penelitian ini.
disebabkan kurangnya proyeksi pendidikan,
dan proyeksi lapangan pekerjaan. 2.2 Kriteria Sampel
Kebanyakan lembaga pendidikan hanya
mengahasilkan lulusan yang kurang Sampel dalam penelitian ini diambil
marketable, lebih sebagai worker dan bukan dari data sekunder yaitu dari data Susenas
employers (Suryana, 2000). 2016. Susenas merupakan survei yang
dirancang BPS untuk mengumpulkan data
sosial kependudukan yang relatif luas.

IKRAITH EKONOMIKA VOL 2 NO 2 BULAN JULI 2019 123


Dalam Susenas tersedia perangkat data yang pernah ditamatkan. Dalam
digunakan untuk memantau taraf penelitian ini tingkat pendidikan
kesejahteraan masyarakat, merumuskan dibagi atas tingkat SLTP ke bawah
program pemerintah yang khusus ditujukan dan tamatan SLTA kebawah.
untuk meningkatkan kesejahteraan sektor- b Jenis Kelamin (GEN) : merupakan
sektor tertentu dalam masyarakat. klasifikasi gender dibagi menurut
laki laki dan wanita.
Pendekatan yang digunakan Susenas c Usia (AGE) : merupakan usia dari
adalah melalui rumah tangga dan penduduk. responden.
Hal ini dilakukan dengan memilih sejumlah d Lokasi : daerah tempat tinggal
rumah tangga dan atau penduduk yang responden
dilakukan secara random sampling. Untuk
setiap provinsi pertama-tama dipilih sejumlah
kecamatan secara random. Disetiap Tabel 1. Variabel dan Skala
kecamatan terpilih selanjutnya dipilih secara Pengukuran Data Analisis Logistik
random juga sejumlah rumah tangga disetiap Variabel Label
desa yang terpilih tersebut. Dengan demikian Variabel
pemilihan rumah tangga dalam Susenas Dependen 1 = < 400000
dilakukan secara bertahap denga melalui  P = Pendapatan 0 = > 400000
proses random. Semua penduduk yang
menjadi anggota rumah tangga yang terpilih Variabel
tersebut dinyatakan terpilih dalam sampel. Independen
 Pendidikan 1 1 = SLTP kebawah
(EDU 1) 0 = Lainnya
2.3 Variabel dan Definisi Operasional  Pendidikan 2 1 = SLTA kebawah
Adapun variabel yang digunakan (EDU 2) 0 = Lainnya
dalam analisis ini terdiri dari variabel  Umur 1 (AGE1) 1 = <30 tahun
dependen dan variable independent. Variabel 0 = Lainnya
dependen yaitu tingkat pendapatan atau  Umur 2 (AGE2) 1 = <40 tahun
penghasilan individu. Sedangkan variabel 0 = Lainnya
independent terdiri dari tingkat pendidikan,  Jenis Kelamin 1 = Laki-laki
usia dan jenis kelamin. Definisi operasional (GEN) 0 = Perempuan
yang digunakan adalah sebagai berikut:  Lokasi 1 = Kota
0 = Desa
1. Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan 2.4 Model dan Analisis Data


dalam pembuatan model dan defenisi Metode analisis data yang
operasionalnya adalah : digunakan dalam studi ini adalah gabungan
antara analisa deskriptif dan analisa
Tingkat Pendapatan individu, yang kuantitatif. Analisa deskriptif dilakukan
dibagi atas dua kategori yaitu : dengan menggunakan distribusi frekuensi
terutama ditujukan untuk menjelaskan
1 = < 400000 variabel-variabel yang diduga mempengaruhi
tingkat pendapatan perkapita di Sumatera
0 = > 400000 Barat.
2.5 Model Regresi Logistik
2. Variabel Independen Dalam model logistik yang
mempunyai variabel independent lebih dari
Untuk melihat faktor-faktor yang satu, dimungkinkan bahwa variabel dependen
mempengaruhi tingkat pendapatan perkapita tidak hanya dipengaruhi oleh faktor utama,
akan digunakan variabel bebas dan definisi tetapi juga dipengaruhi faktor interaksi,
operasional sebagai berikut : dimana dua atau lebih variabel independent
a Tingkat Pendidikan (EDU) : yaitu secara bersama-sama mempunyai
tingkat pendidikan terakhir yang hubungan/asosiasi dengan variabel dependen.

124 IKRAITH EKONOMIKA VOL 2 NO 2 BULAN JULI 2019


Setelah mempertimbangkan substansi, teori, G =
dan variabel yang akan ditinjau, maka pada  likelihood ModelB 
penelitian ini akan menggunakan model  2 ln  
sebagai berikut :  likelihood ModelA  
𝑃𝑖
Ln [1−𝑃𝑖 ] = 𝛽 0 + β1 EDU 1+ β2 EDU 2+ β3 Dimana :
AGE 1 + β4 AGE 2 + β5 GEN Model B : model yang hanya terdiri
+ β6 LOKASI + e dari konstanta saja.
Model A : model yang terdiri dari
𝑃𝑖
Dimana : Ln [1−𝑃𝑖 ] = Odd Ratio, yang seluruh variabel.
menjelaskan kecendrungan untuk berbuat G berdistribusikan Khi Kuadrat
atau melaukukan sesuatu. dengan derajat bebas p atau G ~ X2p. H0
ditolak jika G > X2 α.p ; dimana α adalah
P = Probabilitas tingkat signifikansi. Apabila H0 ditolak, maka
model A signifikan pada signifikansi α.
β0 = Konstanta
β1 β2 β3 β4 β5 =Koefisien 2.6.2 Uji Wald : Uji signifikansi tiap-tiap
Regresi parameter.
EDU =Tingkat H0 = βj = 0 untuk suatu j tertentu ; j =
Pendidikan 0, 1, ..., p
AGE = Usia HI = βj  0
Pengujian dilakukan dengan statistik :
GEN = Jenis Kelamin
j 
2
LOKASI = Lokasi Wj =   ; j = 0, 1, 2, …,p
e = Error  SE 
Sebelum melakukan proses multiple Statistik ini berdistribusi Khi
regression, harus dilakukan terlebih dahulu Kuadrat dengan derajat bebas 1 atau secara
uji korelasi terhadap variabel independent simbolis ditulis Wj ~ X2. Dimana H0 ditolak
nya. Uji tersebut dilakukan dengan uji jika Wj > X2 α i ; dengan α adalah tingkat
korelasi Spearman (X2), dimana berfungsi signifikansi yang dipilih. bila H0 ditolak,
untuk melihat tingkat signifikansi korelasi artinya parameter tersebut signifikan secara
variabel independent dengan variabel statistik pada tingkat signifikansi α.
dependen. Bila diantara variabel independen Setelah persamaan model
ada yang mempunyai hubungan/korelasi yang terbentuk maka langkah selanjutnya adalah
kuat, berarti terjadi kasus multikolineritas. menginterpretasikan koefisien-koefisien yang
Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini didapat. Dari model yang terbentuk diperoleh
adalah dengan mengeluarkan salah satu hasil yang penting untuk menginterpretasi
variabel yang saling berhubungan kuat. model tersebut, yang biasa disebut odd ratio,
Untuk menguji signifikan atau yang merupakan perbandingan resiko antara
tidaknya koefisien variabel regresi logistik, 2 kelompok individu dalam karakter yang
maka digunakan fungsi log likelihood atau uji berbeda.
G (Nachrowi dan Usman, 2005). Jika G > X2, Odd (risiko) didefinisikan sebagai
berarti parameter model signifikan. p /1  p  dimana p menyatakan
2.6 Pengujian Signifikansi Model dan
probabilitas sukses (terjadinya peristiwa Y =
Parameter
1) sedangkan (1 – p) menyatakan probabilitas
Langkah selanjutnya, dari model
gagal (terjadinya peristiwa Y = 0).
yang diperoleh akan dilakukan pengujian
Dengan demikian odd ratio
signifikansi model dan parameter, antara
(perbandingan nilai odd atau risiko antara dua
lain :
2.6.1 Uji Seluruh Model (Uji G) kelompok individu) yang dilambangkan 
H0 : β1 = β2 = .................... = βp = 0 dituliskan sebagai berikut :
H1 : Sekurang-kurangnya terdapat satu βj =
0  p  XA  / 1  p  XA  
Penguji dilakukan dengan statistik :   XB  
p / 1  p  XB  

IKRAITH EKONOMIKA VOL 2 NO 2 BULAN JULI 2019 125


Apabila variabel bebas merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku
variabel kategori dengan dua kategori, seseorang atau sekelompok orang dalam
katakan 1 dan 0 dengan kategori 0 sebagai usaha mendewasakan manusia melalui upaya
refensi maka interprestasi koefisien pada pengajaran dan latihan, proses perbuatan, dan
variabel ini adalah rasio dari nilai odd untuk cara mendidik. Sementara kamus Webster’s
kategori 1 terhadap nilai odds untuk kategori New World Dictionary dalam Fattah (2004),
0, ditulis sebagai berikut: merumuskan Pendidikan sebagai proses
= pengembangan dan latihan yang mencakup
 p  Xj 1 p  Xj 0  
aspek pengetahuan (knowledge).
  Exp j 
Keterampilan (skill) dan kepribadian
  Xj 1
1  p 1  p  Xj 0   (character), terutama yang dilakukan dalam
suatu bentuk formula (per sekolahan)
kegiatan pendidikan mencakup proses dalam
Yaitu: resiko terjadinya peristiwa Y
menghasilkan dan transfer ilmu pengetahuan
= 1 pada kategori X1 = 1 adalah sebesar (β1)
yang dilakukan oleh individu atau organisasi
kali resiko terjadi peristiwa Y = 1 pada
belajar seperti lembaga-lembaga pemerintah
kategori X1 = 0. Apabila variabel bebas yang
atau swasta, tingkat dasar, menengah, dan
digunakan adalah variabel kontinyu, maka
pendidikan tinggi.
interpretasi dari koefisien adalah setiap
Secara analisis makro, peranan
kenaikan C unit satuan pada variabel bebas,
pendidikan dapat diperlihatkan melalui
akan mengakibatkan resiko terjadinya Y = 1
diagram skematik yang berlaku untuk
sebesar (C βj) kali lebih besar. (Nachrowi,
individu, rumah tangga, maupun secara
2002).
agregatif, seperti diperlihatkan oleh skema di
bawah ini.
3. LANDASAN TEORI
Gambar 1 : Peranan Pendidikan Secara
3.1 Konsep Pendidikan Skematis
Pendidikan adalah instrumen yang
Perilaku
paling utama untuk meningkatkan Kualitas dan Pola
kemampuan manusia dan untuk mencapai Fisik Konsumsi
Pendidika
sasaran-sasaran di bidang sosial dan n
pembangunan ekonomi. Pendidikan Kualitas Produktivit
memungkinkan individu untuk membuat Non Fisik as Kerja
aneka pilihan, meluaskan kedudukan dan
peluang mereka untuk bicara dalam Kesehata
n Konsumsi
pengambilan keputusan publik. Pada
tingkatan makro, pendidikan berarti kekuatan
dan dukungan bagi pertumbuhan ekonomi Tabungan Pendapatan
dalam kaitannya dengan tenaga kerja yang Habitat
dan
produktif dan terampil. Pada tingkatan
Lingkungan
makro, pendidikan betul-betul dihubungkan Pembangun Kesempata
dengan pendapatan yang lebih tinggi yang an n Kerja
membangkitkan peluang, pengetahuan dan Sumber : Elfindri (2001, 47)
keberadaan. Pada era globalisasi muncul
peluang dan tantangan pada suatu lingkungan Pendidikan dapat di interpretasikan
yang kompetitif, dimana hanya negara-negara sebagai kepentingan peningkatan kualitas
yang memiliki keterampilan dan pengetahuan fisik dan non fisik. Secara hipotetik,
yang dibutuhkan yang dapat memperoleh hubungan ini akan menghasilkan pembahasan
manfaatnya. perilaku, baik perilaku kesehatan, kesegaran
Dalam Kamus Besar Bahasa jasmani dan habitat lingkungan maupun
Indonesia, Pendidikan berasal dari kata didik perilaku bekerja (meningkatkan
(mendidik) yaitu memelihara dan memberi produktivitas). Pendidikan juga akan
latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak berkaitan dengan pendapatan individu,
dan kecerdasan pikiran. Sedangkan peningkatan pendidikan menghasilkan tingkat
pendidikan mempunyai pengertian sebagai pendapatan yang lebih tinggi. Sebagian
pendapatan akan dikeluarkan untuk konsumsi

126 IKRAITH EKONOMIKA VOL 2 NO 2 BULAN JULI 2019


dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup
individu (baik kebutuhan fisik maupun non
fisik). Kemudian sisa pendapatan lainnya
dapat menghasilkan tabungan sebagai bentuk
penerimaan di masa yang akan datang dan
sekaligus sebagai tabungan untuk investasi
secara makro yang akan mendorong
terjadinya pembangunan.

3.2 Investasi Pendidikan


Pendidikan merupakan hal yang Sumber : Mark Blaug (1976)
sangat fundamental dalam meningkatkan Kurva diatas menggambarkan
kualitas kehidupan manusia dan menjamin permintaan dan penawaran tenaga kerja.
perkembangan sosial maupun ekonomi. Blaug membagi tenaga kerja atas dua macam,
(PBB, 1997). Pendidikan adalah kunci untuk tenaga kerja yang berpendidikan lebih tinggi
menciptakan, mengadoptasi dan disebut sebagai Clerical Workers dan tenaga
menyebarkan ilmu pengetahuan. Namun kerja yang kurang berpendidikan disebut
penyebaran kesempatan untuk memperoleh sebagai Manual Workers. Karena kuantitas
akses kependidikan tersebut sangat tidak Clerical Workers relatif lebih sedikit
merata, terutama bagi kalangan rakyat dibanding Manual Workers, maka kurva
miskin. (Bank Dunia, 1999) penawarannya lebih inelastis. Penawaran
Investasi pendidikan merupakan Clerical Workers dilambangkan oleh S2 dan
kegiatan yang dapat meningkatkan nilai stock penawaran Manual Workers dilambangkan
manusia. Dimana nilai stock manusia setelah S1. Permintaan terhadap Clerical Workers
mengikuti pendidikan, dengan berbagai jenis, dilambangkan oleh D2, diatas kurva
jenjang dan bentuk pendidikan dapat permintaan terhadap manual workers D1. Hal
meningkatkan berbagai bentuk nilai. Para ini disebabkan karena ekspektasi yang lebih
ekonom mengklasifikasikan bahwa nilai yang tinggi terhadap Clerical Workers. Orang yang
diperoleh adalah berupa peningkatan berpendidikan lebih tinggi dipandang lebih
penghasilan individu, peningkatan memiliki keahlian, insiatif dan lebih
produktifitas kerja, peningkatan nilai sosial bermotivasi serta mempunyai intelegensi
(social benefits) individu dibandingkan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
dengan sebelum mengecap pendidikan. Dapat Permintaan dan penawaran Clerical
disimpulkan bahwa dengan proses investasi Workers telah membentuk keseimbangan
saat sekarang, maka manfaat yang akan tingkat gaji pada titik W2’ dan lebih tinggi
diperoleh oleh individu adalah pada masa daripada tingkat gaji Manual Workers di W 1’.
yang akan datang. Sedangkan untuk Hal ini berarti bahwa tingkat pendapatan
meningkatkan nilai stock manusia, maka pekerja yang berpendidikan lebih tinggi jauh
seseorang atau rumah tangga juga perlu diatas pendapatan pekerja yang kurang
mengorbankan biaya, baik yang ditangung berpendidikan. Namun Blaug mengingatkan
oleh individu maupun oleh masyarakat bahwa jika penawaran Clerical Workers
(Elfindri, 2004;69) meningkat secara tajam, maka pendapatan
Mark Blaug (1976) melakukan mereka akan turun, bahkan bisa berada di
penelitian mengenai hubungan antara bawah tingkat gaji W1.
pendidikan dan pendapatan. Blaug Daniel Hamermesh dan Albert Rees
menyatakan bahwa individu yang menjelaskan pengaruh investasi pendidikan
mempunyai pendidikan lebih tinggi terhadap pendapatan dengan pendekatan age
mempunyai pendapatan lebih dikarenakan of earnings profiles. Mereka mengilustrasikan
mereka memiliki keahlian khusus yang hubungan tersebut melalui kurva berikut.
didapat selama masa pendidikan. Dengan
keahlian tersebut, mereka akan lebih mudah Gambar 3. Tingkat Pendapatan
dalam mendapatkan pekerjaan. Hal ini akan Menurut Umur (Age Earnings Profiles)
bisa dilihat melalui kurva berikut ;
Gambar 2. Permintaan Dan Penawaran
Terhadap Dua Macam Tenaga Kerja

IKRAITH EKONOMIKA VOL 2 NO 2 BULAN JULI 2019 127


melalui pelatihan kerja, pengalaman kerja
dan belajar sendiri (Aris Ananta, 1993).

3.3 Hubungan Empiris Antara


Pendidikan dan Pendapatan
Perkapita
Dibanyak negara berkembang
pendidikan formal adalah industri dan
konsumen terbesar anggaran pemerintah.
Pemerintah menginvestasikan sejumlah uang
yang sangat besar untuk bidang pendidikan.
Alasannya sendiri bermacam macam. Petani
yang pernah mengenyam pendidikan,
minimal pendidikan dasar sehingga baca
tulis, dianggap lebih produktif serta lebih
Sumber : Hamermesh dan Rees, (1987) tanggap dalam menerima inovasi dan
teknologi pertanian baru yang lebih produktif
Mereka menyimpulkan bahwa
dibandingkan petani yang masih buta huruf.
individu dengan pendidikan yang lebih tinggi
Tamatan sekolah menengah pertama, dengan
awalnya mempunyai pendapatan yang lebih
sedikit pengetahuan dalam hitung hitungan
rendah dari pada individu yang berpendidikan
dan keahlian administratif sangat diperlukan
lebih rendah atau yang tidak melanjutkan ke
untuk melaksanakan fungsi fungsi
jenjang yang lebih tinggi. Namun pendapatan
administratif dan teknis di organisasi swasta
mereka akan terus meningkat relatif lebih
atau pun pemerintah. Tamatan universitas
besar setelah mereka menamatkan pendidikan
dengan tingkat pelatihan yang lebih tinggi
tersebut.
diperlukan dalam rangka mengelola
Namun demikian terdapat keraguan
organisasi sawasta dan pemerintah (Todaro;
dari sebagian ahli terhadap kontribusi
2000).
pendidikan terhadap tingkat pendapatan. Atas
dasar keraguan tersebut muncul teori lain
yaitu teori Kredensialisme dan Screening
Hypothesis yang menyatakan tidak yakin 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan fungsi pendidikan sebagai penghasil
tenaga kerja yang terampil. Alasannya antara 4.1 Hubungan Antar Variabel
lain : (Correlation Matriks)
1. Lapangan kerja, khususnya sektor Correlation matriks menunjukkan
modern sangat terbatas jumlahnya, hubungan keterkaitan antar variabel yang
sehingga tenaga kerja terdidik yang diuji dalam regresi logistik. Bila hubungan
berjumlah besar dan muncul secara correlation matriks bernilai > 0,5 maka
bersamaan sering tidak dapat berarti terjadi hubungan yang kuat antar
ditampung oleh lapangan kerja di variabel. Untuk nilai positif menunjukkan
sektor tersebut. hubungan variabel yang berkorelasi kuat
2. Banyaknya lulusan pendidikan dengan model keterikatan hubungan positif.
belum siap untuk bekerja sesuai Variabel Edu 1 dengan Age 1 yang bernilai
harapan lapangan pekerjaan, positif yaitu sebesar 0,033 menunjukkan
sehingga banyak dunia usaha atau hubungan keterkaitan antar variabel dengan
industri yang harus melatih tenaga hubungan positif. Begitu sebaliknya untuk
kerja tersebut. nilai negatif , misalnya correlation matriks
3. Asumsi bahwa pendidikan formal antara variabel Edu 1 dengan Edu 2
mampu menyediakan tenaga tenaga menunjukkan nilai -0,463. Artinya, terjadi
kerja terampil dan mampu bekerja hubungan antar variabel dengan yang
mungkin tidak benar. berkorelasi negatif. Bagaimana hubungan
Menururt teori tersebut perolehan yang terjadi antar variabel yang
kemampuan dan keterampilan kerja bisa mempengaruhi tingkat pendapatan individu
diperoleh diluar pendidikan formal, misalnya dapat dilihat pada tabel 3.

128 IKRAITH EKONOMIKA VOL 2 NO 2 BULAN JULI 2019


Tabel 3 -2 Ln
11910,700
Correlation Matrix Variabel Faktor Likelihood
Cox & Snell
Tingkat Pendapatan R Square
0,160

EDU1 EDU2 AGE1 AGE2 GEN LOKASI Nagelkerke


0,232
EDU1 1 - . . - R Square
.187
.000 .463 033 096 .126 Sumber : Diolah dari data Susenas Raw 2016
EDU2 - 1 . - - -
.463 .000 014 .041 .163 .017
AGE1 . . 1 - - -
033 014 .000 .619 .126 .057 Hasil regresi logistik faktor sosial
AGE2 . - - 1 -
.028 ekonomi yang mempengaruhi tingkat
096 .041 .619 .000 .031
GEN - - - - 1
pendapatan dapat dilihat pada persamaan
.091 dibawah ini :
.126 .163 .126 .031 .000
LOKASI . - - . . 1.00
187 .017 .057 028 091 0 Ln (p/1-p) = -1,227+ 0,776 Edu 1+ 0,772
Sumber : Diolah dari data Susenas Raw 2016 Edu 2 + 1,003 Age 1- 0,095
Age 2
4.2 Persamaan Regresi Logistik
Dengan menggunakan model - 1,616 Gen - 0,601 Lokasi
logistik didapatkan hasil nilai G atau -2 In
likelihood sebesar 1191.770, Cox & Snell R
Square bernilai 0,160 dan Nagelkerke R 4.3 Odd Ratio
Square bernilai 0,232 berarti variabel yang 4.3.1 Pendidikan Tertinggi Yang
diuji sangat layak. Selanjutnya, akan didapat Ditamatkan (Edu 1 & Edu 2)
dua pendekatan dalam model logistik, yaitu Variabel pendidikan pada analisis
Odd Ratio dan pengujian dengan ini dibagi menjadi dua kelompok. Pertama,
menggunakan Uji Wald. Odd Ratio pendidikan tertinggi yang ditamatkan
menunjukkan seberapa besar peluang yang penduduk (Educ 1) menunjukkan bahwa jika
didapatkan dalam uji variabel. pendidikan tertinggi yang ditamatkan
penduduk yang bekerja adalah SLTP maka
Sedangkan Uji Wald menunjukkan
hubungan signifikasi variabel, dengan dianggap point 1 dan 0 untuk lainnya. Hasil
melakukan perbandingan nilai Uji Wald regresi logistik menunjukkan nilai β sebesar
dengan tabel χ2 akan menunjukkan signifikasi 0,776 dengan Odd Ratio (Exp β) sebesar
variabel. Uji hipotesis terhadap koefisien- 2,173. Artinya, resiko atau peluang pekerja
dengan pendidikan tertinggi minimal
koefisien logistik dengan menggunakan Uji
Wald menunjukkan tidak semua koefisien setingkat SLTP, berpenghasilan dibawah Rp
regresi logistik berada pada kondisi 400.000 adalah sebesar 2,173 kali
signifikan secara statistik dengan nilai α = dibandingkan dengan pekerja dengan
5 %. Variabel Age 2 tidak signifikan secara pendidikan yang lebih tinggi dari SLTP.
statistik pada α = 5 %. Tapi ini tidak menjadi Kedua, pendidikan tertinggi yang
kendala dalam analisis karena lebih diarahkan ditamatkan penduduk (Educ 2) menunjukkan
untuk melihat seberapa besar probalility bahwa jika pendidikan tertinggi yang
variabel terhadap tingkat pendapatan individu ditamatkan adalah SMA maka dianggap point
(lihat tabel 4). 1 dan 0 untuk lainnya. Hasil regresi logistik
menunjukkan nilai β sebesar 0,772 dengan
Tabel 4
Odd Ratio (Exp β) sebesar 2,058. Artinya,
Hasil Estimasi Koefisien Model Tingkat
resiko pekerja dengan pendidikan tertinggi
Pendapatan, Nilai Uji Wald,
minimal setingkat SLTA, berpenghasilan
Signifikansi, dan Odd Ratio dibawah Rp 400.000 adalah sebesar 2,058
Signifika
kali
Exp(B) atau
dibandingkan dengan pekerja dengan
VARIABEL B Wald
nsi Odd Ratio pendidikan yang lebih tinggi dari SLTA.
EDU1 0,776 188,483 0,000 2,173
EDU2 0,772 79,834 0,000 2,058 Dari hasil temuan berdasarkan data
AGE1 1,003 280,214 0,000 2,726 Susenas 2016 tersebut dapat dilihat pengaruh
AGE2 -0,095 2,429 0,119 0,910 tingkat pendidikan tehadap tingkat
GEN -1,616 1120,145 0,000 0,199 pendapatan individu. Pekerja dengan
LOKASI -0,601 145,471 0,000 0,548 pendidikan yang lebih rendah mempunyai
CONSTANT -1,227 265.634 0,000 0,293
pendapatan yang lebih rendah dibanding

IKRAITH EKONOMIKA VOL 2 NO 2 BULAN JULI 2019 129


pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggal di pedesaan lebih rendah 0,548
yang lebih tinggi. Hal ini terlihat dimana dibandingkan pekerja yang tinggal di
pekerja dengan tingkat pendidikan minimal perkotaan.
SLTP mempunyai resiko atau peluang yang
Ini bisa disebabkan karena lapangan
lebih besar berpendapatan dibawah Rp
pekerjaan di perkotaan lebih banyak dari
400.000 daripada pekerja dengan tingkat
pada yang ada di pedesaan. Jadi peluang
pendidikan minimal SLTA. Begitu juga
untuk mendapatkan pekerjaan lebih besar.
dengan pekerja tamatan SLTA.
Selain lapangan pekerjaan di perkotaan
4.3.2 Usia (Age 1 dan Age 2) biasanya lebih bervariasi, sehingga tenaga
Variabel usia dalam penelitian ini kerja bisa lebih selektif dalam memilih
dibagi dua kelompok, age 1 dan age 2. Age 1 pekerjaannya sesuai dengan kompetensinya.
menunjukkan bahwa jika kelompok usia
penduduk yang bekerja dibawah 30 tahun
dianggap sebagai poin 1 dan 0 untuk lainnya. 5. KESIMPULAN
Hasil regresi logistik untuk kelompok usia
atau age 1 menunjukkan nilai β sebesar 1,003 Dari hasil penelitian dan
dengan Odd Ratio (Exp β) sebesar 2,726. pembahasan yang telah diuraikan pada bab
Peluang pekerja dengan usia di bawah 30 IV, beberapa faktor yang mempengaruhi
tahun, berpenghasilan dibawah Rp 400.000 penghasilan individu selain pendidikan
lebih besar dibandingkan kelompok usia yang adalah usia, jenis kelamin dan lokasi. Hasil
lain, yaitu sebesar 2,726. penelitian menunjukkan bahwa :
Kelompok usia (age) 2 tidak 1. Dari hasil penelitian dapat
signifikan secara statistik pada tingkat disimpulkan bahwa faktor
kepercayaan 5 persen sehingga sulit faktor yang mempengaruhi
diinterpretasikan dalam analisis faktor yang penghasilan seseorang selain
mempengaruhi tingkat pendapatan individu. pendidikan adalah jenis
Sehingga variabel ini tidak dijelaskan pada kelamin, usia dan faktor lokasi.
analisis tersebut. 2. Dari hasil regresi
menunujukkan bahwa
4.3.3 Jenis Kelamin (Gen) pendidikan, jenis kelamin, usia
Bila dilihat dari variabel jenis dan faktor lokasi berpengaruh
kelamin, hasil logistik menunjukkan nilai β signifikan terhadap penghasilan
sebesar -1,616 dengan Odd Ratio (Exp β) yang didapatkan seseorang.
sebesar = 0,199. Ini menunjukkan tingkat Kecuali variabel Age 2, semua
pendapatan pekerja perempuan lebih rendah variabel mempunyai pengaruh
dibandingkan pekerja laki laki yaitu sebesar yang signifikan pada
0,199. penghasilan individu.
Wanita sesungguhnya memegang 3. Tingkat pendidikan
peranan sentral dalam keluarga dan sekaligus berpengaruh signifikan terhadap
merupakan sumber daya ekonomi yang tidak tingkat pendapatan individu,
kalah penting dibanding laki laki. Namun dimana semakin tinggi tingkat
dibanding laki laki, secara umum tingkat pendidikan, tingkat pendapatan
produktifitas wanita masih rendah. Hal ini juga akan meningkat.
dapat dilihat dari rendahnya jam kerja wanita 4. Faktor usia juga berpengaruh
yang kurang dari 35 jam. Wanita lebih terhadap tingkat pendapatan.
banyak meluangkan waktu untuk mengurus Untuk pengujian kelompok usia
rumah tangga. Dan kebanyakan wanita dibawah 30 tahun tingkat
bekerja pada sektor informal dan pertanian pendapatannya lebih kecil
(Elfindri, 2004). dibandingkan kelompok usia
lainnya.
4.3.4 Daerah Tempat Tinggal (Lokasi) 5. Faktor jenis kelamin juga
Untuk variabel lokasi hasil regresi berpengaruh signifikan terhadap
logistik menunjukkan nilai β sebesar -0,601 tingkat pendapatan. Tingkat
dengan Odd Ratio (Exp β) sebesar = 0,548. pendapatan pekerja laki laki
Ini menunjukkan tingkat pendapatan pekerja

130 IKRAITH EKONOMIKA VOL 2 NO 2 BULAN JULI 2019


lebih besar dibandingkan Elfindri dkk, Soft skill untuk pendidik,
pekerja perempuan. Jakarta : Badouse Media, 2010
6. Berdasarkan lokasi, tingkat Mankiw, Gregory N 2003, Teori Makro
pendapatan di daerah perkotaan Ekonomi, Erlangga, Jakarta.
lebih tinggi dibanding daerah Nachrowi ,N 2006,Ekonometrika, Lembaga
pedesaan Penerbit FEUI. Jakarta
Nopirin 1987, Ekonomi Moneter II,
DAFTAR PUSTAKA Ekonomi Moneter I. BPFE
Yogyakarta
Ananta ,Aris dan Oemijati, 1986, Mutu
Modal Manusia. Lembaga Nur Laili, Nelly ,2007. faktor-faktor yang
Demografi Fakultas Ekonomi mempengaruhi pertumbuhan
Universitas Indonesia, Jakarta ekonomi Daerah Istimewa
Yogyakarta
Ananta, Aris, 1993, Ciri Demografis Kualitas Samuelson, Paul A. dan William D.
Penduduk Dan Pembangunan Nordhaus 1993, Ekonomi I, Edisi
Ekonomi. Lembaga Demografi Kedua belas, Erlangga, Jakarta.
Fakultas Ekonomi Universitas Sukirno, Sadono 1998, Pengantar Teori
Indonesia, Jakarta. Makroekonomi, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Arsyad, Nurjaman, 1990, “Hubungan Fiskal Todaro, Michael.P. dan Stephen C. Smith
Antar Pemerintah di Indonesia, 2000, Pembangunan Ekonomi Di
Peranan dan Permasalahannya, Dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta
Analisis CSIS, Tahun XIX, No. 3,
21 – 30.

Becher, Garry S.1975. Human Capital A


Theoritical And Empirical Analysis
With Special Reference To
Education. New York, NBER.

Biro Pusat Statistik. 2017. Indeks


Kesejahteraan Rakyat 2016, Padang:
Biro Pusat Statistik Sumatera Barat.

Biro Pusat Statistik. 2017. Analisis Indeks


Pembangunan Manusia Sumatera
Barat Tahun 2016, Padang: Biro
Pusat Statistik Sumatera Barat.

Biro Pusat Statistik. 2017. Sumatera Barat


Dalam Angka 2016, Padang: Biro
Pusat Statistik Sumatera Barat.

Blaug,Mark, 1970. The Correlation Between


Education And Eranings what Does
Signify.London : University Of
London.

Djojohadikusumo,Sumitro.1994.
Perkembangan Pemikiran
Ekonomi : Dasar Teori
Ekonomi Pertumbuhan Dan
Ekonomi Pembangunan,
Jakarta : LP3ES.

IKRAITH EKONOMIKA VOL 2 NO 2 BULAN JULI 2019 131

Anda mungkin juga menyukai