Anda di halaman 1dari 4

B.

Pancasila sebagai Dasar Negara


Secara etimologis, istilah dasar Negara maknanya sama dengan istilah grundnorm
(norma dasar), rechtsidee (cita hukum) staatsidee (cita negara), philosophische grondslag
(dasar filsafat Negara). Secara terminologis, dasar Negara dapat diartikan sebagai landasan
dan sumber dalam membangun dan menyelenggarakan negara. Dasar Negara juga dapat
diartikan sebagai asal dari segala asal usul hukum Negara (Nurwardani, 2016: 80).
Setiap Negara-bangsa selalu menetapkan dasar Negara bagi Negara-bangsanya.
Demikian pula bangsa Indonesia, seperti yang disampaikan oleh Bung karno dalam
pidatonya. Berikut dikutip pidato Bung Karno di depan Dokuritzu Zyumbi Tyoosokai,
diantaranya sebagai berikut:

Kita melihat dalam dunia ini bahwa banyak negeri-negeri yang merdeka, dan
banyak negeri-negeri yang merdeka itu berdiri di atas suatu “Weltanschauung”.
Hitler mendirikan Jermania di atas “national-sozialistische Weltanschauung,
“filsafat nasional-sosialisme telah menjadi dasar Negara Jermania yang
didirikan oleh Adolf Hitler itu. Lenin mendirikan Negara Sovyet di atas satu
“Weltanschauung” yaitu Marxistische. Histo-risch Materialistische
Weltanschauung. Nippon mendirikan Negara Dai Nippon di atass Tenno Koodo
Seishin.“ Di atas “Tenno Koodo Seishin” inilah Negara Dai Nippon didirikan.
Saudi Arabia di atas satu “Weltanschauung,” bahkan di atas dasar agama, yaitu
Islam. Demikian itulah yang diminta oleh Paduka tuan Ketua yang mulia.
Apakah “Weltan-schauung” kita, jika kita hendak mendirikan Indonesia yang
merdeka?

Bangsa Indonesia sejak tanggal 18 Agustus 1945 telah menetapkan Pancasila sebagai
“Weltanschauung” atas dasar Negara bagi Negara bangsanya. Hal ini terbukti dengan adanya
sila-sila yang terkandung dalam Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD NKRI
1945 pada alinea ke empat. Tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia
bertingkat dan berjenjang seperti termanifestasi dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang tercermin pada pasal 7 yang
menyebutkan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI 1945)
2. Ketetapan MPR
3. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Provinsi, dan
7. Peraturan daerah Kabupaten/Kota
Pancasila memang sangat tepat sebagai dasar negara bagi NKRI dengan alasan sebagai
berikut:
1. Pancasila digali dari adat dan budaya bangsa Indonesia;
2. Pancasila memiliki potensi menampung kondisi dan sifat pluralistik bangsa. Pancasila
sebagai unsur pengikat bagi bangsa Indonesia yang majemuk;
3. Pancasila menjamin kebebasan warganegara untuk beribadah menurut agama dan
keyakinannya;
4. Pancasila memiliki potensi menjamin keutuhan NKRI;
5. Pancasila memberikan landasan bagi bangsa Indonesia dalam mengantisipasi ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
6. Pancasila memberikan jaminan terselenggaranya demokrasi dan hak asasi manusia sesuai
dengan adat dan budaya bangsa;
7. Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. (PSP UGM, 2012:5)
Pancasila sebagai dasar negara memiliki makna sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai dasar negara adalah fondasi bagi pembentukan negara-bangsa.
2. Pancasila sebagai dasar negara merupakan cita negara (staatsidee) dan cita hukum
(rechtsidee) yang berkembang menjadi staats fundamental norm) bersifat konstitutif dan
regulatif, sehingga harus menjiwai dan menjadi acuan bagi segala peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Pancasila sebagai dasar negara adalah asas dari hukum positif yang berlaku di NKRI,
dengan kata lain merupakan sumber dari segala sumber hukum, sebagaimana
ditegaskan dalam UU No. 10 tahun 2004, jo. UU No 12 tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian segala peraturan perundang-undangan
yang berlaku di NKRI harus berdasar pada Pancasila yang bersifat final dan mengikat.
4. Pancasila sebagai dasar negara menjiwai UUD NRI 1945 dalam mengatur
penyelenggaraan negara serta menata kehidupan warganegara dalam bermasya-rakat,
berbangsa, dan bernegara (PSP UGM, 2012:4)
Berkaitan dengan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara, maka segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Negara Indonesia harus berdasarkan pada Pancasila.
Berikut beberapa contoh peraturan perundang-undangan yang merupakan penjabaran dari
peran dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara (PSP UGM, 2012:6):
1. Ketetapan MPR RI No. XVIII/MPR/1998, Pasal 1 menetapkan:
“Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang dasar
1945 adalah dasar Negara dari Negara Kesatuan republik Indonesia harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.”

2. UU No. 43 tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, menentukan diantaranya:


a. Pegawai negeri merupakan unsur aparatur Negara yang bertugas secara adil dan merata,
menjaga persatuan dan kesatuan Negara, serta dengan penuh kesetiaan kepada
Pancasila dan UUD NRI 1945.
b. Termasuk pegawai negeri adalah pegawai negeri sipil, militer, dan semua pejabat
Negara.
c. Pasal 28 menetapkan bahwa sebelum seseorang diangkat menjadi pegawai negeri
mengangkat sumpah: “Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara
dan pemerintah.”
d. Pasal 23 menetapkan bahwa pegawai negeri diberhentikan tidak dengan hormat karena
melanggar sumpah/janji karena tidak setia kepada pancasila, UUD NRI 1945, Negara
dan pemerintah, dan atau melakukan penyelewengan terhadap ideologi Negara
pancasila, UUD NRI 1945 atau terlibat dalam kegiatan yang menentang Negara dan
pemerintah.
3. UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang tersebut diantaranya menentukan:
a. Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah mempunyai kewajiban memegang teguh dan
mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD NRI 1945, serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (pasal 27).
b. Anggota DPRD mempunyai kewajiban mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD
Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan menaati segala peraturan perundang-
undangan; mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan contoh-contoh tersebut di atas, maka Pancasila menjadi pedoman dalam
bersikap dan berperilaku bagi aparatur Negara dalam menjalankan tugasnya. Demikian juga,
seluruh rakyat Indonesia juga memiliki kewajiban untuk taat pada semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan berpegang teguh pada Pancasila sebagai landasan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
F.Hubungan Pembukaan UUD NKRI 1945 dengan Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945
Pembukaan UUD NRI 1945 yang disusun pada sidang ke-2 BPUPKI tanggal 10-17 Juli
1945 menghasilkan suatu satu kesatuan dengan Proklamasi bangsa Indonesia tanggal 17
Agustus 1945, sehingga kesatuan ini tidak dapat dipisahkan. Setelah Negara Republik
Indonesia berdiri, semua penguasa Negara mengacu pada ketentuan dasar Undang-Undang
Dasar (UUD) sebagai alat-alat perlengkapan Negara. Berdasarkan prinsip bahwa suatu
peraturan hukum hanya dapat diubah oleh penguasa yang lebih tinggi atau yang sama
kedudukannya, maka Pembukaan UUD NKRI 1945 tidak dapat ditiadakan/diubah dengan
jalan hukum oleh penguasa/alat-alat perlengkapan yang manapun juga. Dengan demikian
hakekat dan kedudukan Pembukaan UUD NKRI 1945 adalah kuat, tetap, dan tidak dapat
diubah oleh siapapun dan juga yang berkaitan dengan kelangsungan hidup Negara Republik
Indonesia.
Soekarno-Hatta yang atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia, masing-masing adalah ketua dan wakil ketua dari panitia itu. Jadi, pada saat
panitia ini menetapkan Pembukaan mempunyai kualitas sebagai pembentuk negara karena
melakukan tugas itu atas kuasa dan bersama-sama membentuk Negara.
Kebersatuan dan keterkaitan hubungan antara Pembukaan UUD NKRI 1945 dengan
peristiwa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 adalah:
1. Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan dalam alinea ke-3 Pembukaan UUD NRI 1945
menegaskan bahwa antara Pembukaan dan Proklamasi merupakan suatu rangkaian yang
tidak dapat dipisah-pisahkan.
2. Ditetapkannya Pembukaan UUD NRI 1945 tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama
dengan penetapan UUD NRI 1945, pemilihan Presiden dan wakil presiden merupakan
suatu realisasi tindak lanjut dari Proklamasi dan wujud titik kulminasi perjuangan bangsa
di alinea ke-3 Pembukaan.
3. Pembukaan UUD NRI 1945 pada hakekatnya merupakan suatu pernyataan kemerdekaan
yang lebih terinci dari adanya cita-cita luhur yang menjadi semangat pendorong
ditegakkannya kemerdekaan dalam bentuk negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil
dan makmur dengan berdasarkan asas kerohanian Pancasila.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia bukan merupakan tujuan melainkan suatu prasyarat
untuk tercapainya tujuan bangsa dan negara yang akan terbentuk. Proklamasi kemerdekaan
memiliki makna untuk (1) menegaskan bangsa Indonesia untuk menjadi suatu negara atas
kehendak sendiri sebagai negara merdeka yang diakui dunia luar; dan (2) mempersiapkan
segala hal yang berkaitan dengan upaya mewujudkan kemerdekaan tersebut sesegera
mungkin. Adapun prinsip-prinsip negara yang terkandung dalam Pembukaan tersebut
meliputi 4 hal yaitu (1) tujuan negara yang akan dilaksanakan oleh pemerintahan negara; (2)
ketentuan diadakannya UUD negara sebagai landasan konstitusional pembentukan
pemerintahan negara; (3) bentuk negara Republik yang berkedaulatan rakyat; dan (4) asas
kerohanian atau dasar filsafat negara adalah Pancasila (Kaelan, 2004: 176).
Hubungan antara Pembukaan dan Proklamasi yaitu:
1. Isi Alinea ke-3 dan ke-4 Pembukaan menjelaskan tentang proses pelaksanaan Proklamasi
pada tanggal 17 Agustus 1945 untuk menegakkan hak kodrat dan hak moral setiap bangsa
terhadap kesempatan memerdekakan diri dari tekanan bangsa lain.
2. Alinea ke-1, ke-2 dan ke-3 Pembukaan UUD NKRI 1945 memberikan penegasan terhadap
dilaksanakannya Proklamasi 17 Agustus 1945, sebagai bentuk perjuangan gigih
menegakkan hak kodrat dan hak moral atas kemerdekaan itu sendiri.
Upaya kemerdekaan ini sebagai implementasi suatu gugatan di hadapan muka dunia
terhadap adanya penjajahan atas bangsa Indonesia yang tidak sesuai dengan peri keadilan dan
peri kemanusiaan. Bahwa perjuangan bangsa Indonesia itu telah diridhoi oleh Tuhan Yang
Maha Esa sehingga pada akhirnya berhasil memproklamasikan kemerdekaan. Hal ini
mengandung suatu pernyataan subyektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia sendiri untuk
membebaskan diri dari para penjajah. Pendirian yang sedemikian itu tercantum dalam
Pembukaan UUD NKRI 1945 akan tetap menjadi landasan pokok dalam memerintah politik
luar negeri kita.

Anda mungkin juga menyukai