“NYERI”
OLEH
2020
LAPORAN PENDAHULUAN AMAN NYAMAN (NYERI)
B. Anatomi Fisiologi
Reseptor nyeri (nosireceptor) adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya terdapat pada stimulus kuat yang secara potensial merusak.
a. Mekanik (mekano sensitif) : Kerusakan ujung saraf bebas akibat trauma karena
benturan atau gerakan.
b. Thermis (thermo sensitif) : Rangsangan panas atau dingin yang berlebihan.
c. Kimia (khemo sensitif) : Rangsangan zat kimia berupa bradikinin, serotinin, ion
kalium, asam, prostaglandin, asetilkolon, dan enzim proteolitik.
2. Jenis kelamin
Karakteristik jenis kelamin dan hubungannya dengan sifat keterpaparan dan
tingkat kerentanan memegang peranan tersendiri. Berbagai penyakit tertentu
ternyata erat hubungannya dengan jenis kelamin, dengan berbagai sifat tertentu.
Penyakit yang hanya dijumpai pada jenis kelamin tertentu, terutama yang
berhubungan erat dengan alat reproduksi atau yang secara genetik berperan dalam
perbedaan jenis kelamin. Di beberapa kebudayaan menyebutkan bahwa anak laki-
laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan seorang anak perempuan
boleh menangis dalam situasi yang sama. Toleransi nyeri dipengaruhi oleh faktor-
faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu tanpa
memperhatikan jenis kelamin. Meskipun penelitian tidak menemukan perbedaan
antara laki-laki dan perempuan dalam mengekspresikan nyerinya. Pengobatan
ditemukan lebih sedikit pada perempuan. Perempuan lebih suka
mengkominikasikan rasa sakitnya, sedangkan laki-laki menerima analgesik oploid
lebih sering sebagai pengobatan untuk nyeri (Haswita & Sulistyowati, 2017).
3. Kebudayaan
Kebudayaan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh
kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Ada
perbedaan makna dan sikap dikaitkan dengan nyeri diberbagai kelompok budaya
(Haswita & Sulistyowati, 2017).
Latar belakang etnik dan buadaya merupakan faktor yang memengaruhi reaksi
terhadap nyeri dan ekspresi nyeri. Sebagai contoh, individu dari budaya tertentu
cenderung ekspresif dalam mengungkapkan nyeri, sedangkan individu dari
budaya lain justru lebih memilih menahan perasaan mereka dan tidak ingin
merepotkan orang lain (Mubarak & Chayatin, 2008).
4. Makna nyeri
Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara yang berbedabeda. Arti
nyeri bagi seseorang memengaruhi respons mereka terhadap nyeri. Jika penyebab
nyeri diketahui, individu mungkin dapat mengintepretasikan arti nyeri dan
bereaksi lebih baik terkait dengan pengalaman tersebut. Jika penyebabnya tidak
diketahui, maka banyak faktor psikologis negatif (seperti ketakutan dan
kecemasan) berperan dan meningkatkan derajat nyeri yang dirasakan. Jika
pengalaman tersebut diartikan negatif, maka nyeri yang dirasakan akan terasa
lebih intens dibandingkan nyeri yang dirasakan di situasi dengan hal yang positif.
(M. Black & Hokanson Hawks, 2014).
5. Perhatian
Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri (Haswita & Sulistyawati, 2017).
6. Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas sering sekali
meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan
ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas. Ansietas
yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan secara aktual
dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara yang efektif untuk
menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang
ansietas (Haswita & Sulistyawati, 2017).
E. Penatalaksanaan Nyeri
1. Penatalaksanaan Nyeri Farmakologi
a) Terapi nyeri farmakologis Analgesik merupakan metode yang paling umum
mengatasi nyeri. Ada tiga jenis pengobatan yang bisa digunakan untuk
mengendalikan nyeri, yaitu:
1) Analgesik nonopioid, asetaminofen dan aspirin adalah dua jenis analgesic
nonopioid yang paling sering digunakan. Obat-obatan ini bekerja terutama
pada tingkat perifer untuk mengurangi nyeri.
2) Opioid, analgesic opioid bekerja dengan cara melekat diri pada reseptor-
reseptor nyeri speripik di dala SSP.
3) Adjuvant. Adjuvan bukan merupakan analgesik yang sebenernya, tetapi
zat tersebut dapat membantu jenis-jenis nyeri tertentu, terutama nyeri
kronis. Efek samping tanda-tanda dari reaksi yang tidak diinginkan
mungkin tidak dikenali karena tanda-tanda tersebut menggambarkan
tanda-tanda gangguan pada lansia seperti konfusi, tremor, depresi,
konstipasi, dan hilangnya nafsu makan.
e) Hipnotis
Reaksi seseorang akan nyeri dapat diubah dengan signifikan melalui hipnotis.
Hipnotis berbasis pada sugesti, disosiasi, dan proses memfokuskan perhatian
(M. Black & Hokanson Hawks, 2014).
F. Pengukuran Skala Nyeri
1. Visual Analog Scale (VAS) dan Numeric Rating Scale (NRS)
Penggunanan skala ini dengan cara pasien diminta untuk memberikan tanda pada
garis angka yang menandakan intensitas nyeri yang dirasakan. Pada VAS,
pemberian tanda semakin ke kiri berarti semakin tidak nyeri dan sebaliknya.
Sementara pada NRS angka 0 menyatakan tidak ada nyeri dan angka 10
menandakan nyeri yang sangat berat.
2. Pain Diagram
Diagram ini dapat digunakan untuk membantu menentukan letak posisi nyeri,
seperti tipe nyeri yang dirasakan. Diagram dilengkapi dengan gambar tubuh
manusia dan disertai instruksi mengenai tipe nyeri yang dirasakan.
d. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana keperawatan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana keperawatan
disusun dan ditujukan untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Perencanaan keperawatan dapat
dilaksanakan dengan baik jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi
dalam implementasi keperawatan
Terapi nyeri membutuhkan pendekatan secara personal, mungkin lebih pada
penanganan masalah klien yang lain. Perawat, klien, dan keluarga merupakan
mitra kerja sama dalam melakukan tindakan untuk mengatasi nyeri (Potter &
Perry, 2010).
e. Evaluasi
Evaluasi nyeri merupakan salah satu tanggung jawab perawat yang
membutuhkan cara berfikir kritis yang efektif. Respon prilaku klien terhadap
intervensi penanganan nyeri tidak selalu tampak jelas. Mengevaluasi keefektifan
intervensi nyeri membutuhkan perawat untuk mengevaluasi klien sesudah periode
waktu tertentu yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017,
Edisi 10. Jakarta: EGC.
Nurarif A.H dan Kusuma, H. (2016) Asuhan Keperawatan Praktis, Jakarta : Medication
Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri . Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI
OLEH:
KELAS: 1/PPN
KASUS
No.14
Kasus gangguan rasa nyaman. Seorang perempuan usia bernama Ny N 64 tahun diagnosa
medis Hipertensi. Pasien mengeluh sakit kepala, pusing, tengkuk terasa tegang. Hasil
pengkajian: skala nyeri 6 (rentang skala 1-10). Pasien juga mengatakan bahwa ia sulit tidur,
semalam tidur sekitar 4 jam dan mudah terbangun. Terdapat bantalan hitam di bawah mata,
mukosa bibir pucat, konjungtiva pucat. Hasil TTV : suhu 36,2ºC, Nadi 84 x/menit, Tekanan
Darah 170/100 mmHg, RR: 18 x/menitt. Klien juga memiliki riwayat hipertensi dalam
keluarga.
Lampiran 6
Identitas Pasien
Nama Pasien :Ny.N Jenis Kelamin :P
PUmur/Tanggal Lahir :17-10-1956 Status
Perkawinan : Menikah
Agama :Katolik Suku Bangsa :Timor
Pendidikan Terakhir : SMP Pekerjaan: IRT
Alamat :Pasir panjang
Identitas Penanggung
Nama :Tn.P Pekerjaan: Swasta :
Hubungan dengan
Jenis Kelamin :Laki-laki klien : Suami :
Riwayat Kesehatan
Sifat keluhan
Keluhan lain yang menyertai: Pasien juga mengatakan bahwa ia sulit untuk tidu,
semalam tidur sekitar 4 jam dan mudah terbangun …………………………………
Faktor pencetus yang menimbulkan serangan: Pasien mengatakan nyeri muncul tiba-
tiba, dan juga saat bergerak duduk, berdiri, dan berjalan..
……………………………….…………………………………
o Tidak
Minum alkohol
o Tidak
o Tidak
Minum obat-obatan
Tidak
Riwayat Keluarga/ Genogram (diagram tiga generasi) :
Analisa keadaan kesehatan keluarga dan faktor resiko
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
Pemeriksaan Fisik
ya tidak
- Penglihatan :baik
- Sklera: putih…………………………..
- Waktu -
………………………………………………………
……
- Tempat -
………………………………………………………
…..
- Pendengaran
- Hidung
3. Sistem Kardiovaskuler
- Nyeri Dada : Ya, Jelaskan : ………… tidak
- Inspeksi :
4. Sistem Respirasi
- Keluhan: tidak ada keluhan ………………………………………….
- Inspeksi :
Massa : Ya tidak
- Auskultasi :
Ronchi : Ya tidak
Wheezing : Ya tidak
Krepitasi : Ya tidak
Rales : Ya tidak
Clubbing Finger : Normal Abnormal
5. Sistem Pencernaan
a. Keluhan : tidak ada keluhan…………………………………………
b. Inspeksi :
- Keadaan rektal
c. Auskultasi :
Bising usus/Peristaltik : normal 5-30x/menit…………………………
d. Perkusi : Cairan : Abnormal, Jelaskan ……… normal
Udara : Abnormal, Jelaskan ……… normal
Massa : Abnormal, Jelaskan ……… normal
e. Palpasi :
Tonus otot: Abnormal, Jelaskan ……… normal
Nyeri : Abnormal, Jelaskan ……… normal
Massa : Abnormal, Jelaskan ……… normal
6. Sistem Persyarafan
a. Keluhan: tidak ada keluhan…………………………………………
7. Sistem Musculoskeletal
a. Keluhan: tidak ada keluhan ………………………………………………
tidak ada
5 5
8. Sistem Integumentari
5 5
a. Rash : ada, Jelaskan……………. tidak ada
b. Lesi : ada, Jelaskan……………. tidak ada
9. Sistem Perkemihan
inkontinensia
poliuri
retensi
b. Alat bantu (kateter, dll) ya tidak
tidak
c. Kandung kencing : membesar ya
nyeri tekan ya
tidak
d. Produksi urine :
tidak ada
c. Lain – lain : tidak ada…………………………………………
Lain-lain:tidak ada………………………………………
- BB : 49 kg TB : 156…… cm
B. Eliminasi
a. Kebiasaan
……….……….……….……….……….……….
Tidak ada
-
Bangun jam :15.00 ……….……….
Apakah mudah
Terbangun: tidak
…….……………
Membaca Koran
……….……….……….……….……….…
Pasien mengatakan dirinya baru pertama kali merasakan nyeri yang cukup
berat seperti ini ……….………….…….……….……….……….……
baik……….……….
……..................................................................................
……….……….……….……….…….……….……….……….
……….………
Data Laboratorium & Diagnostik
a. Pemeriksaan Darah
Hasil Pemeriksaan
Jenis
No Nilai Normal Tanggal
Pemeriksaan
b. Pemeriksaan faeces:
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan
c. Pemeriksaan urine:
Hasil Pemeriksaan
Jenis
No Nilai Normal Tanggal
Pemeriksaan
Diagnostik Test
1. Foto Rontgen
………………….
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………
……………
b. Foto oesophagus, lambung, dan usus halus :
………………….
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………
……………
c. Cholescystogram:
………………….
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………
……………
d. Foto colon :
………………….
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………
……………
2. Pemeriksaan-pemeriksaan khusus
Ultrasonographi :
………………….
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………
……………
Biopsy :
………………….
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………
…………………………………
Colonoscopy :
………………….
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………
…………………………………
Dll :
………………….
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………
……………
Penatalaksanaan/pengobatan
(pembedahan, obat-obatan, dan lain-lain)
Pembedahan
………………….
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………
…………………………………
Obat………………………….
Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
DO : Terdapat bantalan
hitam di bawah mata,
mukosa bibir pucat,
konjungtiva pucat. Hasil
TTV : suhu 36,2ºC, Nadi
84 x/menit, Tekanan Darah
170/100 mmHg, RR: 18
x/menitt.
2. Diagnosa Keperawatan
12.00
V. EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa Hari/tanggal Evaluasi
Keperawatan
Jam
P: Intervensi dilanjutkan
Nyeri b.d Rabu,21/10/2020
peningkatan
tekanan vaskuler 14:00
serebral S: Pasien mengatakan sakit kepala sudah berkurang, tidak merasa pusing, tengkuk
terasa tegang.
O: Hasil pengkajian: skala nyeri 4 (rentang skala 1-10), pusing, lemas, wajah
pasien meringis kesakitan, Terdapat bantalan hitam di bawah mata, mukosa
bibir pucat, konjungtiva pucat. Hasil TTV : suhu 36,2ºC, Nadi 84 x/menit,
Tekanan Darah 140/100 mmHg, RR: 18 x/menit.
P: Intervensi dilanjutkan
O : Hasil pengkajian: tidak nyeri ,. Hasil TTV : suhu 36,2ºC, Nadi 84 x/menit,
Tekanan Darah 140/100 mmHg, RR: 18 x/menit.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
LAMPIRAN