Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan pada kemampuan
pemecahan masalah sosial antara siswa yang belajar melalui pembelajaran dengan strategi
pembelajaran Trading Places dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional
pada siswa kelas V SD semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di Gugus II Kecamatan
Tejakula Kabupaten Buleleng. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu
dengan rancangan post test only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh
kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2013/2014, yang terdiri dari 8
kelas dengan jumlah populasi 191 siswa. Sampel diambil dengan cara random sampling
melalui teknik undian, tetapi yang diundi adalah kelas. Instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan pemecahan masalah sosial. Data
dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan Independent Sample t-test. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan pemecahan
masalah sosial antara siswa yang belajar melalui pembelajaran dengan strategi
pembelajaran Trading Places dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.
Besarnya thit adalah 8,37, sedangkan ttab pada taraf signifikansi 5% dan db = 59 adalah
2,001. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit > ttab). Di samping itu, rata-rata skor
kemampuan pemecahan masalah sosial antara siswa yang belajar melalui pembelajaran
dengan strategi pembelajaran Trading Places (15,12) lebih tinggi dari pada siswa yang
belajar dengan model pembelajaran konvensional (9,43). Dengan demikian, strategi
pembelajaran Trading Places berpengaruh terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Sosial pada siswa kelas V semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di Gugus II
Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng.
Abstract
This study aims to determine significant differences in social problem-solving skills among
students who learn through learning with instructional strategies Trading Places and the
students who studied with conventional learning in fifth grade elementary school students in
academic year 2013/2014 in Cluster II District Tejakula Buleleng regency. The study was
quasi-experimental research design with post-test only control group design. The study
population was all class V SD in Cluster IV Sawan district academic year 2013/2014, which
consists of 8 classes with a population of 191 students. Samples collected by random
sampling technique through a lottery, but the lottery is a class. Data collection instruments
used in this research is a test of social problem-solving abilities. Data were analyzed using
descriptive statistics and independent sample t-test. The results showed that there are
significant differences in social problem-solving skills among students who learn through
learning with instructional strategies Trading Places and the students who studied with
conventional learning. Thit magnitude is 8.37, while ttab at significance level of 5% and db =
59 is 2,001. This means, thit greater than ttab (thit> ttab). In addition, the average scores of
social problem-solving skills among students who learn through learning with instructional
strategies Trading Places (15.12) is higher than the students who studied with conventional
learning model (9.43). Thus, learning strategies Trading Places affect the ability of the Social
Problem Solving class V students in academic year 2013/2014 in Cluster II District Tejakula
Buleleng regency.
Frekuensi
2013/2014 di Gugus II Kecamatan Tejakula, 8
Kabupaten Buleleng yang terdiri dari sembilan 6
kelas dengan jumlah siswa 191 orang. 4
Untuk mengetahui kemampuan 2
pemecahan masalah siswa kelas V di masing 0
masing sekolah dasar tersebut setara atau
tidak, maka terlebih dahulu dilakukan uji
kesetaraan dengan menggunakan analisis Interval Me =
varians satu jalur (ANAVA A).
Berdasarkan hasil analisis dengan Mo = 15,3 M15,2
= 15,12
ANAVA A pada taraf signifikansi 5%,
didapatkan nilai Fhitung sebesar 0.11. Nilai Ftabel Gambar 1. Kurva Poligon Data Hasil
pada dbA = 8, dan dbdalam = 183 sebesar 1,99, Kemampuan Pemecahan Masalah Sosial
artinya Ftab > Fhit sehingga Ho diterima. Dapat Siswa Kelompok Eksperimen.
ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat Berdasarkan kurva tersebut, tampak
perbedaan kemampuan pemecahan masalah bahwa sebaran data kelompok siswa yang
siswa kelas V SD Semester Ganjil Tahun mengikuti strategi Trading Places merupakan
Pelajaran 2013/2014 di Gugus II Kecamatan kurva juling negatif karena Mo > Me > M (15,3
Tejakula, Kabupaten Buleleng. Dengan kata > 15,2 > 15,12). Hal ini menunjukkan bahwa
lain, kemampuan pemecahan masalah siswa sebagian besar skor siswa kelompok
kelas V SD di Gugus II Kecamatan Tejakula eksperimen cenderung tinggi.
adalah setara. Data kemampuan pemecahan
masalah sosial siswa kelompok eksperimen
HASIL DAN PEMBAHASAN selanjutnya dikonversi ke dalam PAP skala
Hasil lima untuk menentukan tinggi rendahnya
Hasil post-test terhadap 31 orang sebaran data.
siswa kelompok eksperimen menunjukkan Berdasarkan data di atas, maka mean
bahwa skor tertinggi adalah 20 dan skor kemampuan pemecahan masalah sosial PKn
terendah adalah 9. siswa kelompok eksperimen dengan
Berdasarkan data di atas, dilakukan menggunakan strategi Trading Places berada
analisis deskriptif yang meliputi penghitungan pada kategori sangat tinggi (15,12).
mean, median, modus, varians, dan standar Hasil post-test terhadap 30 orang
deviasi. Hasil analisis deskriptif data siswa kelompok kontrol menunjukkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah sosial skor tertinggi adalah 15 dan skor terendah
kelompok eksperimen disajikan pada lampiran adalah 4.
5.3a halaman 318. Berdasarkan data di atas, dilakukan
Mean, median, dan modus analisis deskriptif yang meliputi penghitungan
kemampuan pemecahan masalah sosial mean, median, modus, varians, dan standar
siswa kelompok eksperimen selanjutnya deviasi. Hasil analisis deskriptif data
disajikan ke dalam kurva poligon. Tujuan kemampuan pemecahan masalah sosial
penyajian data ini adalah untuk menafsirkan kelompok control.
sebaran data kemampuan pemecahan Mean, median, modus kemampuan
masalah sosial pada kelompok eksperimen. pemecahan masalah sosial siswa kelompok
Hubungan antara mean (M), median (Md), kontrol selanjutnya disajikan ke dalam kurva
dan modus (Mo) dapat digunakan untuk poligon. Tujuan penyajian data ini adalah
menentukan kemiringan kurva poligon untuk menafsirkan sebaran data kemampuan
distribusi frekuensi. Kurve poligon pada pemecahan masalah sosial pada kelompok
kontrol. Hubungan antara mean (M), median
(Md), dan modus (Mo) dapat digunakan untuk
menentukan kemiringan kurva poligon Data pemecahan masalah sosial PKn
distribusi frekuensi. siswa kelompok kontrol selanjutnya dikonversi
ke dalam PAP skala lima untuk menentukan
10 tinggi rendahnya sebaran data.
8
Jadi kemampuan pemecahan masalah
Frekuensi
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Kemampuan Pemecahan Masalah Sosial.
Kelompok Data
Nilai Kritis pada Taraf
No Pemecahan Masalah χ2 Signifikansi 5%
Status
Sosial
1 Eksperimen 3,379 7,815 Normal
2 Kontrol 1,458 7,815 Normal
Berdasarkan Tabel di atas, tampak dari ttabel (thitung > ttabel) sehingga H0 ditolak dan
bahwa thitung sebesar 8,37, sedangkan, ttabel H1 diterima. Dengan demikian, dapat
dengan db = 59 pada taraf signifikansi 5% diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan
adalah 2,00100. Hal ini berarti, thit lebih besar yang signifikan pada kemampuan pemecahan
masalah sosial antara siswa yang belajar Besarnya pengaruh strategi Trading
dengan strategi Trading Places dan siswa Places dan model pembelajaran konvensional
yang belajar dengan pembelajaran terhadap kemampuan pemecahan masalah
konvensional pada siswa kelas V Sekolah sosial dapat dibuktikan dari hasil analisis
Dasar tahun pelajaran 2013/2014 di Gugus II deskriptif. Hasil analisis deskriptif
Kecamatan Tejakula. menunjukkan bahwa rata-rata skor
pemecahan masalah sosial PKn kelompok
PEMBAHASAN eksperimen, yaitu 15,12 lebih tinggi daripada
Strategi Trading Places yang kelompok kontrol, yaitu 9,43.
digunakan pada kelompok eksperimen dan Perbedaan yang signifikan antara
model pembelajaran konvensional yang siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
digunakan pada kelompok kontrol dalam strategi pembelajaran Trading Places dan
penelitian ini menunjukkan pengaruh yang siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
berbeda pada tahun pelajaran 2013/2014 model pembelajaran konvensional
pemecahan masalah sosial siswa. Hal ini disebabkan karena perbedaan perlakuan
dapat dilihat dari hasil uji-t dan perbedaan pada langkah-langkah pembelajaran dan
rata-rata skor kemampuan pemecahan proses penyampaian materi. Pembelajaran
masalah sosial pada kedua kelompok. dengan strategi pembelajaran Trading Places
Secara deskriptif, kemampuan menekankan aktivitas siswa dan guru melalui
pemecahan masalah sosial siswa kelompok langkah-langkah, yaitu: (1) memberi catatan
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan post-it pada siswa, (2) meminta siswa untuk
siswa kelompok kontrol. Tinjauan ini menulis dalam catatan mereka mengenai
didasarkan pada rata-rata skor dan masalah yang diberikan oleh guru, (3)
kecenderungan skor kemampuan pemecahan menaruh (menempelkan) catatan pada
masalah sosial yang diperoleh kedua pakaian dan mengelilingi ruangan dengan
kelompok. Rata-rata skor kemampuan atau sambil membaca tiap catatan milik
pemecahan masalah sosial siswa kelompok peserta yang lain, (4) meminta peserta didik
eksperimen adalah 15,12 (kategori sangat berkumpul kembali untuk mengasosiasikan
tinggi), sedangkan rata-rata skor pemecahan sebuah pertukaran catatan-catatan yang telah
masalah sosial PKn siswa kelompok kontrol diletakkan pada tempatnya (trade of Post-it
adalah 9,43 (kategori tinggi). Begitu pula yang notes) satus ama lain dan, (5) mengumpulkan
tampak pada kurva poligon, yang mana kembali peserta didik untuk berbagi
sebaran data kelompok ini merupakan juling pertukaran (Siberman, 2007)
negatif. Artinya, sebagian besar skor siswa Pada tahap pertama, guru
cenderung tinggi. Namun berbeda halnya memberikan satu catatan-catatan post it card
pada kelompok kontrol, kurva sebaran data pada siswa. Pada tahap ini siswa akan
merupakan juling positif, yang artinya diberikan sebuah permasalahan dan mencari
sebagian besar skor siswa cenderung rendah. solusi mengenai masalah yang diberikan.
Berdasarkan analisis data Pada tahap kedua, siswa menuliskan sebuah
menggunakan uji-t, diketahui thitung = 6,59 dan solusi mengenai masalah yang diberikan oleh
ttabel (db = 59 pada taraf signifikansi 5%) = guru pada post-it card. Siswa akan berpikir
2,00100. Hasil perhitungan tersebut kritis untuk memecahkan masalah yang
menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel diberikan oleh guru. Selain siswa dilatih untuk
(thitung > ttabel), sehingga hasil penelitian adalah berpikir kritis, siswa juga lebih aktif mencari
signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan informasi melalui membaca buku sumber
yang signifikan pada kemampuan pemecahan yang ada untuk menambah pengetahuan
masalah sosial antara siswa yang belajar mereka mengenai masalah yang dibahas.
dengan strategi Trading Places dan siswa Apabila siswa menemukan kesulitan dalam
yang belajar dengan pembelajaran mencari informasi maka siswa dapat
konvensional. Adanya perbedaan yang menanyakan langsung pada guru. (Dimyanti
signifikan menunjukkan bahwa Trading dan Mudjiono, 2006:165) yang menyatakan
Places berpengaruh terhadap kemampuan bahwa “dalam pelaksanaan guru berperan
pemecahan masalah sosial PKn siswa. sebagai fasilitator, pembimbing, pendiagnosis
kesukaran belajar dan rekan diskusi”.
Pada tahap ketiga, guru meminta kurang bermakna. Melalui model
siswa untuk menempelkan catatan pada pembelajaran konvensional siswa cenderung
pakaian mereka sambil membaca tiap menjadi objek belajar, sedangkan yang
catatan milik peserta lain. Pada tahap ketiga menjadi subjek belajar adalah guru.
ini, bukan hanya siswa tertentu yang aktif Kemudian guru berusaha memindahkan
untuk mencari informasi, melainkan seluruh pengetahuan yang guru miliki kepada siswa.
siswa yang ada dalam ruangan tersebut. Keadaan ini cenderung membuat siswa pasif
Siswa yang awalnya tidak memiliki dalam menerima peajaran dari guru. Selain
keberanian untuk bertanya akan lebih terlatih itu, pada pembelajaran konvensional masih
dengan diterapkannya strategi ini oleh guru. menggunakan penilaian yang bersifat
Selain itu, tahap ini juga sangat sesuai bagi konvensional juga. Penilaian ini hanya menilai
siswa yang memiliki karakter kinestik atau hasil akhir dari tes atau ulangan saja tanpa
tidak dapat duduk diam selama dua menit. memperhatikan proses belajarnya sehingga
Kegiatan ini berlangsung sampai siswa siswa menjadi tidak memiliki kesempatan
mendapatkan informasi yang lengkap untuk berbuat yang terbaik, karena siswa
mengenai masalah yang dibahas. Tahap tidak memiliki kesempatan untuk melakukan
keempat, siswa di kumpulkan kembali oleh refleksi terhadap pekerjaannya. Hal ini
guru untuk mengasosiasikan hasil pertukaran tentunya tidak mampu membangkitkan semua
mereka. Siswa akan berbagi pertukaran potensi yang dimilikinya secara optimal.
catatan. Guru memberikan peluang kepada Perbedaan cara pembelajaran antara
siswa untuk melalukan pertukaran sebanyak pembelajaran dengan strategi pembelajaran
mungkin dengan teman-temannya. Hal ini Trading Places dan pembelajaran dengan
dilakukan agar pengetahuan, pengalaman, model pembelajaran konvensional tentunya
dan informasi yang siswa dapat lebih lengkap. memberikan dampak yang berbeda pula
Kondisi pembelajaran pada tahap ini akan terhadap kemampuan pemecahan masalah
lebih ramai, sesuai seperti suasana pasar. siswa. Penerapan strategi pembelajaran
Pada tahap akhir, siswa duduk kembali sesuai Trading Places dalam pembelajaran
dengan tempatnya. Kemudian dilanjutkan memungkinkan peserta didik lebih mengenal,
dengan membahas hasil pertukaran catatan tukar menukar pendapat dan
telah mereka dapatkan. Siswa akan dipanggil mempertimbangkan gagasan, nilai atau
secara acak oleh guru untuk menyampaikan pemecahan baru terhadap berbagai masalah.
hasil pertukarannya. Dalam hal ini guru dan Dengan demikian, kemampuan pemecahan
siswa mengadakan tanya jawab mengenai masalah siswa yang diajar dengan strategi
hasil pertukaran mereka. Siswa akan di latih pembelajaran Trading Places lebih baik
untuk menyampaikan suatu alasan atau dibandingkan dengan siswa yang diajar
pendapat mengenai pertukaran yang mereka dengan model pembelajaran konvensional.
buat. Temuan penelitian tersebut sesuai
Berbeda halnya dalam pembelajaran dengan hasil penelitian sebelumnya yang
dengan model pembelajaran konvensional dilakukan oleh Ningsih, dkk (2012), yang
yang bercirikan pembelajaran berpusat pada menemukan bahwa Strategi Belajar Aktif Tipe
guru (teacher centered). (Roestiyah, Trading berpengaruh terhadap Pemahaman
1994:136) menyatakan bahwa “cara mengajar Konsep Matematis Siswa. Penelitian serupa
yang paling tradisional dan telah lama juga dilakukan oleh Yunita, dkk (2012), bahwa
dijalankan dalam sejarah pendidikan ialah Strategi Belajar Aktif Tipe Trading
cara mengajar dengan ceramah”. Di dalam berpengaruh terhadap Pemahaman Konsep
pembelajaran konvensional siswa cenderung Matematis Siswa. Keberhasilan penelitian-
lebih pasif karena hanya mendengarkan penelitian tersebut mendukung keberhasilan
ceramah yang diberikan oleh guru. Siswa penelitian tentang pengaruh Strategi Belajar
menunggu sampai guru selesai menjelaskan Aktif Tipe Trading terhadap kemampuan
kemudian mencatat apa yang diberikan oleh pemecahan masalah siswa.
guru tanpa memaknai konsep-konsep yang Implikasi yang ditimbulkan pada
diberikan. Dimana siswa dalam belajar pembelajaran dikelas akibat penerapan
terpisah dengan dunia nyata (tidak strategi pembelajaran Trading Places adalah
kontekstual) sehingga proses belajar menjadi Pertama, temuan dalam penelitian ini
membuktikan bahwa secara umum strategi dengan kondisi sekolah dan peserta didik.
pembelajaran Trading Places lebih baik Terbatasnya waktu penelitian menyebabkan
daripada model pembelajaran konvensional penelitian hanya dilakukan pada mata
dalam memecahkan masalah. Hal ini dapat pelajaran PKN saja. Dengan demikian, hasil
dilihat dari pembelajaran strategi Trading penelitian ini dapat dijadikan referensi awal
Places lebih banyak menekankan keterlibatan bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih
siswa dalam mencari dan menemukan solusi lanjut dalam skala luas dan variabel yang
yang kretif mengenai masalah yang diberikan beragam.
oleh guru. Guru hanya bertugas sebagai
fasilitator dalam pembelajaran. Kedua, siswa DAFTAR RUJUKAN
menjadi termotivasi belajar dikelas karena
guru memberikan kesempatan lebih banyak Aryasa, I Made Budi. 2007. Pengaruh
ke siswa untuk mencari informasi sendiri Pembelajaran Kooperatif TAI
mengenai materi yang dibahas.Berdasarkan dengan Penanganan Kelompok
paparan di atas, maka dapat disimpulkan Bermasalah Melalui One By One
bahwa startegi pembelajaran Trading Places Plus terhadap Kemampuan
berpengaruh terhadap pemahaman konsep Komunikasi Matematika Siswa
IPA siswa. Kelas VII SMP Negeri 3 Singaraja.
Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas
PENUTUP Matematika dan Ilmu
Berdasarkan paparan hasil penelitian dan Pengetahuan Alam, Undiksha
pembahasan di atas, dapat disimpulkan Singaraja.
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
pada kemampuan pemecahan masalah sosial Depdiknas. 2003. Pelayanan Profesional
siswa antara siswa yang belajar dengan Kurikulum 2004: Model pelatihan
strategi pembelajaran Trading Places dengan dan Pengembangan Silabus.
model pembelajaran konvensonal pada siswa Jakarta: Balitbang Depdiknas.
kelas V SD Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2013/2014 di Gugus II Kecamatan Tejakula Dimyati, Dr dan Mudjiono, Drs. 2006. Belajar
Kabupaten Buleleng. Hasil uji-t menunjukkan dan Pembelajaran. Cetakan Ke -3.
bahwa thit adalah 8,37, sedangkan ttab pada Jakarta: PT Rineka Cipta
taraf signifikansi 5% dan db = 59 adalah
2,001. Di samping itu, rata-rata skor Ningsih, dkk. 2012. “Pengaruh Penerapan
kemampuan pemecahan masalah sosial Strategi Belajar Aktif Tipe Trading
siswa yang belajar dengan strategi Places Terhadap Pemahaman
pembelajaran Trading Places (15,2) lebih Konsep Matematis Siswa Kelas
tinggi daripada rata-rata skor siswa yang VIII SMP Negeri 3 Linggosari
belajar dengan model pembelajaran Baganti”. e-Jurnal Mahasiswa
konvensional (9,42). Prodi Pendidikan
Saran yang dapat disampaikan Matematik.Volume 1, Nomor 5
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (diterbitkan). Tersedia pada
adalah sebagai berikut. Guru disarankan http://jurnal.stkip-pgri-
untuk mengggunakan strategi pembelajaran sumbar.ac.id/MHSMAT/index.php
Trading Places dalam melakukan (diakses tanggal 2 Januari 2013).
pembelajaran dikelas untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa Puspayani, Ni Kadek. 2010. Pengembangan
karena strategi ini lebih banyak menuntut Pembelajaran Pkn Berbasis Model
keaktifan siswa untuk menemukan sendiri Belajar Pemecahan Masalah
informasi yang diperlukan. Kualitas siswa Sosial (Penelitian Tindakan Kelas
sangat ditentukan oleh kualitas pembelajaran. untuk Meningkatkan Kualitas
Oleh karena itu, para guru SD hendaknya Proses dan Hasil Belajar Mata
menggunakan model-model pembelajaran Pelajaran Pendidikan
inovatif dalam pembelajaran di sekolah Kewarganegaraan di Kelas VII C4
dengan beberapa modifikasi agar sesuai SMP Negeri 3 singaraja). Skripsi
(Tidak Diterbitkan). Jurusan Yunita, dkk. 2012. “Pengaruh Penerapan
Pendidikan Pancasila dan Strategi Belajar Aktif Tife Trading
Kewarganegaraan, Undiksha Places Terhadap Pemahaman
Singaraja. Konsep Matematis Siswa Kelas
XII IPA SMAN 2 Pulau Pujung
Roestiyah, N.K. 1998. Strategi Belajar Kabupaten Dharmasraya Tahun
Mengajar. Cetakan Ke-5. Jakarta: Pelajaran 2013/2014”. e-Jurnal
PT Rineka Cipta Mahasiswa Prodi Pendidikan
Sisdiknas.2003. Undang-undang Sisdiknas Matematik. Volume 1, Nomor 5
(Sistem Pendidikan Nasional) (diterbitkan). Tersedia pada
2003 (UU RI No.20 TH.2003). http://jurnal.stkip-pgri-
Jakarta:Sinar Grafika. sumbar.ac.id/MHSMAT/index.php/
mat20121/index (diakses tanggal
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian 2 Januari 2013).
Pendidikan (kompetensi dan
Praktiknya). Jakarta: Bumi Aksara