Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN GANGGUAN TYPHOID

Oleh :

Made Dian Kartika Candra Dewi

P07120018024

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. PENGERTIAN THYPOID
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi.Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella Thypi (Arief Maeyer, 1999).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella Thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini
adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga
paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman,
1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala
sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa,  salmonella type A.B.C.
penularan  terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Mansoer Orief.M.1999). Dari beberapa pengertian diatasis dapat
disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus
yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui
oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi

2. ETIOLOGI THYPOID
Salmonella typhi sama dengan Salmonela yang lain adalah bakteri Gram
negative, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif
anaerob. Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagella
antigen (H) yang terdiri dari protei dan envelope antigen (K) yang terdiri dari
polisakarida. Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang
membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella
typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi
terhadap multiple antibiotic.

3. TANDA DAN GEJALA THYPOID

Menurut Suriadi, dkk ( 2006: hal.255 ) manifestasi klinik pada demam


tifoid yaitu :

a. Nyeri kepala, lemah, lesu


b. Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama tiga minggu,
minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh
meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu ke
dua suhu tubuh terus meningkat, dan minggu ke tiga suhu berangsur-angsur
turun dan kembali normal.
c. Gangguan pada saluran cerna : halitosis, bibir kering dan pecah-pecah, lidah
di tutupi selaput putih koto (coated tongue), meteorismus, mual, tidak nafsu
makan, hepatomegali, splenomegali yang disertai nyeri pada perabaan.
d. Gangguan kesdaran ; penurunan kesadaran ( apatis, somnolen ).
e. Bintik-bintik kemerahan pada kulit ( roseola ) akibat emboli basil dalam
kapiler kulit.
f. Epistaksis

Sedangkan menurut Ngatiyah ( 2005: 237 ), demam tifoid pada anak


biasanya lebih ringan daipada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang
tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui
minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala
prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat, kemudian menysusul gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu :
a. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris
remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat
lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun
dan normal kembali.
b. Gangguan Pada Saluran Pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah. Lidah tertutup selaput putih kotor ujungnya dan tepinya kemerahan.
Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa
membesar disertai nyeri dan peradangan
c. Gangguan Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai somnolen,
jarang terjadi spoor, koma atau gelisah. Gejala lain yang juga dapat
ditemukan, pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan
reseola,yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler
kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kdang-kadang
ditemukan pula takikardi dan epitaksis.
d. Relaps (kambuh)
Relaps ialah berulangya gejala penyakit demam tifoid, akan tetapi
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu ke dua setelah
suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori
relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat
dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.
4. PATOFIOLOGIS THYPOID

PENJELASAN :
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid
dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut
dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan
yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang
tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui
mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian
distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke
dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk
limpa, usus halus dan kandung empedu.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan 
laboratorium, yang terdiri dari :

a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan  bahwa demam typhoid
terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia
tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah
leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan
kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi 
sekunder.  Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk
diagnosa demam typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT


SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

c. Biakan darah
Bila biakan  darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi
bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi  demam
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu  laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain, hal ini disebabkan oleh  perbedaan teknik  dan media biakan 
yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat
demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu
kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan
bakteremia sehingga biakan darah negative.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien 
membuat  antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan 
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien
menderita typhoid.
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
1) Faktor yang berhubungan dengan klien :
a) Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
b) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai
dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya
pada minggu ke-5 atau ke-6.
c) Penyakit –  penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat
menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi
seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
d) Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti
mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
e) Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut
dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi
sistem retikuloendotelial.
f) Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan
kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O
biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer
aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab 
itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang
mempunyai nilai diagnostik.
g) Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya :
keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun
dengan hasil titer yang rendah.
h) Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi  peningkatan  titer aglutinin
terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang
bukan  typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa
lalu.

2) Faktor-faktor Teknis
a) Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung
antigen  O dan  H yang sama,  sehingga reaksi aglutinasi pada satu
spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
b) Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi
hasil uji widal.
c) Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada
penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen
dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Perawatan
Penderita typhoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar penyakit
ini tidak menular ke orang lain). Penderita harus istirahat total minimal 7 hari
bebas panas. Istirahat total ini untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus.
Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak berserat.
Sayuran dengan serat kasar seperti daun singkong harus dihindari, jadi harus
benar-benar dijaga makanannya untuk memberi kesempatan kepada usus
menjalani upaya penyembuhan.
b. Diet
1) Diet yang sesuai, cukup kalori, dan tinggi protein
2)   Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring
3) Setelah bekas demam di beri bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
dilanjutkan nasi, biasanya setelah penderita bebas dari demam selam 7
hari
c. Obat- obatan
1) Chloramphenicol dengan dosis 3-4 x 500 mg/hari; pada anak dosisnya
adalah 50-100 mg/kg berat badan/hari.
2) Tiamfenikol, dosis dewasa 3 x 500 mg/hari, dosis anak: 30-50 mg/kg berat
badan/hari.
3) Ampisilin, dosis dewasa 4 x 500 mg, dosis anak 4 x 500-100 mg/kg berat
badan/hari.
4) Kotrimoksasol (sulfametoksasol 400 mg + trimetoprim 80 mg) diberikan
dengan dosis 2 x 2 tablet/hari.     (Soedarto, 2007)
d. Pencegahan         
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam thypoid adalah cuci tangan
setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan mempersiapkan makanan
hindari minum susu mentah  (yang belum di pleurisasi) hindari minum air
mentah ,rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA THYPOID


1. PENGKAJIAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang : Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa
keluahan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah
keperawatan yang dapat muncul.
b. Riwayat Kesehatan Sebelumnya : Apakah sudah pernah sakit dan dirawat
dengan penyakit yang sama.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga : Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit
seperti pasien.
d. Riwayat Psikososial

 Intrapersona : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)


 Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
e. Pemeriksaan Fisik

 Kesadaran dan keadaan umum pasien

Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar – tidak sadar (composmentis –


coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.

 Tanda – tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala – kaki, TD, Nadi,
Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum
pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki
dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi),
disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan
BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat
dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses penyakit
(mis. Infeksi, kanker) dibuktikan dengan suhu tubuh meningkat, kulit merah,
kejang, takikandi, takipnea, kulit terasa hangat.
1) Definisi
Keadaan dimana seseorang mengalami atau berisiko untuk
mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih tinggi dari
37,5 oC
2) Manifestasi Klinis
a) Taki kardia
b) Kulit kemerahan
c) Hangat pada sentuhan
d) Menggigil
e) Dehidrasi
f) Kehilangan nafsu makan

1) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan


Definisi
Anutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2) Faktor berhubungan :
a) Faktor biologis
b) Faktor ekonomi
c) Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
d) Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
e) Ketidakmampuan menelan makanan
f) Faktor psikologis
3) Ditandai dengan :
a) Menghindari makanan
b) Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal
c) Kurang makanan
d) Kurang informasi
e) Kurang minat pada makanan
f) Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
g) Kesalahan konsepsi
h) Kesalahan informasi
i) Membran mukosa pucat
j) Ketidakmampuan memakan makanan
k) Tonus otot menurun
l) Mengeluh gangguan sensasi rasa
m) Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA
n) Kelemahan otot pengunyah
o) Kelemahan otot untuk menelan
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang,
pengeluaran yang berlebihan, ditandai dengan mual, muntah, membrane
mukosa kering
1) Definisi :
Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intraseluler.
Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada
natrium.
2) Faktor yang berhubungan :
a) Kehilangan cairan aktif
b) Kegagalan mekanisme regulasi
c) Pemasukan yang kuarang
3) Batasan Karakteristik :
a) Perubahan status mental
b) Penurunan tekanan darah
c) Penurunan tekanan nadi
d) Penurunan volume nadi
e) Penurunan turgor kulit
f) Penurunan turgor lidah
g) Penurunan haluaran urine
h) Membran mukosa kering
i) Kulit kering
j) Peningkatan suhu tubuh
k) Peningkatan konsentrasi urine
l) Penurunan berat badan tiba-tiba
m) Kelemahan

c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif


1) Definisi
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan
topik tertentu.
2) Batasan Karakteristik
a) Perilaku hiperbola
b) Ketidakakuratan mengikuti perintah
c) Ketidakakuratan melakukan tes
d) Perilaku tidak tepat (misalnya: histeris, bermusuhan, agitasi, apatis)
e) Pengungkapan masalah
3) Faktor yang Berhubungan
a) Keterbatasan kognitif
b) Salah interpretasi informasi
c) Kurang pajanan
d) Kurang minat dalam belajar
e) Kurang dapat mengingat
f) Tidak famailier dengan sumber informasi
3. IMPLEMENTASI
Implementasi disesuaikan dengan intervensi dan penulisannya menggu-
nakan kata kerja.

4. EVALUASI
Evaluasi didasarkan pada kemajuan pasien dalam mencapai hasil akhir yang
ditetapkan yaitu meliputi; kesejahteraan fisik klien yang akan dipertahankan..
Perawat dapat yakin bahwa perawatan berlangsung efektif jika kesejahteraan fisik
klien dapat dipertahankan.

a. Cidera / trauma tidak terjadi

b. Inefektifnya bersihan jalan napas tidak terjadi

c. Aktivitas kejang tidak berulang

d. Kerusakan mobilisasi fisik teratasi

e. Pengetahuan keluarga meningkat


DAFTAR PUSTAKA

Badrah, Siti.2012.Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Thypoid ( online ) available :


https://coretandokter.wordpress.com/materi/nursing-2/askep-bagian-3/thypoid/ ( diakses
pada 7 Oktober 2015 pukul 18.25 )

NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Badrah, Siti.2012.Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Thypoid ( online ) available :


https://coretandokter.wordpress.com/materi/nursing-2/askep-bagian-3/thypoid/ (diakses
pada 7 Oktober 2015 pukul 18.25 )

Nuzrul Azar. 2015. BAB II. (online.available) From:http://digilib.unila.ac.id/2438/10/BAB


%20II.pdf (diakses pada Rabu, 7 Oktober 2015, pukul : 10.57 wita)

Saodah, Siti. Online (Available) : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-


sitisaodah-6979-3-babii.pdf ( Diakses pada tanggal 7 Oktober 2015 pukul 19.21 Wita)

Simanjuntak, A. 2013. Tinjauan Pustaka Typus Abdominalis. (Online) available:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38885/3/Chapter%20ll.pdf (Diakses pada
Rabu, 7 Oktober 2015 pukul 20.00 WITA)

Surya. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Typhoid. http://kumpulan-asuhan-


keperawatan.blogspot.co.id/2009/01/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan_25.html
(online) avaible. (diakses pada 7 Oktober 2015 pukul 18.25)

Wordpress. 2010. Patofisiologi Typhoid. Online (Available) :


https://patofisiologi.wordpress.com/2010/12/04/typhoid/ (Diakses pada tanggal 7 Oktober
2015 pukul 17.16 Wita)

Anda mungkin juga menyukai