Anda di halaman 1dari 10

A.

JUDUL PERCOBAAN
Reaksi Reduksi Oksidasi.

B. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari reaksi-reaksi reduksi oksidasi.

C. LANDASAN TEORI
Bilangan oksidasi adalah muatan formal atom dalam suatu molekul dalam
ion yang dialokasikan sedemikian sehingga atom yang ke-elektronegatifannya
lebih rendah mempunyai muatan positif. Karena muatan listrik tidak berbeda
dalam hal molekul yang terdiri atas atom yang sama, bilangan oksidasi adalah
atom koefisien muatan listrik neto dibagi jumlah atom (Saito, 2008: 46).
Semua reaksi yang disebut dalam seksi-seksi di depan adalah reaksi
penggabungan ion, dimana bilangan oksidasi (valensi) spesi-spesi yang
bereaksi tidaklah berubah. Namun terdapat sejumlah reaksi dalam mana
keadaan oksidasi berubah yang disertai dengajn pertukaran elektron antara
pereaksi. Ini disebut reaksi oksidasi reduksi (Svehla, 1985: 107)
Istilah oksidasi mengacu pada pelepasan elektron, sedangkan reduksi
mengacu pada penangkapan elektron. Reaksi kimia yang melibatkan oksidasi
dan reduksi atom harus diseimbangkan, tidak hanya jumlah atomnya, tetapi
juga elektronnya (Goldberg, 2004: 85).
Menurut Basuki (2017: 72), aturan penentuan biloks yaitu:
1. Biloks atom unsur bebas adalah nol.
2. Total biloks pada senyawa netral adalah nol.
3. Biloks ion monoatomik sama dengan muatan ionnya.
4. Total biloks poliatomik sama dengan muatan ionnya.
5. Bilangan oksidasi atom lain ditentukan sesuai aturan.
Pada dasarnya, ada dua jenis reaktan redoks yang digunakan dalam reaksi
redoks, reduktor dan oksidator. Dalam reaksi redoks, zat pereduksi (reduktor)
adalah zat yang kehilangan atau memberi elektron, atau teroksidasi yang
bilangan oksidasinya menimgkat. Oksidator adalah zat yang mendapatkan
atau menerima atom pada bilangan oksidasi menurun (Shehu, 2015: 17).
Reaksi redoks terjadi hanya bila pasangan redoks ada dan reaktannya

berupa oksidator atau reduktor bergantung pada reaksinya. Kemampuan


relatif redoksnya dapat diungkapkan secara numerik dengan memberikan
potensial reduksi setengaj reaksi ( Saito, 2008: 44).
Bilangan oksidasi atom didefinisikan sebagai jumlah elektron valensi
pada atom bebas dikurangi jumlah elektron yang “dikontrol” oleh atom dalam
senyawanya. Jikaelektron dipakai bersama “kontrol” diberikan pada atom
yang lebih elektronegatif. Untuk atom unsur yang sama, masing-masing atom
memilikisetengah jumlah elektron yang dipakai bersama. Jika elektron
ditransfer dari satu atom ke atom yang lain, bilangan oksidasi sama dengan
muatan yang dihasilkan (Goldberg, 2004: 86).
Sejumlah besar reaksi reduksi dan reaksi oksidasi akan dicantumkan
diantara reaksi yang digunakan untuk identifikasi ion. Kalium
Permanganat (KMnO4). Zat padat coklat tua yang
menghasilkan larutan ungu bila dilarutkan dalam air yang merupakan ciri
khas ion permanganat (Svehla, 1985: 115).
Reaksi redoks pada reaksi antara larutan KMnO4 dan KI dalam suasana
basa menunjukkan bahwa perubahan warna karutan dari ungu
menjadi tidak berwarna karena ion MnO4 yang memberik warna ungu
tereduksi menjadi MnO4 yang menyebabkan larutan hasil reaksi tidak
berwarna (Langitsari, 2016: 211).
Kalium permanganat merupakan oksidator yang mudah diperokeh, murah
dan tidak perlu indikator (autoredoks) untuk menunjukkan perubahan warna
yang terjadi. Larutan kalium permanganat merupakan larutan standar
sekunder karena larutan tersebut mudah terurai oleh cahaya, temperatur yang
tinggi, dan asam atau basa (Pursitasari, 2014: 170).
Reaksi ion permanganat dalam larutan bersifat asam oleh ion ferro,
terjadi sangat cepat MnO4 akan lenyap secepat penambahan larutan
-
ferro sulfat. Faktor yang menentukan adalah kecepatan bercampurnya
larutan. Pada keadaan lain reaksi ion permanganat dalam larutan yang
bersifat asam oleh asam oksalat berjalan tidak cepat. Warna ungu
karakteristik dari MnO4 tidak hilang setelah lama larutan-larutan
dicampurkan (Sostrohamidjojo, 2018: 159).
Oksidasi diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh
suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari
suatu zat. Kemudian penangkapan hidrogen juga disebut reduksi sehingga
kehilangan oksigen harus disebut okisidasi (Svehla, 1985: 107).
Natrium tiosulfat merupakan larutan standar sekunder karena tidak stabil
terhadap oksidasi dari udara, asam dan bakteri. Penambahan boraks atau
natrium karbonat terhadap natrium tiosulfat dilakukan dapat digunakan untuk
sebagai pengawet (Pursitasari, 2014: 178).
Okidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu elektron
atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur
dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga lebih positif. Suatu zat
pengoksidasi adalah zat yang memperoleh elektron, dalam proses itu zat itu
direduksi dalam melakukan prosesnya (Svehla, 985:108).
Biloks dapat ditentukan dari perbedaan harga elektronegatifitas.
Perbedaan harga elektronegatifitas akan menentukan jenis ikatan
kimianya. Jika perbedaan elektronegatifitas besar, makan senyawa cenderung
bersifat ionik. Jika perbedaan elektronegatifitas kecil, maka cenderung
kovalen (Basuki, 2017: 73).
Oksidasi dan reduksi selalu berlangsung serempak. Ini sangat jeals,
karena elektron yang dilepaskan oleh sebuah zat harus diambil oleh zat
yang lain. Jika orang membicarakan oksidasi suatu zat, ia harus ingat
bahwa pada saat yang sama reduksi dari sesuatu zat yang lain juga
berlangsung (Svehla, 1985: 108).
Definis reduksi saat ini adalah reaksi yang menangkap elektron dan
oksidasi adalah reaksi yang membebaskan elektron. Oleh karenaitu, suatu
pereaksi yang memberikan elektron disebut reduktor, dan yang menangkap
elektron disebut oksidasi (Saito, 2008: 46).
Untuk atom unsur yang sama, masing-masing atom memiliki setengah
jumlah elektron yang dipakai bersama. Jika elektron dipakai bersama,
biloksnya tidak sama dengan muatannya. Tidak mungkin ada muatan yang
terjadi dalam reaksi tersebut (Goldberg, 2004: 46).
Tiap reaksi oksidasi reduksi dapat dianggap sebagai jumlah
tahap oksidasi dan reduksi. Tiap tahap oksidasi haruslah disertai suatu
tahap reduksi dan sebaliknya. Melibatkan pelepasan dan pengambilan
elektron (Svehla, 1985: 109).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Tabung reaksi (3 buah)
b. Rak tabung reaksi (1 buah)
c. Gelas ukur 10 mL (1 buah)
d. Pipet tetes (5 buah)
e. Botol semprot (1 buah)
f. Penjepit tabung (1 buah)
g. Korek api (1 buah)
h. Pembakar spiritus (1 buah)
i. Sikat tabung (1 buah)
j. Lap halus (1 buah)
k. Lap kasar (1 buah)
2. Bahan
a. Kalium Permanganat (KMnO4) (0,1 M)
b. Ferro Sulfat (FeSO4) (0,1 M)
c. Asam Oksalat (H2C2O4) (0,1 M)
d. Asam Sulfat (H2SO4) (1M)
e. Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) (0,1 M)
f. Aquades (H2O)
g. Tisu
h. Label

E. PROSEDUR KERJA
1. Penambahan FeSO4 ke dalam larutan KMnO4 dan H2SO4
a. 1 mL KMnO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
b. 1 mL H2SO4 ditambahkan ke dalam tabun reaksi.
c. Sebanyak 17 tetes FeSO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi
d. Diamati dan dicatat apa yang terjadi.
2. Penambahan Na2S2O3 ke dalam larutan KMnO4 dan H2SO4
a. 1 mL KMnO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
b. 1 mL H2SO4 ditambahkan ke dalam tabun reaksi.
c. Sebanyak 3 tetes Na2S2O3 ditambahkan ke dalam tabung reaksi.
d. Diamati dan dicatat apa yang terjadi.
3. Penambahan H2C2O4 kedalam larutan KMnO4 dan H2SO4
a. 1 mL KMnO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
b. 1 mL H2SO4 ditambahkan ke dalam tabun reaksi.
c. sebanyak 10 tetes H2C2O4 ditambah ke dalam tabung reaksi.
d. Ketiga campuran dipanaskan perlahan-lahan.
e. Diamati dan dicatat apa yang terjadi.

F. HASIL PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil
1. 1 mL KMnO4 + 1 mL H2SO4 Ungu
1 mL KMnO4 + 1 mL H2SO4 + 17 tetes FeSO4 Kekuningan
2. 1 mL KMnO4 + 1 mL H2SO4 Ungu
1 mL KMnO4 + 1 mL H2SO4 + 3 tetes Na2S2O3 Bening
3. 1 mL KMnO4 + 1 mL H2SO4 Ungu
1 mL KMnO4 + 1 mL H2SO4 + 10 tetes H2C2O4 Ungu
1 mL KMnO4 + 1 mL H2SO4 + 10 tetes H2C2O4 Endapan coklat
+ Pemanasan pada dinding
tabung reaksi
G. PEMBAHASAN
Reaksi reduksi oksidasi melibatkan keadaan transfer elektron sehingga
akan terjadi perubahan tingkat atau bilangan oksidasi dan spesies yang
berkaitan. Identifikasi pada tingkat oksidasi yang terlibat dalam reaksi perlu
dilakukan untuk mengetahui jumlah elektron yang terlibat. Secara sederhana,
bilngan oksida pada muatan suatu spesies saat elektron-elektron dianggap
terdistirbusi pada atom-atom menurut aturan yang sesuai denganyang
ditentukan oleh aturan tersebut (Sugiyarto, 2004: 11).
Tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah untuk mempelajari reaksi
reduksi oksidasi. Prinsip dasar dari percobaan reaksi reduksi oksidasi yaitu
mereaksikan zat yang memiliki bilangan oksidasi dan harga potensial reduksi.
Sedangkan prinsip kerjanya yaitu berdasarkan pada reaksi reduksi oksidasi.,
KMnO4 yang bersifat oksidator dari larutan uji dan sampel bersifat reduktor
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan masing-masing 1 mL kalium
permanganat dan 1 mL asam sulfat kedalam tiga buah tabung reaksi. Kalium
permanganat berfungsi sebagai oksidator dan asam sulfat berfungsi sebagai
katalis yang mempercepat jalannya reaksi. Kemudian bahan yang ditambahkan
pada percobaan ini yaitu Ferro Sulfat (FeSO 4), Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) dan
Asam Oksalat (H2C2O4) karena merupakan reduktor kuat dan memiliki reaksi
yang rendah sehingga dapat direaksikan dengan KMnO4 yang merupakan
oksidator kuat dengan potensial reaksi yang tinggi.
Perlakuan pertama yang dilakukan yaitu dengan mencampur Kalium
Permanganat (KMnO4) dan Asam Sulfat (H2SO4). Kalium permanganat
merupakan oksidator kuat yang mengalami reaksi reduksi oksidasi. Sedangkan
asam sulfat yaitu sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya reaksi dan
memberikan suasan asam serta pembentuk garam sulfat, dimana juga Mn2+
bereaksi dengan asam sulfat maka akan membentuk MnSO 4 yang berwarna
bening. Selain itu, jika dalam suasana basa, kalium permanganat tidak dapat
mengoksidasi melainkan mengendap menjadi Mangan Hidroksida (Mn(OH) 2)
dan akan membentuk mangan (IV) oksida (MnO2) sehingga dibutuhkan
suasana asam untuk mencegah hal tersebut tidak terjadi dengan penambahan
asam sulfat. Penambahan H2SO4 ke dalam KMnO4 tidak menghasilkan
perubahan warna yaitu ungu, yang merupakan warna dasar dari KMnO4. Hal
ini menunjukan bahwa tidak terjadi reaksi antara KMnO 4 dan H2SO4. setelah itu
dilkakukan penambahan 17 tetes FeSO4, yang menghasilkan warna
kekuningan. Reaksi ion permanganan dalam larutan bersifat asam oleh ion
ferro terjadi sangat cepat. MnO4- akan lenyap secepat penambahan larutan ferro
sulfat. Faktor yang menentukan adalah kecepatan bercampurnya kedua larutan
tersebut (Sostrohamidjojo, 2018: 159).
Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu
2KMnO4 + 8H2SO4 + 10FeSO4 5Fe2(SO4)3 + K2SO4 + 2MnSO4 +8H2O
oksidasi

+2 +6

+7 reduksi +2

Reduksi : KMnO4 MnSO4


Oksidasi: FeSO4 Fe(SO4)3
Terlihat bahwa dari reaksi diatas, KMnO 4 merupakan zat yang berperan
sebagai oksidator dimana unsur Mn mengalami penurunan biloks dari +7
menjadi +2. Dan FeSO4 merupakan zat yang mengalami oksidasi dan berperan
sebagai reduktor, dimana unsur Fe mengalami peningkatan bilangan oksidasi
dari +2 menjadi +6.
Pecobaan kedua yaitu dengan mereaksikan larutan kalium permanganat,
larutan asam suldat dan larutan natrium tiosulfat. Saat penambahan H 2SO4 ke
dalam larutan larutan KMnO4, tetap berwarna ungu. Hal ini menunjukan tidak
terjadi reaksi. Kemudian pada penambahan beberapa tetes Natrium Tiosulfat
(Na2S2O3) ke dalam Kalium Permanganat (KMnO4) menyebabkan terjadinya
oerubahan warna dari ungu menjadi bening. Hal ini menunjukkan bahwa
terjadi reaksi antara kedua larutan tersebut. KMnO4 mengalami reduksi dan
memiliki potensial reaksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan
Natrium Tiosulfat. Larutan Na2S2O3 mengalami oksidasi karena mengalami
kenaikan biloks. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa reaksi
yang menaikkan bilangan oksidasi suatu unsur dalam zat yang mengalami
oksidasi sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi yang menunjukan penurunan
oksidasi (Tim Dosen 2019:34).
Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
2KMnO4+7H2SO4+5Na2S2O3 8MnSO4+5Na2SO4+4K 2SO4+7H2O
+7 reduksi +2

+2 oksidasi +6

Reduksi : KMnO4 MnSO4


Oksidasi : Na2S2O3 Na2S4O6
Dari reaksi iini dapat dilihat bahwa KMnO 4 merupakan zat yang
berperansebagai oksidator dimana unsur Mn mengalami penurunan bilangan
oksidasi dari +7 menjadi +2 dan Na 2S2O3 merupakan zat yang berperan sebagai
reduktor dimana unsur S mengalami peningkatan biloks dari +2 menjadi +6.
Percobaan ketiga yaitu mereaksikan larutan KMnO 4, H2SO4 dan H2C2O4.
Kalium permangan ditambahkan asam sukfat akan menjadi pengoksidasi
kuat karena brada pada suasana asam. Asam oksalat mampu dioksidasi
oleh larutan kalium permanganat karena potensial reduksinya yang lebih
kecil apabila dibandingkan dengan larutan kalium permanganat. Setelah
KMnO4 dan H2SO4 dicampurkan, kemudian ditambahkan beberapa
tetes H2C2O4, kemudian dipanaskan secara perlahan-lahan. Pemanasan ini
bertujuan untuk mempercepat laju reaksi karena H2C2O4 sukar bereaksi pada
suhu rendah. Pemanasan ini menyebabkan partikel dalam larutan akan
bergerak aktif yang bertumbukan. Setelah KMnO4, H2SO4 dan H2C2O4
dicampurkan, hasilnya tetap berwarna ungu tetapi terdapat endapan coklat pada
dinding tabung reaksi. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
reduksi ion permanganat dalam larutan yang bersifat asam oleh asam oksalat
(H2SO4) berjalan tidak cepat. Warna ungu karakteristik dari MnO4- tidak hilang
setelah lama larutan-larutan dicampurkan (Sastrohamidjojo, 2018: 159).
Adanya endapan coklat pada dinding tabung reaksi karena adanya gas
karbon dioksida. Adanya uap pada dinding tabung diakibatkan oleh air yang
terbentuk saat dipanaskan. Berikut reaksi yang terjadi pada percobaan ini:
2KMnO4 + 3H2SO4 + 5H2C2O4 2MnSO4 + K2SO4 + 10CO2 + 8H2O
+3 oksidasi +4

+7 reduksi +2

Reduksi : KMnO4 MnSO4


Oksidasi : H2C2O4 CO2
Dari reaksi ini, dapat dilihat bahwa KMnO 4 merupakan zat yang berperan
sebagai oksidator, dimana unsur Mn mengalami penurunan biloks dari +7
menjadi +2. Dan H2C2O4 merupakan zat yang berperan sebagai reduktor
dimana unsur C mengalami peningkatan bilangan oksidasi dari +3 menjadi +4.

H. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa KMnO 4
merupakan oksidator kuat, karena jika direaksikan dengan FeSO4, Na2S2O3, dan
H2C2O4, KMnO4 bertindak sebagai reduktor.
2. Saran
Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati saat memanaskan larutan dan
lebih menjaga kebersihan laboratorium setelah melakukan percobaan.

DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Rahmat. 2017. Konsep Penentuan Bilangan Oksidasi pada Buku Paket
Kimia SMA/MA di Indonesia. Jurnal Pendidikan Sains: 5/2339-0786

Goldberg, David E. 2004. Kimia Untuk Pemula. Jakarta: Erlangga

Langitsari, Indah. 2016. Analisis Kemampuan Awal Multi Level Representasi


Mahasiswa Tingkat I pada Konsep Reaksi Redoks: Jurnal Kimia dan
Pendidikan: 1/2502-4787

Pursitasari, Indarini Dwi. 2014. Kimia Dasar Analitik dengan Strategi Problem
Solving dan Open-ended Experiment. Bandung: Alfabeta.cv

Saito, Taro. 2008. Kimia Anorganik. Publishers: Tokyo

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2018. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM Pers

Shehu, Garba. 2015. Two Ideals of Redox Reaction : Misconceptions and Their
Challeges in Chemistry Education. Journal Of Research and Method In
Education: 5/2320-7388

Svehla, G.1985. Buku Teks Analisi Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT Kalman Media

Anda mungkin juga menyukai