NIM 2082411020
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
Ujian Tengah Semester
NIM : 2082411020
Nomor Absen : 20
Soal :
1. Jelaskan secara kronologis pendirian dan pembubaran Badan Hukum Perseroan Terbatas.
2. Langkah apa yang dilakukan Direksi secara legal sehubungan dengan adanya perubahan
Judgement Rule” terkait dengan tugas dan tanggung jawab Direksi PT. Jelaskan kenapa
dikatakan demikian ?
Jelaskan pula apa yang dimaksud dengan “Derivatif Action” dan “Appraisal Right”
Mendirikan sebuah perseroan menurut Pasal 7 ayat (1), (2) dan (4) UUPT syarat yang
a. Perseroan didirikan 2 orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa
Indonesia;
b. Setiap pendiri wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan;
3. Setiap pendiri harus mengambil bagian atas saham, kecuali dalam rangka peleburan
4. Akta pendirian harus disahkan oleh Kementerian Hukum HAM dan Perundang-
Undangan dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia (Pasal 7 ayat 4)
5. Modal dasar minimal Rp. 50.000.000 dan modal disetor minimal 25% dari modal
dasar (Pasal 32 dan Pasal 33 UUPT). Modal dasar merupakan seluruh nilai nominal
saham Perseroan yang disebut dalam anggaran dasar. Sedangkan Modal disetor
pembayaran saham yang diambilnya sebagai modal yang ditempatkan dari modal
dasar Perseroan. Modal ditempatkan yaitu jumlah saham yang sudah diambil pendiri
3).
7. Pemegang saham harus WNI atau Badan Hukum yang didirikan menurut hukum
Menurut Pasal 142 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
2. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir;
mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit perseroan tidak cukup untuk
5. Karena harta pailit perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan
Komisaris atau 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu
persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara. Keputusan RUPS tentang
pembubaran perseroan adalah sah apabila diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat
dan/atau paling sedikit dihadiri oleh ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan disetujui paling sedikit ¾ (tiga
Dalam hal pembubaran perseroan terjadi berdasarkan keputusan RUPS, jangka waktu
berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir atau dengan dicabutnya
kepailitan berdasarkan keputusan pengadilan niaga dan RUPS tidak menunjuk likuidator,
maka Direksi bertindak selaku likuidator. Pembubaran perseroan wajib diikuti dengan
likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator; dan perseroan tersebut tidak dapat
melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam hal membereskan semua urusan perseroan yang
berkaitan dengan likuidasi. Jika ternyata anggota Direksi, Dewan Komisaris dan Perseroan
melanggar hal tersebut, maka dapat dikenakan tanggung jawab hukum secara tanggung
renteng.
niaga dapat sekaligus memutuskan memberhentikan kurator sesuai dengan ketentuan dalam
Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia dalam jangka waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pembubaran perseroan. Pemberitahuan kepada
147 UUPT, maka pembubaran perseroan tidak berlaku bagi pihak ketiga dan pembubaran
perseroan tidak mengakibatkan perseroan kehilangan status badan hukumnya sampai dengan
selesainya likuidasi dan pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau pengadilan.
Akibat dari pembubaran perseroan, maka setiap surat keluar perseroan dicantumkan kata
memperoleh status badan hukum, sebagai suatu subjek yang mandiri dalam hukum yang
tersebut merupakan satu-satunya saat mulai berlakunya sifat kemandirian tersebut. Menurut
UUPT melalui Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M. 01-PR.08.01 Tahun 1996 Tentang
Tata Cara Pengajuan Permohonan dan Pengesahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas,
pengesahan diberikan atas surat permohonan pengesahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas
yang ditandatangani dan disampaikan langsung oleh para pendiri perseroan, yang diketahui
oleh notaris dihadapan siapa akta pendirian tersebut dibuat, adapun akta pendirian harus
dalam UUPT. Keputusan Menteri Kehakiman tersebut di atas menekankan pada pentingnya
Pembubaran PT diawali dengan adanya RUPS, untuk pelaksanaan RUPS dengan rapat
secara dibawah tangan, maka rapat tersebut harus diaktakan oleh Notaris yang telah ditunjuk
(dibuatkan akta pernyataan notariilnya atau disebut Akta PKR). Selanjutnya, akta PKR
tersebut dilaporkan kepada Menteri oleh Notaris. Bila pelaksanaaan RUPS dihadiri oleh
Notaris, maka Notaris akan membuat Akta Berita Acara RUPS dan kemudian melaporkannya
Langkah legal yang dilakukan Direksi sehubungan dengan adanya perubahan struktur
kepengurusan dan kepemilikan Badan Hukum Perseroan Terbatas adalah dengan melakukan
pemanggilan RUPS karena dalam hal perubahan struktur kepengurusan dan kepemilikan
Badan Hukum Perseroan Terbatas harus melalui persetujuan RUPS. Dalam hal pemanggilan
RUPS, direksi perseroan wajib untuk melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waku
paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS
diterima. Jika demikian direksi tidak melakukan pemanggilan RUPS, maka dapat dimintakan
pengajuan Kembali kepada dewan komisaris, atau dewan komisaris dapat melakukan
pemanggilan sendiri RUPS. Ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan perseroan dapat memberikan izin kepada pemohon atau pemegang saham yang
direksi atau dewan komisaris tidak melakukan pemanggilan penyelengaraan RUPS dalam
waktu yang telah ditentukan. Direksi melakukan pemanggilan kepada pemegang saham
sebelum menyelanggarakan RUPS, namun dalam kondisi tertentu pemanggilan RUPS dapat
dilakukan oleh dewan komisaris atau pemegang saham berdasarkan penetapan ketua
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum tanggal RUPS diadakan. Pemanggilan
RUPS dilakukan dengan surat tercatat dan/atau dengan iklan dalam surat kabar. Terhadap
pengumuman, dalam jangka waktu paling lambat 14 hari dari sebelum diadakan RUPS,
pasar modal.
Terkait dengan penyelanggara RUPS, RUPS dapat dilangsungkan jika dalam RUPS
lebih dari setengah bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili,
perubahan struktur kepemilikan dan kepengurusan Badan Hukum Perseroan Terbatas adalah
sah apabila jika disetujui paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah suara yang
tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar. Dalam hal kuorum
kehadiran tidak tercapai, dapat diadakan RUPS kedua. RUPS kedua sah dan berhak
mengambil keputusan jika dalam rapat paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan ada;ah sah
jika disetujui oleh paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah suara yang
secara yuridis (anak perusahaan) yang mana saham perusahaan-perusahaan mandiri tersebut
dimiliki oleh satu perusahaan yang sama (induk perusahaan). Sehingga hal ini menimbulkan
kemandirian secara yuridis anak perusahaan. Hal tersebut diatas menyebabkan induk
perusahaan tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan hukum yang dilakukan anak
perusahaannya.
Perspektif Yuridis
Berdasarkan Pasal 3 ayat 1 UUPT induk perusahan dalam hal ini sebagai pemegang
induk perusahaan hanya dapat dimintai pertanggungjawaban secara terbatas sebesar saham
Berangkat dari konsep dan prinsip limited liability pemegang saham, dapat
1. Perseroan sebagai badan hukum merupakan unit hukum dengan kewenangan dan
2. Harta kekayaan, hak dan kepentingan serta tanggung jawab perseroan terpisah
ayat (1) UUPT, mempunyai imunitas dari kewajiban dan tanggung jawab
tanggung jawab tersebut tidak berlaku karena ada pengecualiannya. Disini terlihat bahwa
Undang-Undang perseroan terbatas menganut prinsip piercing the corporate veil, yang dalam
bahasa Indonesia disebut sebagai menyingkap tabir atau cadar persroan. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa tanggung jawab terbatas pemegang saham dapat menjadi tidak
terbatas dalam hal-hal tertentu. Prinsip tersebut dituangkan dalam Pasal 3 ayat (2) UUPT
Perspektif Ekonomis
Untuk memberi batasan mengenai “holding company” maka terlebih dahulu penulis
melihat rangkaian pembentukan kata “holding company itu sendiri. Kata “holding company”
merupakan peng-gabungan dari dua suku kata, yaitu “holding” dan “company”. Kata
“holding” berarti pengaruh atau jumlah saham (andil) yang dipegang. Holding, disini
biasanya dihubungkan dengan adanya suatu badan senteral berbentuk hukum tersendiri.
Perseroan Terbatas yang secara yuridis merupakan beberapa subyek hukum yang mandiri
yang tidak mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya, namun dari segi ekonomis
Jika melihat dari segi kesatuan ekonomi, maka perusahaan yang akan di holding
bukan merupakan suatu permasalahan yang mewarnai hubungan anak dan induk
perusahaannya karena memang dapat dikatakan anak perusahaan tersebut yang sudah
diholding merupakan perpanjangan tangan dari induk perusahaan. Anak perusahaan dalam
holding company, memang sengaja dibentuk oleh perusahaan induknya dengan cara
pendirian baru, akuisi atau pemisahan. Kepemilikan saham dari perusahaan induk pada
Doktrin pelampauan kewenangan (ultra vires) merupakan doktrin yang sudah cukup
lama bergaung. Doktrin ultra vires menganggap batal demi hukum (null and void) atas setiap
tindakan organ PT di luar kekuasaannya berdasarkan tujuan PT yang termuat dalam anggaran
dasar. Ajaran ini pada mulanya dikenal oleh negara penganut “common law”. Dalam ilmu
hukum ultra vires berarti tindakan yang dilakukan oleh suatu badan hukum (PT) yang berada
di luar tujuan dan karena itu di luar kewenangan badan hukum tersebut. Doktrin Ultra vires
mempunyai latar belakang pada teori fiksi. Pada prinsipnya doktrin ultra vires ini sangat
ekstrem. Istilah ultra vires ini diterapkan tidak hanya jika perseroan melakukan tindakan yang
sebenarnya dia tidak punya kewenangan, melainkan juga terhadap tindakan yang dia punya
kewenangan, tetapi dilaksanakan secara tidak teratur (irregular). Bahkan lebih jauh lagi, suatu
tindakan digolongkan sebagai ultra vires bukan hanya jika tinakan itu melampaui
kewenangannya yang tersurat maupun tersirat, tetapi juga tindakannya itu betentangan
Apabila pengurus atau Direksi perseroan melakukan ultra vires, atau dengan kata lain
Direksi melakukan tindakan yang melampaui batas kewenangan dan kapasitas perseroan
yang ditentukan dalam AD, undang-undang memberi hak kepada setiap pemegang saham
pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan Perseroan yang dianggap tidak
adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau
Dewan Komisaris.
2. Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan ke pengadilan negeri yang
Artinya jika Direksi (yang mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar
pengadilan) melakukan perbuatan ultra vires, maka bisa digugat oleh pemegang saham.
Gugatan yang diajukan pada dasarnya memuat permohonan agar Perseroan menghentikan
tindakan yang merugikan tersebut dan mengambil langkah tertentu baik untuk mengatasi
akibat yang sudah timbul maupun untuk mencegah tindakan serupa di kemudian hari.
UU Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas pada Pasal 97 ayat (3) bahwa
serta penuh tanggungjawab. Lebih memberatkan lagi, dalam Pasal 155 UUPT,
pertanggungjawabannya di bidang Pidana. Sebaliknya, direksi yang tidak berani ambil risiko
juga dapat menghambat perkembangan perusahaan. Direksipun tidak ingin salah dalam
yang bisa dijadikan golden parachute (parasut emas) bagi Direksi. Justifikasi parameter legal
soal Business Judgment Rule, dapat dilihat pada Pasal 97 ayat (5) UUPT yang mengatur
batasan-batasan tertentu soal kapan direksi tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas
untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Emiten/ Perusahaan Publik;
c. Tidak memiliki benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung; dan
Jadi doktrin Ultra Vires bisa menjadi penyeimbang bagi pemberlakuan Business
Judgement Rule karena dilihat dari konsep business judgement rule telah diadopsi dalam
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 97 ayat (5)
secara pribadi atas kerugian perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) jika dapat
membuktikan bahwa kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, telah
melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehatihatian untuk kepentingan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan, tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung
maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian, dan telah
berlaku dan anggaran dasar, serta dalam mengambil suatu keputusan bisnis sudah
menerapkan prinsip kehati-hatian maka jika perseroan mengalami kerugian, direksi akan
mendapatkan perlindungan dari doktrin Business Judgement Rule. Namun jika direksi tidak
menerapkan prinsip kehati-hatian dan juga bertindak ultra vires maka doktrin Business
Prinsip ini menjadikan pemegang saham minoritas lemah kedudukannya. Hal ini karena
RUPS. Dengan kondisi ini, pemegang saham mayoritas akan lebih banyak menentukan arah
saham minoritas yang hanya dapat menerima saja keputusan RUPS (karena kalah suara) dan
tidak mempunyai kewenangan mengurus perusahaan dan tidak berhak menunjuk Direksi atau
keputusan RUPS cenderung lebih berpihak kepada kepentingan pemegang saham mayoritas.
pemegang saham minoritas dapatlah kita merujuk kepada ketentuan yang diatur
khususnya :
dirugikan sebagai akibat dari keputusan RUPS, Direksi dan/atau Dewan Komisaris
- Kewenangan pemegang saham dalam meminta kepada Persero agar sahamnya dapat
dibeli kembali akibat tidak setujunya pemegang saham terhadap tindakan perseroan
Langkah yang dapat dilakukan oleh para pemegang saham minoritas atas tindakan
saham minoritas dapat membuktikan adanya pelanggaran hukum yang dilakukan persero
terkait dengan tindakan tersebut atau dapat membuktikan adanya kerugian atas tindakan yang
dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar tersebut, pemegang saham minoritas dapat
UUPT).
Derivatif Action atau Gugatan Derivatif adalah suatu gugatan berdasarkan hak utama
(primary right) dari perseroan, tetapi dilaksanakan pemegang saham untuk dan atas nama
perseroan. Gugatan ini dapat diajukan oleh pemegang saham dalam hal terjadi kerugian serta
Gugatan Derivatif juga di atur dalam Pasal 97 ayat (6) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), yang menyebutkan bahwa atas nama
Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri
terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian
pada Perseroan.
kepentingannya dalam rangka menilai harga saham. Hak ini dipergunakan oleh pemegang
saham pada saat meminta kepada perseroan agar sahamnya dinilai dan dibeli dengan harga
yang wajar, karena pemegang saham tersebut tidak menyetujui tindakan perseroan yang dapat
merugikannya atau merugikan perseroan itu sendiri. UUPT Pasal 62 ayat (1), Setiap
pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang
wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan Perseroan yang merugikan
b. pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari