Kita melihat dalam dunia ini bahwa banyak negeri-negeri yang merdeka, dan
banyak negeri-negeri yang merdeka itu berdiri di atas suatu “Weltanschauung”.
Hitler mendirikan Jermania di atas “national-sozialistische Weltanschauung,
“filsafat nasional-sosialisme telah menjadi dasar Negara Jermania yang
didirikan oleh Adolf Hitler itu. Lenin mendirikan Negara Sovyet di atas satu
“Weltanschauung” yaitu Marxistische. Histo-risch Materialistische
Weltanschauung. Nippon mendirikan Negara Dai Nippon di atass Tenno Koodo
Seishin.“ Di atas “Tenno Koodo Seishin” inilah Negara Dai Nippon didirikan.
Saudi Arabia di atas satu “Weltanschauung,” bahkan di atas dasar agama, yaitu
Islam. Demikian itulah yang diminta oleh Paduka tuan Ketua yang mulia.
Apakah “Weltan-schauung” kita, jika kita hendak mendirikan Indonesia yang
merdeka?
Bangsa Indonesia sejak tanggal 18 Agustus 1945 telah menetapkan Pancasila sebagai
“Weltanschauung” atas dasar Negara bagi Negara bangsanya. Hal ini terbukti dengan adanya
sila-sila yang terkandung dalam Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD NKRI
1945 pada alinea ke empat. Tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia
bertingkat dan berjenjang seperti termanifestasi dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang tercermin pada pasal 7 yang
menyebutkan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI 1945)
2. Ketetapan MPR
3. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Provinsi, dan
7. Peraturan daerah Kabupaten/Kota
Pancasila memang sangat tepat sebagai dasar negara bagi NKRI dengan alasan sebagai
berikut:
1. Pancasila digali dari adat dan budaya bangsa Indonesia;
2. Pancasila memiliki potensi menampung kondisi dan sifat pluralistik bangsa. Pancasila
sebagai unsur pengikat bagi bangsa Indonesia yang majemuk;
3. Pancasila menjamin kebebasan warganegara untuk beribadah menurut agama dan
keyakinannya;
4. Pancasila memiliki potensi menjamin keutuhan NKRI;
5. Pancasila memberikan landasan bagi bangsa Indonesia dalam mengantisipasi ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
6. Pancasila memberikan jaminan terselenggaranya demokrasi dan hak asasi manusia sesuai
dengan adat dan budaya bangsa;
7. Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. (PSP UGM, 2012:5)
Pancasila sebagai dasar negara memiliki makna sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai dasar negara adalah fondasi bagi pembentukan negara-bangsa.
2. Pancasila sebagai dasar negara merupakan cita negara (staatsidee) dan cita hukum
(rechtsidee) yang berkembang menjadi staats fundamental norm) bersifat konstitutif dan
regulatif, sehingga harus menjiwai dan menjadi acuan bagi segala peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Pancasila sebagai dasar negara adalah asas dari hukum positif yang berlaku di NKRI,
dengan kata lain merupakan sumber dari segala sumber hukum, sebagaimana
ditegaskan dalam UU No. 10 tahun 2004, jo. UU No 12 tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian segala peraturan perundang-undangan
yang berlaku di NKRI harus berdasar pada Pancasila yang bersifat final dan mengikat.
4. Pancasila sebagai dasar negara menjiwai UUD NRI 1945 dalam mengatur
penyelenggaraan negara serta menata kehidupan warganegara dalam bermasya-rakat,
berbangsa, dan bernegara (PSP UGM, 2012:4)
Berkaitan dengan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara, maka segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Negara Indonesia harus berdasarkan pada Pancasila.
Berikut beberapa contoh peraturan perundang-undangan yang merupakan penjabaran dari
peran dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara (PSP UGM, 2012:6):
1. Ketetapan MPR RI No. XVIII/MPR/1998, Pasal 1 menetapkan:
“Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang dasar
1945 adalah dasar Negara dari Negara Kesatuan republik Indonesia harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.”