TINJAUAN KEPUSTAKAAN
4
5
2.1.5. Konsolidasi
Barimbing (2017) menyatakan bahwa “konsolidasi merupakan salah satu
proses pengecilan volume yang terjadi secara perlahan-lahan pada tanah jenuh
sempurna dengan keadaan permeabilitas yang rendah akibat pengaliran sebagian
air pori”. Proses ini berlangsung secara terus menerus sampai kelebihan tekanan
air pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangan total benar-benar hilang.
1. Konsolidasi Satu Dimensi
Teori konsolidasi satu arah merupakan teori yang biasa digunakan untuk
memprediksi penurunan tanah yang dikenalkan oleh Terzaghi. Teori ini
menjelaskan bahwa deformasi dan arah aliran yang terjadi hanya pada satu
arah yaitu hanya pada arah vertikal.
Tahapan yang terjadi terdiri dari tiga tahapan diantaranya sebagai berikut.
a) Tahap I: Pemampatan awal (initial compression) yang pada umumnya
disebabkan oleh pembebanan awal (preloading).
b) Tahap II: Konsolidasi primer (primary consolidation), yaitu periode
selama tekanan air pori secara lambat laun dipindahkan ke dalam
tegangan efektif, sebagai akibat dari keluarnya air dari pori-pori tanah.
c) Tahap III: Konsolidasi sekunder (secondary consolidation) yang terjadi
setelah tekanan air pori hilang seluruhnya. Pemampatan yang terjadi di
sini disebabkan oleh penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir
tanah.
Persamaan matematis untuk konsolidasi 1-D dari Terzaghi dalam
menentukan nilai derajat konsolidasi arah vertikal (U V ) dapat dinyatakan
dengan Persamaan 2.6.
4 ×T v
UV = √
4Tv
π
2,8 0,179 (2.6)
( ( ))
1+
π
dengan :
UV = Derajat konsolidasi arah vertikal,
12
Sifat tanah
γsat e n
Wsat γsat K Cv gamma mv=I/E
lugeo cm2/
g/cm3 lb cb ft % g/cm3 cm/s ft/year ft^2/year bars Psi cm2/kg ft2/ton
n s
1E- 0.0
lunak 0.5 31.25 4.4 0.8 163 1.31 0.001 0.0001 0.00001 0.142 100 97.6
09 1
0.0
0.6 37.5 3.5 0.78 129.6 1.38 0.71 20 19.52
5
1E- 0.010
0.7 43.75 2.86 0.74 105.8 1.44 0.0001
3.4
08 3
s 0.0
0.8 50 2.38 0.7 88 1.5 0.0002
6.8 1.42 10 9.76
i 1
l 1E- 0.010 10. 0.0
0.9 56.25 2 0.67 74.1 1.57 0.0003 7.05 2 1.952
t 07 3 1 5
y 11.
0.0004 1 14.2 1 0.976
1
c 1E- 16.
l rata-rata 1 62.5 1.7 0.63 63 1.63 1.03 0.0005 2 28.4 0.5 0.488
06 9
a 2E- 20.
y 1.1 68.75 1.45 1.45 53.9 1.69 2.06 0.0006 3 42.6 0.33 0.32208
06 3
3E- 23.
1.2 75 1.25 1.25 46.3 1.76 3.1 0.0007 4 56.8 0.25 0.244
06 6
4E-
1.3 81.25 1.08 1.08 39.9 1.82 4,13 0.0008
27 5 71 0.2 0.1952
06
5E- 30.
1.4 87.5 0.93 0.93 34.4 1.88 5.17 0.0009 6 85.2 0.17 0.16592
06 4
g 6E-
sand 1.5 93.75 0.8 0.8 29.6 1.94 6.2 338 7 99.4 0.14 0.13664
r 06
a 7E-
v 1.6 100 0.69 0.69 25.5 2.04 7.24 8 113.6 0.12 0.11712
06
e 8E-
l 1.7 106.25 0.59 0.59 21.8 2.07 8.26 9 127.8 0.11 0.10736
06
9E-
s 1.8 112.5 0.5 0.5 18.5 2.13 9.3 3380 10 142 0.1 0.0976
06
a 1E-
n 1.9 118.75 0.42 0.42 15.6 2.2 10.33 11 156.2 0.091 0.08882
05
d 1E- 103 338000 12 170.4 0.083 0.08101
13
04
gravel 2 125 0.35 0.35 13 2.26 0.001 1030 13 184.6 0.077 0.07515
2.1 131.25 0.29 0.29 10.6 2.32 0.01 10300 14 198.8 0.073 0.07125
2.2 137.5 0.23 0.23 8.4 2.39 0.1 103000 10000 15 213 0.064 0.06246
2.3 143.75 0.17 0.17 6.4 2.45 20 284 0.05 0.0488
2.4 150 0.13 0.13 4.63 2.51 50 710 0.02 0.01952
2.5 156.25 0.08 0.08 2.96 2.57 100 1420 0.01 0.00976
2.6 162.5 0.038 0.038 1.42 2.64 500 7100 0.002 0.00195
2.7 168.75 0 0 0 2.7 1000 14200 0.001 0.00098
Pada tanah yang berlapis nilai C v yang digunakan yaitu nilai C v gabunganyang
dirumuskan pada persamaan 2.9.
2
( H 1 + H 2 +…+ H n )
C v gab = 2
H1 H2 Hn (2.9)
( +
√ Cv 1 √ C v 2
+…+
√ C vn )
dengan :
C v gab = Koefisien Konsolidasi gabungan,
Cv1 = Koefisien Konsolidasi Lapisan tanah ke-1,
C vn = Koefisien Konsolidasi Lapisn tanah ke-n,
H1 = Lapisan tanah ke-1, dan
Hn = Lapisan tanah ke-n.
dengan zona smear, permeabilitas tanah pada area ini (ks) akan lebih kecil
dari permeabilitas horizontal tanah (kh).
Pada kondisi regangan sebanding (equal strain) mulai dipertimbangkan
adanya gesekan antara mandrel dan tanah sehingga terjadi arching, dimana
dalam analisa area arching tersebut Barron mendistribusikan penurunan
arching menjadi penurunan rata-rata sehingga pada kedalaman tertentu
penurunannya dianggap sama.
Menurut Muller dan Larsson pada jurnal Aspects on the modelling
ofsmearzones around vertical drain dalam Barimbing (2017) untuk material
tanah jenis lempung homogen maka nilai koefisien konsolidasi horizontal (C h
) dapat dicari dengan menggunakan Persamaan 2.10.
C h=( 1 s /d 2 ) ×C v (2.10)
dengan :
Ch = Koefisien konsolidasi arah radial, dan
Cv = Koefisien konsolidasi arah vertikal.
Uh =1−exp
( F (n) ) (2.12)
D 3
F ( n )=ln − (2.13)
Dw 4
15
dengan :
Uh = Derajat konsolidasi arah radial,
Th = Faktor waktu horizontal,
F (n) = Faktor hambatan,
D = Diameter jangkauan kerja PVD, dan
Dw = Diameter lingkaran ekivalen PVD.
Bowles (1977) menyatakan bahwa pada tiap-tiap lapisan tanah untuk nilai
kohesi degunakan kohesi rata – rata. Untuk tinggi timbunan kritis ( H cr )
dengan daya dukung tanah lempung dalam perencanaan beban preloading
dihitung dengan persamaan 2.20.
c 1. H 1+c 2. H 2+c 3. H 3+…+ cn . Hn
c rata−rata = (2.20)
∑ Hi
dengan :
c rata−rata = Kohesi tanah dasar,
c = Kohesi tanah,
H = Tebal lapisan tanah, dan
∑ Hi = Jumlah tebal lapisan.
PVD berperan besar dalam proses konsolidasi. Pada penggunaan PVD proses
konsolidasi dapat berjalan lebih cepat. Ada dua faktor yang mempengaruhi
proses konsolidasi berjalan lebih cepat yaitu sebagai berikut.
a) Jarak antar PVD
Jarak antar PVD ini berpengaruh terhadap panjang lintasan drainase air
pori secara horizontal. Semakin jauh jarak antar PVD mengakibatkan
semakin jauh jarak yang harus ditempuh air untuk mencapai PVD dan
keluar sehingga proses konsolidasi menjadi semakin lama. Jarak
minimum yang diperbolehkan adalah 1 meter sebab jika lebih kecil dari 1
meter dapat menurunkan kekuatan tahanan geser tanah.
b) Panjang PVD
Pada proses konsolidasi, PVD hanya mempercepat proses konsolidasi
pada daerah sepanjang vertical drain saja. PVD hanya mampu
memperpendek jarak aliran drainase pada arah sepanjang aliran PVD,
sedangkan untuk daerah di bawahnya hanya akan mengalami konsolidasi
biasa seperti yang digambarkan pada Gambar 2.5.
dengan :
ds = diameter smear zone,
dm = diameter mandrel, dan
Am = luasan ukuran mandrel.
dengan :
De = Diameter ekivalen (setelah penampang diubah menjadi bentuk
lingkaran) , dan
S = spacing atau jarak antar PVD.
Gambar 2.8 Pola PVD (Kiri Pola Bujur Sangkar, Kanan Pola Segitiga)
(Sumber : Geotextiles and Geomembranes dalam Barimbing, 2017)
(Studi Kasus Jalan Lingkar Luar Barat Surabaya STA 1+050 – STA 1+250).
Dalam studi kasus ini Hinitial diperlukan untuk 6,78 m untuk total penurunan
tanah 1,81 m dan membutuhkan periode konsolidasi 100 tahun, dan dengan
direncanakan PVD dengan pola segitiga dengan jarak antara PVD 1 m dengan
panjang 12 m mampu mempercepat waktu konsolidasi lahan sebesar U 90%
dengan waktu akhir proses kompresi 7,5 minggu.
2. Athaya Zhafirah, dan Dewi Amalia, (Teknik Sipil Politeknik Negeri
Bandung), dengan judul Perencanaan Preloading Dengan Penggunaan
Prefabricated Vertical Drain Untuk Perbaikan Tanah Lunak Pada Jalan Tol
Pejagan-Pemalang. Dari studi didapatkan hasil tinggi timbunan pada saat
pelaksanaan akhir adalah 11 m dengan penurunan total yang terjadi sebesar
2,122 m dalam waktu 38,49 tahun. Masalah ini dapat diatasi dengan
memperbaiki tanah dasar menggunakan PVD yang dioptimalkan dengan
preloading. PVD adalah lembaran plastik untuk drainase vertikal yang
panjang berbahan komposit, terdiri dari drain core dan filter jacket. Dari hasil
perencanaan, PVD yang digunakan adalah tipe Ce-Teau Drain CT-882
dengan pola segiempat jarak 1,2 m sedalam 10 m dari muka tanah asli.
Penimbunan dilakukan bertahap dengan kecepatan penimbunan 1 m
perminggu. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai penurunan total sebesar
2,122 m dengan metode preloading kombinasi PVD adalah 11 minggu.