Chapter II
Chapter II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung sebagai
respon terhadap jejas (injury) yang dapat bersifat akut maupun kronik.1
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum terjadi, hampir
10% dari orang-orang yang dirawat dibagian unit gawat darurat rumah sakit datang
dengan kasus gastritis. Berdasarkan penelitian WHO ( Word Health Organitation )
dilaporkan prevalensi gastritis dibeberapa negara sebagai berikut: Inggris 22%, China
31%, Kanada 3%, dan Perancis 29,5%. Sekitar 1,8-2,1 juta penduduk mengalami gastritis
setiap tahunnya. 10
Angka kejadian gastritis menurut WHO adalah 40,8%, dan merupakan salah satu
dari sepuluh penyakit terbanyak pada passien rawat inap di rumah sakit.10
Sampai saat ini tidak didapati sebuah klasifikasi gastritis yang diterima secara
luas. Salah satu klasifikasi yang digunakan oleh banyak ahli adalah The Sydney System
yang diperbaharui. Seperti terlihat pada tabel1:
Diffuse antral
gastritis(DAG)
Chronic antral
gastritis(CAG)
Intertitial-folicular
Hypersecretory
Autoimunity Type B+
Atropic
Autoimune Type A+
Diffuse Corporal
Type B+,Type
AB+
Chemical irritation Enviromental
Special forms Metaplastic
Chemical
Reactive
Reflux
Radiation Injury NSAID
Radiation Idiopathic?Immune mechanism Type C+
Lymphacylic Gluten
Foreign substances
Idiopatic
Eosinophilic
Food sensitivity?other allergies
Viruses
Other infectious gastritides
Fungi Isolated
granulamatous
Parasites Alergic
Phiegmoncus
Gastritis dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu berdasarkan ada tidaknya
atropi dan distribusi topografi dari atrofi seperti terlihat pada gambar 2 :
Sistem grading untuk gastritis yang paling banyak digunakan adalah updated
Sydney system. Protokol biopsi yang direkomendasikan adalah spesimen di 3
kompartemen yaitu antrum, insisura angularis, dan korpus yang diserahkan terpisah ke
laboratorium patologi. Masing-masing tampilan patologi yang relevan (kepadatan
H.pylori, intensitas neutrofil, inflamasi mononuklear, atrofi antrum dan korpus, dan
metaplasia intestinal) digradasikan menurut standardized visual analogue scale seperti
gambar di bawah ini .11
Gambar 2.3. The Updated Sydney System visual standardized visual analogue
scale.11
Tabel 2.2. Kriteria Grading Biopsi Gaster menurut revised Sydney System
oleh Aydin. 12
Masing-masing variabel diberi skor numerik atau deskriptif: 0 untuk absen, 1 untuk
ringan, 2 untuk moderate, 3 untuk berat. Nilai masing-masing spesimen dirata-rata secara
terpisah untuk masing-masing kompartemen (antrum dan korpus). Langkah selanjutnya
adalah menentukan derajat inflamasinya di 2 kompartemen gaster (antrum dan korpus)
dan untuk menentukan apakah inflamasi sama beratnya (pangastritis) atau lebih berat
pada antrum (antrum-predominant gastritis) atau korpus (corpus-predominant gastritis).
11
Klasifikasi ini membagi gastritis menjadi gastritis erosiva dan gastritis non erosiva.
Gastritis erosiva merupakan erosi mukosa gaster disebabkan kerusakan/ defek pertahanan
mukosa. Umumnya bersifat akut, bisa dengan perdarahan, namun bisa bersifat subakut
atau kronik dengan sedikit gejala atau asimtomatis. Paling sering disebabkan oleh
NSAID, alkohol, stres. Penyebab lain yang jarang seperti radiasi, infeksi virus, injuri
vaskular, dan trauma langsung. Erosi superfisial dan lesi mukosa punktata bisa terjadi.
Erosi dalam, ulkus, bahkan perforasi terjadi pada kasus berat atau yang tidak ditangani.
Lesi khas muncul di korpus, tetapi antrum juga bisa terlibat. Ciri khas dari gastritis
erosiva adalah lesi mukosa tidak menembus lapisan mukosa muskularis. Sementara
gastritis non-erosiva mengacu pada kelainan histologis yang terutama akibat infeksi
H.pylori. Kebanyakan pasien gastritis non-erosiva asimtomatis.13
2.3.3 Klasifikasi Gastritis Berdasarkan Endoskopi
Klasifikasi ini membagi gastritis menjadi gastritis komplit dengan tipe matur dan
imatur, gastritis inkomplit, serta gastritis erosif hemoragik.
Superficial Gastritis Findings including edema and redness (spotted, patchy, linear),
friabililty and/or exudate are observed
Sydney system adalah klasifikasi dan grading gastritis yang dihasilkan oleh para
ahli di 9th World Congress of Gastroenterology di Sydney, Australia pada tahun 1990.
Para ahli mengemukakan pentingnya menggabungkan informasi topografi, morfologi,
dan etiologi untuk evaluasi diagnosis gastritis. Pada tahun 1994 di Houston, Texas,
dihasilkan The new updated Sydney system.11
Klasifikasi ini membagi gastritis menjadi akut dan kronik. Gastritis akut
menunjukkan inflamasi yang singkat dan ditandai dengan infiltrat neutrofil, sementara
gastritis kronik menunjukkan inflamasi jangka panjang yang ditandai infiltrat sel
mononuklear terutama limfosit dan makrofag.15 Berdasarkan waktu gastritis dapat
muncul tiba-tiba ( gastritis akut ) ataupun membutuhkan waktu yang lama ( gastritis
kronik ). Gastritis akut adalah proses inflamasi akut pada mukosa lambung biasanya
berupa erosi dan hemoragik. Penyebab yang paling sering diantaranya non steroid anti
inflammatory drug ( NSAID ), kortikosteroid, paparan zat kimia seperti alkohol, kondisi
stress seperti luka bakar, miokard infark, lesi intra kranial dan periode post operatif,
kemoterapi dan iskemia. Secara endoskopi berupa hyperemia, mukosa dengan erosi
multiple, kecil dan erosi superficial dan dapat ditemukan juga ulkus. Secara mikroskopis
dapat ditemukan epitel superficial injury dan nekrosis pada kelenjar
superfisial.Perdarahan pada lamina propria dan ditemukan. Sel-sel inflamasi dijumpai
dalam jumlah kecil meskipun netrofil ditemukan lebih dominan. Pada kasus ringan pasien
biasanya asimtomatik atau hanya memiliki gejala dispepsia ringan. Pada kasus sedang
sampai berat, biasanya pasien dengan nyeri ulu hati, mual, muntah, hematemesis dan
melena. Pada kasus berat biasanya pasien telah mengalami ulkus yang dalam dan
komplikasi berupa perforasi.
Pan gastritis
Atrophic gastritis
Lymphocytic gastritis
Granulomatous
(auto-immune)
Bile reflux
Eosinophilic
Alcohol, cocaine, radiation, ischaemia
Drug Induced
Stress, bile reflux (chemical gastropathy, acute or
Miscellaneous chronic?)
Berikut akan dijelaskan etiologi gastritis. Rugge, 2011 membagi etiologi gastritis
berdasarkan agen yang ditransmisikan, kimiawi, fisik, faktor imun, dan idiopatik. Rugge
juga membagi etiologi gastritis berdasarkan 3 bentuk utama antara lain gastritis
Helicobacter pylori, gastritis kimiawi, dan gastritis autoimun. Lalu Toljamo, 2012
mengelompokkan berbagai etiologi gastritis menjadi 3 kelompok yaitu agen kimiawi,
penyakit, dan faktor fisik/ mekanik. Adapun Adibi, 2014 menuliskan etiologi gastritis
menjadi 2 bagian besar yaitu gastritis Helicobacter pylori dan gastritis non Helicobacter
pylori.
Berikut ditampilkan tabel etiologi gastritis yang ditulis oleh Rugge, 2011.
Adibi menulis ada 2 etiologi utama dari gastritis yaitu gastritis H.pylori dan
gastritis non H.pylori .15
1.Gastritis kimiawi
i.Gastritis alkoholik
ii.Gastritis yang diinduksi obat
Obat yang berhubungan dengan gastritis antara lain acarbose, alkohol, antibiotik
(eritromisin oral), bifosfonat, herbal (garlic, ginkgo, saw palmetto, feverfew,
chaste tree berry, white willow), zat besi, metformin, miglitol, NSAID (termasuk
COX-2), opiat, orlistat, potasium klorida (KCl), teofilin. 19
iii.Gastritis refluks (empedu atau duodenal juice)
iv.Gastritis kimiawi lainnya
2.Gastritis radiasi
3.Gastritis alergi
4.Gastritis autoimun
5.Bentuk khusus gastritis, gastritis NOS/ unspecified
6.Duodenitis
2.5 Patofisiologi
CagPaI adalah regio DNA yang disusun oleh 30 gen yang mengkode Type IV
Secretion System (T4SS). Infeksi strain H.pylori dengan cagPaI sekitar 2x beresiko
terkena ulkus peptikum dan adenokarsinoma gaster .24
Gen dupA terutama berhubungan dengan ulkus peptikum. Pada penelitian di China
menunjukkan pasien ulkus duodenum memiliki prevalensi strain dupA positif
dibandingkan pasien Ca gaster dan ulkus gaster.Penelitian Lu et al menemukan bahwa
infeksi strain dupA+ berkaitan dengan peningkatan kadar IL-8 pada mukosa gaster dan
infiltrasi neutrofil yang lebih berat. 31,32
Gen oipA juga dapat menginduksi ekspresi IL-8 dari sel epitel gaster. Adanya
oipA berkorelasi dengan ulkus duodenum dan Ca gaster .33
f.HP-NAP
HP-NAP adalah faktor lain yang dapat mengaktivasi neutrofil. HP-NAP
mengaktivasi sel mast sehingga menyebabkan pelepasan isi granul dan sitokin
proinflamasi IL-6. Faktor ini dapat menyebabkan datangnya monosit dan neutrofil ke
lokasi infeksi. HP-NAP juga dapat menginduksi respons Th1 yang kuat, induksi neutrofil
untuk memproduksi ROS dan menyebabkan inflamasi dan kerusakan sel. 35,64
36
Gambar 2.10. Respons Inflamasi akibat Helicobacter pylori
Tabel 2.7. Faktor-faktor pejamu yang diregulasi oleh aktivasi NF-κB sebagai
37
respons terhadap infeksi H.pylori
H.pylory-induced
Host factors
regulated by NF- Role References
kB activation
IL-8 Chemotaxis for neurotrophil (Chu et all., 2003)
and lymphocytes
iNOS Enzyme that generates cell (Lim et al., 2001)
damaging NO
COX-2 The rate limiting enzyme in the (Kim et al., 2001)
synthesis of prostaglandins
hBD-2 Anti-bacterial peptide (Wada et al., 2001)
MMP-9 and -7 Matrix metalloproteinases (Mori et al., 2003;
tumour invasiveness Wroblewski et al.,
2003)
IAP and Mel-1 Anti-apoptotic genes (Chang et al., 2004;
Maeda et al., 2002)
IL-12p40.TNF-α. Pro-inflammatory cytokines (Lu et al., 2005;
IFN-γ. IL-2.IL-6 Takesima et al., 2009;
Toyoda et al., 2009)
VEGF.HIF-α Angiogenic growth factors (Yeo et al., 2006)
Bax Apoptotic gene (Cha et al., 2009)
PAI-2 Inhibit fibrinolysis (degradation (Varro et al., 2004)
Of blood clots
Nonivasive
Serologi ELISA 85 79 Detect exposure to
be used to confirm
treatment
confirming cure,
Recent use of
antibiotics and
false-negative
results.
Confirm succesfull
cure
Invasive
Endoscopy with
Biopsy
of diagnosis during
endoscopy,sensitivity
is improved by takin
at least 2 biopsies
stomach
patients with GI
Bleeding
Demanding,sensitiviti
Varies among
laboratories
H.pylori dapat dideteksi dari endoskopi melalui histologi, kultur, maupun tes
urease, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Semua metode berbasis
biopsi tersebut dapat mengalami kesalahan pengambilan sampel karena infeksi tersebut
bersifat patchy. Sekitar 14% pasien tidak mengalami infeksi di antrum namun memiliki
H.pylori di suatu tempat di lambung, terutama jika pasien tersebut mengalami atrofi
gaster, metaplasia intestinal, ataupun refluks empedu. Selain itu, pasca-eradikasi dengan
efektivitas parsial, infeksi dalam kadar rendah dapat terlewatkan pada biopsi melalui
endoskopi. Hal ini menimbulkan overestimasi efikasi eradikasi dan tingkat reinfeksi.
Penghambat pompa proton mempengaruhi pola kolonisasi H.pylori di lambung dan
mengurangi akurasi biopsi di antrum. Oleh karena itu, pedoman konsensus
merekomendasikan untuk dilakukan biopsi multipel dari antrum dan korpus untuk
histologi dan satu untuk metode lain (baik kultur maupun pemeriksaan urease). 39
2.6.1Pemeriksaan invasive
1. Histologi. Meskipun H.pylori dapat dikenali dari bagian yang diwarnai dengan
hematoksilin dan eosin saja, dibutuhkan pengecatan tambahan (seperti Giemsa,
Genta, Gimenez, perak Warthin-Starry, violet Creosyl) untuk mendeteksi infeksi
dalam kadar rendah dan untuk menunjukkan karakteristik morfologi H.pylori.
Keuntungan pemeriksaan secara histologi selain dapat disimpan, irisan dari biopsi
dapat diperiksa kapanpun; dan adanya gastritis, atrofi, ataupun metaplasia
intestinal dapat pula diperiksa. Spesimen biopsi dari bagian lain lambung dapat
disimpan dalam formalin untuk diproses hanya jika histologi antrum tidak dapat
disimpulkan. 39
2. Kultur. Isolasi mikrobiologi adalah baku emas teoritis untuk identifikasi infeksi
bakteri, namun kultur H.pylori kurang dapat dipercaya. Risiko pertumbuhan
berlebih maupun kontaminasi membuatnya kurang sensitif, dan metode ini adalah
metode yang paling tidak mudah dikerjakan bersama endoskopi. Meskipun hanya
sedikit pusat kesehatan yang secara rutin menawarkan isolasi mikrobiologis
H.pylori, prevalensi strain multiresisten membuat metode kultur dan uji
sensitivitas terhadap antibiotik menjadi persyaratan bagi pasien dengan infeksi
persisten dengan kegagalan terapi.39
3. Uji urease. Metode ini bersifat cepat dan sederhana untuk deteksi infeksi
H.pylori namun hanya menunjukkan ada atau tidaknya infeksi. Pemeriksaan CLO
dan pemeriksaan urease yang lebih murah ternyata memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang serupa. Namun, sensitivitas pemeriksaan urease seringkali lebih
tinggi dibanding metode berbasis biopsi karena seluruh spesimen biopsi
ditempatkan di dalam media sehingga dapat menghindari sampel tambahan
ataupun kesalahan proses terkait histologi maupun kultur. Sensitivitas
pemeriksaan urease biopsi terlihat jauh lebih rendah (sekitar 60%) pada pasien
dengan perdarahan saluran cerna atas. Namun kondisi tersebut dapat diperbaiki
dengan menempatkan beberapa sampel biopsi di dalam satu vial untuk
pemeriksaan. 39
2. Urea breath test (UBT). Deteksi non-invasif terhadap H. pylori melalui uji 13C-
urea breath test memiliki prinsip dasar yaitu larutan yang dilabel urea dengan
karbon-13 akan dihidrolisasi secara cepat di sepanjang mukosa lambung dan
13
melalui sirkulasi sistemik, diekskresikan sebagai CO2 dalam udara ekspirasi.
Pemeriksaan ini mendeteksi infeksi saat ini dan tidak bersifat radioaktif, dapat
digunakan sebagai uji skrining untuk H.pylori, menilai eradikasi, dan mendeteksi
infeksi pada anak. Pemeriksaan 14C-urea breath test mirip dengan 13C-urea breath
test namun bersifat radioaktif dan tidak dapat dilakukan di pusat kesehatan primer.
39
Kadar serum sitokin seperti IL-6, TNF-α, IL-1β, dan IFN-γ pada pasien yang
mengalami inflamasi lebih tinggi daripada individu normal. Penurunan kadar IL-6 dan
TNF-α merupakan petunjuk terjadinya perbaikan inflamasi. IL-6 disekresikan oleh sel T
dan makrofag untuk menstimulasi respons imun terutama selama ada kerusakan jaringan
yang menyebabkan terjadinya inflamasi. IL-6 juga berperan dalam melawan infeksi.
TNF-α merupakan sitokin yang terlibat dalam inflamasi sistemik dan termasuk kelompok
sitokin yang menstimulasi reaksi akut. TNF-α menginduksi apoptosis dan inflamasi. IL-6
dan TNF-α berperan dalam lesi di lambung. 41
Pada percobaan terhadap model tikus yang terkena gastritis akibat diinduksi oleh
HCl/etanol, terjadi peningkatan kadar serum dari IL-6 dan TNF-α. Adanya penurunan
sitokin proinflamasi ini setelah mendapatkan gastroprotektor.41
Penelitian Eamlamnam K, et al pada lesi gaster akut yang diinduksi asam asetat
terjadi peningkatan leukosit, TNF-α, dan penurunan IL-10. Sehingga saat terjadi proses
penyembuhan terjadi penurunan TNF-α dan leukosit serta peningkatan kadar IL-10. Pada
inflamasi gaster kronik terjadi peningkatan IL-10 yang secara simultan mengurangi
inflamasi jaringan gaster. Peningkatan IL-10 sebagai sitokin antiinflamasi guna menekan
inflamasi di gaster. 46
Naito Y, et al dan Jainu M, et al melaporkan bahwa inflamasi gaster mukosa
akibat aspirin akibat peningkatan produksi TNF-α dan IL-1 yang berdampak pada
akumulasi neutrofil. 47,48
H. pylori yang menginfeksi kurang lebih 50% penduduk di seluruh dunia, yang
menyebabkan inflamasi lambung kronis yang akan menjadi atrofi, metaplasia, displasia
dan akhirnya kanker lambung. 50
Inflamasi kronis tersebut melibatkan netrofil, limfosit (sel T dan B), sel plasma,
dan makrofag, sesuai dengan tingkat degenerasi dan kerusakan selnya (Israel, 2001).
Mekanisme inflamasi lainnya melalui kontak langsung dengan sel epitel lambung dan
merangsang pembentukan serta pelepasan sitokin inflamasi. Adanya inflamasi karena H
pylori dapat ditunjukkan dengan peningkatan IL-1β, IL-2, IL-6, IL-8 dan TNF-α . 51
Cytokines
Chemokines
2.7.3 Interleukin 8
IL-8 adalah kemokin yang diproduksi oleh monosit, limfosit T, neutrofil, sel
endotel vaskular, fibroblas dermis, keratinosit, hepatosit dan sel kanker gaster manusia.
Pada manusia IL-8 ini dikode oleh gen IL-8. IL-8 bersifat kemotaktik terhadap limfosit T
dan basofil serta neutrofil in vitro. Selain itu, IL-8 dapat menginduksi neutrofil untuk
melepaskan enzim lisosom. IL-8 ini tidak terdeteksi pada plasma orang dewasa normal .57
IL-8 merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan influks neutrofil
menuju sel-sel yang terinfeksi dan jumlah IL-8 diekspresikan oleh sel epitel gaster
sebagai respons terhadap H.pylori yang cukup untuk menginduksi kemotaksis neutrofil.58
Penelitian in vivo dan in vitro menunjukkan adanya peningkatan kadar IL-8 yang
berhubungan dengan infeksi H.pylori.59,60,61 Induksi ekspresi IL-8 dimediasi melalui NF-
κB dan proten activator-1 (AP-1).62 H.pylori secara langsung akan melakukan up regulasi
ekspresi mesenger RNA dari IL-8 dan protein IL-8 pada sel epitel.63
Galur H. pylori mengekspresikan tiga faktor virulensi. Salah satu faktor virulensi
yang banyak diteliti adalah protein CagA yang disandi oleh gen cagA. Infeksi oleh galur
yang menghasilkan cagA berhubungan dengan produksi interleukin 8 ( IL-8 ) yang lebih
banyak dan menimbulkan derajat inflamasi yang lebih berat.63
IL-8 sebagai novel sitokin yang mengaktivasi neutrofil pada pasien yang terinfeksi
H. pylori. IL-8 merupakan mediator potensial pada respon inflamasi. Sebagai kemotaktik
yang potensial, IL-8 dapat mengaktivasi degranulasi leukosit polimorfonuklear (PMN ),
respiratory burst dan jalur 5-lipooksigenase, IL-8 dihasilkan oleh berbagai sel imun dan
non imun termasuk monosit/ makrofag, sel endotel, fibroblast, sel hepatosit dan PMN.
Galur H pylori yang mengandung cag-PAI ( menghasilkan cag A ) menimbulkan respon
IL-8 yang lebih kuat dibandingkan yang tidak.64
Beberapa penelitian tentang hubungan status CagA, kadar IL-8 mukosa gaster dan
derajat inflamasi mukosa menunjukkan hasil yang beragam. Penelitian yamaoka,et al.
menunjukkan derajat severitas yang lebih berat pada H. pylori positif daripada yang
negatif. Infiltrasi PMN dan MN lebih berat pada galur dengan CagA positif. Kadar IL-8
mukosa gas berhubungan derajat severitas yang lebih berat secara signifikan pada galur
dengan CagA positif. CagA positif berhubungan kuat dengan tingginya kadar IL-8
mukosa gaster. Infiltrasi sel MN berkolerasi signifikan ddengan kadar IL-8. 33
Xuan, et al. tahun 2005 mendapatkan kadar IL-8 mukosa metode ELISA yang
lebih tinggi pada derajat gastritis yang lebih berat (infiltrasi neutrofil, infiltrasi
mononuklear dan atrofi. 7
Dispepsia
Endoskopi: mukosamengalami
edema, eritema (spotted, patchy,
GastritisCL
CLO test: gel tetapkuning
(negatif)/
Biopsi dilakukan pada tempat kurvatura Biopsi
berubahwarnamenjadimer
mayor dan minor antrum.
ah (positif)
IL-8 IL-8