Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Disusun Oleh
Kelompok 2 :
 Khisan Rahmatullah ( I011201049 )
 Rani Sriayu Wahyuni Ramli ( I011201068 )
 Hardianto Syahar ( I011201074 )
 Syahrul Ashar ( I011201052 )
 Nurjannah Al Tadom ( I011201041 )
 Muhammad Yusril Ahmadi ( I011201054 )
 Muhammad Irsal ( I011201042 )
 Syahril ( I011201067 )
 Radhyanto ( I011201069 )

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Kebudayaan Islam Era 4.0” ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan
menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas pendidikan
agama dengan judul “Kebudayaan Islam Era 4.0”. Disamping itu, kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada rekan-rekan yang telah membantu selama pembuatan makalah ini sehingga
dapat terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki.
Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.

Makassar, Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1..Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
1.3. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
1.1. Pengertian kebudayaan dalam islam.............................................................................2
1.2. Budaya yang Boleh dan Tidak Boleh dalam Islam...............................................................3
1.3. Nilai-Nilai Islam dalam Budaya Indonesia...........................................................................5
1.4. Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam........................................................................................5
BAB III...........................................................................................................................................7
PENUTUP......................................................................................................................................7
Kesimpulan..................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Islam sudah mulai berkembang lagi sejak abad ke-7 dan berkembang secara pesat ke
seluruh dunia dari waktu ke waktu. Dalam penyebarannya secara otomatis Islam telah
meletakkan nilai-nilai kebudayaannya.

Kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa, dan karya manusia yang
berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah dan
berkembang. Hasil olah akal,budi,rasa,dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai
kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah peradaban.
Dalam perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar
tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber pada nafsu hewani, sehingga akan merugikan
dirinya sendiri. Di sini agama berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan
akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau perdaban Islam.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi kebudayaan dalam islam


2. Budaya yang Boleh dan Tidak Boleh dalam Islam
3. Nilai-Nilai Islam dalam Budaya Indonesia
4. Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam

1
1.3. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Kebudayaan Dalam Islam


2. Dapat Mengetahui Budaya Yang Boleh Dan Tidak Boleh Dalam Islam
3. Mengetahui Nilai-Nilai Islam dalam Budaya Indonesia
4. Mengetahui Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam

BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Pengertian kebudayaan dalam islam

Di dalam Kamus Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa: “ budaya “ adalah pikiran, akal budi,
adat istiadat. Sedang “ kebudayaan” adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi )
manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat
Untuk memudahkan pembahasan, Ernst Cassirer membaginya menjadi lima aspek :

1. Kehidupan Spritual 2. Bahasa dan Kesustraan 3. Kesenian 4. Sejarah 5. Ilmu Pengetahuan.


Hubungan Islam dan Budaya

Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk berbudaya


merupakan dinamik ilahi. Bahkan menurut Hegel, keseluruhan karya sadar insani yang berupa
ilmu, tata hukum, tatanegara, kesenian, dan filsafat tak lain daripada proses realisasidiri dari roh
ilahi. Sebaliknya sebagian ahli, seperti Pater Jan Bakker, dalam bukunya “Filsafat Kebudayaan”
menyatakan bahwa tidak ada hubungannya antara agama dan budaya, karena menurutnya, bahwa
agama merupakan keyakinan hidup rohaninya pemeluknya, sebagai jawaban atas panggilan ilahi.
Keyakinan ini disebut Iman, dan Iman merupakan pemberian dari Tuhan, sedang kebudayaan
merupakan karya manusia. Sehingga keduanya tidak bisa ditemukan. Adapun menurut para ahli
Antropologi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Drs. Heddy S. A. Putra, MA bahwa agama
merupakan salah satu unsur kebudayaan..

2
Untuk melihat manusia dan kebudayaannya, Islam tidaklah memandangnya dari satu sisi saja.
Islam memandang bahwa manusia mempunyai dua unsur penting, yaitu unsur tanah dan unsur
ruh yang ditiupkan Allah kedalam tubuhnya. Ini sangat terlihat jelas di dalam firman Allah
Qs As Sajdah 7-9 : “ ( Allah)-lah Yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian
Dia menciptakan keturunannya dari saripati air yan hina (air mani). Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalam ( tubuh )-nya roh ( ciptaan)-Nya”
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu
menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang
bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai
pendorong manusia untuk “ berbudaya “. Dan dalam satu waktu Islamlah yang meletakkan
kaidah, norma dan pedoman. Sampai disini, mungkin bisa dikatakan bahwa kebudayaan itu
sendiri, berasal dari agama.

1.2. Budaya yang Boleh dan Tidak Boleh dalam Islam

Ajaran Islam yang berkembang di Indonesia mempunyai tipikal yang spesifik bila
dibandingkan dengan ajaran Islam di berbagai negara Muslim lainnya. Menurut banyak studi,
Islam di Indonesia adalah Islam yang akomodaatif dan cenderung elastis dalam berkompromi
dengan situasi dan kondisi yang berkembang di Indonesia, terutama situasi sosial politik yang
sedang terjadi pada masa tertentu. Muslim Indonesia pun konon memiliki karakter yang khas,
terutama dalam pergumulannya dengan kebudayaan lokal Indonesia. Disinilah terjadi dialog dan
dialektika antara Islam dan budaya lokal yang kemudian menampilkan wajah Islam yang khas
Indonesia, sehingga dikenal sebagai “Islam Nusantara” atau “Islam Indonesia” dimaknai sebagai
Islam yang berbau kebudayaan Indonesia. Islam yang bernalar Nusantara, Islam yang
menghargai pluralitas, Islam yang ramah kebudayaan lokal, dan sejenisnya. “Islam Nusantara”
atau “Islam Indonesia” bukan foto copy Islam Arab, bukan kloning Islam Timur Tengah, bukan
plagiasi Islam Barat, dan bukan pula duplikasi Islam Eropa.

Meskipun Islam lahir di negeri Arab, tetapi dalam kenyataannya Islam dapat tumbuh dan
berkembang dengan kekhasannya dan pada waktu yang sama sangat berpengaruh di bumi
Indonesia yang sebelumnya diwarnai animisme dan dinamisme, serta agama besar seperti Hindu

3
dan Budha. Dengan demikian, wajah Islam yang tampil di Indonesia adalah wajah Islam yang
khas Indonesia, wajah Islam yang berkarakter Indonesia, dan Islam yang menyatu dengan
kebudayaan masyarakat Indonesia, tetapi sumbernya tetap al-Qur’an dan al-Sunnah.

Oleh karena itulah, wajah Islam di Indonesia merupakan hasil dialog dan dialektika antara Islam
dan budaya lokal yang kemudian menampilkan wajah Islam yang khas Indonesia. Dalam
kenyataannya, Islam di Indonesia memanglah tidak bersifat tunggal, tidak monolit, dan tidak
simple, walaupun sumber utamanya tetap pada al-Qur’an dan al-Sunnah. Islam Indonesia
bergelut dengan kenyataan negara-negara, modernitas, globalisasi, kebudayaan likal, dan semua
wacana kontemporer yang menghampiri perkembangan zaman dewasa ini.

Tulisan ini ditulis dalam konteks sebagaimana tersebut diatas dalam memandang event
peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Dalam realitanya memang terdapat berbagai tradisi
umat Islam dibanyak Negara Muslim seperti Indonesia, Malasyia, Brunai, Mesir, Yaman,
Aljazair, Maroko, dan lain sebagainya yang menimbulkan “kontroversi” dari perspektif hukum
tentang boleh atau tidaknya atau halal atau haramnya untuk mengamalkannya. Di Antara tradisi
yang menimbulkan kontroversi itu Antara lain melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti
peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, peringatan Isra’ Mi’raj, peringatan Muharram, dan
lain-lain.

Oleh karena kontroversi-kontroversi yang menyelimuti peringatan-peringatan tersebut, maka


tulisan ini berupaya menjelaskan posisi peringatan Maulid Nabi Saw, perspektif hukum Islam,
akan tetapi tidak bersifat tunggal, namun memberikan horizon pilihan yang memungkinkan kita
untuk bersikap arif dan bijaksana terhadap pihak yang berbeda pahamnya.

Dari riwayat Rasulullah Saw, Islam membiarkan beberapa adat kebiasaan manusia yang
tidak bertentangan dengan syariat dan adab-adab Islam atau sejalan dengannya. Oleh karena itu,
Rasulullah Saw tidak menghapus seluruh adat dan budaya masyarakat Arab (pada masa itu) yang

4
ada sebelum datangnya Islam. Akan tetapi Rasulullah Saw melarang budaya-budaya yang
mengandung unsur syirik, seperti pemujaan terhadap leluhur dan nenek moyang, dan budaya-
budaya yang bertentangan dengan adab-adab Islami.

Jadi, selama adat dan budaya itu tidak bertentangan dengan Islam, silahkan melakukannya.
Namun jika bertengan dengan ajaran Islam, seperti memamerkan aurat pada sebagian pakaian
adat daerah, atau budaya itu berbau syirik atau memiliki asal-usul ritual syirik dan pemujaan atau
penyembahan kepada dewa-dewa atau Tuhan-Tuhan selain Allah, maka budaya seperti itu
hukumnya haram.

1.3. Nilai-Nilai Islam dalam Budaya Indonesia

Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena Islam berasal dari jazirah
Arab, maka Islam masuk ke Indonesia tidak terlepas dari budaya Arabnya.
Kedatangan Islam dengan segala komponen budayanya di Indonesia secara damai telah
menarik simpati sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari situasi
politik yang tengah terjadi saat itu.
Dalam pandangan Nurcholis Majid (1988:70) bahwa daya tarik Islam yang pertama dan
utama adalah besifat psikologis, Islam yang secara radikal bersifat egaliter dan mempunyai

5
semangat keilmuan merupakan konsep revolusioner yang sangat memikat dalam
membebaskan orang-orang lemah (mustadh’afin) dari belenggu hidupnya.
Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia, para da’i mendakwahkan ajaran Islam
melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh Wali Songo di tanah Jawa. Karena
kehebatan para wali Allah SWT itu dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa budaya
setempat sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk dan menjadi
tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka.

1.4. Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam

Islam, datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan
yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk menghancurkan
budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam
menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang yang tidak
bermanfaat dan membawa madlarat di dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu
meluruskan dan membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju
kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.
Prinsip semacam ini, sebenarnya telah menjiwai isi Undang-undang Dasar Negara Indonesia,
pasal 32, walaupun secara praktik dan perinciannya terdapat perbedaan-perbedaan yang
sangat menyolok. Dalam penjelasan UUD pasal 32, disebutkan : “ Usaha kebudayaan harus
menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan
baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan
bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Idonesia “.
Dari situ, Islam telah membagi budaya menjadi tiga macam :
Pertama : Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam.
seperti ; kadar besar kecilnya mahar dalam pernikahan, di dalam masyarakat Aceh,
umpamanya, keluarga wanita biasanya, menentukan jumlah mas kawin sekitar 50-100 gram
emas.
Kedua : Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam ,
Contoh yang paling jelas, adalah tradisi Jahiliyah yang melakukan ibadah haji dengan cara-

6
cara yang bertentangan dengan ajaran Islam , seperti lafadh “ talbiyah “ yang sarat dengan
kesyirikan, thowaf di Ka’bah dengan telanjang.
Ketiga : Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam.
Seperti, budaya “ ngaben “ yang dilakukan oleh masyarakat Bali.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

kebudayaan dalam islam merupakan kebudayaan yang sempurna yang bisa


mengajarkan kebaikan dan bisa membimbing umat manusia khususnya umat islam kebahagiaan
didunia dan kebahagiaan di akhirat. Tapi akhir akhir ini mengalami kemerosotan karena
globalosasi. Sebagai umat islam yang merupakan agama yang paling sempurna kita sebaiknya

7
menjaga dan terus mengembangkan kebudayaan islam terutama kita warga negara Indonesia yang
meiliki banyak kebudayaan yang bernuansa islami. Selain itu, kita juga harus mempelajari sejarang yang ada salah
satunya sejarah islam agar kita dapat mengetahui dan mengikuti hal hal yang pernah diakukan oleh nabi
Muhammad SAW yang akan menuntun kita kepintu syurga.

DAFTAR PUSTAKA

https://prastputra.blogspot.com/2009/01/kebudayaan-islam_04.html

https://sahrul-media.blogspot.com/2014/05/makalah-tentang-kebudayaan-islam.html

https://www.academia.edu/19813837/Makalah_Sejarah_Perkembangan_Kebudayaan_Islam

8
9

Anda mungkin juga menyukai