Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

ANAK DENGAN HIRSCHPRUNG

KELOMPOK VII

Widya Eka Putri (A1C119087)

Pendidikan Profesi Ners


Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan
Universitas Megarezky Makassar
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi hirschprung

Hirschsprung (megakolon/aganglionic congenital) adalah anomali


kongenital yang mengakibatkan obstruksi mekanik karena ketidakadekuatan
motilitas sebagian usus (Wong, 1996).

Penyakit Hisprung (Hirschprung) adalah kelainan bawaan penyebab


gangguan pasase usus (Ariff Mansjoer, dkk. 2000).

Hirschprung adalah kelainan bawaan berupa obstruksi usus akibat dari


tidak adanya sel-sel ganglion parasimpatik pada dinding saluran intestinal
lapisan submukosa, dan biasa terjadi pada calon bagian distal (Fitri Purwanto,
2001).

Hirschprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa aganglionosis


usus yang dimulai dari sfingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang
bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Juga dikatakan sebagai kelainan
kongenital dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus
auerbact di kolon (A. Aziz Alimul Hidayat,2006).

B. Klasifikasi glaukoma

Menurut staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1996). Hirschsprung


dibedakan sesuai dengan panjang segmen yang terkena, hirschsprung dibedakan
menjadi dua tipe berikut :

1. Segmen Pendek

Segmen pendek aganglionisis mulai dari anus sampai sigmoid,terjadi


pada sekitar 70% kasus penyakit Hirschsprung dan tipe ini lebih sering
ditemukan pada laki-laki dibandingkan anak perempuan. Pada tipe segmen
pendek yang umum, insidennya 5 kali lebih besar pada laki-laki
dibandingkan wanita dan kesempatan saudara laki-laki dari penderita anak
untuk mengalami penyakit ini adalah 1 dari 20 (Sacharin, 1986)

2. Segmen Panjang

Daerah aganglionisis dapat melebihi sigmoid, bahkan kadang dapat


mengenai seluruh kolon atau sampai usus halus. Laki-laki dan perempuan
memiliki peluang yang sama, terjadi pada 1 dari 10 kasus tanpa
membedakan jenis kelamin (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI,
1996: Sacharin, 1986).
C. Etiologi

Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam


lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus kearah proksimal, 70 %
terbatas didaerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 %
dapat mengenai seluruh usus dan pilorus.

Adapun yang menjadi penyebab hirschsprung atau mega kolon


kongenital adalah diduga karena terjadi faktor genetik dan lingkungan sering
terjadi pada anak dengan Down syndrome, kegagalan sel neural pada masa
embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan
submukosa pada dinding plexus.

Dalam keadaan normal bahan makanan yang dicerna bisa berjalan


disepanjang usus karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi
usus (kontraksi ritmis ini disebut gerakan peristaltiik). Kontraksi dirangsang
oleh sekumpulan saraf yang disebut ganglion yang terletak dibawah lapisan otot.

Sedangkan menurut (Amiel, 2001) penyebab hisprung tidak diketahui,


tetapi ada hubungan dengan kondisi genetic Mutasi pada Ret proto-onkogen
telah dikaitkan dengan neoplasia endokrin 2A atau 2B pada penyakit
Hirschsprung familiar (Edery, 1994). Gen lain yang berhubungan dengan
penyakit Hirschsprung termasuk sel neurotrofik glial yang diturunkan dari factor
gen, dari factor gen endhotelin-B, dan gen endothelin -3 (Marches,
2008).Penyakit Hirschprung juga terkait dengan Down syndrome, sekitar 5-15%
dari pasien dengan penyakit Hirschprung juga memiliki trisomi 21 (Rogers,
2001).

D. Patofisiologi

Istilah congenital agang lionic Mega Colon menggambarkan adanya


kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa
kolon distal. Segmen aganglionik hampir selalu ada dalam rektum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi
usus spontan serta spinkter rektum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah
keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus
dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang
rusak pada Mega Colon.

Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk


kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke
segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan
terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi
obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar.
Pathwey
E. Manifestasi klinis

Gejala dan tanda dapat bermacam-macam berdasarkan keparahan dari


kondisi kadang-kadang mereka muncul segera setelah bayi lahir. Pada saat yang
lain mereka mungkin saja tidak tampak sampai bayi tumbuh menjadi remaja
ataupun dewasa.

 Pada kelahiran baru tanda dapat mencakup :


 Kegagalan dalam dalam mengeluarkan feses dalam hari pertama atau
kedua kelahiran.
 Muntah : mencakup muntahan cairan hijau disebut bile-cairan
pencernaan yang diproduksi di hati.
 Konstipasi atau gas.
 Diare
 Pada anak-anak yang lebih tua, tanda dapat mencakup :
 Perut yang buncit
 Peningkatan berat badan yang sedikit
 Masalah dalam penyerapan nutrisi, yang mengarah penurunan berat
badan, diare atau keduanyadan penundaan atau pertumbuhan yang
lambat

 Infeksi kolon, khususnya anak yang baru lahir atau yang masih muda,
yang dapat mencakup enterocolitis, infeksi serius dengan diare, demam
dan muntah dan kadang-kadang dilatasi kolon yang berbahaya. Pada
anak-anak yang lebih tua atau dewasa, gejala dapat mencakup konstipasi
dan nilai rendah dari sel darah merah (anemia) karena darah hilang dalam
feses.

F. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

a) Kimia darah : Pada kebanyakan pasien temuan elektrolit dan panel renal
biasanya dalam batas normal. Anak dengan diare memiliki hasil yang
sesuai dengan dehidrasi. Pemeriksaan ini dapat membantu mengarahkan
pada penatalaksanaan cairan dan elektrolit.

b) Darah rutin : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui hematokrit


dan platelet preoperatiof.

c) Profil koagulasi : Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada


gangguan pembekuan darah yang perlu dikoreksi sebelum operasi
dilakukan.

2. Pemeriksaan Radiologi
a) Foto polos abdomen dapat menunjukan adanya loop usus yang distensi
dengan adanya udara dalam rectum.

b) Barium enema
 Jangan membersihkan kolon bagian distal dengan enema sebelum
memasukkan kontras enema karena hal ini akan mengaburkan
gambar pada daerah zona transisi.
 Kateter diletakkan didalam anus, tanpa mengembangkan balon,
untuk menghindari kaburnya zona transisi dan beresiko terjadinya
peforasi. foto segera diambil setelah injeksi kontras, dan diambil lagi
24 jam kemudian.
 Colon bagian distal yang menyempit dengan bagian proksimal yang
mengalami dilatasi merupakan gambaran klasik penyakit
Hirschsprung. Akan tetapi temuan radiologis pada neonatus lebih
sulit diinterpetasi dan sering kali gagal memperlihatkan zona transisi.

 Gambaran radiologis lainnya yang mengarah pada penyakit


Hirschsprung adalah adanya retensi kontras lebih dari 24 jam setelah
barium enema dilakukan.

3. Biopsi

Biopsi rektum untuk melihat ganglion pleksus submukosa meisner,


apakah terdapat ganglion atau tidak. Pada penyakit hirschprung ganglion ini
tidak ditemukan.

G. Penatalaksanaan

1. Pembedahan

Pembedahan pada penyakit hirscprung dilakukan dalam dua tahap. Mula-


mula dilakukan kolostomi loop atau double–barrel sehingga tonus dan
ukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan
waktu kira-kira 3 sampai 4 bulan). Bila umur bayi itu antara 6-12 bulan (atau
bila beratnya antara 9 dan 10 Kg), satu dari tiga prosedur berikut dilakukan
dengan cara memotong usus aganglionik dan menganastomosiskan usus
yang berganglion ke rectum dengan jarak 1 cm dari anus. Prosedur Duhamel
umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang dari 1 tahun.
Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon nromal ke arah bawah dan
menganastomosiskannya di belakang anus aganglionik, menciptakan dinding
ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian posterior kolon
normal yang ditarik tersebut. Pada prosedur Swenson, bagian kolon yang
aganglionik itu dibuang. Kemudian dilakukan anastomosis end-to-end pada
kolon bergangliondengan saluran anal yang dilatasi. Sfinterotomi dilakukan
pada bagian posterior. Prosedur Soave dilakukan pada anak-anak yang lebih
besar dan merupakan prosedur yang paling banyak dilakukanuntuk
mengobati penyakit hirsrcprung. Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan
tetap utuh. Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat
dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot
rektosigmoid yang tersisa.

2. Konservatif

Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif


melalui pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan
mekonium dan udara.

3. Tindakan bedah sementara


Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien anak dan dewasa
yang terlambat didiagnosis dan pasien dengan enterokolitis berat dan
keadaan umum memburuk. Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal
yang paling distal.
4. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya
bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama
antara lain :
 Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada
anak secara dini.
 Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak.
 Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis (pembedahan).
 Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana
pulang.

Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak –


anak dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai
status fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan
simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi
kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total.
ASUHAN KEPERAWATAN HIRSCHPRUNG
A. Pengkajian
1. Identitas

Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan
merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan
dengan kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus
sampai sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan
anak perempuan. Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan
seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-
laki dan perempuan (Ngastiyah, 1997).

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama
Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias
yang sering ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih
dari 24 jam setelah lahir), perut kembung dan muntah berwarna
hijau. Gejala lain adalah muntah dan diare.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional.
Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan
ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi,
muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama
beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut.
Namun ada juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare,
distensi abdomen, dan demam. Diare berbau busuk dapat terjadi
c. Riwayat kesehatan dahulu
Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya
penyakit Hirschsprung

d. Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan


kepada anaknya

3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinis.


Pada survey umum terlihat lemah atau gelisah. TTV biasa didapatkan
hipertermi dan takikardi dimana menandakan terjadinya iskemia usus
dan gejala terjadinya perforasi. Tanda dehidrasi dan demam bisa
didapatkan pada kondisi syok atau sepsis
Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen, lipatan paha,
dan rectum akan didapatkan

a. Inspeksi: Tanda khas didapatkan adanya distensi abnormal.


Pemeriksaan rectum dan fese akan didapatkan adanya perubahan
feses seperti pita dan berbau busuk.

b. Auskultasi: Pada fase awal didapatkan penurunan bising usus, dan


berlanjut dengan hilangnya bisng usus.

c. Perkusi: Timpani akibat abdominal mengalami kembung.

d. Palpasi: Teraba dilatasi kolon abdominal.

 Sistem kardiovaskuler: Takikardia.


 Sistem pernapasan: Sesak napas, distres pernapasan.
 Sistem pencernaan: Umumnya obstipasi. Perut kembung/perut
tegang, muntah berwarna hijau. Pada anak yang lebih besar
terdapat diare kronik. Pada colok anus jari akan merasakan
jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya
udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot.
 Sistem saraf : Tidak ada kelainan.
 Sistem lokomotor/musculoskeletal : Gangguan rasa nyaman :
nyeri
 Sistem endokrin: Tidak ada kelainan.
 Sistem integument: Akral hangat, hipertermi

 Sistem pendengaran: Tidak ada kelainan

B. Diagnosa keperawatan
a. DX 1: Risiko konstipasi b.d penyempitan kolon, sekunder, obstruksi
mekanik

b. DX 2: Risiko ketidakseimbangan volume cairan tubuh b.d keluar cairan


tubuh dari muntah, ketidakmampuan absorbs air oleh intestinal

c. DX 3: Risiko injuri b.d pasca prosedur bedah, iskemia, nekrosis dinding


intestinal sekunder dari kondisi obtruksi usus

d. DX 4: Resiko infeksi b.d pasca prosedur pembedahan

C. Intervensi keperawatan
No.Dx Tujuan Intervensi Rasionl
1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan — Untuk menyusun
keperawatan — Observasi bising usus rencana penanganan
diharapkan BAB dan periksa adanya yang efektif dalam
normal kembali distensi abdomen mencegah konstipasi
pasien, Pantau dan dan impaksi fekal
Kriteria hasil: catat frekuensi dan
 pasien tidak karakteristik feses — Untuk meyakinkan
mengalami — Catat asupan haluaran terapi penggantian
konstipasi secara akurat cairan dan hidrasi
 pasien dapat — Untuk meningkatkan
mempertahankan — Dorong pasien untuk terapi penggantian
defekasi setiap mengkonsumsi cairan cairan dan hidrasi
hari 2.5 L setiap hari, bila
tidak ada
kontraindikasi — Untuk membantu
— Lakukan program adaptasi terhadap fungsi
defekasi, Letakkan fisiologi normal
pasien di atas pispot
atau commode pada
saat tertentu setiap
hari, sedekat mungkin
kewaktu biasa
defekasi (bila
diketahui) — Untuk meningkatkan
— Berikan laksatif, eliminasi feses padat
enema, atau atau gas dari saluran
supositoria sesuai pencernaan, pantau
instruksi. keefektifannya
2. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Timbang berat badan
keperawatan pasien setiap hari — Untuk membantu
diharapkan sebelum sarapan mendeteksi perubahan
kebutuhan cairan — Ukur asupan cairan keseimbangan cairan
tubuh dapat dan haluaran urin — Penurunan asupan atau
terpenuhi. untuk mendapatkan peningkatan haluaran
status cairan meningkatkan defisit
Kriteria hasil: — Pantau berat jenis urin cairan
— Peningkatan berat jenis
 turgor kulit
urin mengindikasikan
elastik dan dehidrasi. Berat jenis
normal, CRT < 3 urin rendah,
detik mengindikasikan
— Periksa membran kelebihan volume cairan
mukosa mulut setiap — Membran mukosa
hari kering merupakan suatu
— Tentukan cairan apa indikasi dehidrasi
yang disukai pasien — Untuk meningkatkan
dan simpan cairan asupan
tersebut di samping
tempat tidur pasien,
sesuai instruksi
— Pantau kadar elektrolit
serum. — Perubahan nilai
elektrolit dapat
menandakan awitan
ketidakseimbangan
cairan
3. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Observasi faktor- — Pasca bedah terdapat
D. Evaluasi

Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan


hisrchprung diharapkan sebagai berikut:
a. Tidak adanya konstipasi dan BABnya normal.
b. Kebutuhan cairan pasien terpenuhi
c. Tidak adanya injuri
d. Tidak adanya tanda-tanda atau reksi infeksi.
ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal MRS : 09 Mei 2014


Tanggal Pengkajian : 19 Mei 2014

I.       BIODATA
IDENTITAS BAYI
Nama : By. A
No.Register : 1175670
Umur : 13 Hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Ds.Gondanglegi RT 42 RW 04 Gondanglegi Malang
Tanggal lahir : 06 Mei 2014
Diagnosa medis : Obstruksi Usus Letak Rendah + Hisprung Disease

IDENTITAS AYAH
Nama : Tn. S
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Ds.Gondanglegi RT 42 RW 04 Gondanglegi Malang
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Kuli Bangunan

IDENTITAS IBU
Nama : Ny. S
Umur : 31 tahun
Alamat : Ds.Gondanglegi RT 42 RW 04 Gondanglegi Malang
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
II.                KELUHAN UTAMA.
         Saat MRS : Bayi tidak dapat buang air besar sejak lahir, kentut hanya sekali,
tidak pernah kecirit dan perut membesar
         Saat Pengkajian :By. A buang air besar dengan konsistensi cair, muntah saat
minum,dan hipotermi.

III.             RIWAYAT KESEHATAN


A.           RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Bayi tidak dapat buang air besar sejak lahir, kentut hanya sekali, tidak pernah
kecirit dan perut membesar. Bayi dibawa ke RSUD Kepanjen dan dirujuk ke RSU
dr.SAiful Anwar Malang pada tanggal 09-05-2014. Dan dirawat diruang perinatology.
Tanggal 13 Mei 2014 Bayi dinyatakan menderita hisprung disease. Dan pada tanggal
15 Mei 2014 bayi sudah dapat buang air besar.

B.           RIWAYAT KEHAMILAN


-          Pemeriksaan rutin : ANC ke bidan puskesmas rutin setiap bulan.
-          Penyakit yang diderita selama hamil : Pilek
-          Keluhan saat hamil : Hanya pada trimester I : Pusing dan mual.
-          Imunisasi : Tidak pernah
-          Obat / vitamin yang dikonsumsi : Tablet Fe dan Komix
-          Riwayat minum jamu : Tidak pernah
-          Riwayat dipijat : Tidak pernah
-          Masalah : Ketuban Merembes
C. RIWAYAT PERSALINAN
-          Cara Persalinan : Normal/ Spontan
-          Tempat : Polindes
-          Penolong : Bidan
-          Usia gestasi : 37-38 minggu
-          Kondisi Ketuban : Warna Jernih
-          Letak : Bujur
-          BB/PB/LK/LD :3600 gram/55cm/39cm/32cm.

D.    RIWAYAT POST NATAL


-          Pernafasan : Bayi langsung menangis spontan tanpa alat bantu
-          Skor APGAR : 1 menit = 7, 5 menit = 9
-          Trauma Lahir : Tidak ada
IV.             PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)
a.       Keadaan Umum
-          Postur : Normal
-          Kesadaran : Compos mentis
-          BB/PB/LK/LD saat ini : 3300 gram/53 cm/ 35 cm/ 32 cm
-          Nadi : 120 x/menit
-          Suhu : 36,2 C
-          RR : 40 x/menit

b.      Kepala dan Rambut


-          Kebersihan : Cukup
-          Bentuk Kepala : Normal, simetris
-          Keadaan Rambut : Hitam, lurus, berketombe
-          Fontanela Anterior : Lunak
-          Sutura Sagitalis : Tepat
-          Distribusi rambut : Merata

c.       Mata
-          Kebersihan : Bersih
-          Pandangan : Baik, belum terfokus
-          Sklera : Tidak Icterus
-          Konjungtiva : Anemis
-          Pupil : Normal, Reflek cahaya baik, bereaksi bila ada cahaya.
-          Gerakan bola mata : Normal, memutar dengan baik
-          Sekret : Tidak ada

d.      Hidung
-          Pernapasan cuping hidung : Tidak ada
-          Struktur : Normal
-          Kelainan lain : Tidak ada
-          Sekresi : Tidak ada

e.       Telinga
-          Kebersihan : Bersih
-          Sekresi : Tidak ada
-          Struktur : Normal, simetris

f.       Mulut dan Tenggorokan


-          Kandidiasis : Tidak ada
-          Stomatitis : Tidak ada
-          Mukosa Bibir : Kering
-          Kelainan Bibir dan Rongga Mulut : Tidak ada
-          Problem menelan : Tidak ada

g.      Leher
-          Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembesaran
-          Arteri Karotis : Teraba berdenyut teratur dan kuat
-          Trachea : Berada di garis tengah

h.      Dada atau Thorak (Jantung dan Paru)


-       Bentuk dada : Simetris, barrel chest
-       Pergerakan dinding dada : Simetris, tidak terdapat tarikan intercosta
-       Tarikan dinding dada (retraksi) : Normal, tidak terdapat retraksi
-       Suara pernafasan : Sonor, tidak ada wheezing dan ronchi
-       Abnormalitas suara nafas : Tidak ada
-       Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
-       Perkusi : pekak
-       Palpasi : ict cordis palpable midclavicula line sinistra
-       Auskultasi : Suara jantung I, suara jantung II ; tunggal,
kuat, regular, gallop -, murmur –
-       Kelainan jantung bawaan : Tidak ada

i.           Ekstremitas Atas dan bawah


-Tonus otot : Cukup
-Refleks menggenggam : Baik
-Warna : Kuku pucat, ekstremitas pucat.
-Trauma, deformitas : Tidak ada
-Kelainan : Tidak ada

j.        Abdomen
-          Bentuk : destended abdomen
-          Bising Usus : Normal, 5 x/menit
-          Benjolan : Tidak ada
-          Turgor : > 3 detik
-          Hepar, lien : Tidak teraba
-          Distensi : Ya, terdapat nyeri tekan.

k.      Kelamin dan Anus


-          Kebersihan : Bersih
-          Keadaan kelamin luar : Normal, tidak ada lesi, tidak ada benjolan abnormal
-          Anus : Normal, hemorrhoid (-)
-          Kelainan : Tidak ada

l.        Integumen
-          Warna kulit : Kuning kecoklatan
-          Kelembapan : Kering
-          Lesi : Tidak ada
-          Warna Kuku : Pucat
-          Kelainan : Tidak ada

V.                REFLEKS PRIMITIF


1.      Rooting Refleks (Refleks mencari)
Baik. Bayi merespon ketika pipi dibelai / disentuh bagian pinggir mulutnya dan mencari
sumber rangsangan tersebut.

2.      Sucking Refleks (Refleks menghisap)


Bayi merespon ketika disusui ibunya atau diberi susu melalui botol. Namun daya hisap
masih lemah.

3.      Palmar grasp (Refleks menggenggam)


Baik. Jarinya menutup saat telapak tangannya disentuh dan menggenggam cukup kuat.

4.      Tonic neck (Refleks leher)


Baik. Peningkatan tonus otot pada lengan dan tungkai ketika bayi menoleh ke satu sisi.
5.      Refleks Moro / Kejut
Baik. Bayi merespon secara tiba – tiba suara atau gerakan yang mengejutkan baginya
6.      Reflek Babinski
Cukup baik. Gerakan jari-jari mencengkram saat bagian bawah kaki diusap.

VI.             RIWAYAT IMUNISASI


Bayi belum mendapatkan imunisasi.

VII.          PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


a.       Oksigen
Kebutuhan Oksigen : O2 ruangan

b.      Cairan
-          Kebutuhan cairan dalam 24 jam :
Tgl 19 : Diet OGT ASI/SF 8x65-70cc
Tgl 20 : IVFD CN 10% + CaGluc 10% 3cc + KCl 7,4% 3cc
Diet OGT ASI/SF 8 x 65-70 cc
Tgl 21 : IVFD CN 10% + CaGluc 10% 3cc + KCl 7,4% 3cc
Diet OGT ASI/SF 8 x 65-70 cc
-          Jenis cairan yang diberikan :
Infuse CN 10%, CaGluc 10%, KCl 7,4%, ASI, dan SF
-          Cara/rute pemberian : Per oral (OGT) dan melalui infus
-          Intake : tgl 19 :, SF 8 x 65-70 cc
tgl 20 :IVFD, 8 x 65-70 cc
tgl 21 : IVFD, 8 x 65-70 cc
-          Output : ± 400 cc

c.       Nutrisi
-          Bentuk atau jenis nutrisi yang diberikan : Cair (ASI dan SF)
-          Cara pemberian : per oral (OGT)
-          Frekuensi : tgl 19 : 8 x 65-70 cc
tgl 20 : 8 x 65-70cc
tgl 21 : 8 x 65-70 cc

d.      Eliminasi Urine


-          Volume urine : ± 300 cc @ pampers
-          Warna : Kuning jernih
-          Frekuensi : ± 3-4 x/hari
-          Cara BAK : Spontan
-          Kelainan pemenuhan BAK : Tidak ada

e.       Eliminasi Alvi


-          Volume feses : ± 100 cc @ pampers
-          Warna : Kuning
-          Frekuensi : 1-2 x/hari
-          Konsistensi : Cair
-          Darah / lendir : Tidak ada

f.       Pola Istirahat


-          Jumlah jam tidur dalam 24 jam : ± 16-18 jam
-          Kualitas tidur : Sering terbangun dan rewel

HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI


Jenis Pemeriksaan : Colon in loop teknik hirchprung
Tanggal :13 mei 2014
BNO
 Preperitoneal fat line D/S : tertutup udara usus

 Kontur hepar normal, kontur lien normal

 Kontur ren D/S tertutup udara usus

 Distribusi udara usus meningkat

 Psoas line D/S tertutup udara usus

 Tulang-tulang normal
Colon in Loop Hirschprung
Kontras yang diencerkan dimasukkan per-rectal melalui kateter dengan balon yang
dikembangkan. Tampak kontras mengisi rectum, sigmoid, colon desenden, colon
transversum.
Kaliber melebar dengan mukosa regular aganglionik segmen panjang ±6 cm
Rectosiogmoid index <1
Kesimpulan :
Sesuai gambaran hirschprung disease dengan segmen aganglionik sepanjang
rectosigmoid.

IX.             TERAPI / PENATALAKSANAAN

 Terapi obat

19 Mei 2014
-          Inj IV ampicillin 3x 180 mg
-          Inj IV gentamicin 1x 16 mg
-          IV metronidazole 3x 50 mg
` 20 Mei 2014
-          IVFD CN 10% + CaGluc 10% 3cc + KCl 7,4% 3cc = 180cc = 7,5 cc/jam
-          Paracetamol 2,5 cc
-          Inj IV ampicillin 3x 180 mg
-          Inj IV gentamicin 1x 16 mg
-          IV metronidazole 3x 50 mg

21 Mei 2014
-          IVFD CN 10% + CaGluc 10% 3cc + KCl 7,4% 3cc = 180cc = 7,5 cc/jam
-          Paracetamol 2,5 cc
-          Inj IV ampicillin 3x 180 mg
-          Inj IV gentamicin 1x 10 mg
-          IV metronidazole 3x 50 mg
-          IVFD amikasin 80 mg
-          Inj IV morphin 0,6 mg
-          Pasien menjalani operasi rectosigmoidektomi
ANALISA DATA
Nama Pasien : By. A
Umur : 13 Hari
No. Registrasi : 11175670

DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI

DS : - Gangguan rasa nyaman Distensi Abdomen


DO :
-keadaan umum cukup
-Pasien rewel
-wajah grimace
-Pasien sering menangis
-Bising usus 5x/menit
- Distensi abdomen (+)
-TTV
Nadi :120x/menit
Suhu :36,20C
RR : 50x/menit

DS : - Gangguan termoregulasi Tanda-tanda Infeksi


DO : (Hipotermi)
-Keadaan umum cukup
-demam (-)
-Pasien rewel
-Pasien sering menangis
-akral dingin
-TTV
Suhu :36,20C
Nadi :120x/menit
RR :50x/menit
DS : - Infeksi Tidak adekuat
DO : pertahanan tubuh
-Keadaan umum cukup primer ( perubahan
-Demam (-) peristaltic)
-distensi abdomen (+)
-aganglionik sepanjang segmen
rectosigmoid
-Hasil lab leukosit 44,35 103/µL
-TTV
Suhu :36,20C
Nadi :120x/menit
RR :50x/menit
DS : - Gangguan Pola nafas Penekanan pada
DO : dada karena adanya
-Keadaan umum lemah distensi abdomen
-demam(+)
-sesak(+)
Terpasang O2 nasal kanul
Distensi abdomen (+)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan distensi abdomen


2. Gangguan termoregulasi (hipotermi) berhubungan dengan tanda-tanda
infeksi
3. Infeksi berhubungan dengan Tidak adekuat pertahanan tubuh primer
( perubahan peristaltic)
4. Gangguan pola nafas berhubungan dengan penekanan pada dada karena
adanya distensi abdomen
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : By. A
No. Reg : 11175670
No. Rencana Perawatan
Hari / Tgl DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Ttd
Senin 1 Setelah dilakukan tindakan asuhan 1.Monitor TTV 1. Mengetahui perkembangan dan
19 Mei keperawatan selama 3 x 24 jam, 2. Monitor kemampuan bayi keadaan umum klien.
2014 nutrisi bayi dapat terpenuhi. menghisap 2. Mengetahui kemampuan bayi
Kriteria Hasil : 3. Fasilitasi ibu dalam menyusui menghisap.
        Daya menghisap bayi kuat 4. Berikan susu formula / ASI secara 3.Membantu ibu dalam menyusui.
        BB dalam batas normal rutin dan sesuai dengan kebutuhan 4. Memenuhi kebutuhan nutrisi
        Albumin normal bayi. bayi.
        Mukosa bibir lembab
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : By. Ny. H
No. Reg : 1406132
No. Rencana Perawatan
Hari / Tgl DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Ttd
Senin 2 Setelah dilakukan tindakan asuhan 1.Monitor TTV 1. Mengetahui perkembangan dan
19 Mei keperawatan selama 3 x 24 jam, 2. Observasi turgor kulit keadaan umum klien.
2014 volume cairan dan elektrolit dapat 3. Observasi intake dan output 2. Mengetahui keadaan turgor kulit
terpenuhi. 4. Kolaborasi pemberian cairan pasien.
Kriteria Hasil : intravena dan elektrolit 3.Memantau cairan yang keluar dan
        Turgor kulit normal 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam masuk.
        Mata (conjunctiva) tidak anemis pemberian obat dan terapi selanjutnya. 4. Mempercepat proses
        CRT menjadi normal penyembuhan.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : By. A
No. Reg : 11175670
No. Rencana Perawatan
Hari / Tgl DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Ttd
Senin 3 Setelah dilakukan tindakan asuhan 1.Monitor TTV 1. Mengetahui perkembangan dan
19 Mei keperawatan selama 3 x 24 jam, 2. Monitor adanya iritasi pada kulit keadaan umum klien.
2014 gangguan integritas kulit dapat pasien. 2. Mencegah kerusakan integritas
diminimalisir 3. Mobilisasi pasien kulit.
Kriteria Hasil : 4. Beri baby oil pada daerah yang 3.Menghindari iritasi pada kulit
        Turgor kulit normal tertekan dan jaga kebersihan kulit akibat tertekan dalam waktu yang
        CRT kembali < 2 detik 5.Memandikan pasien dengan air lama.
        Kelembaban kulit bertambah hangatdan sabun. 4. Meminimalisir iritasi.
        Tidak ada luka / lesi pada kulit 5. Agar kelembaban kulit terjaga.
(decubitus)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : By. A
No. Reg : 11175670
No. Rencana Perawatan
Hari / Tgl DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Ttd
Senin 4 Setelah dilakukan tindakan asuhan 1.Monitor TTV 1. Mengetahui perkembangan dan
19 Mei keperawatan selama 3 x 24 jam, 2. Observasi pemberian cahaya sesuai keadaan umum klien.
2014 diharapkan resiko tinggi injury dengan kebutuhan dan kondisi klien. 2. Mengetahui dan menilai
dapat dicegah. 3. Observasi keadaan umum klien penurunan kadar bilirubin serta
Kriteria Hasil : setelah fototerapy. mencegah klien mengalami injury.
        Pencahayaan cukup sesuai dengan 4. Kolaborasi dengan tim medis untuk 3.Mengetahui tingkat
kebutuhan penghentian fototerapi jika kadar perkembangan klien, serta menilai
        Kadar bilirubin berkurang bilirubin turun. sejauh mana klien mengalami
        Tubuh klien tidak berwarna kuning injury
lagi. 4. Mencegah pemajanan sinar
terlalu lama.
CATATAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : By. A
No. Registrasi : 11175670

Hari / No. Tindakan Keperawatan Ttd


Tgl / Jam Dx
Senin 1 1.      Mengukur TTV (suhu, RR, dan nadi).
20 Mei 2.      Memantau kemampuan bayi menghisap
2014 2 3.      Memberikan susu formula/ASI secara rutin dan sesuai
Pukul dengan kebutuhan bayi.
10.00 WIB
1.      Mengobservasi turgor kulit dan CRT apakah kembali < 2
3 detik atau tidak.
2.      Mengobservasi intake dan output
3.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan
4 intravena dan elektrolit.
4.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
selanjutnya.

1.      Memonitor adanya iritasi pada kulit pasien.


2.      Memobilisasi pasien.
3.      Memberi baby oil pada daerah yang tertekan dan
menjaga kebersihan kulit.
4.      Memandikan pasien dengan air hangat dan sabun.

1.      Mengobservasi pemberian cahaya sesuai dengan


kebutuhan dan kondisi klien.
2.      Membuka pakaian atas bayi dan memberi penutup mata
yang dapat memantulkan cahaya.
3.      Mengobservasi keadaan umum klien setelah fototerapi.
4.      Kolaborasi dengan tim medis untuk penghentian
fototerapi jika kadar bilirubin turun.

CATATAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : By. A
No. Registrasi : 11175670
Hari / Tgl / No. Tindakan Keperawatan Ttd
Jam Dx
Selasa 1 1.        Mengukur TTV (suhu, RR, dan nadi)
21 Maret 2.        Memantau kemampuan bayi menghisap
2014 3.        Memfasilitasi ibu dalam menyusui : mengajari tekhnik
Pukul menyusui yang benar, menganjurkan ibu memompa ASI
10.00 WIB 2 untuk persediaan bayi saat ibu tidak bisa menyusui.
4.        Memberikan susu formula/ASI secara rutin dan sesuai
3 dengan kebutuhan bayi.

1.      Mengobservasi turgor kulit dan CRT apakah kembali < 2


detik atau tidak.
2.      Mengobservasi intake dan output
3.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan
intravena dan elektrolit.
4.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
selanjutnya.

1. Memonitor adanya iritasi pada kulit pasien.


2. Memobilisasi pasien.
3. Memberi baby oil pada daerah yang tertekan dan
menjaga kebersihan kulit.
4. Memandikan pasien dengan air hangat dan sabun.

CATATAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : By. A
No. Registrasi : 11175670
Hari / No. Tindakan Keperawatan Ttd
Tgl / Jam Dx
Rabu 1 1.        Mengukur TTV (suhu, RR, dan nadi)
19 Mei 2.        Memantau kemampuan bayi menghisap
2014 3.        Memfasilitasi ibu dalam menyusui : mengajari tekhnik
Pukul menyusui yang benar, menganjurkan ibu memompa ASI
10.00 WIB 2 untuk persediaan bayi saat ibu tidak bisa menyusui.
4.        Memberikan susu formula/ASI secara rutin dan sesuai
3 dengan kebutuhan bayi.

1.        Mengobservasi turgor kulit dan CRT apakah kembali < 2


detik atau tidak.
2.        Mengobservasi intake dan output
3.        Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan
intravena dan elektrolit.
4.        Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
selanjutnya.

1. Memonitor adanya iritasi pada kulit pasien.


2. Memobilisasi pasien.
3. Memberi baby oil pada daerah yang tertekan dan
menjaga kebersihan kulit.
4. Memandikan pasien dengan air hangat dan sabun.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2003. Mengenal Penyakit Hirschsprung (Aganglionic Megacolon).
2. Budi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Penyakit Hisprung.
3. Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
4. Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai