Anda di halaman 1dari 9

A.

Filsafat Pancasila
Menurut Materi Kuliah Pancasila dari Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional Kemendikbud RI 2013
Filsafat Pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasional
tentang Pancasila sebagai dasar negara dan keny ataan buday a bangsa,
dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertianny a y ang
mendasar dan meny eluruh. Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena
Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa y ang mendalam y ang dilakukan
oleh the founding fathers Indonesia, y ang dituangkan dalam suatu sistem
(AbdulGani, 1998).
Pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir atau
pemikiran y ang sedalam-dalamny a dari bangsa Indonesia y ang dianggap,
dipercay a dan diy akini sebagai keny ataan, norma-norma dan nilai-nilai y ang
benar, adil, bijaksana, dan paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian
bangsa Indonesia.
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Soekarno sejak 1955 sampai
kekuasaanny a berakhir pada1965. Pada saat itu Soekarno selalu meny atakan
bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia y ang diambil dari buday a
dan tradisi Indonesia, serta merupakan akulturasi buday a India (Hindu-
Buddha), Barat (Kristen),dan Arab (Islam). Filsafat Pancasila menurut Soeharto
telah mengalami Indonesianisasi. Semua sila dalam Pancasila adalah asli
diangkat dari buday a Indonesia dan selanjutny a dijabarkan menjadi lebih rinci
ke dalam butir-butir Pancasila.
Filsafat Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat praktis sehingga filsafat
Pancasila tidak hany a mengandung pemikiran y ang sedalam-dalamny a atau
tidak hany a bertujuan mencari, tetapi hasil pemikiran y ang berwujud filsafat
Pancasila tersebut digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (way of life
atau weltanschauung) agar hidup bangsa Indonesia dapat mencapai
kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat (Salam, 1988:
23-24).

E. Hakikat Sila-Sila Pancasila


Kata ‘hakikat’ dapat diartikan sebagai suatu inti y ang terdalam dari segala
sesuatu y ang terdiri dari sejumlah unsur tertentu dan y ang mewujudkan
sesuatu itu, sehingga terpisah dengan sesuatu lain dan bersifat mutlak.
Ditunjukkan oleh Notonagoro (1975:58), hakikat segala sesuatu mengandung
kesatuan mutlak dari unsur-unsur y ang meny usun atau
membentukny a. Misalny a, hakikat air terdiri atas dua unsur mutlak, y aitu
hidrogen dan oksigen. Kebersatuan kedua unsur tersebut bersifat mutlak
untuk mewujudkan air. Dengan kata lain, kedua unsur tersebut secara
bersama-sama meny usun air sehingga terpisah dari benda y ang lainny a,
misalny a dengan batu, kay u, air raksa dan lain sebagainy a.
Terkait dengan hakikat sila-sila Pancasila, pengertian kata ‘hakikat’ dapat
dipahami dalam tiga kategori, y aitu:
1) Hakikat abstrak y ang disebut juga sebagai hakikat jenis atau hakikat
umum y ang mengandung unsur-unsur y ang sama, tetap dan tidak
berubah. Hakikat abstrak sila-sila Pancasila menunjuk pada kata:
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, keraky atan, dan keadilan. Menurut
bentukny a, Pancasila terdiri atas kata-kata dasar Tuhan, manusia, satu,
raky at, dan adil y ang dibubuhi awalan dan akhiran, berupa ke dan an (sila
I, II, IV, dan V), sedangkan y ang satu berupa per dan an (sila III). Kedua
macam awalan dan akhiran itu mempuny ai kesamaan dalam maksudny a
y ang pokok, ialah membuat abstrak atau mujarad, tidak maujud atau
lebih tidak maujud arti dari pada kata dasarny a (Notonagoro, 1967: 39).
2) Hakikat pribadi sebagai hakikat y ang memiliki sifat khusus, artiny a terikat
kepada barang sesuatu. Hakikat pribadi Pancasila menunjuk pada ciri-ciri
khusus sila-sila Pancasila y ang ada pada bangsa Indonesia, y aitu adat
istiadat, nilai-nilai agama, nilai-nilai kebuday aan, sifat dan karakter y ang
melekat pada bangsa Indonesia sehingga membedakan bangsa Indonesia
dengan bangsa y ang lain di dunia. Sifat-sifat dan ciri-ciri ini tetap melekat
dan ada pada bangsa Indonesia. Hakikat pribadi inilah y ang realisasiny a
sering disebut sebagai kepribadian, dan totalitas kongkritny a disebut
kepribadian Pancasila.
3) Hakikat kongkrit y ang bersifat ny ata sebagaimana dalam
keny ataanny a. Hakikat kongkrit Pancasila terletak pada
fungsi Pancasila sebagai dasar filsafat negara. Dalam
realisasiny a, Pancasila adalah pedoman praktis, y aitu dalam
wujud pelaksanaan praktis dalam kehidupan negara, bangsa
dan negara Indonesia y ang sesuai dengan keny ataan sehari hari, tempat,
keadaan dan waktu. Dengan realisasi hakikat
kongkrit itu, pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan negara
setiap hari bersifat dinamis, antisipatif, dan sesuai dengan
perkembangan waktu, keadaan, serta perubahan zaman
(Notonagoro, 1975: 58-61).

Pancasila y ang berisi lima sila, menurut Notonagoro (1967:32) merupakan


satu kesatuan utuh. Kesatuan sila-sila Pancasila tersebut, diuraikan sebagai
berikut:
1. Kesatuan sila-sila Pancasila dalam struktur y ang bersifat
hirarkis dan berbentuk piramidal Susunan secara hirarkis mengandung
pengertian bahwa sila-sila Pancasila memiliki tingkatan berjenjang, y aitu
sila y ang ada di atas menjadi landasan sila y ang ada di bawahny a. Sila
pertama melandasi sila kedua, sila kedua melandasi sila ketiga, sila ketiga
melandasi sila keempat, dan sila keempat melandasi sila kelima.
Pengertian matematika piramidal digunakan untuk menggambarkan
hubungan hirarkis sila-sila Pancasila menurut 90 urut-urutan luas
(kwantitas) dan juga dalam hal sifat-sifatny a (kwalitas). Dengan demikian,
diperoleh pengertian bahwa menurut urut-urutanny a, setiap sila
merupakan pengkhususan dari sila-sila y ang ada dimukany a. Dalam
susunan hirarkis dan piramidal, sila Ketuhanan y ang Maha Esa menjadi
basis kemanusiaan, persatuan Indonesia, keraky atan dan keadilan sosial.
Sebalikny a Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan y ang
berkemanusiaan, y ang membangun, memelihara dan mengembangkan
persatuan Indonesia, y ang berkeraky atan dan berkeadilan sosial. Demikian
selanjutny a, sehingga tiap-tiap sila di dalamny a mengandung sila-sila
lainny a. Secara ontologis, kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem
y ang bersifat hirarkis dan berbentuk piramidal tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut, sebagaimana diungkapkan oleh Notonagoro (1984: 61
dan 1975: 52, 57), bahwa hakikat adany a Tuhan adalah ada karena diriny a
sendiri, Tuhan sebagai causa prima.
Oleh karena itu segala sesuatu y ang ada termasuk manusia ada karena
diciptakan Tuhan atau manusia ada sebagai akibat adany a Tuhan (sila
pertama). Adapun manusia adalah sebagai subjek pendukung pokok
negara, karena negara adalah lembaga kemanusiaan, negara adalah
sebagai persekutuan hidup bersama y ang anggotany a adalah manusia (sila
kedua). Dengan demikian, negara adalah sebagai akibat adany a manusia
y ang bersatu (sila ketiga). Selanjutny a terbentuklah persekutuan hidup
bersama y ang disebut raky at. Raky at pada hakikatny a merupakan unsur
negara di samping wilay ah dan pemerintah.
Raky at adalah totalitas indiv idu-indiv idu dalam negara y ang
bersatu (sila keempat). Adapun keadilan y ang pada hakikatny a
merupakan tujuan bersama atau keadilan sosial (sila kelima)
pada hakikatny a sebagai tujuan dari lembaga hidup bersama y ang disebut
negara.
2. Hubungan kesatuan sila-sila Pancasila y ang saling mengisi dan saling
mengkualifikasi Sila-sila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan
pula dalam hubunganny a saling mengisi atau mengkualifikasi dalam
kerangka hubungan hirarkis piramidal seperti di atas. Dalam rumusan ini,
tiap-tiap sila mengandung empat sila lainny a atau dikualifikasi oleh empat
sila lainny a. Untuk kelengkapan hubungan kesatuan keseluruhan sila-sila
Pancasila y ang dipersatukan dengan rumusan hirarkis piramidal tersebut,
berikut disampaikan kesatuan sila-sila Pancasila y ang saling mengisi dan
saling mengkualifikasi.
a) Sila pertama; Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan y ang
berkemanusiaan y ang adil dan beradab, y ang berpersatuan Indonesia,
y ang berkeraky atan y ang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusy awaratan/perwakilan, y ang berkeadilan sosial bagi seluruh
raky at Indonesia;
b) Sila kedua; kemanusiaan y ang adil dan beradab adalah kemanusiaan
y ang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, y ang berpersatuan Indonesia, y ang
berkeraky atan y ang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusy awaratan/ perwakilan, y ang berkeadilan sosial bagi seluruh
raky at Indonesia;
c) Sila ketiga; persatuan Indonesia adalah persatuan y ang
ber-Ketuhanan YME, berkemanusiaan y ang adil dan beradab, y ang
berkeraky atan y ang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusy awaratan/perwakilan, y ang berkeadilan sosial bagi seluruh
raky at Indonesia;
d) Sila keempat; keraky atan y ang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusy awaratan/perwakilan, adalah keraky atan y ang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan y ang adil dan beradab, y ang
berpersatuan Indonesia, y ang berkeadilan sosial bagi seluruh raky at
Indonesia;
e) Sila kelima; keadilan sosial bagi seluruh raky at Indonesia adalah
keadilan y ang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan y ang adil
dan beradab, y ang berkeraky atan y ang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusy awaratan/perwakilan.

F. Ciri-Ciri Berfikir Ilmiah Dan Filsafati.


(http://edukonten.blogspot.com/2010/)
1. Berfikir secara radikal. Artiny a berfikir sampai ke akar-akarny a. Radikal
berasal dari kata Yunani radix y ang berarti akar. Maksud dari berfikir
sampai ke akar-akarny a adalah berfikir sampai pada hakikat, esensi atau
sampai pada substansi y ang dipikirkan. Manusia y ang berfilsafat dengan
akalny a berusaha untuk dapat menangkap pengetahuan hakiki, y aitu
pengetahuan y ang mendasari segala pengetahuan indrawi.
2. Berfikir secara univ ersal atau umum. Berfikir secara umum adalah berfikir
tentang hal-hal serta suatu proses y ang bersifat umum. Jalan y ang dituju
oleh seorang filsuf adalah keumuman y ang diperoleh dari hal-hal y ang
bersifat khusus y ang ada dalam keny ataan.
3. Berfikir secara konseptual. Yaitu mengenai hasil generalisasi dan
abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses indiv idual.
Berfikir secara kefilsafatan tidak bersangkutan dengan pemikiran
terhadap perbuatan-perbuatan bebas y ang dilakukan oleh orang-orang
tertentu sebagaimana y ang biasa dipelajari oleh seorang psikolog,
melainkan bersangkutan dengan pemikiran “apakah kebebasan itu”?
4. Berfikir secara koheren dan konsisten. Artiny a, berfikir sesuai dengan
kaidah-kaidah berfikir dan tidak mengandung kontradiksi atau dapat pula
diartikan dengan berfikir secara runtut.
5. Berfikir secara sistematik. Dalam mengemukakan jawaban terhadap suatu
masalah, para filsuf memakai pendapat-pendapat sebagai wujud dari
proses befilsafat. Pendapat-pendapat itu harus saling berhubungan
secara teratur dan terkandung maksud dan tujuan tertentu.
6. Berfikir secara komprehensif (meny eluruh). Berfikir secara filsafat
berusaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
7. Berfikir secara bebas. Bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis,
kultural ataupun religius. Berfikir dengan bebas itu bukan berarti
sembarangan, sesuka hati, atau anarkhi, sebalikny a bahwa berfikir bebas
adalah berfikir secara terikat . akan tetapi ikatan itu berasal dari dalam,
dari kaidah-kaidah, dari disiplin fikiran itu sendiri.Dengan demikian
pikiran dari luar sangat bebas, namun dari dalam sangatlah terikat.
8. Berfikir atau pemikiran y ang bertanggungjawab. Pertanggungjawaban
y ang pertama adalah terhadap hati nuraniny a sendiri. Seorang filsuf
seolah-olah mendapat panggilan untuk membiarkan pikiranny a
menjelajahi keny ataan. Namun, fase berikutny a adalah bagaimana ia
merumuskan pikiran-pikiranny a itu agar dapat dikomunikasikan pada
orang lain serta dipertanggungjawabkan.

G. Bentuk Dan Susunan Pancasila.


Bentuk Pancasila
Bentuk Pancasila dalam artian ini diartikan sebagai rumusan Pancasila
sebagaimana tercantum di dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945.

Pancasila sebagai suatu sistem nilai mempuny ai bentuk y ang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
 Merupakan kesatuan y ang utuh
Semua unsur dalam Pancasila meny usun suatu keberadaan y ang utuh.
Masing-masing sila membentuk pengertian y ang baru. Kelima sila tidak
dapat dilepas satu dengan y ang lainny a. Walaupun masing -masing sila
berdiri sendiri tetapi hubungan antar sila merupakan hubungan y ang
organis.
 Setiap unsur pembentuk Pancasila merupakan unsur mutlak y ang
membentuk kesatuan, bukan unsur y ang komplementer
Artiny a, salah satu unsur (sila) kedudukanny a tidak lebih rendah dari y ang
lainny a. Walaupun sila Ketuhanan merupakan sila y ang berkaitan dengan
Tuhan sebagai causa prima, tetapi tidak berarti sila y ang lainny a hany a
sebagai pelengkap.
 Sebagai kesatuan y ang mutlak, tidak dapat ditambah dan dikurangi
Oleh karena itu, Pancasila tidak dapat diperas, menjadi trisila y ang meliputi
sosio-nasionalisme, sosio demokrasi, ketuhanan, atau eka sila y aitu gotong
roy ong sebagaimana dikemukakan oleh Ir. Soekarno.

Susunan Pancasila
a. Pancasila Bersifat Organis
Rumusan sistem organis memiliki makna bahwa antar sila di dalam
Pancasila memiliki fungsi-fungsi y ang saling berhubungan dan keterkaitan
seperti hakikat tubuh manusia monopluralis. Manusia menjadi pokok
pendukung Pancasila mengandung analogi bahwa setiap bagian tubuh
menopang bagian tubuh y ang lain, sama seperti sila-sila di dalam
Pancasila.
b. Pancasila Bersifat Hirarkis Dan Berbentuk Piramid
Pengertian hierarkis piramidal digunakan untuk menggambarkan
hubungan hierarkis / berjenjang sila-sila Pancasila, baik dalam kesatuan
sila-sila Pancasila juga dapat dijelaskan dengan mengacu pada sistem
filsafat y ang terdiri dari 3 landasan, y aitu antologis, epistemologis, dan
aksiologis.
 Landasan antologis berarti mengakui adany a suatu hal y ang merupakan
sebab dari adany a suatu hal y ang merupakan sebab dari adany a sesuatu
y ang lain dan merupakan tempat kembali dari sesuatu y ang lain
tersebut. Sila 1 sebagai landasan ontologis tidak langsung berarti bahwa
Tuhan menjadi peny ebab tidak langsung adany a pancasila. Sedangkan
sila ke 2 merupakan landasan ontologis langsung karena manusia
menjadi peny ebab langsung adany a pancasila. Artiny a pancasila ada itu
karena adany a manusia Indonesia y ang merenungkan, merumuskan,
dan menjadikan sila-sila pancasila sebagai dasar negarany a.
 Landasan epistemologis adalah suatu cara,metode, strategi, dan norma
agar sesuatu y ang lain dapat kembali pada sebabny a. Sila ke 3 persatuan
dan sila ke 4 y ang memiliki substansi asas demokrasi merupakan
landasan epistemology bangsa Indonesia
 Landasan aksiologis dalam pancasila menunjukan bahwa tujuan bangsa
Indonesia selalu diliputi oleh nilai-nilai, baik nilai-nilai religious seperti
tersimpul dalam sila pertama maupun nilai-nilai etis dan estetis, seperti
y ang ditunujukkan dalam sila ke 2, ke 3, ke 4 dan ke 5. Artiny a sila-sila
Pancasila mengandung muatan nilai-nilai luhur y ang menjadi acuan
dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

http://jibanismaun.blogspot.com/2016/06/bentuk-
dan-susunan-pancasila.html
H. Saling Mengisi Dan Saling Mengklasifikasi
Hubungan y ang saling mengisi dan saling mengkualifikasi merupakan cerminan dari
satu sila y ang mengandung dan mengisi sila y ang lain. Dengan kata lain bahwa
sebuah sila pasti mengandung inti sari dari sila-sila y ang lain.

Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan y ang adil dan beradab,
y ang berpersatuan Indonesia, y ang berkeraky atan y ang dipinpim oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusy awaratan/perwakilan, y ang berkeadilan so sial bagi
seluruh raky at Indonesia.

Sila kedua: kemanusiaan y ang adil dan beradab adalah kemanusiaan y ang
Berketuhannan Yang Maha Esa, y ang berpersatuan Indonesia, y ang berkeraky atan
y ang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusy awaratan/perwakilan, y ang
berkeadilan sosial bagi seluruh raky at Indonesia.

Sila ketiga: Persatuan Indonesia adalah persatuan y ang berKetuhanan Yang Maha
Esa, berkemanusiaan y ang adil dan beradab, y ang berkeraky atan y ang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusy awaratan/perwakilan, y ang berkeadilan sosial
bagi seluruh raky at Indonesia.

Sila keempat: Keraky atan y ang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusy awaratan/perwakilan, adalah keraky atan y ang Berketuhanan Yang Maha
Esa, berkemanusiaan y ang adil dan beradab, y ang berpersatuan Indonesia, y ang
berkeadilan sosial bagi seluruh raky at Indonesia.

Sila kelima: keadilan sosial bagi seluruh raky at Indonesia adalah y ang Berketuhanan
Yang Maha Esa, berkemanusiaan y ang adil dan beradab, berkeraky atan y ang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusy awaratan/perwakilan.

Anda mungkin juga menyukai