Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MIKROORGANISME DALAM INDUSTRI PANGAN DAN OBAT – OBATAN

MATA KULIAH : MIKROBIOLOGI

DISUSUN :
KELOMPOK G

MUTMAINNA A. MAKU
SRI ANGGRIANI PUTRI ALIU
SRI YULIANINGSI NUSI
TRI NUR ZIAD POU

KEMENTRIAN KESEHATAN RUPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
PROGRAM STUDI DIV SANITASI LINGKUNGAN
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami

kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul

“Mikroorganisme pada industri pangan dan obat – obatan ” dengan tepat waktu.

Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan

makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada

baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan

syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-

Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk

menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Mikrobiologi

Demikian, semoga makalah ini semoga dapat bermanfaat. Terima kasih.

Gorontalo, November 2019


penyusun

kelompok G
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1.LatarBelakang...................................................................................1
1.2.Tujuan ..............................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................2
2.1 Peran mikroorganisme dalam industry pangan ...............................2
2.2 Peran mikroorganisme dalam industy obat – obatan ......................5
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................14
3.1. Simpulan........................................................................................14
3.2. Saran..............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme mikroskopikyang sebagian
besar berupa satu sel yang terlalu kecil untuk dapat dilihat menggunakan mata
telanjang. Mikroba berukuran sekitar seperseribu milimeter (1 mikrometer) atau
bahkan kurang walaupun ada juga yang lebih besar dari 5 mikrometer.
Karenannya, mikroba hanya bisa dilihat dengan menggunakan alat bantu berupa
mikroskop.
Dalam sehari – hari bakteri sangat berperan. Baik peran positif maupun
negatif, baik di bidang kesehatan, makanan, lingkungan maupun di bidang
industri tektil, indusri kimia dan industri obat – obatan.
Mikrobililogi indusri merupakan suatu usaha memanfaatkan mikroba sebagi
komponen untuk indusri atau mengikutsertakan mikroba dalam proses, yang
bertujua untuk menghasilkan produk bernilai ekonomi dan bermanfaat.
Mikrobiologi awalnya dimulai dengan proses fermentasi alkohol, seperti pada
pembuatan “beer” dan “wine” (minuman dibuat dari buah anggur). Proses
mikrobial dikembangkan untuk produksi bahan fermentasi seperti antibioka,
produk makan tambahan seperti asam amino, serta produk enzim, dan produk
industri kimia seperti butanol dan asam sitrat.
Protein sel tunggal merupakan produk pengembangan bahan makanan
berkadar protein tinggi yang berasal dari mokroba melalui mekanisme
bioteknologi. Istilah protein bersel tinggi (PST) digunakan untuk membedakan
bahwa protein sel tunggal berasal dari mikroorganisme bersel tunggal atau
benyak, contohnya seperti bakteri atau alga. Pemanfaatan mikroorganisme
tersebut dilakukan untuk menghasilkan kualitas produk makanan berprotein
tinggi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 peran mikroorganisme dalam bidang pangan

Bahan makanan yang mengandung unsur - unsur penting yang banyak dibutuhkan oleh
mikroorganisme. Mikroba mebutuhkan karbon, vitamin, mineral, nitrogen, fosfat, serta bahan -
bahan yang dapat mendorong pertumbuhan mikroba. Selain unsur - unsur diatas,
mikroorganisme juga membutuhkan unsure mikro seperti Ca, Mn, Na, Ng, Zn, Co, Fe dan Cu.
Bahan makanan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Mikroba dapat
membusukan protein dan menguraikannya menjadi unsur- unsur yang lebih sederhana. Selain
itu mikroorganisme juga dapat memfermentasikan karbohidrat menjadi alkahol, serta
menjadikan minyak dan lemak berbau tengik.
Beberapa mikroba dpat menyebabkan penyakit dan menghasilkan racun pada makanan
sehingga dapat mengakibatkan keracunan makanan. Hal ini dikarenakan bakteri atau
mikroorganisme tertentu dapat menghasilkan toksin atau racun. Menurut pelczar & chan
(2012:893), menyatahkan bahwasanya meskipun banyak mikroorganisme tidak berbahaya
bagi manusia beberapa mikroorganisme pencemar dapat mengakibatkan keruskan, dan yang
lain menimbulkan penyakit atau menghasilakn racun yang menyebabkan keracunan makanan.
Beberapa mikroorganisme bersifat menguntungkan : mislanya dapat menghasilkan produk –
produk makanan khusus seperti keju dan acar, keduanya enak dimakan dan tidak mudah rusak.
Disamping itu mikroorganisme pun dapat merupakan makanan tambahan bagi manusia dan
hewan. Sesungguhnya, mikroorganisme bahkan merupakan sumber makanan pilihan yang
menarik.
Dampak positif maupun negatif yang ditimbulkan oleh aktifitas – aktifitas
mikroorganisme dapat dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh umat
manusia. Keusakan – kerusakan yang terjadi pada makanan merupakan salah satu contoh
kerugian yang disebabkan oleh mikroorganisme. Hal ini menjadikan perubahan pada makanan
baik dari segi rasa, warna, dan bau serta nutrisi yang terkandung didalamnya. Selain itu
mikroorganisme juga memiliki peran yang menguntungkan dalam kehidupan manusia. Hal ini
sebagaimana permyataan Pleczar dan Chan diatas, bahwa mikroorganisme dapat digunakan
dalam pembuatan produk makanan yang memiliki rasa yang lezat serta memiliki ketahanan
yang cukup baik. Keuntungan lain yang diperoleh dari pemanfaatan mikroba adalah makanan
tambahan yang berupa mikroba itu sendiri.

1) Peran Merugikan Mikroorganisme


Beberapa kerugian yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pada umummnya
dapat mengakibatkan perubahan susunan makanan atau kerusakan pada makanan yang dapat
menurunkan nilai mutu dari suatu bahan yang pangan ataupun makanan itu sendiri. Selain itu,
dapat pula berupa penyakit-penyakit baik yang menular maupun yang tidak menular, serta
dapat pula berupa keracunan makanan akibat dari kontaminasi pada bahan pangan.
Kerusakan makanan dapat terjadi pada makanan yang tidak dikalengkan maupun
makanan yang berkaleng. Pelczar & Chan (2012:895-896) menyajikan beberapa contoh
kerusakan makanan yang tidak berkaleng beserta mikroba yang terlibat didalamnya pada tabel
dibawah ini.
Makanan Tipe kerusakan Beberapa mikroorganisme terlibat
Roti Bulukan Rhizopus nigricans
Penicillium
Aspergillus niger
Sirop Menyerabut Bacillus subtilis
Menyerabut Enterobacter aerogenes
Rasa khamir Saccharomyces
Zygosaccharomyces
` Merah muda Micrococcus roseus
Bulukan Aspergillus
Penicillium
Buah – buahan dan Busuk lunak Rhizopus
sayur – mayor segar Erwinia
Busuk kerkapang kelabu Botrytis
Busuk berkapang hitam Aspergillus niger
Acar, sauerkraut daging Lapisan khamir, khamir Rhodotorula
segar merah mudah
Pembusukan Alcaligenes
Clostridium
Proteus vulgaris
Pseudomonas fluorescenss

Daging yang dilewatkan Bulukan Aspergillus


Rhizopus
Penicillium
Rasa aman Pseudomonas
Micrococcus
Hujau, lender Lactobacillus
Ikan Leuconostoc
Berubah warna pembusukan Pseudomonas
Alcaligenes
Telur Pseudomonas fluorescens
Busuk hujau busuk tak Pseudomonas
berwarna Alcaligenes
Air jeruk pekat Proteus
Busuk hitam rasa tidak enak Lactobacillus
Leuconostoc
Daging unggas Acetobacter
Pseudomonas
Lendir, bau alcaligenes

Produk Fermentasi Mikroorganisme Utama yang


Melakukan Fermentasi dan
Perubahan yang Dihasilkan
Rum masam yang dibiaki mikroorganisme Sama dengan yang digunakan untuk
pembuatan susu mentega yang dibiaki
bakteri, yaitu Streptococcus, Leuconostoc
Susu Bulgaria Asam dan rasa / aroma
Lactobacillus bulgaricus
Susu asidofilus L. acidophilus
Asam
Yogurt Streptococcus thermophilus
L. bulgaricus
Asam dan rasa/ aroma
Kefir S. lactis
L.bulgaricus
Khamir peragi lactose
Asam dan rasa/ aroma
Kumiss Sama dengan yang dijumpai pada kefir
Asam dan rasa/aroma

Selain produk pangan yang berasal dari susu yang difermentasi seperti pada tabel diatas,
terdapat pula beberapa produk pangan hasil fermentasi lain. Pelczar & Chan (2012;901), beberapa
produk makanan lain yang dihasilkan dari fermentasi mikroorganisme dapat dilihat pada tabel
berikut:

Bahan makanan hasil Bahan asal Mikroorganisme yang


fermentasi berperan
Sauerkraut (sayur asin Irisan kubis Tahap awal :
kubis) Enterobacter cloacae
Erwinia herbicola
tahap intermediate :
Leuconostac
mesenteroides
tahap akhir :
Lactobacillus plantarumSSS
Acar Ketimun Fermentasi awal:
Leuconostoc
Mesentreroides
Streptococcus faecalis
Pediococcus cerevisiae
Fermentasi lanjut:
Lactobacillus brevis
L. plantarum
Buah zaitun hijau Buah zaitun Tahap awal:
Leuconostoc
Mesenteroides
Tahap intermediant:
Lactobacillus plantarum
L. brevis
Tahap akhir:
L. plantarum

Susis Daging sapid an babi Pediacoccus cerevisiae


micrococcus spp.

2.2 Peran mikrooganisme dalam bidang industry obat - obatan


Industri farmasi telah menggunakan bakteri untuk produksi vaksin dan
antibiotik. Banyak antibiotik yang dibuat oleh bakteri yang hidup di tanah,
seperti Tetracycline, erythromycin dan streptomycin. Vaksin yang diproduksi
untuk melawan penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri, dibuat dari bagian
bakteri yang menyebabkan penyakit tersebut. Dipteri, tetanus dan pertusis telah
hilang dari beberapa negara maju karena penggunaan vaksin yang disebarluaskan
untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut. Vaksin untuk demam thypoid dan
kolera memiliki dampak yang sangat besar terhadap kualitas hidup di negara
berkembang, karena mereka menghadirkan biaya yang relatif murah untuk
mencegah penyakit tersebut. Dengan mikrobiologi para ahli farmasi dapat
mengembangkan metode pembuatanobat baru dengan memanfaatkan
mikroorganisme dan juga untuk menciptakan obatbaru yang lebih aman
digunakan untuk memerangi mikroorganisme  penyebab penyakit.

1. Produk Antibiotik
Pada awalnya, antibiotik diartikan sebagai senyawa hasil metabolisme
mikro organisme biasanya yang dapat merusak atau menghambat pertumbuhan
mikro organisme lainnya. Biasanya, antibiotik merupakan suatu metabolit
sekunder yang dihasilkan dalam fase stationer siklus pertumbuhan mikro
organisme. Namun pada perkembangannya, istilah antibiotik ditujukan untuk
semua senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba baik yang
berasal dari proses metabolisme mikroba maupun hasil sintesis. Idealnya,
antibiotik memiliki toksisitas selektif terhadap mikroba tertentu dengan tingkat
toksisitas yang tinggi tetapi hanya menimbulkan toksisitas yang minimal
terhadap inang (manusia, ternak, dll) serta dapat diberikan melalui jalur umum.
Menurut daya hambatnya terhadap mikroba, antibiotik digolongkan menjadi
bakteriostatik dan bakterisida. Bakteriostatik merupakan antibiotik yang hanya
mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme sedangkan bakteriosida
merupakan antibiotik yang dapat menyebabkan kematian mikroorganisme.
Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan
jenis infeksi. Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat
dibedakan antibiotik yang membidik bakteri gram positif atau gram negatif
saja, dan antibiotik yang berspektrum luas, yaitu yang dapat membidik bakteri
gram positif dan negatif . Mikro organisme penghasil mikroba tersebar dalam
berbagai golongan, meliputi bakteri, actinomycetes, dan fungi. Dari ketiga
golongan tersebut, yang paling banyak menghasilkan antibiotik adalah
golongan actinomycetes, terutama Streptomyces yang mencapai 70% dari
seluruh antibiotik yang dihasilkan oleh mikro organisme. Disusul oleh fungi
yang mencapai 20% dan bakteri yang mencapai 10%. Bahkan, menurut Okami
& Hotta, hampir 95% dari 2000 antibiotik yang ada dihasilkan oleh
Streptomyces.Meskipun saat ini telah dikenal cara untuk menghasilkan
antibiotik secara sintetis kimiawi, tetapi pada pelaksanaannya hal tersebut
masih cukup sulit dilakukan.Oleh karenanya, sintesis antibiotik melalui mikro
organisme masih menarik untuk dilakukan. Hal ini juga mengakibatkan banyak
penelitian yang difokuskan pada Actinomucetes.
Actinomycetes termasuk bakteri yang berbentuk batang, gram positif,
bersifat anaerobik atau fakultatif. Struktur Actinomycetes berupa filament
lembut yang sering disebut hifa atau miselia, sebagaimana yang terdapat pada
fungi, memiliki konidia pada hifa yang menegak. Actinomycetes merupakan
bakteri yang bereproduksi dengan pembelahan sel, rentan terhadap pinicilin
tetapi tahan terhadap zat antifungi. Actinomycetes merupakan golongan
mikroorganisme yang tersebar luas di alam terutama tanah, banyak dari
golongan ini yang diketahui mampu memproduksi metabolit sekunder seperti
enzim, herbisida, pestisida dan antibiotic. Produksi antibiotik melalui
pemanfaatan mikro organisme dilakukan melalui fermentasi. Adapun sistem
fermentasi yang telah berkembang yaitu:
a) Sistem Continue
Pada sistem kontinyu, media selalu ditambahkan dari luar dan hasilnya
dipanen secara berkala. Sistem ini cocok digunakan pada produksi besar
(dalam skala industri) agar lebih efisien. Sistem ini tidak cocok digunakan
untuk produksi kecil (skala laboratorium).
b) Sistem Batch
Pada sistem ini tidak ada penambahan media dan pemanenan hasil pada akhir
periode fermentasi, sehingga hanya dapat bertahan selama beberapa jam atau
hari. Sistem ini cocok untuk produksi skala kecil (skala laboratorium).
Perbedaan penggunaan kedua metode tersebut akan menyebabkan perbedaan
recovery, kemurnian, kualitas, dan sterilisasi pengemasan produk akhir.

2. Produk vaksin
Vaksin berasal dari kata vaccinia, adalah bahan antigenik yang digunakan
untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat
mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau
“liar”.Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan
sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati
atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.).
Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk
bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin.
Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif
(kanker). Vaksin  merupakan senyawa yang  dihasilkan oleh suatu 
mikroorganisme untuk  menghambat pertumbuhan  mikroorganisme lain.Banyak
ditemukan  mikroorganisme yang  mengandung substansi  dengan aktivitas
antibiotik.Vaksin diproduksi oleh strain mutan patogen virulen tanpa
menghilangkan antigen yang diperlukan untuk menimbulkan respons imun.
Perkembangan bidang bioteknologi memungkinkan produksi seluruh seluruh
vaksin baru. Beberapa vaksin baru ini ditujukan bagi target baru, dan beberapa
lagi lebih efektif dan memiliki efek samping lebih sedikit  dibandingkan vaksin
tradisional yang ada saat ini.
Untuk menghasilkan vaksin terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus,
strain virus ditumbuhkan dengan menggunakan telur ayam tertunas. Individu
yang memiliki alergi terhadap telur ayam tidak dapat diberi vaksin yang dibuat
dengan cara seperti ini. Vaksin virus juga dapat diproduksi melalui kultur
jaringan. Misalnya, vaksin rabies tradisional diproduksi pada telur bebek tertunas
dan memiliki efek samping yang sangat menyakitkan. Vaksin ini digantikan oleh
produksi vaksin melalui kultur jaringan fibroblas manusia yang memiliki efek
samping yang lebih sedikit. Produksi vaksin terhadapyang efektif dalam
mencegah infeksioleh bakteri, fungi, dan protozoa melibatkan pertumbuhan
strain mikroorganisme pada media artifisial yang meminimalkan gangguan
beruparespons alergi.vaksin yng diproduksisecara komersial harus di uji dan
distandardisasi terus sebelum digunakan, sehingga terjadi outbreak (wabah)
penyakit akibat introduksi vaksin seperti yang pernah terjadi pada tahun 1976
akibat adanya vaksin swine influenza yang inadekuat dapat dihindari.

3. Produk vitamin dan asam amino


Vitamin merupakan faktor nutrisi esensial bagi manusia. Beberapa
vitamin dapat diproduksi melalui fermentasi mikroorganisme, dan digunakan
sebagai suplemen makanan. Misalnya vitamin B12 dapat diproduksi sebagai
produk samping pada fermentasi antibiotik oleh Streptomyces. Vitamn B12 juga
diperoleh dari fermentasi Propioni bacteriaum shermanii atau Paracoccus
denitrificans.
Riboflavin dapat dihasilkan dari fermentasi berbagai macam mikrooganisme,
misalnya bakteri Clostridium dan fungi Eremothecium ashbyi atau Ashbya
gossypii.
Masalah utama produksi asam amino komersial melalui fermentasi
mikroorganisme adalah adanya mekanisme alam kontrol pengaturan
mikroorganisme yang membatasi jumlah asam amino yang dihasilkan dan
dilepaskan dari sel. Masalah ini dapat diatasi dengan strain mikroorganisme yang
direkayasa secara genetis sehingga tidak memiliki mekanisme kontrol seperti 
strain asli (wild type). Manusia memerlukan berbagai macam asam amino,
termasuk lisin. Konsentrasi lisin dalam padi-padian tidak cukup banyak untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi manusia. Lisin diproduksi melalui fermentasi
mikroorganisme, sehingga dapat digunakan sebagai suplemen makanan bagi
manusia dan sebagai bahan tamabahan pada sereal. Metionin juga diproduksi
melalui sintesis kimia dan digunakan sebagai suplemen makanan.Produksi lisin
dari karbohidrat menggunakan Corynebactrerium glutamicum, suatu auksotrof
yang memerlukan homoserin. Cane molasses umumnya digunakan sebagai
substrat, dan pH dijaga agar tetap netral dengan menambahakan amonia atau
urea. Pada saat gula dimetabolisme, lisin akan tetap terakumulasi pada media dan
sintesis homoserin dihambat pada tahap homoserin dihidrogenase.

4. Alkoloid
Alkaloid, beberapa diantaranya dapat dimanfaatkan dalam terapi, umumnya
diperoleh dari tanaman, namun alkaloid ergot dihasilkan dari fungi. Alkaloid
ergot pertama kali diperoleh dari sklerotium Ascomycetes, yaitu Claviceps
purpurae. Istilah ergot digunakan untuk menunjukkan bahwa alkaloid jenis ini
dihasilkan oleh fungi. Alkaloid ergot dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan
atas kandungan asam lisergat  dan clavin. Alkaloid asam glisergat hanya
diproduksi oleh genus Claviceps,  sedangkan alkaloid clavin ditemukan pada
genus Aspergillus, penicillium, dan Rhizobium. Alkaloid ergot digunakan untuk
menstimulasi sistem syaraf simpatik. Beberapa alkaloid lisergat seperti halnya
ergotamin dan ergobasin digunakan pada terapi kandungan yaitu untuk
mengkontraksi uterus pada saat proses melahirkan untuk mengkontraksi
uterus postpatu.
Kelas tropane alkaloid, ditemukan terutama di Solanaceae, berisi
anticholinergic obat hiosiamin dan skopolamin. Solanaceous tanaman telah
digunakan secara tradisional untuk mereka obat, halusinasi, dan beracun properti,
yang berasal, di bagian, dari alkaloid tropane. Untuk mendapatkan perbaikan
sumber obat-obatan, metabolik rekayasa tanaman yang berfungsi sebagai
komersial sumber skopolamin bisa meningkatkan pemuliaan klasik dalam upaya
mengembangkan tanaman dengan alkaloid yang optimal pola. Sumber komersial
saat ini skopolamin adalah Duboisia, yang dibudidayakan 1284 Bab 24 Produk
Alam (Metabolit Sekunder) di perkebunan di Australia, Indonesia, dan Brasil.
Beberapa alkaloid tropane lain yang memproduksi spesies menumpuk
hiosiamin bukan skopolamin sebagai alkaloid utama. Timbul pertanyaan apakah
ekspresi transgen dalam tanaman obat akan mengubah pola alkaloid penghasil
sehingga lebih dari alkaloid farmasi berguna, skopolamin, diperoleh. Untuk
tujuan ini, 6β hiosiamin cDNA encoding-hidroksilase dari niger H. (semacam
tumbuhan hitam) telah diperkenalkan ke Atropa belladonna (mematikan
nightshade) dengan menggunakan Agrobacterium tumefaciens- dan A.
Transformasi rhizogenes-mediated. Yang dihasilkan transgenik tanaman dan akar
berambut masing-masing berisi lebih besar konsentrasi skopolamin daripada
melakukan liar-jenis tanaman. Ini Atropa transgenik tanaman memberikan
contoh pertama tentang bagaimana tanaman obat bisa berhasil diubah dengan
menggunakan teknik genetika molekular untuk menghasilkan peningkatan
jumlah dari medicinally penting alkaloid.
Merancang bermakna transformasi eksperimen membutuhkan pengetahuan
menyeluruh dari jalur biosintesis alkaloid. Seperti studi juga dibatasi oleh
kemampuan kita untuk mengubah dan regenerasi tanaman obat. Untuk tanggal,
keahlian dalam bidang yang penting tertinggal jauh di belakang bahwa untuk
tembakau, warna ungu tua, dan sereal tanaman. Sebagai contoh, di daerah
tropane alkaloid, transformasi dan regenerasi dari Duboisia, tanaman yang
pserkebunan, panen, dan teknik pemurnian memiliki sudah ditetapkan secara
komersial, akan harus dikembangkan sebelum potensi komersialisasi dapat
dipertimbangkan.
Genetik manipulasi kultur jaringan tanaman dapat meningkatkan konsentrasi
tingkat-membatasi enzim atau dapat mengakibatkan ekspresi gen produk yang
tidak normal induksi dalam kultur sel. Jika demikian, alkaloid produksi dalam sel
tumbuhan atau kultur jaringan bisa menjadi layak industri Pendekatan.Contoh
lain sukses tentang bagaimana metabolik rekayasa bisa mengubah produk alami
sintesis telah disediakan olehBrassica napus transformasi (canola)dengan
pengkodean cDNA C. roseus triptofan dekarboksilase digunakan dalam
biosintesis alkaloid indol monoterpenoid. Kegunaan biji dari tanaman ini
menghasilkan minyak sebagai pakan ternak telah dibatasi sebagian oleh
kehadiran indola glucosinolate, belerang yang mengandung senyawa yang
membuat makan kurang protein lezat.
The dekarboksilase triptofan transgen di canola pengalihan tryptophan
kolam jauh dari glukosinolat indole biosintesis dan masuk ke tryptamine. Benih
dewasa dari canola transgenik tanaman mengandung kurang dari indol yang
glucosinates dan tidak menumpuk tryptamine, sehingga lebih cocok untuk
digunakan sebagai hewan pakan dan mencapai potensi ekonomi berguna produk.
 Sampai saat ini, penjelasan enzimatik sintesis minimal delapan alkaloid
adalah baiklengkap atau hampir lengkap: ajmaline, vindoline,berberin,
corydaline, macarpine, morfin, berbamunine, dan skopolamin. Dari alkaloid ini,
mereka yang saat ini industri digunakan, seperti morfin dan scoploamine, adalah
masih terisolasi dari tanaman yang menghasilkan mereka daripada sintesis. Masa
depan untuk penelitian tentang alkaloid ini terletak pada pengembangan sistem
alternatif produksi, seperti sel tumbuhan atau mikroba budaya, dan dalam
pengembangan tanaman dengan spektrum peningkatan alkaloid untuk produksi
yang lebih efisien obat-obatan saat ini terisolasi dari lapangan-tumbuh tanaman.
Desain sistem ini alternatif dan tanaman dioptimalkan membutuhkan molekul
manipulasi, yang pada gilirannya memerlukan pengetahuan tentang jalur
biosintesis alkaloid di tingkat enzim.
Banyak kemajuan telah dibuat dengan alkaloid pilih, tetapi masih banyak
ditemukan tentang enzimatik sintesis farmasi penting alkaloid seperti
camptothecin, kina, dan emetine, untuk menyebutkan hanya beberapa contoh.
cDNA sekarang telah terisolasi untuk sekitar 20 enzim alkaloid biosintesis, dan
tingkat di mana baru klon diidentifikasi adalah tertentu untuk peningkatan
kedatangan tahun. Sebagai gen terisolasi, kita dapat mengantisipasi bahwa
ekspresi heterolog sistem yang akan dikembangkan di bakteri, ragi, dan sistem
sel serangga budaya untuk memungkinkan produksi enzim tunggal, dan mungkin
bahkan jalur pendek, untuk sintesis biomimetik alkaloid. Kita pemahaman
tentang bagaimana ekspresi gen biosintesis alkaloid diatur oleh Elisitor atau pada
jaringan tertentu juga akan meningkatkan sebagai promotor alkaloid gen
biosintesis dianalisis.
Masa depan akan hampir pasti membawa genetik rekayasa mikroorganisme
dan eukariotik sel budaya yang menghasilkan alkaloid, metabolis rekayasa
tanaman obat dengan disesuaikan alkaloid spektrum, farmasi penting alkaloid
pada kultur sel, dan bahkan sintesis enzimatik belum diketahui alkaloid melalui
biokimia kombinatorial.

5. Asam Glutamat
Asam glutamat merupakan asam amino yang banyak diproduksi (4 juta
ton/tahun). Glutamatsendiri adalah salah satu jenis asam amino non-essensial
yang merupakan substansi dasar penyusun protein dan bisa diproduksi sendiri
oleh tubuh kita untuk keperluan metabolisme sertaditemukan hampir di dalam
setiap makanan yang mengandung protein. Beberapa jenis makananyang
mengandung glutamat dari alam adalah tomat, keju, saos soja, saos ikan, dan
bahkan jugaterdapat di air susu ibu (ASI).
Asam glutamat biasanya digunakan pada produksi MSG.MSG pertama kali
dipatenkan oleh perusahan yang berkedudukan di Jepang, Ajinomoto.
Denganpasokannya yang sekitar 30% dari seluruh MSG di dunia, Ajinomoto
telah mendominasi pasar sejak ditemukannya bahan aditif sintesis ini.Dalam
bentuk aslinya MSG berupa serbuk putih yang mengkristal dan jika dilarutkan
dalam air,akan terurai menjadi ion Sodium (dikenal juga dengan nama Natrium)
serta ion Glutamat.
MSGmenjadi semakin favorit karna tidak berwarna, berbentuk kristal, dan
mudah dalam penggunaanserta dalam penyimpanannya. Satu-satunya yang
dipengaruhi oleh MSG adalah rasa dalammakanan tersebut. MSG tidak membuat
kualitas makanan jelek menjadi lebih baik atau tidak membuat makanan menjadi
lebih awet, tapi MSG membuat makanan menjadi lebih enak.Pada Abad 21
teknik pembuatan MSG mulai beragam.
Menurut The Encyclopedia of Common Natural Ingredients´ MSG bisa
diproduksi dengan menggunakan proses klasik (proses ekstraksi),teknik
hidrolisis protein, sintesis kimia, dan fermentasi oleh mikroba. Dalam
penjelasam  ini hanya teknik fermentasi yang akan dibahas lebih
lanjut.Fermentasi medium yang digunakan dapat berupa bahan mentah terutama
yang  mengandung karbon (C):glukosa, fruktosa, maltosa, sukrosa, xilosa, dan
asam asetat serta sumber nitrogen (N): garamammonium, ammonia (NH3).
Selain sumber C dan N juga diperlukan biotin dalam medium yangmerupakan
faktor pembatas, tergantung sumber C yang digunakan. Contoh medium yang
seringdigunakan adalah molase atau tetes tebu.
Mikroba yang dapat melakukan fermentasi asam glutamate adalah bakteri
gram positif nonmotileyang membutuhkan biotin untuk tumbuh dalam jumlah
sedikit atau aktivitas-ketoglutaratedehydrogenase dan aktivitas glutamate
dehydrogenase yang tinggi seperti Micrococcusglutamicus, Bacillus circulans,
Bacillus megaterium, Corynebacterium, Brevibacterium, Microbacterium,
Arthrobacter. Perubahan permeabilitas dapat meningkatkan produksi asam
glutamat oleh Micrococcus, Corynebacterium, Brevibacterium, dan
Microbacterium. Kunci dari over produksi glutamata dalah karena spesies
tersebut tidak mempunyai enzim -ketoglutarat dehidrogenase yang memecah-
ketoglutarat menjadi suksinil-CoA, dan membutuhkan biotin (tidak dapat
mensintesis biotin).
Jika ditumbuhkan pada glukosa, spesies ini dapat memproduksi glutamat,
terkumpul di dalam selsampai 50 mg/g berat kering, dan karena adanya regulasi
umpan balik, produksi glutamat dapatberhenti. Jika permeabilitas sel dinaikkan,
glutamat menjadi lebih mudah dikeluarkan dari sel,mengakibatkan konsentrasi
glutamat di dalam sel tetap rendah, dan produksi glutamat terus berlangsung
Pembentukan asam glutamat dari glukosa membutuhkan sekurang-
kurangnya 16 tahap reaksienzimatis. Asam alpha-ketoglutarat diubah menjadi
asam glutamat melalui reaksi reduktif aminasi (penambahan NH3). Enzim yang
mengkatalisa reaksi tersebut adalah NADP-specificglutamic acid dehidrogenase.
Untuk mengaktifkan enzim tersebut diperlukan NADPH2.Untuk mengubah
glukosa menjadi senyawa dengan tiga atom dan dua atom karbon, disamping
menggunakan jalur HMP (hexomonophosphat) juga menggunakan jalur EMP
(embdenmeyerhoff-parnas).
Lintasan HMP menghasilkan lebih banyak NADPH2 yang diperlukan
untuk reaksi konversi asam -ketoglutarat menjadi asam glutamat.Fermentasi
asam glutamat merupakan fermentasi aerobik, maka kekurangan oksigen selama
proses fermentasi menyebabkan jalur EMP lebih dominan. Hasilnya adalah
banyak dihasilkannya asam-asam organik lain, seperti asam laktat, akibatnya
asam glutamat yang terakumulasi berkurang.Fermentasi berlangsung selama 35-
45 jam kemudian hasil fermentasi tersebut disentrifus untuk menghilangkan
biomassa yang terbentuk dan bahan-bahan padat organik lainnya. Asam
glutamate yang ada dalam larutan induk dipisahkan dengan resin, di mana asam
glutamat akan tertahan didalam resin.
Untuk mendapatkan MSG, resin yang sudah mengandung asam glutamat
diregenerasi denganlarutan NaOH, dimana larutan yang telah digunakan untuk
meregenerasi resin sudahmengandung MSG, selanjutnya untuk mendapatkan
MSG yang putih, larutan ini didekolorisasidengan karbon aktif. Pembentukan
MSG secara kimia dapat dilihat dari reakasi berikut:C5H9NO4 + NaOH
C5H8NO4Na + H2O(asam glutamat) (monosodium glutamat) Larutan induk
yang sudah didekolorisasi mengandung MSG dalam konsentrasi yang
rendah,untuk menaikkan konsentrasi MSG dalam larutan, maka perlu
dievaporasi, untuk mendapatkan kristal MSG dilakukan dengan penurunan suhu
larutan induk dengan proses kristalisasi.
Regulasi Mikroorganisme yang mampu menghasilkan asam glutamat
langsung dari glukosa banyak tersebar di alam. Walaupun kapang, khamir dan
Actinomyces dinyatakan mampu menghasilkan asam glutamat tapi hanya bakteri
yang diketahui mampu menghasilkan asam glutamat lebih dari40 persen dari
glukosa, dengan konsentrasi glukosa dalam media lebih dari 10
persen.Laboratorium perusahaan penghasil MSG (Monosodium glutamat)
mengisolasi dan menelitistrain-strain bakteri penghasil asam glutamat dari
lingkungan alam maupun mutannya
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme mikroskopikyang sebagian
besar berupa satu sel yang terlalu kecil untuk dapat dilihat menggunakan mata
telanjang. Mikroba juga ada disekitar kita dan berfungsih dikehidupan sehari – hari
seperti pada pangan dan juga penggunaan dalam obat – obatan mikroba juga
memiliki keuntungan dan kerugianya tergantung kebutuhan yang diperlukan
manusia.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita sebagai mahasiswa dapat membuat
inofasi dari mikroba yang menguntungkan bagi manusia baik untuk pangan obat –
obatan dan lainya.
DAFTAR PUSTAKA

Cambell, et all 2002. Biologi edisi 5 jilid 1. Jakarta: erlangga di akses 11


november 2019

Darkuni,Novaiar. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi dan Mikologi).


Malang: Universitas Negeri Malang di akses 11 november 2019

Pelezar, Micheal. 2008, Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press di akses 11


november 2019

Ristiati, Ni Putu. 2000. Pengantar Mikrobiologi Umum. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional. Di akses 11 november 2019

Budiyanto, movh agus kresno. 2002. Mikrobiologi Terapan. Malang. Penerbit:


Universitas Muhammadiah Malang. Diakses 11 november 2019

Waluyo, Lub. 2009. Mikrobiologi Lingkunga. Malang : UMM Press di akses 11


november 2019

Anda mungkin juga menyukai