PASAR MODERN,
Modernitas sebenarnya sudah diramalkan muncul
jauh-jauh hari oleh para leluhur dan orang tua kita. Di dalam
dua penggalan syair di atas, dikenal oleh masyarakat Jawa
melalui budaya pitutur secara turun temurun. yakni Jangka
Jayabaya dan nasihat Sunan Kalijaga mengenai zaman buruk
yang suatu saat akan menimpa Nusantara. Mbesuk yen ono kreta mlaku tanpo jaran, Yen pasar ilang kumandange
Termasuk didalamnya secara eksplisit menjelaskan tanah Jawa kalungan wesi, Yen kali wis ilang kedunge
bahwa pada masa itu Pasar kehilangan kumandangnya, tak prahu mlaku ing dhuwur awang-awang, Yen wong wadon wis ilang wirange
terdengar lagi riuh rendah interaksi tawar menawar
kali ilang kedunge, Mlakuho topo lelono njajah deso milang kori
pedagangdan pembeli yang mengedepankan kepen ngan
sosial ke mbang keuntungan ekonomi semata. pasar ilang kumandange Ojo ngasi bali yen durung patang sasi,
Zaman tersebut mungkin sudah terjadi, pasalnya iku tanda yen tekan jaman Jayabaya wis Cedak. Golek wisik songko Sang Hyang Widhi
ramalan-ramalan tersebut sudah benar terbuk , pasar - Kitab Jangka Jayabaya - Sunan Kalijaga
Tradisional yang sarat akan nilai-nilai sosial dan budaya kian
hari, kian tergerus oleh keberadaan pasar modern, pasar
Tradisional terancam bersaing dengan pasar modern yang
sunyi tawar menawar dalam jual beli, yang di dalamnya
sekadar hanya semata interaksi pemenuhan kebutuhan
ekonomi.
Pasar Godean di Kabupaten Sleman adalah satu dari
sekian pasar Tradisional yang keberadaannya tersaingi oleh
pasar modern. Revitalisasi pasar adalah satu dari upaya
untuk mempertahankan keberlangsungan pasar tradisional
Lalu Bagaimana caranya mengembalikan
kumandang di Pasar Tradisional?
Mikul Duwur
1. Mewadahi kegiatan pekanan/pon-ponan sebagai daya
tarik pasarMenghorma keberadaan makam dan masjid
Mendem Jero
1. Mengupayakan pasar yang mengop malkan sirkulasi
udara serta pencahayaan alami yang layak
tapak bangunan massa bangunan analisa matahari menghorma makam plaza aksesibilitas Atap Kampung Penghijauan
Tapak memiliki luas 11.261 m2 kebutuhan ruang dibagi pada 3 massa bangunan mamanjang dari bangunan ditekuk kearah utara dari bentukan menekuk tersebut pasar dapat diakses dari segala konstruksi atap kampung dipakai di sekeliling tapak ditambahkan
KDB= 60%, 6756 m2 massa bangunan persegi, yang di mur ke barat. sebagaimana untuk sebagai penghormatan membentuk plaza baik di bagian penjuru, untuk memudahkan sebagaimana layaknya bangunan pepohonan sebagai upaya
KLB= 1,2, 13.513 m2 susun menjadi 3 lapis bangunan. bangunan tradisional jawa pada kepada makam leluhur, serta utara maupun pada bagian selatan pembeli lansgsung mengakses masyarakat jawa pada umumnya. penghijauan dan penanda batas
lantai 1 mewadahi kios dan umumnya. bangunan. plaza tersebut juga lokasi pedagang langganannya.
memberikan ruang bagi perluasan mengiku pakem yang sudah ada, wilayah pasar. dan peneduh parkir
fasilitas umum, sedang lantai 2 memaksimalkan bukaan bukaan dapat digunakan sebagai ruang aksesibilitas ver kal berupa ramp
pada utara dan selatan bangunan, masjid pasar dan fasilitas umum perpanjangan pasar pon yang namun juga disesuaikan dengan kendaraan bermotor
dan 3 mewadahi area los dan tangga yang nyaman juga
mengop malkan cahaya alami biasanya ru n diadakan ditambahakan bentuk bangunan yang miring
KIOS
3m
LOS
2m
PGD-234 02
PGD-234 03
PGD-234 04
PGD-234 05
Mbesuk yen ono kreta mlaku tanpo jaran,
tanah Jawa kalungan wesi,
prahu mlaku ing dhuwur awang-awang,
kali ilang kedunge,
pasar ilang kumandange
iku tanda yen tekan jaman Jayabaya wis Cedak.
- Kitab Jangka Jayabaya
PGD-234 06