Anda di halaman 1dari 2

Nama : Handy Royan Ramadhan

No : 16

Kelas : XII IPS 1

Memetik Sikap Moral Yang Ada Di Masyarakat

Melalui Film “TILIK”


Tilik yang secara bahasa Indonesia mempunyai arti menjenguk adalah sebuah film pendek berbahasa Jawa
yang diproduksi oleh Ravacana Films. Tilik merupakan salah satu film pendek yang lolos kurasi dana
istimewa Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2018. Film yang disutradarai oleh
Wahyu Agung Prasetyo dan berdasarkan pada sebuah skenario buatan Bagus Sumartono tersebut dirilis
pada September 2018. Pada 17 Agustus 2020, Ravacana Films merilis Tilik di kanal berbagi video YouTube
secara gratis untuk khalayak umum.

Film Tilik merupakan film yang dirilis pada 17 Agustus oleh RavacanaFilm, film yang memiliki alur cerita
yang ringan dan cenderung dekat dengan masyarakat mampu untuk menyita publik dan mampu
mendapat penghargaan Piala Maya untuk kategori film pendek. Film yang diproduksi oleh RavananaFilm
ini menceritakan tentang segerombolan ibu-ibu yang hendak menjenguk Bu Lurah menggunakan truk,
sepanjang jalan terdapat tokoh bernama Bu Tejo yang terus-menerus mencibir dan menggosipkan Dian
si kembang desa.

Dian adalah wanita dengan paras yang cantik, sehingga banyak suami di desa yang gemar
memandanginya. Bu Tejo menyebut Dian sebagai sosok wanita yang nakal pasalnya banyak informasi yang
ia dapat dari “internet” dan juga banyak kabar burung yang menyebut Dian sebagai wanita nakal. Cara
Bu Tejo menyampaikan berita dan juga memprovokasi ibu-ibu disana mampu membuat membuat
penonton geregetan. Tokoh yang bernama Yu Ning menjadi pelengkap cerita ini, pasalnya tokoh tersebut
selalu membantas setiap argumen yang disampaikan Bu Tejo, Bu Tejo sendiri tetap bersikeras untuk
mempertahankan argumennya sehingga terjadi perdebatan diastase truk yang ditumpangi dengan ibu-
ibu lain yang menjadi penonton dari perdebatan itu. Perdebatan seru dari Bu Tejo dan Yu Ning ini terus
berlanjut hingga truk yang mereka tunggangi kena tilang oleh polisi. Sifat nekat dan berani yang dimiliki
oleh ibu-ibu ini menyebabkan polisi yang menilang mereka bungkam dan pasrah, setelah itu truk bisa
berjalan kembali dan melanjutkan perjalanan mereka ke rumah sakit. Setibanya mereka dirumah sakit,
ternyata Bu Lurah tidak dapat ditemui dan mereka hanya bertemu dengan Fikri anak dari Bu Lurah dan
juga Dian yang menemaninya.

Film pendek yang tayang pada 17 Agustus 2020 ini patut untuk diancungi jempol, banyak pujian untuk
film berbahasa jawa ini, namun tak sedikit pula kritik yang mereka terima. Banyak yang menelai bahwa
film ini dinalai tidak mendidik karena mempertegas stereotip perempuan sebagi penggunjing seperti yang
tokoh Bu Tejo bawakan. Namun produser dari film dengan durasi 32 menit itu justru berharap bahwa film
yang digarapnya tidak hanya menerima pujian namun juga kritikan. Film ini dinilai sangat menarik,
pasalnya kisah yang diusung sangat sederhana namun sangat seru untuk ditonton dan mampu untuk
mewakili karakter setip orang yang berada disekitar kita. Sosok Bu Tejo yang ada di film inipun mampu
membuat para penonton geregetan karena sifat dan juga gaya berbicara yang ia bawakan.

Film ini dikemas dengan beitu menarik dan juga tidak monoton, sehingga para penonton merasa tidak
bosan saat menontonya. Latar tempat yang masih asri dan juga sederhana itu mempu membuat penonton
hanyut didalamnya. Tokoh yang ada difilm ini pun sangat pandai memainkan oerannya hingga membuat
penonton tertarik. Film yang diproduksi oleh RavancsnsFilm ini mampu menangkap realita yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari dengan begitu apik dan murni.

film yang hanya berlatar waktu satu hari ini ternayata memakan proses kurang lebih Sembilan bulan,
diawali dari proses supervise naskah,suiting dan juga editing. Teknik pengambilan gambar yang patut
diacungi jempol membuat film ini layak untuk ditonton. Namun kekurangan film ini ada dinagian akhirnya,
dimana tokoh Dian yang dengan seorang laki-laki yang lebih berumur menjadi jawaban dari ending film
ini.

Menurut saya film dengan durasi pendek ini memuat banyak pesan bagi penontonnya. Tradisi
masnyarakat yang masih peduli dengan sesamanya juga menjadi pesan pokok dari film ini, ada lagi pesan
moral lain dari film ini seperti, kita jangan cepat mempercayai suatu informasi yang ada di internet dan
menyebar luaskannya, karena hal tersebut belum tentu benar adanya. Aparat Negara yang dinilai kurang
tegaspun menjadai salah satu pesan yang dapat kita ambil, dinilai dari kehidupan sehari-hari memang
masih banyak aparat Negara yang kurang tegas dan terkesan ogah-ogahan menjalankan tugasnya.
Terkahir film ini memberitau kita untuk tidak membicaran aib orang lain seperti yang Bu Tejo lakukan,
sekalipun informasi yang Bu Tejo smapikan benar, namun tetap saja itu bukan urusannya untuk
membicarak aib Dian.

Oleh karena itu dapat disimpulan bahwa film ini memiliki kebenaran tersendiri sesuai cerita yang
dibawakan. Akhir cerita yang haru dan sedikit mengecewakan dan juga pesan moral yang selalu ada
disetiap film dapat menjadi pelajararan untuk kehidupan kita sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai